BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN
5.4 Laju Konsumsi Aman Kerang Yang Mengandung Timbal (Pb)
Akumulasi logam berat Pb yang terdapat pada tubuh manusia dapat menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu cara untuk menghindari resiko keracunan logam berat adalah dengan menentukan berat
maksimal asupan kerang darah dengan menghitung Provisional Toralable Weekly Intake (PTWI) untuk logam Pb. Menurut WHO (2011), PTWI merupakan sebuah
cara yang digunakan untuk mengukur kontaminan, seperti logam berat pada makanan yang sifatnya kumulatif. Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan batas maksimum logam timbal yang dapat ditoleransi oleh tubuh per minggu (Provisional Tolerable Weekly Intake) sebanyak 25 mg/kg per minggu per berat badan. Batas aman dibuat sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengkonsumsi kerang. Kadar timbal pada setiap kerang sebelum perlakuan telah melebihi kadar yang diperbolehkan dalam makanan. Tetapi kadar tersebut dapat ditolerir oleh tubuh sampai batas tertentu menurut Acceptable Daily Intake.
Kadar timbal pada kerang darah sesudah perlakuan yang sesudah memenuhi syarat untuk dikonsumsi adalah dengan perendaman larutan jeruk nipis konsentrasi 40% dimana kadar timbalnya sebesar 1,448 ppm, dengan kadar seperti ini ternyata untuk orang dengan berat badan 60 kg boleh mengkonsums 49 kerang per hari. Sedangkan setelah perlakuan dengan konsentrasi 50% dengan kadar timbal 1,249 ppm tingkat konsumsi yang diperbolehkan menjadi 56 kerang per hari.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian larutan jeruk nipis pada kerang darah dapat meningkatkan jumlah konsumsi aman kerang yang berasal dari Perairan Belawan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1. Kadar timbal pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari Perairan Belawan yaitu sebesar 1,704 ppm, yang mana kadar timbal pada kerang tersebut telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (1,5 ppm) sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.
2. Penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah pada dalam waktu 15 menit dengan konsentrasi larutan jeruk nipis 0% menunjukkan 5,52% dengan rata- rata kadar sebesar 1,621 ppm, pada konsentrasi 10% menunjukkan 5,86 % dengan rata- rata kadar sebesar 1,609 ppm, pada konsentrasi 20%
menunjukkan 8,16% dengan rata- rata kadar sebesar 1,564 ppm, pada konsentrasi 30% menunjukkan 8,50% dengan rata- rata kadar sebesar 1,559 ppm, pada konsentrasi 40% menunjukkan 15,02% dengan rata- rata kadar sebesar 1,462 ppm, dan pada konsentrasi 50% menunjukkan 26,70% dengan rata- rata kadar sebesar 1,255 ppm.
3. Pemberian larutan jeruk nipis yang efektif menurunkan kadar timbal sampai dibawah Nilai Ambang Batas Berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia 7387-2009 adalah dengan konsentrasi minimal 40%.
4. Batas konsumsi harian (Acceptable Daily Intake) pada kerang darah dengan berat 3 gr yang berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan pada rata-rata kadar timbal 1,448 ppm adalah 145,02 gr/hari kerang/hari, sedangkan pada konsentrasi 50 % rata-rata kadar timbal 1,249 ppm adalah 169,35 gr/hari.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan larutan jeruk nipis sebagai alternatif bahan tambahan makanan dalam menurunkan kandungan logam timbal (Pb) pada proses pengolahan makanan laut secara mudah dan sederhana.
2. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan dan penegendalian pencemaran perairan Belawan sehingga biota air seperti kerang darah aman dikonsumsi oleh masyarakat.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh larutan jeruk nipis terhadap kadar logam berat lainnya pada kerang atau dengan peningkatan variasi konsentrasi dan lama perendaman.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kerang dengan ukuran yang berbeda untuk melihat perbandingan akumulasi logam timbal dan batas konsumsi aman pada kerang tersebut.
5. Dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian larutan jeruk nipis terhadap kadar timbal pada kerang setelah perebusan sekaligus melakukan uji kandungan gizi setelah pemberian larutan jeruk nipis.
6. Pada kerang darah dengan berat 3 gr yang berasal dari Tempat pelelangan Ikan Belawan pada kerang yang kadar awal timbalnya 1,704 hanya bisa dikonsumsi sebanyak 41 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 0%
dengan kadar timbal 1,610 hanya bisa dikonsumsi 43 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 10% dengan kadar timbal 1,604 hanya bisa dikonsumsi 44 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 20% dengan kadar timbal 1,565 hanya bisa dikonsumsi 45 kerang/hari, pada perlakuan
dengan konsentrasi 30% dengan kadar timbal 1,559 hanya bisa dikonsumsi 46 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 40% dengan kadar timbal 1,448 hanya bisa dikonsumsi 49 kerang/hari, sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 50% dengan kadar timbal 1,249 hanya bisa dikonsumsi 56 kerang/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, B., Afriyani, E., & Saputra, A. M. Distribusi spasial logam Pb dan Cu pada sedimen dan air laut permukaan di perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Teknobiologi, 2(1): 1–8.
Azhar H, Widowati I, Suprijanto J. 2012. Studi kandungan logam berat Pb, Cu, Cd, Cr pada kerang simping (Amusium pleuronectes), air, dan sedimen di Perairan Wedung, Demak serta analisis maximum tolerable intake pada manusia. J Marine Research. 1(2):35-44.
Buwono, I.D, dkk. 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri) Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan Konsentrasi dan waktu perendaman Na2Ca EDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura, 7(3): 5-6
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Cetakan Pertama.
Jakarta : Universitas Indonesia
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Cetakan I. Jakarta : Universitas Indonesia
Destia, A.K.W., Dewi, N.K., Utami, N.R. 2014. Akumulasi Logam berat timbal (Pb) Pada Daging Kerang Hijau (Perna viridis) Di Muara Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes journal of life science, 3 (1): 7.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius Fardiaz, S. 1992. Polusi air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Fardiaz, S. 2002. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius
Ginting, A. 2014. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) di pantai Belawan Provinsis Sumatera Utara. Jurnal Aquacostmarine, 3(2): 3-5.
Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan : Teori Dan Aplikas Edisi 3. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Harteman, E., D. Soedharma., A. Winarto., dan H.S. Sanusi. 2008. Deteksi logam berat pada perairan, sedimen dan sirip ikan Badukan (Arius caelatus dan A.maculatus) di Muara Sungai Kahayan dan Sungai Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati, 9 (3) : 275-283
Hayati, N. 2009. Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, Sumatera Utara
Hudaya, R. 2010. Pengaruh Pemberian Belimbing Wuluh ( Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Laut Belawan. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, Sumatera Utara Indasah, Arsianiti, A., Sugijanto., Sugianto, A. 2011. Asam Sitrat dapat
Menurunkan Kadar Pb dan Cd pada Kupang Beras (Corbula Faba). Folia Medica Indonesia. 4(1): 46-51.
Lubis, H, dan Chalikuddin A. 2008. Pemeriksaan Kandungan Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium dalam Daging Rajungan Segar yang Berasal dari TPI Gabion Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Kedokteran Nusantara, 41(1)
Manik, K.E.S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Edisi Revisi, Jakarta:
Djambatan.
Melisa, R. 2015. Analisis kandungan kadmium (Cd) dan timbal (Pb) pada air, sedimen dan kerang bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pesisir Belawan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Aquacostmarine, 6(1): 4-5.
Nisma, F., Situmorang, F., Wulan, H. 2012. Efektifitas Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Cristm. & Panzer Swingle) Terhadap Penurunan Kadar Logam Timbal (Pb), Cadmium (Cd), dan Tembaga (Cu) Pada Daging Kerang Hijau (Perna viridis L.). Jurnal Farmasains. 1(5): 5-6 Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraha, W.A. 2009. Kandungan Logam Berat Pada Air Dan Sedimen Di Perairan Socah Dan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan.
2(2): 3-4
Nurvita, S. (2015). Pengaruh variasi konsentrasi air jeruk nipis (citrus aurantifolia) dalam menurunkan kadar kadmium (Cd) pada daging kerang darah (Anadara granosa). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3): 5.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta Putra, E.A. 2008. Analisis Limbah Industri Logam Terhadap Kualitas Air Sungai
Deli ( Ditinjau Dari Aspek Fisika Dan Kimia. Thesis Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan (PSL) USU, Sumatera Utara.
Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 11 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Rochyatun, E., Kaisupy, T.M., & Rozak, A. (2006). Distribusi Logam Berat Dalam Air Dan Sedimen Di Perairan Muara Sungai Cisadane. Jurnal Makara Sains, 10(1), 35-40.
Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Cetakan keempat, Jakarta: Djambatan.
Rukmana, R. 2004. Budi Daya Kerang Hijau. Semarang: Aneka Ilmu.
Sambel, D. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : CV. Andi Offset
Santi, D.N, 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. Diakses tanggal 15 Desember 2018.
http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-Devi3.pdf
Sarwono, B. 2001. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Setiawan, T.S., Rachmawati, F., Raharjo. 2012. Efektivitas Berbagai Jenis Jeruk (Citrus Sp.) untuk Menurunkan Logam Berat Kadar Pb dan Cd pada Udang Putih (Panaeus Marguiensis). Jurnal LenteraBio. 1(1): 35-40.
Setyono, D.E. 2006. Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut. Jurnal Oseana, ISSN 0216-1877 Volume XXXI. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.
Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suaniti, N.M. 2007. Pengaruh EDTA dalam Penentuan Kandungan Timbal dan Tembaga pada Kerang Hijau (Mytilus viridis). Jurnal Ecotrophic. ISSN 1907-5626 2 (1) : 1-7.
Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P, 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap kesehatan. Jurnal kesehatan lingkungan, 2(2): 7-8.
Sudradjat, A. 2008. Budi Daya 23 Komunitas Laut yang Menguntungkan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Kencana : Jakarta.
Sumardi, Juajir. 1996. Hukum Pencemaran Laut Transnasional. Bandung: Citra Adytia Bakti.
Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya Suyono. 2014. Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Airlangga University Press
Tahril, I., Said, I. 2012. Analisis Logam Timbal (Pb) Dan Besi (Fe) Dalam Air Laut Di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara.
Jurnal Akademika Kimia. 1(4): 181-186
Tranggono, dkk. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additive). Pusat Antar Universitas-Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM.
Uly, V.S. 2011. Analisis Cemaran Timbal Dan Kadmium Pada Ikan Yang Hidup Di Daerah Pesisir Dan Laut Dangkal Perairan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Wardani, K. A., Dewi, K. N., Utami. R. N. Akumulasi logam berat timbale (Pb) pada daging kerang hijau (Perna viridis) di Muara Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes Journal of Life Science. 3(1): 1-8.
[WHO] World Health Organization. 2011. Joint FAO/WHO Food Standart Programme Codex Committee on Contramination in Foods. Fifth Session.
Netherland (NL): WHO.
Widowati, W., dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Andi Offset
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Preparasi Kerang Darah
Dipindahkan ke labu takar 100 ml Diencerkan dengan akuades
Disaring dengan kertas Whatman 42 hingga putih jernih
Diukur kadar timbal dengan Alat AAS VGA 77
Daging Kerang Darah 50 gr yang telah direndam larutan
Abukan kerang dengan furnace selama 4 jam
Sampel + HCL &
HNO₃ pekat
50 ml Larutan Sampel
Hasil
Lampiran 2. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7387 : 2009 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Makanan
1. Timbal (Pb)
No Jenis Makanan Batas Maksimum
(ppm atau mg/kg)
1 Susu Olahan 0,02
2 Margarin 0,1
3 Mentega 0,1
4 Minyak Nabati yang dimurnikan 0,1
5 Tomat olahan 1,0
11 Ikan predator olahan seperti cucut, tuna, marlin 0,4
12 Kekerangan moluska dan teripang 1,5
13 Udang olahan dan krustasea olahan lainnya 0,5
14 Garam 10,0
15 Kecap 5,0
16 Susu formula bayi 0,02
17 Susu formula lanjutan 0,02
18 MP-ASI siap santap 0,3
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Timbal Pada Kerang Darah
Lampiran 7. Perhitungan Penurunan Kadar Timbal (Pb) pada Kerang
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar Lampiran 8.1 Kerang Darah (Anadara granosa)
Gambar Lampiran 8.2 Jeruk Nipis (Aurantifolia Swingle)
Gambar Lampiran 8.3 Peneliti memisahkan daging kerang dari cangkang
Gambar Lampiran 8.4 Peneliti menimbang daging kerang
Gambar Lampiran 8.5 Daging kerang yang telah ditimbang
Gambar Lampiran 8.6 Larutan Jeruk nipis
Gambar Lampiran 8.7 Peneliti membuat larutan jeruk nipis ditambah aquades
Gambar Lampiran 8.8 Larutan jeruk nipis konsentrasi 50%
Gambar Lampiran 8.9 Daging kerang yang telah direndam dalam larutan jeruk nipis
Gambar Lampiran 8.10 daging kerang disaring dengan kertas Whattman 42
Gambar Lampiran 8.11 Daging kerang diabukan selama 4 jam
Gambar Lampiran 8.12 Alat yang digunakan untuk mengabukan sampel
Gambar Lampiran 8.13 Hasil Pengabuan sampel selama 4 jam
Gambar Lampiran 8.14 Larutan Sampel sebelum penyaringan
Gambar Lampiran 8.15 Filtrasi yang akan dianalisis
Gambar Lampiran 8.16 Standarisasi larutan sebelum pembacaan hasil
Gambar Lampiran 8.17 Pembacaan kadar timbal pada sampel
Gambar Lampiran 8.18 Spektrofotometri Serapan Atom