• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara granosa)

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Pemeriksaan kadar logam timbal dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar logam timbal (Pb) pada sampel kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari TPI Belawan ternyata kerang tersebut telah tercemar timbal.

Kadar timbal yang terdapat pada kerang darah (Anadara granosa) sebesar 1,704 ppm. Berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam timbal pada makanan yang diperbolehkan untuk logam timbal adalah sebesar 1,5 mg/kg (ppm) maka kadar timbal pada kerang tersebut telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Adanya kandungan timbal pada kerang dapat disebabkan karena habitat kerang yaitu laut belawan yang telah tercemar limbah industri seperti pabrik cat, pabrik kertas, pabrik peralatan listrik, pabrik bijih besi, industri pipa PVC, baterai kering, dan farmasi yang ada di sekitar kawasan perairan Belawan. Selain itu tingginya kandungan Pb pada Laut Belawan disebabkan pada beberapa titik merupakan jalur pipa pertamina dan dekat terdapat beberapa stasiun pengisian bahan bakar untuk kapal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2010) didapatkan hasil kandungan timbal pada air di Perairan Belawan yaitu 0,6 mg/l. Sesuai

sudah melewati nilai baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,008 mg/l.

Kandungan Pb dalam kerang darah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Pb di air. Hal ini menunjukkan bahwa Pb yang terdapat dalam air terakumulasi dalam tubuh biota kerang darah dikarenakan kerang yang hidup menetap dan lambat untuk menghindarkan diri dari polusi.

Kandungan timbal pada sedimen di Laut Belawan yaitu 71,61 mg/kg Berdasarkan Reseau National d’Observation (RNO), 1981 dalam Ginting (2010) bahwa baku mutu kandungan logam berat Pb dalam sedimen adalah berkisar 10-70 ppm. Bila dilihat dari hasil penelitian bahwa kandungan logam berat Pb dalam sedimen di Perairan Belawan sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

Kandungan Pb pada air jauh lebih rendah dibandingkan dengan kandungan Pb pada sedimen dan biota laut, hal ini disebabkan karena kandungan Pb pada air dapat mengendap pada sedimen dan sebagian lagi dapat terbawa arus dan gelombang menuju ke arah lautan. Berdasarkan Harteman, dkk., (2008) senyawa logam di air akan tenggelam dan mengendap serta diakumulasi oleh partikel-partikel sedimen.

Menurut Wardani et al. (2014), proses pengendapan terutama logam-logam berat yang tersebar di perairan akan terakumulasi dalam sedimen kemudian akan terakumulasi pada biota yang ada di dalam perairan.

5.2 Pengaruh Pemberian Larutan Jeruk Nipis Terhadap Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Kadar timbal pada kerang darah (Anadara granosa) seperti yang tertera pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kadar timbal pada kerang darah sebagai akibat penambahan larutan jeruk nipis. Rata-rata kadar

timbal pada penambahan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% selama 15 menit berturut-turut yaitu 1,610 ppm (menurun 5,52%), 1,604 ppm (menurun 5,86%), 1,565 ppm (menurun 8,16%), 1,559 ppm (menurun 8,50%), dan 1,448 ppm (menurun 15,02%), dan 1,249 (menurun 26,70%). Dari Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar timbal (Pb) pada seluruh kerang darah mengalami penurunan setelah diberi perlakuan dengan berbagai konsentrasi dimana penurunan tertinggi terjadi pada konsentrasi larutan jeruk nipis 50% (26,70%).

Kadar timbal pada seluruh penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi berbeda dapat menurunkan kadar timbal pada kerang darah dengan tingkat yang berbeda pula. Hal ini terjadi karena ion-ion logam timbal dapat terlepas dari ikatan kompleksnya akibat proses hidrolisis maupun degredasi (Tranggono, 1990).

Pada perlakuan kontrol yaitu konsentrasi 0%, adanya gugus fungsional – OH pada akuades menyebabkan akuades dapat mengkelat logam timbal.

Sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%

penurunan kadar timbal terjadi karena pada larutan jeruk nipis terkandung bahan sekuestran yaitu asam sitrat. Asam sitrat memiliki rumus kimia H2 OOH− OH OOH− H2 OOH ( 6H8O7). Gugus fungsional –OH dan COOH pada asam sitrat menyebabkan ion sitrat dapat bereaksi dengan ion logam membentuk garam sitrat. Menurut Rusli dalam Hudaya (2010), ion sitrat akan mengikat logam melalui proses pengkhelatan sehingga dapat menghilangkan ion logam yang terakumulasi pada kerang sebagai kompleks sitrat.

Menurut Hudaya (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah konsentrasi. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan maka semakin banyak logam-logam timbal yang bereaksi dengan asam sitrat. Hasil yang diperoleh adalah semakin besar penurunan kadar logam timbal pada kerang. Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan maka penurunan kadar timbal juga akan semakin tinggi.

Larutan jeruk nipis memiliki pengaruh yang besar dalam menurunkan kadar timbal pada kerang meskipun belum mencapai 100% penurunan. Hal ini disebabkan karena peneliti hanya menggunakan konsentrasi maksimal 50%

larutan jeruk nipis (3-4 buah) yang kemudian dilarutkan dalam 100 ml akuades, sesuai dengan jumlah yang digunakan oleh masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut telah terbukti larutan jeruk nipis dapat menurunkan kadar timbal pada kerang walaupun belum sampai dibawah batas maksimum yang ditetapkan SNI yaitu 1,5 ppm.

5.3 Pemaparan Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Kerang darah yang terdapat di Perairan Belawan diduga telah mengalami bioakumulasi logam berat Pb. Dugaan bahwa kerang darah potensial terakumulasi logam berat, karena sifatnya yang filter feeder dan menetap di dasar perairan.

Organisme yang hidupnya menetap, tidak bisa menghindar dari kontaminan dan mempunyai toleransi tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu, sehingga dapat mengakumulasi logam lebih besar dari hewan lainnya. Akumulasi ini terjadi karena kecenderungan logam berat Pb membentuk senyawa kompleks dengan

zat-zat organik yang terdapat dalam tubuh kerang darah dengan demikian logam berat Pb terikat dan tidak segera diekskresikan oleh kerang darah (Darmono, 1995).

Sehubungan dengan beraneka ragamnya penggunaan logam timbal maka pelepasan timbal dari limbah industri ditambah timbal yang berasal dari alam akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat timbal merupakan substansi yang persisten di dalam lingkungan. Timbal dapat berada di atmosfer, tanah dan perairan (Widowati, 2008).

Menurut Rochyatun dan Rozak (2007) kerang mendapatkan makanan dengan menjaring (filter feed) jasad-jasad renik terutama plankton nabati atau hewani, sehingga apabila lingkungan tempat kerang tersebut tercemar logam berat, maka pada tubuh kerang akan terakumulasi logam berat dalam jumlah tinggi. Tingginya kandungan logam berat pb pada daging kerang darah di Belawan diduga karena letak lokasi dekat dengan pelabuhan kapal-kapal, bongkar muat, kapal ikan, pabrik-pabrik, dan galangan kapal serta pemukiman penduduk.

Selain itu, di sepanjang hulu sungai juga terdapat banyak pabrik industri, memungkinkan adanya limbah buangan air yang dibuang ke sungai terbawa air sungai dan berakhir di Perairan Belawan dan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat cemaran yang dibawa oleh aliran sungai tersebut. Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan terutama mengendap di perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara absorbsi dan kombinasi.

Logam berat seperti Pb yang ada pada perairan akan turun dan mengendap pada dasar perairan kemudian membentuk sedimen, dan hal ini akan

menyebabkan organisme di dasar perairan seperti udang, rajungan dan kerang memiliki peluang yang besar untuk terpapar logam berat yang telah terikat didasar perairan dan membentuk sedimen. pengadukan sedimen memiliki kontribusi penting bagi proses akumulasi logam berat pada jaringan kerang darah. Hal tersebut akan mengakibatkan kandungan logam berat Pb dalam tubuh kerang darah akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan logam berat dalam lingkungan hidupnya. Akumulasi logam Pb dalam kerang dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu dari bentuk terlarut dalam air, terserap dalam lapisan lendir yang meliputi tubuhnya dan melalui rantai makanan. Terdeteksinya logam Pb dalam tubuh kerang tersebut diduga karena jenis organisme ini tidak bergerak atau mobilitasnya lamban sehingga tidak dapat mengekskresikan dengan baik logam Pb sehingga terakumulasi dalam jaringan sesuai dengan kenaikan logam Pb dalam air (Destia, et. al., 2014).

Menurut Suprapti (2008) banyaknya kandungan Pb ini disebabkan oleh sifat dari kerang darah termasuk hewan sedentari yang hidupnya relatif menetap di dasar perairan dan merupakan hewan filter feeder, sehingga mampu mengakumulasi logam berat Pb yang terdapat di lokasi tersebut. Semakin besar kadar logam berat di dalam lingkungan dan semakin lama kerang darah berada di tempat tersebut maka semakin besar kadar logam berat di dalam tubuhkerang darah.

5.4 Laju Konsumsi Aman Kerang yang Mengandung Timbal (Pb)

Akumulasi logam berat Pb yang terdapat pada tubuh manusia dapat menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu cara untuk menghindari resiko keracunan logam berat adalah dengan menentukan berat

maksimal asupan kerang darah dengan menghitung Provisional Toralable Weekly Intake (PTWI) untuk logam Pb. Menurut WHO (2011), PTWI merupakan sebuah

cara yang digunakan untuk mengukur kontaminan, seperti logam berat pada makanan yang sifatnya kumulatif. Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan batas maksimum logam timbal yang dapat ditoleransi oleh tubuh per minggu (Provisional Tolerable Weekly Intake) sebanyak 25 mg/kg per minggu per berat badan. Batas aman dibuat sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengkonsumsi kerang. Kadar timbal pada setiap kerang sebelum perlakuan telah melebihi kadar yang diperbolehkan dalam makanan. Tetapi kadar tersebut dapat ditolerir oleh tubuh sampai batas tertentu menurut Acceptable Daily Intake.

Kadar timbal pada kerang darah sesudah perlakuan yang sesudah memenuhi syarat untuk dikonsumsi adalah dengan perendaman larutan jeruk nipis konsentrasi 40% dimana kadar timbalnya sebesar 1,448 ppm, dengan kadar seperti ini ternyata untuk orang dengan berat badan 60 kg boleh mengkonsums 49 kerang per hari. Sedangkan setelah perlakuan dengan konsentrasi 50% dengan kadar timbal 1,249 ppm tingkat konsumsi yang diperbolehkan menjadi 56 kerang per hari.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian larutan jeruk nipis pada kerang darah dapat meningkatkan jumlah konsumsi aman kerang yang berasal dari Perairan Belawan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Kadar timbal pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari Perairan Belawan yaitu sebesar 1,704 ppm, yang mana kadar timbal pada kerang tersebut telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (1,5 ppm) sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.

2. Penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah pada dalam waktu 15 menit dengan konsentrasi larutan jeruk nipis 0% menunjukkan 5,52% dengan rata- rata kadar sebesar 1,621 ppm, pada konsentrasi 10% menunjukkan 5,86 % dengan rata- rata kadar sebesar 1,609 ppm, pada konsentrasi 20%

menunjukkan 8,16% dengan rata- rata kadar sebesar 1,564 ppm, pada konsentrasi 30% menunjukkan 8,50% dengan rata- rata kadar sebesar 1,559 ppm, pada konsentrasi 40% menunjukkan 15,02% dengan rata- rata kadar sebesar 1,462 ppm, dan pada konsentrasi 50% menunjukkan 26,70% dengan rata- rata kadar sebesar 1,255 ppm.

3. Pemberian larutan jeruk nipis yang efektif menurunkan kadar timbal sampai dibawah Nilai Ambang Batas Berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia 7387-2009 adalah dengan konsentrasi minimal 40%.

4. Batas konsumsi harian (Acceptable Daily Intake) pada kerang darah dengan berat 3 gr yang berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan pada rata-rata kadar timbal 1,448 ppm adalah 145,02 gr/hari kerang/hari, sedangkan pada konsentrasi 50 % rata-rata kadar timbal 1,249 ppm adalah 169,35 gr/hari.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan larutan jeruk nipis sebagai alternatif bahan tambahan makanan dalam menurunkan kandungan logam timbal (Pb) pada proses pengolahan makanan laut secara mudah dan sederhana.

2. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan dan penegendalian pencemaran perairan Belawan sehingga biota air seperti kerang darah aman dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh larutan jeruk nipis terhadap kadar logam berat lainnya pada kerang atau dengan peningkatan variasi konsentrasi dan lama perendaman.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kerang dengan ukuran yang berbeda untuk melihat perbandingan akumulasi logam timbal dan batas konsumsi aman pada kerang tersebut.

5. Dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian larutan jeruk nipis terhadap kadar timbal pada kerang setelah perebusan sekaligus melakukan uji kandungan gizi setelah pemberian larutan jeruk nipis.

6. Pada kerang darah dengan berat 3 gr yang berasal dari Tempat pelelangan Ikan Belawan pada kerang yang kadar awal timbalnya 1,704 hanya bisa dikonsumsi sebanyak 41 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 0%

dengan kadar timbal 1,610 hanya bisa dikonsumsi 43 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 10% dengan kadar timbal 1,604 hanya bisa dikonsumsi 44 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 20% dengan kadar timbal 1,565 hanya bisa dikonsumsi 45 kerang/hari, pada perlakuan

dengan konsentrasi 30% dengan kadar timbal 1,559 hanya bisa dikonsumsi 46 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 40% dengan kadar timbal 1,448 hanya bisa dikonsumsi 49 kerang/hari, sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 50% dengan kadar timbal 1,249 hanya bisa dikonsumsi 56 kerang/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, B., Afriyani, E., & Saputra, A. M. Distribusi spasial logam Pb dan Cu pada sedimen dan air laut permukaan di perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Teknobiologi, 2(1): 1–8.

Azhar H, Widowati I, Suprijanto J. 2012. Studi kandungan logam berat Pb, Cu, Cd, Cr pada kerang simping (Amusium pleuronectes), air, dan sedimen di Perairan Wedung, Demak serta analisis maximum tolerable intake pada manusia. J Marine Research. 1(2):35-44.

Buwono, I.D, dkk. 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri) Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan Konsentrasi dan waktu perendaman Na2Ca EDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura, 7(3): 5-6

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Cetakan Pertama.

Jakarta : Universitas Indonesia

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Cetakan I. Jakarta : Universitas Indonesia

Destia, A.K.W., Dewi, N.K., Utami, N.R. 2014. Akumulasi Logam berat timbal (Pb) Pada Daging Kerang Hijau (Perna viridis) Di Muara Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes journal of life science, 3 (1): 7.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius Fardiaz, S. 1992. Polusi air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Fardiaz, S. 2002. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius

Ginting, A. 2014. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) di pantai Belawan Provinsis Sumatera Utara. Jurnal Aquacostmarine, 3(2): 3-5.

Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan : Teori Dan Aplikas Edisi 3. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Harteman, E., D. Soedharma., A. Winarto., dan H.S. Sanusi. 2008. Deteksi logam berat pada perairan, sedimen dan sirip ikan Badukan (Arius caelatus dan A.maculatus) di Muara Sungai Kahayan dan Sungai Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati, 9 (3) : 275-283

Hayati, N. 2009. Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, Sumatera Utara

Hudaya, R. 2010. Pengaruh Pemberian Belimbing Wuluh ( Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Laut Belawan. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat USU, Sumatera Utara Indasah, Arsianiti, A., Sugijanto., Sugianto, A. 2011. Asam Sitrat dapat

Menurunkan Kadar Pb dan Cd pada Kupang Beras (Corbula Faba). Folia Medica Indonesia. 4(1): 46-51.

Lubis, H, dan Chalikuddin A. 2008. Pemeriksaan Kandungan Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium dalam Daging Rajungan Segar yang Berasal dari TPI Gabion Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Kedokteran Nusantara, 41(1)

Manik, K.E.S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Edisi Revisi, Jakarta:

Djambatan.

Melisa, R. 2015. Analisis kandungan kadmium (Cd) dan timbal (Pb) pada air, sedimen dan kerang bulu (Anadara antiquata) di Perairan Pesisir Belawan Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Aquacostmarine, 6(1): 4-5.

Nisma, F., Situmorang, F., Wulan, H. 2012. Efektifitas Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Cristm. & Panzer Swingle) Terhadap Penurunan Kadar Logam Timbal (Pb), Cadmium (Cd), dan Tembaga (Cu) Pada Daging Kerang Hijau (Perna viridis L.). Jurnal Farmasains. 1(5): 5-6 Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, W.A. 2009. Kandungan Logam Berat Pada Air Dan Sedimen Di Perairan Socah Dan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan.

2(2): 3-4

Nurvita, S. (2015). Pengaruh variasi konsentrasi air jeruk nipis (citrus aurantifolia) dalam menurunkan kadar kadmium (Cd) pada daging kerang darah (Anadara granosa). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3): 5.

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Rineka Cipta Putra, E.A. 2008. Analisis Limbah Industri Logam Terhadap Kualitas Air Sungai

Deli ( Ditinjau Dari Aspek Fisika Dan Kimia. Thesis Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan (PSL) USU, Sumatera Utara.

Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 11 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Rochyatun, E., Kaisupy, T.M., & Rozak, A. (2006). Distribusi Logam Berat Dalam Air Dan Sedimen Di Perairan Muara Sungai Cisadane. Jurnal Makara Sains, 10(1), 35-40.

Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.

Cetakan keempat, Jakarta: Djambatan.

Rukmana, R. 2004. Budi Daya Kerang Hijau. Semarang: Aneka Ilmu.

Sambel, D. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Santi, D.N, 2001. Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. Diakses tanggal 15 Desember 2018.

http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-Devi3.pdf

Sarwono, B. 2001. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Setiawan, T.S., Rachmawati, F., Raharjo. 2012. Efektivitas Berbagai Jenis Jeruk (Citrus Sp.) untuk Menurunkan Logam Berat Kadar Pb dan Cd pada Udang Putih (Panaeus Marguiensis). Jurnal LenteraBio. 1(1): 35-40.

Setyono, D.E. 2006. Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut. Jurnal Oseana, ISSN 0216-1877 Volume XXXI. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.

Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suaniti, N.M. 2007. Pengaruh EDTA dalam Penentuan Kandungan Timbal dan Tembaga pada Kerang Hijau (Mytilus viridis). Jurnal Ecotrophic. ISSN 1907-5626 2 (1) : 1-7.

Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P, 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap kesehatan. Jurnal kesehatan lingkungan, 2(2): 7-8.

Sudradjat, A. 2008. Budi Daya 23 Komunitas Laut yang Menguntungkan. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Kencana : Jakarta.

Sumardi, Juajir. 1996. Hukum Pencemaran Laut Transnasional. Bandung: Citra Adytia Bakti.

Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya Suyono. 2014. Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Airlangga University Press

Tahril, I., Said, I. 2012. Analisis Logam Timbal (Pb) Dan Besi (Fe) Dalam Air Laut Di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara.

Jurnal Akademika Kimia. 1(4): 181-186

Tranggono, dkk. 1990. Bahan Tambahan Pangan (Food Additive). Pusat Antar Universitas-Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM.

Uly, V.S. 2011. Analisis Cemaran Timbal Dan Kadmium Pada Ikan Yang Hidup Di Daerah Pesisir Dan Laut Dangkal Perairan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Wardani, K. A., Dewi, K. N., Utami. R. N. Akumulasi logam berat timbale (Pb) pada daging kerang hijau (Perna viridis) di Muara Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes Journal of Life Science. 3(1): 1-8.

[WHO] World Health Organization. 2011. Joint FAO/WHO Food Standart Programme Codex Committee on Contramination in Foods. Fifth Session.

Netherland (NL): WHO.

Widowati, W., dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Andi Offset

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Preparasi Kerang Darah

Dipindahkan ke labu takar 100 ml Diencerkan dengan akuades

Disaring dengan kertas Whatman 42 hingga putih jernih

Diukur kadar timbal dengan Alat AAS VGA 77

Daging Kerang Darah 50 gr yang telah direndam larutan

Abukan kerang dengan furnace selama 4 jam

Sampel + HCL &

HNO₃ pekat

50 ml Larutan Sampel

Hasil

Lampiran 2. Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7387 : 2009 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Makanan

1. Timbal (Pb)

No Jenis Makanan Batas Maksimum

(ppm atau mg/kg)

1 Susu Olahan 0,02

2 Margarin 0,1

3 Mentega 0,1

4 Minyak Nabati yang dimurnikan 0,1

5 Tomat olahan 1,0

11 Ikan predator olahan seperti cucut, tuna, marlin 0,4

12 Kekerangan moluska dan teripang 1,5

13 Udang olahan dan krustasea olahan lainnya 0,5

14 Garam 10,0

15 Kecap 5,0

16 Susu formula bayi 0,02

17 Susu formula lanjutan 0,02

18 MP-ASI siap santap 0,3

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Timbal Pada Kerang Darah

Lampiran 7. Perhitungan Penurunan Kadar Timbal (Pb) pada Kerang

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 8.1 Kerang Darah (Anadara granosa)

Gambar Lampiran 8.2 Jeruk Nipis (Aurantifolia Swingle)

Gambar Lampiran 8.3 Peneliti memisahkan daging kerang dari cangkang

Gambar Lampiran 8.4 Peneliti menimbang daging kerang

Gambar Lampiran 8.5 Daging kerang yang telah ditimbang

Gambar Lampiran 8.6 Larutan Jeruk nipis

Gambar Lampiran 8.7 Peneliti membuat larutan jeruk nipis ditambah aquades

Gambar Lampiran 8.8 Larutan jeruk nipis konsentrasi 50%

Gambar Lampiran 8.9 Daging kerang yang telah direndam dalam larutan jeruk nipis

Gambar Lampiran 8.10 daging kerang disaring dengan kertas Whattman 42

Gambar Lampiran 8.11 Daging kerang diabukan selama 4 jam

Gambar Lampiran 8.12 Alat yang digunakan untuk mengabukan sampel

Gambar Lampiran 8.13 Hasil Pengabuan sampel selama 4 jam

Gambar Lampiran 8.14 Larutan Sampel sebelum penyaringan

Gambar Lampiran 8.15 Filtrasi yang akan dianalisis

Gambar Lampiran 8.16 Standarisasi larutan sebelum pembacaan hasil

Gambar Lampiran 8.17 Pembacaan kadar timbal pada sampel

Gambar Lampiran 8.18 Spektrofotometri Serapan Atom