• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman praktis peneliti dibidang penelitian kesehatan masyarakat.

2. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama.

3. Sebagai tambahan referensi karya tulis yang berguna bagi masyarakat luas dibidang kesehatan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

2. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui keamanan mengonsumsi kerang darah yang berasal dari perairan Belawan.

1. Memberikan alternatif bagi masyarakat khususnya para ibu cara menurunkan kadar timbal (Pb) pada kerang darah sebelum dimasak.

2. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait dengan pengawasan terhadap pencemaran logam berat pada kerang darah.

3. Sebagai penemuan sederhana dalam menangani penurunan pencemaran logam berat pada bahan makanan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Lingkungan hidup

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 nomor 14 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

2.2 Pencemaran Air

Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 11 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kehidupan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran air terjadi ketika air mengalami kelebihan beban dengan sesuatu yang terlalu banyak, dan organisme akuatik tidak mampu untuk membersihkannya. Beberapa jenis organisme dapat mati dan yang lainnya dapat tumbuh lebih cepat (Suyono, 2014).

2.2.1 Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi (Sumantri, 2010) :

a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan warna, bau, dan rasa.

b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.

c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.

2.2.2 Sumber Pencemaran Air

Menurut Fardiaz (1992), sumber pencemaran air dapat dibagi menjadi sembilan kelompok, yaitu:

a. Padatan

Berdasarkan besar partikelnya padatan yang mencemari air dapat berupa padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi, koloid dan padatan terlarut.

b. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen

Bahan-bahan ini terdiri dari bahan yang mudah membusuk atau dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Polutan semacam ini dapat berasal dari berbagai sumber seperti kotoran hewan maupun manusia, tanaman yang mati atau sampah organik, bahan dari industri pengolahan pangan, pabrik kertas, pabrik penyamak kulit dan sebagainya.

c. Mikroorganisme dalam air

Mikroorganisme yang terdapat dalam air seperti bakteri, virus, protozoa dan parasit. Mikroorganisme ini dapat berasal dari limbah rumah tangga, rumah sakit, pertanian dan pada umumnya menjadi penyebab utama terjadinya water borne disease.

d. Komponen organik sintetik

Seperti detergen, pestisida, larutan pembersih dan masih banyak lagi bahan organik sintetik terlarut yang sering digunakan oleh manusia.

e. Nutrien tanaman

Sumber pencemaran ini dapat berasal dari penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat pada lahan pertanian.

f. Minyak

Pencemaran air oleh minyak dapat berupa tumpahan minyak di perairan, pengeboran minyak dan dari sumber lain misalnya buangan pabrik.

g. Senyawa anorganik dan mineral

Senyawa ini berupa asam, garam dan bahan toksik logam yang berdampak buruk bagi kehidupan organisme sekaligus peralatan manusia.

h. Bahan radioaktif

Aktivitas yang menjadi sumber bahan radioaktif dalam air antara lain peleburan dan pengolahan logam, pembuatan senjata nuklir, pembangkit tenaga nuklir, pengobatan, industri dan penelitian.

i. Panas

Air digunakan sebagai medium pendingin dalam proses industri menyebabkan naiknya suhu badan air penerima.

2.2.3 Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan

ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam empat kategori (Sumantri, 2010):

a. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu, kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, sehingga proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Oleh karena itu, air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.

b. Dampak Terhadap Kualitas Tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survei sumur dangkal di Jakarta. Banyak yang mengindikasi terjadinya pencemaran ini.

c. Dampak Terhadap Kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular antar lain (Slamet, 1994) : 1. Air sebagai media mikroba patogen : Penyakit-penyakit ini hanya dapat

menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air, di antaranya Vibrio cholera, Salmonella typhi.

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit (water related vector borne diseases) : Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan

penyakit pada masyarakat. Insekta tersebut disebut juga sebagai vektor penyakit yang dapat mengandung berbagai jenis penyebab penyakit.

Contohnya Aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab penyakit Dengue.

3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri : Terbatasnya jumlah air bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit, di antaranya penyakit kulit dan mata. Ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Contoh penyakit yang tergolong dalam kelompok ini adalah : penyakit trachoma serta segala macam penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.

4. Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit : contohnya Siput yang hidup di air dapat membawa cacing-cacing kecil yang selanjutnya cacing-cacing ituakan mencemari air dimana siput itu hidup. Selanjutnya, cacing-cacing itu akan memasuki kulitmanusia yang berenang, mencuci pakaian atau berjalan di dalam air tersebut. Akibatnya, cacing-cacing itu akan menyebabkan timbulnya darah di dalam air kencing penderita (Schistosomiasis).

d. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan ini akan semakin tercemar yang ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan dapat mengurangi estetika lingkungan.

2.3 Pencemaran laut

Kehidupan manusia di bumi sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Dengan demikian laut seolah-olah sebagai sabuk pengaman kehidupan manusia di bumi. Di sisi lain, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfer dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke lautan (Darmono, 2001).

Pada dasarnya laut secara alamiah mempunyai kemampuan untuk menetralisir zat pencemar yang masuk ke dalamnya. Namun, jika zat pencemar tersebut berlebihan sehingga melampaui batas kemampuan air laut dalam menetralisirnya dan melampaui batas ambang cemar maka kondisi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan laut.

Menurut Sumardi (1996), yang dimaksud dengan pencemaran laut adalah menurunnya kualitas air laut karena aktivitas manusia baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja memasukkan zat-zat pencemar dalam jumlah tertentu ke dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) sehingga menimbulkan akibat yang negatif bagi sumber daya hayati dan nabati di laut, kesehatan manusia, aktivitas manusia di laut dan terhadap kelangsungan hidup dari sumber daya hidup di laut.

2.3.1 Bentuk- bentuk Pencemaran Laut

Jika ditinjau dari sumbernya, pencemaran laut dapat dikategorikan sebagai berikut (Sumardi, 1996):

a. Zat pencemar yang berasal dari darat yang terjadi melalui aliran sungai di mana zat tersebut berasal. Misalnya air buangan rumah tangga dan industri.

b. Zat pencemar yang berasal dari kapal laut, seperti limbah dari kapal dan tumpahan minyak dari kapal tanker.

c. Limbah buangan merupakan bentuk gabungan. Hal ini dikarenakan limbah industri tertentu yang berasal dari daratan diangkut oleh kapal atau pesawat udara untuk dibuang ke laut.

d. Zat yang bersumber dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dasar laut serta tanah di bawahnya seperti pengeboran minyak.

e. Zat pencemar yang bersumber dari udara misalnya asap-asap pabrik.

Selain itu, pencemaran laut juga dapat dikelompokkan berdasarkan sebab terjadinya pencemaran. Adapun pengelompokannya adalah sebagai berikut:

pencemaran karena kegiatan atau operasional, pencemaran karena kecelakaan dan pencemaran karena limbah buangan.

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pencemaran Laut

Pencemaran laut sangat dipengaruhi oleh kondisi alami lingkungan laut dan keadaan musim. Kondisi alami lingkungan laut diantaranya adalah pola arus dan keadaan pasang surut, proses iklim dan kondisi alam, curah hujan terhadap salinitas air laut serta sedimentasi oleh banjir dari sungai dan gabungan daripadanya. Hal tersebut merupakan faktor alami yang memegang peranan penting dalam terjadinya pencemaran laut sehingga sangat esensial untuk diperhatikan karena banyak mempengaruhi penyebaran atau perembesan pencemaran laut (Sumardi, 1996).

Faktor selanjutnya adalah keadaan musim seperti musim kemarau atau penghujan, musim utara atau selatan dan musim dingin. Kondisi musim menentukan tekanan udara yang akan mempengaruhi sirkulasi udara. Sirkulasi udara ini turut mempengaruhi variasi sirkulasi air laut. Hal ini akan berdampak pada tingkat penyebaran pencemaran laut.

2.3.3 Pencemaran Laut oleh Timbal (Pb)

Secara alamiah logam berat dapat masuk ke perairan melalui berbagai cara.

Pb masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan, disamping itu proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin (Tahril, 2012).

Selain itu pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan antar pulau.

banyak terjadi kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah aktivitas kapal laut yang keluar masuk pelabuhan guna melakukan aktivitas bongkar muat barang dan juga penggantian bahan bakar minyak oleh kapal-kapal.

Aktivitas pelabuhan dapat menjadi salah satu sumber pencemaran logam berat di

perairan sekitarnya (Amin dkk, 2011). Umumnya bahan bakar minyak mendapat zat tambahan tetraetyl yang mengandung Pb untuk meningkatkan mutu, sehingga limbah dari kapal-kapal tersebut dapat menyebabkan kadar Pb di perairan tersebut menjadi tinggi. Logam berat Pb yang terkandung dalam bahan bakar sebagai anti pemecah minyak (seperti Pb tetraethyl dan tetramethyl) ini kemudian dilepaskan ke atmosfir melalui alat pembuangan asap dan bagian ini kemudian terlarut dalam laut. Selain itu aktivitas manusia yang terjadi di daratan seperti buangan limbah rumah tangga melalui sampah-sampah metabolik dan korosi pipa-pipa air yang mengandung logam-logam berat Pb juga dapat memberikan andil yang cukup besar terhadap masuknya logam-logam berat Pb di perairan laut (Rochyatun dkk, 2006).

2.4 Timbal (Pb)

Timbal atau timah hitam mempunyai nama ilmiah Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan tit ik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II).

Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 1994).

Menurut Rahde (1994) dalam Widowati (2008) timbal adalah logam yang bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang

tercemar Pb. Masuknya Pb ke dalam tubuh bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral.

2.4.1 Sifat Timbal (Pb)

Adapun sifat-sifat logam timbal (Pb) antara lain (Palar, 2008) :

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 .

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri.

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

2.4.2 Sumber Pencemar Timbal (Pb) 1. Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.

Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung timbal (Pb) sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan timbal (Pb) dalam air

danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 μg/m3.

Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung timbal (Pb), penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 μg/kg berat kering (Sudarmaji, dkk, 2006).

2. Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

1. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).

2. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.

3. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).

4. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel.

Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.

5. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika

dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).

3. Sumber dari Transportasi

Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).

2.4.3 Efek toksik timbal

Timbal (Pb) adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa masuk ke dalah tubuh melalui tindakan mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral. Absorpsi Pb pada orang dewasa sebesar 5-15% dari keseluruhan Pb yang dicerna, sedangkan pada anak-anak yaitu 41,5%.

Di dalam tubuh manusia, Pb dapat menghambat aktivitas enzim dalam pembentukan hemoglobin (Hb), sebagian kecil Pb yang terikat oleh protein akan diekskresikan lewat urin dan feses sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, kuku, jaringan lemak, hati, dan rambut (Widowati, 2008).

2.4.4 Mekanisme Toksisitas Logam Pb Pada Manusia

Toksisitas logam timbal bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksisitasnya berbeda berdasarkan organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut:

a. Sistem hemopoietik : Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.

b. Sistem saraf pusat dan tepi : dapat menyebabkan gejala gangguan saraf perifer dan gangguan ensefalopati.

c. Sistem ginjal : dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.

d. Sistem gastro-intestinal : menyebabkan kolik dan konstipasi.

e. Sistem kardiovaskuler : menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah.

f. Sistem reproduksi : menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita.

g. Sistem endokrin : mengakibatkan gangguan fungsi adrenal dan tiroid.

h. Bersifat karsinogenik pada dosis tinggi.

Toksisitas Pb bersifat kronis dan akut. Toksisitas kronis sering terjadi pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), pembuatan baterai, percetakan, dan pelapisan logam. Akibat dari paparan Pb secara kronis antara lain kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan sulit tidur.

Toksisitas akut terjadi apabila Pb masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau menghirup gas Pb dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Gejalanya antara lain gangguan gastrointestinal, gangguan neurologi, dan gangguan fungsi ginjal (Palar, 2008).

2.4.5 Penanggulangan toksisistas Pb

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari efek toksik Pb antara lain (Palar, 2008):

1. Melakukan tes medis (Pb dalam darah), bagi pekerja yang berisiko terpapar Pb.

2. Memenghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat makanan/minuman yang mengandung Pb.

3. Pemantauan kadar Pb di udara dan di dalam makanan secara berkesinambungan.

4. Mencegah anak menelan/menjilat mainan bercat atau berbahan mengandung cat.

5. Tidak makan dan minum di kawasan yang tercemar Pb.

6. Tempat penyimpanan makanan dan minuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau asap Pb.

7. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Pb, baik dari industri maupun kendaraan bermotor.

2.5 Keterpaparan Kerang Terhadap Logam Pb 2.5.1 Pengertian Kerang (Bivalvia)

Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda. Secara umum bagian tubuh kerang dibagi menjadi lima, yaitu (1)

kaki (foot byssus), (2) kepala (head), (3) bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), (4) selaput (mantle) dan cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Warna dan bentuk cangkang sangat bervariasi tergantung pada jenis, habitat dan makanannya (Setyono, 2006).

Menutur Romimohtarto (2009), kerang biasanya simetri bilateral, mempunyai sebuah mantel yang berupa daun telinga atau cuping dan cangkang setangkup. Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah mensekresi zat organik cangkang dan menimbun kristal-kristal kalsit atau kapur.

Cangkang terdiri dari tiga lapisan, yakni:

a) lapisan luar tipis, hampir berupa kulit dan disebut periostracum, yang melindungi.

b) lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium karbonat; dan

c) lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis. Lapisan tipis ini yang membuat cangkang menebal saat hewannya bertambah tua.

Kerang bernapas dengan sepasang insang yang dinamakan ctenidium dan mantel. Insang merupakan penyaring aktif yang mengambil oksigen dan bahan organik dalam air serta menolak apa saja yang dapat menyumbat alat penyaring tersebut. Insang melekat pada organ-organ dalam di bagian depan dan bagian ujungnya bebas di dalam rongga mantel.

Saluran pencernaan terdiri atas mulut, esofagus yang pendek, lambung yang dikelilingi kelenjar pencernaan, usus, rektum dan anus. Mulut kerang terdiri dari palpus-palpus atau cuping-cuping bibir yang merupakan dua daun telinga terlipat dua, akar insang melekat pada tempat yang terletak diantara dua daun telinga tersebut.

Dalam mengalirkan makanan ke mulut, cilia memegang peranan penting.

Dalam mengalirkan makanan ke mulut, cilia memegang peranan penting.