• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi / Operasional Laboratorium Kesehatan

B. MANAJEMEN OPERASIONAL LABORATORIUM KESEHATAN

1. Ruangan dan Fasilitas Penunjang

Marilah kita lihat gambar perencanaan tata letak laboratorium di bawah ini :

Gambar 5. Laboratorium 1 (satu) ruang

Sumber : Chairlan, Estu Lestari, Albertus Agung Mahode. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan/ WHO (Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory), Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Gambar 5. diatas memperlihatkan tata letak sebuah laboratorium yang sesuai untuk melakukan beberapa atau seluruh teknik pemeriksaan. Perencanaan ruang diatas terbatas untuk satu ruangan saja karena hanya ruangan tersebut yang tersedia untuk laboratorium. Gambar 6. Memperlihatkan kemungkinan lain tata letak bagi sebuah laboratorium dimana susunan ini dimodifikasi sesuai kondisi.

Gambar 6. Perencanaan alternatif Laboratorium satu ruang

Sumber : Chairlan, Estu Lestari, Albertus Agung Mahode. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan/ WHO (Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory), Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

61 Keterangan Gambar 6:

1: meja pasien rawat jalan; 2: centrifuge manual; 3:mikroskop; 4: area pemeriksaan hematologi; 5: colorimeter; 6: penangas air; 7: centrifuge elektrik; 8: area pemeriksaan serologi sifilis dan biokimia; 9: kulkas reagen; 10: rak reagen; 11: rak gelas ukur; 12: timbangan; 13: kotak reagen pewarnaan; 14: area pemeriksaan spesimen sputum; 15: pemanas Bunsen; 16: bak cuci; 17: bak pembuangan; 18: tempat tidur pasien; 19: tempat penyimpanan status; 20: area pemeriksaan spesimen feses; 21: area pemeriksaan spesimen urine; 22: tempat penerimaan spesimen; 23: tabung gas.

Bila tersedia dua buah ruangan, disarankan agar ruangan yang kedua digunakan untuk pencucian dan sterilisasi. Bahan yang kotor dan/ atau tercemar sebaiknya dipindahkan dari area kerja laboratorium sesegera mungkin, baik untuk keamanan pekerja maupun mencegah kesalahan pemeriksaan dan kontaminasi silang.

Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/ pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/ cahaya dalam jumlah yang cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk :

1. Ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien dan ruang pengambilan spesimen.

2. Ruang pemeriksaan/ teknis : luas ruangan tergantung jumlah dan jenis pemeriksaan yang dilakukan (beban kerja), jumlah, jenis dan ukuran peralatan, jumlah karyawan, faktor keselamatan dan keamanan kerja serta kelancaran lalu lintas spesimen, pasien, pengunjung dan karyawan.

3. Untuk bank darah, pemeriksaan mikrobiologi dan molekuler sebaiknya masing – masing memiliki ruangan terpisah.

4. Ruang administrasi/ pengolahan hasil.

Persyaratan umum konstruksi laboratorium juga diperhatikan dari segi dinding, langit – langit, pintu, jendela, pemasangan stop kontak, lantai, dan meja.

Sedangkan fasilitas penunjang secara umum meliputi :

1. Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan fasilitas kamar mandi/ WC secara umum.

2. Penampungan/ pengolahan limbah laboratorium. 3. Keselamatan dan keamanan kerja.

4. Ventilasi yang disertai dengan sistem pertukaran udara yang cukup. 5. Penerangan harus cukup.

6. Air bersih, mengalir jernih dapat menggunakan air PDAM atau air bersih yang memenuhi syarat.

7. Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil, kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin, harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik (genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.

8. Tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang pemeriksaan laboratorium. 2. Peralatan Laboratorium

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu : 1. Kebutuhan

Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan volume spesimen dan jumlah pemeriksaan.

2. Fasilitas yang tersedia

Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air yang ada serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan.

3. Tenaga yang ada dengan kualifikasi tertentu yang dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.

4. Reagen yang dibutuhkan perlu dipertimbangkan tersedianya di pasaran dan kontinuitas distribusi dari pemasok. Selain itu, apakah sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya sistem tertutup lebih mahal dibandingkan dengan sistem terbuka.

5. Sistem alat, perlu mempertimbangkan :

Alat mudah dioperasikan

Alat memerlukan perawatan khusus

Alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap minggu atau hanya tiap bulan.

6. Pemasok/ Vendor harus memenuhi syarat :

Mempunyai reputasi yang baik.

Memberikan fasilitas uji fungsi.

Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.

Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat, pemeliharaan dan perbaikan sederhana.

Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.

Mendaftar peralatan ke Departemen Kesehatan.

7. Nilai Ekonomis, dipertimbangkan analisis cost-benefit, yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di dalamnya biaya operasi alat.

63

Sebelum atau sesudah pembelian peralatan perlu dilakukan evaluasi atau uji fungsi untuk melihat kondisi alat meliputi kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur, kelemahan alat, harga per tes dan sebagainya. Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing – masing jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja. Pada setiap peralatan harus dilakukan pemeliharan secara rutin sesuai petunjuk penggunaan sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba – tiba berhenti, serta penurunan biaya perbaikan. Setiap alat dilengkapi dengan kartu pemeliharan yang diletakkan pada alat atau dekat alat, mencatat setiap tindakan pemeliharan dan kelainan – kelainan yang ditemukan dan melaporkan kepada penanggung jawab alat.

Sesuai Permenkes No. 54 Tahun 2015 Peralatan laboratorium sangat perlu dilakukan kalibrasi untuk mendapatkan pemeriksaan laboratorium yang terpercaya. Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di install dan di uji fungsi, dan selanjutnya dilakukan secara berkala sesuai instruksi pabrik.