• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan sektor industri. Di satu sisi, pembangunan industri akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan terpenuhinya kebutuhan manusia dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Namun di sisi lain, pembangunan industri juga dapat menurunkan kesehatan masyarakat dikarenakan pergeseran keseimbangan tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cenderung menimbulkan pencemaran lingkungan (Widowati, 2008).

Limbah industri menjadi sumber utama pencemaran lingkungan dari industri yang dapat terjadi pada berbagai komponen lingkungan baik air, tanah maupun udara. Tetapi yang paling berbahaya bagi kehidupan adalah yang terjadi di perairan. Cepat atau lambat sebagian zat-zat pencemar tersebut yang terbawa aliran sungai akan bermuara ke lautan. Hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran pantai dan laut sekitarnya (Manik, 2009).

Menurut Palar (2008), pada limbah industri seringkali terdapat bahan pencemar yang sangat membahayakan seperti logam berat. Di lingkungan perairan laut, logam-logam tersebut dapat diserap oleh biota laut (ikan, udang, kerang dan moluska) melalui permukaan tubuh (kutikula), insang dan saluran pencernaan. Dalam tubuh biota laut logam berat akan tertimbun di dalam jaringannya terutama hati dan ginjal. Hal ini terjadi karena sifat logam berat yang tidak dapat terurai dan mudah diabsorpsi oleh biota laut sehingga terakumulasi

Logam berat masih termasuk dalam golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup (Palar, 2008).

Belawan merupakan suatu kawasan industri dan sarana pelabuhan terbesar di kota Medan. Perairan Belawan menjadi tempat bermuaranya Sungai Deli yang telah tercemar oleh logam berat berbahaya yaitu : Cu, Pb, Cd, Zn, Cr, Ni dan Sianida. Hal ini disebabkan karena di daerah aliran sungai ini terdapat beberapa industri yang menggunakan bahan-bahan yang mengandung logam berat dalam proses produksinya seperti industri pembuatan barang dari logam, industri plastik dan industri karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata logam berat pada lokasi pengamatan dekat dengan kawasan industri seperti logam Cd berkisar antara 0,02 - 0,04 mg/L , Cr berkisar antara 0,48 - 0,59 mg/L, Cu berkisar antara 1,24 - 1,36 mg/L dan Pb berkisar antara 1,14 - 1,72 mg/L. Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Baku Mutu Air, maka parameter logam berat pada lokasi pengamatan telah melampaui baku mutu air golongan B, yaitu air yang sesuai untuk kebutuhan bahan baku air minum (Putra, 2008).

Menurut laporan PT (Persero) Pelindo I tahun 2004 juga mencantumkan kadar beberapa logam berat (Hg, Zn, Pb) di perairan Belawan telah melewati ambang batas, kadar logam Merkuri (Hg) 0,7012 mg/l batas baku mutunya 0,002

mg/l, Seng (Zn) 0,1882 mg/l batas baku mutunya 0,05 mg/l, sedangkan Timbal (Pb) 0,2884 mg/l batas baku mutunya 0,03 mg/l. Dari ketiga logam tersebut telah melebihi baku mutu yang di tetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lubis, 2010).

Beberapa penelitian ilmiah membuktikan pengaruh pencemaran timbal (Pb) pada biota laut, terutama di perairan Belawan. Seperty Uly (2011) yang meneliti pencemaran timbal dan kadmium pada ikan yang hidup di daerah pesisir dan laut dangkal perairan Belawan, ditemukan kadar timbal yang terdapat pada ikan sembilang dan ikan kepala batu masing-masing adalah 0,4676 ppm dan 0,6331 ppm. Kadar logam timbal yang terdapat pada di dalam kedua ikan tersebut telah melewati ambang batas maksimum yang diizinkan menurut SNI 7387-2009 (batas maksimum 0,3 ppm). Selain itu, Melisa (2014) dan Ginting (2013) juga meneliti pencemaran timbal (Pb) pada kerang darah dan kerang bulu yang berasal dari perairan belawan. Dalam kesimpulannya disebutkan bahwa kandungan timbal (Pb) pada kerang tersebut masing-masing sebesar 3,6 mg/kg, 5,6 mg/kg, 4,2 mg/kg dan 10,48 mg/kg, 12,03 mg/kg, 10,24 mg/kg yang mana telah melewati ambang batas maksimum yang diizinkan menurut SNI 7387-2009 (batas maksimum 1,5 mg/kg) atau jika dikonversikan ke gram menjadi (0,015 mg/gr).

Kerang adalah salah satu makanan laut yang banyak dikonsumsi dan diminati masyarakat karena mengandung protein, vitamin, mineral, lemak tak jenuh yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Kerang baik yang hidup di air tawar maupun di air laut banyak digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena habitat hidupnya yang yang

menetap dan sifat bioakumulatifnya terhadap logam berat. Logam berat merupakan bahan pencemar yang sangat berbahaya, sehingga apabila logam tersebut terdapat dalam kerang darah akan memberikan efek negatif bagi masyarakat yang mengonsumsinya, oleh karena itu kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus menerus (Ginting, 2014).

Menurut Hudaya (2010) pada umumnya masyarakat indonesia menggunakan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) untuk menghilangkan bau amis pada makanan yang berasal dari laut (seafood) seperti ikan, namun banyak masyarakat kita yang belum mengetahui bahwa buah jeruk nipis yang rasanya sangat asam itu mengandung beberapa senyawa organik yaitu asam sitrat dari berat daging buahnya yang berguna sebagai chelator (pengikat logam) terhadap logam yang terdapat pada hewan laut tersebut. Setiawan (2012) mengatakan terjadinya reaksi antara zat pengikat logam (larutan jeruk nipis dengan ion logam menyebabkan ion logam kehilangan sifat ionnya dan mengakibatkan logam berat tersebut kehilangan sebagian besar toksisitasnya.

Berdasarkan penelitian Nurvita (2015) didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan kadar kadmium (Cd) pada daging kerang darah yang semula 0,695 ppm setelah direndam dengan larutan jeruk nipis 30%, 40%, 50%, 70% kadar kadmium (Cd) menjadi 0,417 ppm, 0,393 ppm, 0,358 ppm, 0,278 ppm.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan buah jeruk nipis sesuai dengan jumlah yang digunakan oleh masyarakat, untuk menurunkan kadar timbal (Pb) pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari tempat pelelangan ikan (TPI) Belawan.

1.2 Perumusan Masalah

Kerang darah yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan Belawan telah tercemar oleh timbal (Pb) sebesar 1,704 ppm dari hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil ini sudah jauh diatas baku mutu yang ditetapkan yaitu 1,5 ppm. Oleh karena kerang-kerangan yang berasal dari perairan Belawan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat mengalami akumulasi pada tubuh manusia jika dikonsumsi terus-menerus. Oleh karena itu, diperlukan alternatif mengurangi kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan cara merendam kerang darah tersebut dengan larutan jeruk nipis sebelum dimasak.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui seberapa besar kemampuan jeruk nipis untuk menurunkan kadar timbal (Pb) pada kerang darah yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Belawan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kadar timbal (Pb) pada kerang darah yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Belawan.

2. Mengetahui penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan konsentrasi 0% yaitu perendaman 100 ml air selama 15 menit sebagai kontrol.

3. Mengetahui penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan konsentrasi 10% selama 15 menit.

4. Mengetahui penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan

5. Mengetahui penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan konsentrasi 30% selama 15 menit.

6. Mengetahui penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan konsentrasi 40% selama 15 menit.

7. Mengetahui penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah dengan konsentrasi 50% selama 15 menit.

8. Mengetahui konsentrasi yang paling efektif untuk menurunkan kadar timbal sesuai dengan Nilai Ambang Batas yang diperbolehkan sesuai dengan SNI 7387-2009 yaitu 1,5 mg/kg.

9. Mengetahui Acceptable Daily Intake pada kerang darah dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman praktis peneliti dibidang penelitian kesehatan masyarakat.

2. Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama.

3. Sebagai tambahan referensi karya tulis yang berguna bagi masyarakat luas dibidang kesehatan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

2. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui keamanan mengonsumsi kerang darah yang berasal dari perairan Belawan.

1. Memberikan alternatif bagi masyarakat khususnya para ibu cara menurunkan kadar timbal (Pb) pada kerang darah sebelum dimasak.

2. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait dengan pengawasan terhadap pencemaran logam berat pada kerang darah.

3. Sebagai penemuan sederhana dalam menangani penurunan pencemaran logam berat pada bahan makanan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Lingkungan hidup

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 nomor 14 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

2.2 Pencemaran Air

Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 11 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kehidupan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran air terjadi ketika air mengalami kelebihan beban dengan sesuatu yang terlalu banyak, dan organisme akuatik tidak mampu untuk membersihkannya. Beberapa jenis organisme dapat mati dan yang lainnya dapat tumbuh lebih cepat (Suyono, 2014).

2.2.1 Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi (Sumantri, 2010) :

a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan warna, bau, dan rasa.

b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.

c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.

2.2.2 Sumber Pencemaran Air

Menurut Fardiaz (1992), sumber pencemaran air dapat dibagi menjadi sembilan kelompok, yaitu:

a. Padatan

Berdasarkan besar partikelnya padatan yang mencemari air dapat berupa padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi, koloid dan padatan terlarut.

b. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen

Bahan-bahan ini terdiri dari bahan yang mudah membusuk atau dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Polutan semacam ini dapat berasal dari berbagai sumber seperti kotoran hewan maupun manusia, tanaman yang mati atau sampah organik, bahan dari industri pengolahan pangan, pabrik kertas, pabrik penyamak kulit dan sebagainya.

c. Mikroorganisme dalam air

Mikroorganisme yang terdapat dalam air seperti bakteri, virus, protozoa dan parasit. Mikroorganisme ini dapat berasal dari limbah rumah tangga, rumah sakit, pertanian dan pada umumnya menjadi penyebab utama terjadinya water borne disease.

d. Komponen organik sintetik

Seperti detergen, pestisida, larutan pembersih dan masih banyak lagi bahan organik sintetik terlarut yang sering digunakan oleh manusia.

e. Nutrien tanaman

Sumber pencemaran ini dapat berasal dari penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat pada lahan pertanian.

f. Minyak

Pencemaran air oleh minyak dapat berupa tumpahan minyak di perairan, pengeboran minyak dan dari sumber lain misalnya buangan pabrik.

g. Senyawa anorganik dan mineral

Senyawa ini berupa asam, garam dan bahan toksik logam yang berdampak buruk bagi kehidupan organisme sekaligus peralatan manusia.

h. Bahan radioaktif

Aktivitas yang menjadi sumber bahan radioaktif dalam air antara lain peleburan dan pengolahan logam, pembuatan senjata nuklir, pembangkit tenaga nuklir, pengobatan, industri dan penelitian.

i. Panas

Air digunakan sebagai medium pendingin dalam proses industri menyebabkan naiknya suhu badan air penerima.

2.2.3 Dampak Pencemaran Air

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan

ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam. Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam empat kategori (Sumantri, 2010):

a. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu, kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, sehingga proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Oleh karena itu, air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.

b. Dampak Terhadap Kualitas Tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survei sumur dangkal di Jakarta. Banyak yang mengindikasi terjadinya pencemaran ini.

c. Dampak Terhadap Kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular antar lain (Slamet, 1994) : 1. Air sebagai media mikroba patogen : Penyakit-penyakit ini hanya dapat

menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air, di antaranya Vibrio cholera, Salmonella typhi.

2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit (water related vector borne diseases) : Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan

penyakit pada masyarakat. Insekta tersebut disebut juga sebagai vektor penyakit yang dapat mengandung berbagai jenis penyebab penyakit.

Contohnya Aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab penyakit Dengue.

3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri : Terbatasnya jumlah air bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit, di antaranya penyakit kulit dan mata. Ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Contoh penyakit yang tergolong dalam kelompok ini adalah : penyakit trachoma serta segala macam penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.

4. Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit : contohnya Siput yang hidup di air dapat membawa cacing-cacing kecil yang selanjutnya cacing-cacing ituakan mencemari air dimana siput itu hidup. Selanjutnya, cacing-cacing itu akan memasuki kulitmanusia yang berenang, mencuci pakaian atau berjalan di dalam air tersebut. Akibatnya, cacing-cacing itu akan menyebabkan timbulnya darah di dalam air kencing penderita (Schistosomiasis).

d. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan ini akan semakin tercemar yang ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan dapat mengurangi estetika lingkungan.

2.3 Pencemaran laut

Kehidupan manusia di bumi sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan kelangsungan kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Dengan demikian laut seolah-olah sebagai sabuk pengaman kehidupan manusia di bumi. Di sisi lain, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfer dan masih banyak lagi bahan yang terbuang ke lautan (Darmono, 2001).

Pada dasarnya laut secara alamiah mempunyai kemampuan untuk menetralisir zat pencemar yang masuk ke dalamnya. Namun, jika zat pencemar tersebut berlebihan sehingga melampaui batas kemampuan air laut dalam menetralisirnya dan melampaui batas ambang cemar maka kondisi ini mengakibatkan pencemaran lingkungan laut.

Menurut Sumardi (1996), yang dimaksud dengan pencemaran laut adalah menurunnya kualitas air laut karena aktivitas manusia baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja memasukkan zat-zat pencemar dalam jumlah tertentu ke dalam lingkungan laut (termasuk muara sungai) sehingga menimbulkan akibat yang negatif bagi sumber daya hayati dan nabati di laut, kesehatan manusia, aktivitas manusia di laut dan terhadap kelangsungan hidup dari sumber daya hidup di laut.

2.3.1 Bentuk- bentuk Pencemaran Laut

Jika ditinjau dari sumbernya, pencemaran laut dapat dikategorikan sebagai berikut (Sumardi, 1996):

a. Zat pencemar yang berasal dari darat yang terjadi melalui aliran sungai di mana zat tersebut berasal. Misalnya air buangan rumah tangga dan industri.

b. Zat pencemar yang berasal dari kapal laut, seperti limbah dari kapal dan tumpahan minyak dari kapal tanker.

c. Limbah buangan merupakan bentuk gabungan. Hal ini dikarenakan limbah industri tertentu yang berasal dari daratan diangkut oleh kapal atau pesawat udara untuk dibuang ke laut.

d. Zat yang bersumber dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dasar laut serta tanah di bawahnya seperti pengeboran minyak.

e. Zat pencemar yang bersumber dari udara misalnya asap-asap pabrik.

Selain itu, pencemaran laut juga dapat dikelompokkan berdasarkan sebab terjadinya pencemaran. Adapun pengelompokannya adalah sebagai berikut:

pencemaran karena kegiatan atau operasional, pencemaran karena kecelakaan dan pencemaran karena limbah buangan.

Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pencemaran Laut

Pencemaran laut sangat dipengaruhi oleh kondisi alami lingkungan laut dan keadaan musim. Kondisi alami lingkungan laut diantaranya adalah pola arus dan keadaan pasang surut, proses iklim dan kondisi alam, curah hujan terhadap salinitas air laut serta sedimentasi oleh banjir dari sungai dan gabungan daripadanya. Hal tersebut merupakan faktor alami yang memegang peranan penting dalam terjadinya pencemaran laut sehingga sangat esensial untuk diperhatikan karena banyak mempengaruhi penyebaran atau perembesan pencemaran laut (Sumardi, 1996).

Faktor selanjutnya adalah keadaan musim seperti musim kemarau atau penghujan, musim utara atau selatan dan musim dingin. Kondisi musim menentukan tekanan udara yang akan mempengaruhi sirkulasi udara. Sirkulasi udara ini turut mempengaruhi variasi sirkulasi air laut. Hal ini akan berdampak pada tingkat penyebaran pencemaran laut.

2.3.3 Pencemaran Laut oleh Timbal (Pb)

Secara alamiah logam berat dapat masuk ke perairan melalui berbagai cara.

Pb masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan, disamping itu proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin (Tahril, 2012).

Selain itu pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan antar pulau.

banyak terjadi kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dimaksud adalah aktivitas kapal laut yang keluar masuk pelabuhan guna melakukan aktivitas bongkar muat barang dan juga penggantian bahan bakar minyak oleh kapal-kapal.

Aktivitas pelabuhan dapat menjadi salah satu sumber pencemaran logam berat di

perairan sekitarnya (Amin dkk, 2011). Umumnya bahan bakar minyak mendapat zat tambahan tetraetyl yang mengandung Pb untuk meningkatkan mutu, sehingga limbah dari kapal-kapal tersebut dapat menyebabkan kadar Pb di perairan tersebut menjadi tinggi. Logam berat Pb yang terkandung dalam bahan bakar sebagai anti pemecah minyak (seperti Pb tetraethyl dan tetramethyl) ini kemudian dilepaskan ke atmosfir melalui alat pembuangan asap dan bagian ini kemudian terlarut dalam laut. Selain itu aktivitas manusia yang terjadi di daratan seperti buangan limbah rumah tangga melalui sampah-sampah metabolik dan korosi pipa-pipa air yang mengandung logam-logam berat Pb juga dapat memberikan andil yang cukup besar terhadap masuknya logam-logam berat Pb di perairan laut (Rochyatun dkk, 2006).

2.4 Timbal (Pb)

Timbal atau timah hitam mempunyai nama ilmiah Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan tit ik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II).

Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 1994).

Menurut Rahde (1994) dalam Widowati (2008) timbal adalah logam yang bersifat toksik melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang

tercemar Pb. Masuknya Pb ke dalam tubuh bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat parenteral.

2.4.1 Sifat Timbal (Pb)

Adapun sifat-sifat logam timbal (Pb) antara lain (Palar, 2008) :

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.

2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.

3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 .

4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri.

5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

2.4.2 Sumber Pencemar Timbal (Pb) 1. Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.

Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari

Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari