• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Perendaman kerang darah ( Anadara granosa ) dengan larutan jeruk nipis

1. Kontrol 0 % 2. Konsentrasi 10 % 3. Konsentrasi 20 % 4. Konsentrasi 30 % 5. Konsentrasi 40 % 6. Konsentrasi 50 % Selama 15 menit Kadar timbal (Pb)

pada kerang darah ( Anadara granosa) sebelum perendaman larutan jeruk nipis

Kadar timbal (Pb) pada kerang darah (Anadara granosa ) sesudah perendaman

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian True Eksperimental (eksperimen murni). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan berupa variasi konsentrasi perendaman dengan larutan jeruk nipis.. Pemilihan waktu perendaman yaitu 15 menit dengan asumsi waktu tersebut adalah waktu yang paling efisien.

Menurut Hanafiah (2011) jumlah ulangan dianggap telah cukup baik bila memenuhi persamaan berikut:

(t-1) (r-1) ≥ 15 Dimana t = jumlah perlakuan

r = jumlah ulangan

Berdasarkan rumus diatas dengan perlakuan sebanyak 6 kali maka perulangan yang harus dilakukan sebanyak 4 kali.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Preparasi sampel dan pengujian kadar Timbal (Pb) pada kerang darah sebelum dan sesudah perendaman larutan jeruk nipis akan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari Bulan Januari 2018 – April 2018.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kerang darah yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan Belawan. Pada penelitian ini akan digunakan kerang darah masing-masing dengan berat 50 gram setiap perlakuan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

Data diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel untuk melihat penurunan kadar timbal (Pb) sebelum pemberian dan setelah pemberian larutan jeruk nipis dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) VGA 77.

3.4.2 Alat Penelitian a. Alat Pengaduk

b. Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) VGA 77 c. Beaker Glass 250 ml

d. Cawan Patri e. Corong

f. Erlenmeyer 250 ml g. Hot Plate

h. Kertas Saring Whatman 42 i. Labu Takar 50 ml

j. Labu Takar 100 ml k. Labu Ukur

l. Pinset

m. Pipet Tetes n. Pipet Volumetri o. Pisau Cutter p. Termometer

q. Timbangan Elektronik

3.4.3 Bahan Penelitian a. Aquabidest b. Aquadest

c. Asam Klorida (HCl) Pekat d. Asam Nitrat ( HNO3) Pekat e. Hidrogen Peroksida (H2O2) 30 % f. Larutan Jeruk Nipis

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1 Pengambilan Sampel di Lapangan

Sampel kerang darah diambil dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Belawan yang berasal dari Laut Belawan. Metode pengambilan sampel dengan cara purposif, yaitu sampel yang tidak terambil memiliki karakteristik yang sama dengan sampel yang akan diteliti (Notoatmojo, 2002).

Besar sampel daging kerang untuk waktu perendaman 15 menit yaitu 200 gr pada masing-masing konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, sehingga total 1,2 kg untuk 4 kali pengulangan. Dengan asumsi berat rata-rata daging dari 1 kerang 3 gr artinya dibutuhkan 400 buah kerang darah. Kerang

tersebut dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk mencegah penambahan pencemaran.

3.5.2 Pembuatan Larutan Jeruk Nipis

1. Beberapa jeruk nipis dibelah menjadi 2 bagian untuk setiap jeruk nipis.

2. Tambahkan aquades sebanyak 100 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 0 % sebagai kontrol.

3. Peras jeruk nipis sebanyak 1-2 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 10 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 90 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 10 %.

4. Peras jeruk nipis sebanyak 1-2 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 20 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 80 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 20 %.

5. Peras jeruk nipis sebanyak 3-4 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 30 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 70 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 30%.

6. Peras jeruk nipis sebanyak 3-4 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 40 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 60 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 40%.

7. Peras jeruk nipis sebanyak 4-5 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 50 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 50 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 50%.

3.5.3 Cara Penyiapan Sampel Penelitian

1. Sediakan sampel (kerang darah) ± 4 kg dan dicuci bersih

2. Daging kerang diambil dengan cara membuka kerang dari cangkangnya 3. Tahap berikutnya melakukan penimbangan daging kerang untuk

masing-masing perlakuan 50 gr.

4. Sampel pertama ± 50 gr dipisahkan terlebih dahulu sebagai pre test.

5. Sampel kedua diambil masing-masing 50 gr untuk direndam dalam larutan jeruk nipis pada konsentrasi 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%

selama 15 menit dengan pengulangan sebanyak 4 kali.

3.5.4 Pemeriksaan Timbal pada Sampel

Pemeriksaan kadar timbal pada kerang dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

1. Siapkan cawan bersih petri yang bersih dan masukkan sampel daging kerang darah dalam cangkir dan ditimbang beratnya sekitar 50 gr.

2. Lakukan pengabuan di dalam furnace pada temperatur 600ºC sampai menjadi abu.

3. Didiamkan selama 24 jam untuk mencapai suhu kamar.

4. Setelah dingin sampel tersebut ditambahkan 5 ml HNO3 pekat (65%) hingga sampel terendam dan aduk rata.

5. Pindahkan ke dalam labu tentukur volume 100 ml dan tambahkan akuades 6. Lakukan penyaringan dengan kertas saring whatman no. 42.

7. Dari hasil penyaringan didapat filtrasi yang akan digunakan untuk uji kuantitatif.

8. Kemudian diperiksa dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 228,8 nm.

9. Dilakukan pencatatan data hasil pengukuran.

3.5.5 Prosedur Pengoperasian AAS VGA 77 1. Pembuatan Method Type Vapour (VGA) :

a. Aktifkan Spectro AA Software dengan mengklik 2x logo Spectro AA.

b. Klik button Worksheet kemudian klik New.

c. Isi nama file, operator dl kemudian klik OK.

d. Pada menu bar develop klik add method.

e. Pastikan method type = vapour.

f. Pilih elemen yang akan dianalisa kemudian klik OK.

2. Edit Method :

a. Klik button Edit Method b. Type/Mode :

1. Sampling mode = Mode c. Measurement :

1. Meaurement Mode = Integration 2. Calibration Mode = Conceration

3. Measurement Time = waktu pembacaan 4. Delay Time = waktu tunda pembacaan 5. Replicate = pengulangan pembacaan d. Optical :

1. Lamp position = posisi lampu

e. Standard :

1. Standards Cone = konsentrasi standard

f. Klik menu bar Labels, kemudian beri label sample sesuai dengan yang diinginkan.

g. Batasi jumlah baris sample dengan mengklik button Total Row 3. Optimasi :

a. Klik menu bar Analysis, kemudian klik Optimize

b. Pilih lampu yang akan dioptimasi lalu klik OK, sehingga muncul bar indicator lampu dan unggu beberapa saat utuk warm up lamp

c. Klik button Optimize lamp. Putar dua buah Tured adjuster secara bergantian untuk mendapatkan yang optimum gunakan.

d. Pasang Absorbance Cel pada burner kemudian atur posisi vertical , horizontal, dan putaran burner untuk meluruskan Absorbance Cel dengan lampu sehingga besarnya gain mendekati gain tanpa Absorbance Cel.

e. Nyalakan VGA dan pastikan bahwa indicator low pressure tidak menyala.

f. Aspirasikan aquadest untuk membilas tubing dan mengatur uptake rate : reductant dan acid 1 ml/menit, sample 6-8 ml/menit.

g. Masukkan tubing reductat dan acid ke otol masing-masing, tubing sample tetap pada aquadest.

h. Klik button Optimasi signal

i. Aspirasikan blank tunggu ± 1 menit kemudian klik button instrument zero sehingga absorbance = 0,000 ± 10

j. Aspirasikan standard yang maksimal dan atur absorbance sehingga memenuhi acuan sensitivitasnya.

k. Jika sudah tercapai, aspirasikan blank, kemudian klik OK.

l. Pada dialog box Optimize, klik Cancel 4. Kalibrasi dan Analisa :

a. Aspirasikan blank

b. Pada table standart, klik pada call zero, klik button read . Tunggu sampai replicate terakhir selesai

c. Lakukan cara yang sama untuk standard yang lain dan sample

d. Setelah selesai analisa, bilas masing-masing tubing dengan aquades ± 15 menit dan kosongkan

3.6 Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel

a. Variabel terikat : Kadar Logam Timbal (Pb) b. Variabel bebas : Konsentrasi larutan jeruk nipis

3.6.2 Definisi Operasional

1. Kerang darah adalah kerang yang berat daging 3 gr. Binatang laut yang merupakan salah satu jenis mollusca dengan ciri-ciri mempunyai tubuh yang pipih, mempunyai cangkang, adanya mantel yang melekat di bawah cangkang.

2. Kadar timbal (Pb) pada kerang darah adalah banyaknya kadar timbal (Pb) pada kerang darah yang diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom

(SSA) dengan satuan ppm (mg/kg) di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

3. Kadar timbal (Pb) pada kerang darah setelah pemberian larutan jeruk nipis adalah banyaknya Pb yang ditemukan dalam kerang darah yang telah diberikan larutan jeruk nipis yang diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan satuan ppm (mg/kg) di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

4. Pemberian jeruk nipis pada kerang darah dengan konsentrasi 0% dan lama perendaman 15 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 100 ml tanpa perasan jeruk nipis selama 15 menit.

5. Pemberian jeruk nipis pada kerang darah dengan konsentrasi 10% dan lama perendaman 15 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 90 ml dan 10 ml perasan jeruk nipis selama 15 menit.

6. Pemberian jeruk nipis pada kerang darah dengan konsentrasi 20% dan lama perendaman 15 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 80 ml dan 20 ml perasan jeruk nipis selama 15 menit.

7. Pemberian jeruk nipis pada kerang darah dengan konsentrasi 30% dan lama perendaman 15 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 70 ml dan 30 ml perasan jeruk nipis selama 15 menit.

8. Pemberian jeruk nipis pada kerang darah dengan konsentrasi 40% dan lama perendaman 15 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 60 ml dan 40 ml perasan jeruk nipis selama 15 menit.

9. Pemberian jeruk nipis pada kerang darah dengan konsentrasi 50% dan lama perendaman 15 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 50 ml dan 50 ml perasan jeruk nipis selama 15 menit.

3.7 Metode Pengukuran

Metode pengukuran untuk melihat penurunan logam berat sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dapat dihitung dengan rumus (Buwono, 2005) :

I = Keterangan :

I : Tingkat penurunan kadar logam berat (%) Io : Kadar logam berat pada awal penelitian (ppm) It : Kadar logam berat pada akhir penelitian (ppm).

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium disajikan dalam

bentuk tabel distribusi berdasarkan variasi konsentrasi larutan jeruk nipis serta

perulangannya. Pembahasan dan analisis dilakukan secara deskriptif untuk

melihat perlakuan mana yang paling efektif untuk menurunkan kadar timbal

sampai di bawah NAB yang telah ditentukan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Belaw an

Luas wilayah Kecamatan Medan Belawan adalah 2.192 Ha yang terdiri dari enam kelurahan. Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Belawan:

a. Sebelah Utara : Selat Malaka b. Sebelah Timur : Percut Sei Tuan

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Labuhan d. Sebelah Barat : Hamparan Perak

Kecamatan Medan Belawan adalah daerah pesisir Kota Medan dan merupakan wilayah bahari serta maritim yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di Kecamatan Medan Belawan ini terdapat Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan terbuka untuk perdagangan internasional, regional dan nasional. Pelabuhan ini menjadi urat nadi perekonomian Sumatera Utara, khususnya arus keluar masuk barang dan penumpang melalui angkutan laut sehingga Kota Medan dikenal dengan pintu gerbang Indonesia bagian barat (Hayati, 2009).

Tidak semua kelurahan yang ada di Medan Belawan menjadi tempat pendistribusian kerang. Daerah yang menjadi sumber pendistribusian kerang dari nelayan ke penjual adalah kelurahan Bagan Deli. Para penjual kemudian memasarkan kerang, baik ke pasar tradisional setempat ataupun ke daerah lain hingga akhirnya sampai kepada konsumen.

4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa) yang Berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan

Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada sampel kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan sebelum perlakuan

menunjukkan hasil sebesar 1,704 mg/kg yang mana telah melewati ambang batas maksimum yang diizinkan menurut SNI 7387-2009 (batas maksimum 1,5 mg/kg) atau jika dikonversikan ke gram menjadi (0,015 mg/gr).

4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pengaruh Pemberian Larutan Jeruk Nipis Terhadap Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi yang berbeda (0% sebagai kontrol, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%) selama 15 menit terhadap kadar timbal pada kerang darah sebanyak 4 kali pengulangan maka diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa) Setelah Pemberian larutan jeruk nipis

Pada Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa kadar timbal pada enam perlakuan pemberian larutan jeruk nipis menunjukkan hasil yang berbeda. Pada perlakuan selama 15 menit, kadar timbal yang paling tinggi terdapat pada kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 1,610 ppm dan mengalami penurunan sebesar 5,52%, pada perlakuan dengan konsentrasi 10% rata-rata kadar timbalnya yaitu 1,604 ppm dan mengalami penurunan 5,86%, pada perlakuan dengan konsentrasi 20%

rata-rata kadar timbalnya sebesar 1,565 ppm dan mengalami penurunan 8,16%, pada perlakuan dengan konsentrasi 30% rata-rata kadar timbalnya yaitu 1,559 ppm dan mengalami penurunan 8,50%. Namun, hasil kadar timbal diatas masih diatas Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan.

Pada perlakuan dengan konsentrasi 40% nilai kadar timbal sudah dibawah NAB yaitu dengan rata-rata sebesar 1,448 ppm dan mengalami penurunan 15,02%. Sedangkan kadar timbal paling rendah terdapat pada konsentrasi 50%

yaitu dengan rata-rata 1,249 ppm dan mengalami penurunan sebesar 26,70%.

Oleh karena itu, dari hasil tabel pemeriksaan kadar timbal diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis maka penurunan kadar timbal juga semakin besar atau setiap penambahan konsentrasi larutan jeruk nipis menunjukkan hasil pemeriksaan kadar timbal semakin rendah.

Maka berdasarkan hasil penelitian diatas konsentrasi yang efektif dalam menurunkan kadar timbal pada kerang darah yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan Belawan sambai dibawah Nilai Ambang Batas adalah dengan konsentrasi 40% selama 15 menit dengan rata-rata 1,448 ppm dan penurunan sebesar 15,02%.

Gambar 4.1 Grafik Penurunan Kadar Timbal Setelah Diberi Perlakuan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang diberikan maka semakin tinggi pula penurunan kadar timbal pada kerang darah. Jumlah penurunan kadar timbal berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi larutan jeruk nipis yang diberikan.

4.4 Laju Konsumsi aman Kerang

ADI (Acceptable Daily Intake) atau batas asupan harian yang diperbolehkan merupakan salah satu mekanisme untuk meminimalisasi efek logam berat terhadap kesehatan manusia. Dari setiap jenis kerang darah (Anadara granosa) diperoleh data batas asupan harian untuk kerang dengan kadar timbal yang sudah dibawah NAB setelah diberi perlakuan dengan larutan jeruk nipis seperti tersaji pada tabel 4.2 di bawah ini:

Berikut ini merupakan rumus batas aman konsumsi per minggu (Maximum Weekly Intake) yang diterbitkan WHO dan JEFCA (2011) untuk mengurangi

MWI = Berat badana) x PTWIb)

Keterangan:

a) : Untuk asumsi berat badan sebesar 60 kg

b) :Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) (angka toleransi batas maksimum per minggu) yang dikeluarkan lembaga pangan terkait dalam satuan mg/kg berat badan (25 µg/kg/minggu) / (0,025mg/kg/minggu).

Setelah MWI dan konsentrasi logam diketahui pada masing-masing biota, selanjutnya dapat menentukan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) dengan rumus (Turkemen et al. 2008 in Azhar et al. 2012)

ADI = t 7 hari

Keterangan :

MWI : Maximum Weekly Intake (angka toleransi batas maksimum per minggu yang dikeluarkan lembaga pangan terkait dalam satuan mg/kg berat badan.

(orang dengan berat badan 60 kg per minggu)

Ct : Konsentrasi logam berat yang ditemukan di dalam daging (mg/kg) MWI = 60 kg × 0,025 mg/kg/minggu = 1,5 mg/minggu

ADI = 1,5 mg/minggu : 7 = 0,21 (kadar yang diperbolehkan menurut WHO)

 Pada kadar awal untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,704

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,7040,21 jadi didapatkan x = 123,5 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 41 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 0% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,610

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,610

0,21 jadi didapatkan x = 130,4 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 43 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 10% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,604

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,604

0,21 jadi didapatkan x = 131,2 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 44 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 20% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,565

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,565

0,21 jadi didapatkan x = 134,6 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 45 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 30% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,559

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,604

0,21 jadi didapatkan x = 135,4 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 46 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 40% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,448

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,448

0,21 jadi didapatkan x = 145 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 49 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 50% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,249

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,249

0,21 jadi didapatkan x = 169,3 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 56 kerang/hari.

Tabel 4.2 Batas asupan harian timbal dalam Kerang Darah (Anadara granosa) yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan No Perlakuan Rata-rata kadar

timbal (Pb) (ppm)

Batas konsumsi harian kerang (g/hari) diperbolehkan pada kerang sebelum diberi perlakuan yang kadar timbalnya 1,704 sebesar 123,5 gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 0%

sebesar 130,4gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 10% sebesar 131,2 gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 20% sebesar 134,6 gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 30% sebesar 135,4 gr/hari, pada perlakuan yang rata-rata kadar timbalnya dibawah NAB setelah diberi perlakuan minimal 40% paling rendah yaitu 145 g/hari. Sedangkan setelah perlakuan konsentrasi 50% batas amannya adalah 169,3 gr/hari.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa) yang Berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan

Pemeriksaan kadar logam timbal dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar logam timbal (Pb) pada sampel kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari TPI Belawan ternyata kerang tersebut telah tercemar timbal.

Kadar timbal yang terdapat pada kerang darah (Anadara granosa) sebesar 1,704 ppm. Berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam timbal pada makanan yang diperbolehkan untuk logam timbal adalah sebesar 1,5 mg/kg (ppm) maka kadar timbal pada kerang tersebut telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Adanya kandungan timbal pada kerang dapat disebabkan karena habitat kerang yaitu laut belawan yang telah tercemar limbah industri seperti pabrik cat, pabrik kertas, pabrik peralatan listrik, pabrik bijih besi, industri pipa PVC, baterai kering, dan farmasi yang ada di sekitar kawasan perairan Belawan. Selain itu tingginya kandungan Pb pada Laut Belawan disebabkan pada beberapa titik merupakan jalur pipa pertamina dan dekat terdapat beberapa stasiun pengisian bahan bakar untuk kapal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2010) didapatkan hasil kandungan timbal pada air di Perairan Belawan yaitu 0,6 mg/l. Sesuai

sudah melewati nilai baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,008 mg/l.

Kandungan Pb dalam kerang darah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Pb di air. Hal ini menunjukkan bahwa Pb yang terdapat dalam air terakumulasi dalam tubuh biota kerang darah dikarenakan kerang yang hidup menetap dan lambat untuk menghindarkan diri dari polusi.

Kandungan timbal pada sedimen di Laut Belawan yaitu 71,61 mg/kg Berdasarkan Reseau National d’Observation (RNO), 1981 dalam Ginting (2010) bahwa baku mutu kandungan logam berat Pb dalam sedimen adalah berkisar 10-70 ppm. Bila dilihat dari hasil penelitian bahwa kandungan logam berat Pb dalam sedimen di Perairan Belawan sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

Kandungan Pb pada air jauh lebih rendah dibandingkan dengan kandungan Pb pada sedimen dan biota laut, hal ini disebabkan karena kandungan Pb pada air dapat mengendap pada sedimen dan sebagian lagi dapat terbawa arus dan gelombang menuju ke arah lautan. Berdasarkan Harteman, dkk., (2008) senyawa logam di air akan tenggelam dan mengendap serta diakumulasi oleh partikel-partikel sedimen.

Menurut Wardani et al. (2014), proses pengendapan terutama logam-logam berat yang tersebar di perairan akan terakumulasi dalam sedimen kemudian akan terakumulasi pada biota yang ada di dalam perairan.

5.2 Pengaruh Pemberian Larutan Jeruk Nipis Terhadap Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Kadar timbal pada kerang darah (Anadara granosa) seperti yang tertera pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kadar timbal pada kerang darah sebagai akibat penambahan larutan jeruk nipis. Rata-rata kadar

timbal pada penambahan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% selama 15 menit berturut-turut yaitu 1,610 ppm (menurun 5,52%), 1,604 ppm (menurun 5,86%), 1,565 ppm (menurun 8,16%), 1,559 ppm (menurun 8,50%), dan 1,448 ppm (menurun 15,02%), dan 1,249 (menurun 26,70%). Dari Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar timbal (Pb) pada seluruh kerang darah mengalami penurunan setelah diberi perlakuan dengan berbagai konsentrasi dimana penurunan tertinggi terjadi pada konsentrasi larutan jeruk nipis 50% (26,70%).

Kadar timbal pada seluruh penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi berbeda dapat menurunkan kadar timbal pada kerang darah dengan tingkat yang berbeda pula. Hal ini terjadi karena ion-ion logam timbal dapat terlepas dari ikatan kompleksnya akibat proses hidrolisis maupun degredasi (Tranggono, 1990).

Pada perlakuan kontrol yaitu konsentrasi 0%, adanya gugus fungsional – OH pada akuades menyebabkan akuades dapat mengkelat logam timbal.

Sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%

penurunan kadar timbal terjadi karena pada larutan jeruk nipis terkandung bahan sekuestran yaitu asam sitrat. Asam sitrat memiliki rumus kimia H2 OOH− OH OOH− H2 OOH ( 6H8O7). Gugus fungsional –OH dan COOH pada asam sitrat menyebabkan ion sitrat dapat bereaksi dengan ion logam membentuk garam sitrat. Menurut Rusli dalam Hudaya (2010), ion sitrat akan mengikat logam melalui proses pengkhelatan sehingga dapat menghilangkan ion logam yang terakumulasi pada kerang sebagai kompleks sitrat.

Menurut Hudaya (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah konsentrasi. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk

Menurut Hudaya (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah konsentrasi. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk