• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.8 Pengolahan Dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium disajikan dalam

bentuk tabel distribusi berdasarkan variasi konsentrasi larutan jeruk nipis serta

perulangannya. Pembahasan dan analisis dilakukan secara deskriptif untuk

melihat perlakuan mana yang paling efektif untuk menurunkan kadar timbal

sampai di bawah NAB yang telah ditentukan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Belaw an

Luas wilayah Kecamatan Medan Belawan adalah 2.192 Ha yang terdiri dari enam kelurahan. Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Belawan:

a. Sebelah Utara : Selat Malaka b. Sebelah Timur : Percut Sei Tuan

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Labuhan d. Sebelah Barat : Hamparan Perak

Kecamatan Medan Belawan adalah daerah pesisir Kota Medan dan merupakan wilayah bahari serta maritim yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di Kecamatan Medan Belawan ini terdapat Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan terbuka untuk perdagangan internasional, regional dan nasional. Pelabuhan ini menjadi urat nadi perekonomian Sumatera Utara, khususnya arus keluar masuk barang dan penumpang melalui angkutan laut sehingga Kota Medan dikenal dengan pintu gerbang Indonesia bagian barat (Hayati, 2009).

Tidak semua kelurahan yang ada di Medan Belawan menjadi tempat pendistribusian kerang. Daerah yang menjadi sumber pendistribusian kerang dari nelayan ke penjual adalah kelurahan Bagan Deli. Para penjual kemudian memasarkan kerang, baik ke pasar tradisional setempat ataupun ke daerah lain hingga akhirnya sampai kepada konsumen.

4.2 Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa) yang Berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan

Hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) pada sampel kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan sebelum perlakuan

menunjukkan hasil sebesar 1,704 mg/kg yang mana telah melewati ambang batas maksimum yang diizinkan menurut SNI 7387-2009 (batas maksimum 1,5 mg/kg) atau jika dikonversikan ke gram menjadi (0,015 mg/gr).

4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pengaruh Pemberian Larutan Jeruk Nipis Terhadap Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi yang berbeda (0% sebagai kontrol, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%) selama 15 menit terhadap kadar timbal pada kerang darah sebanyak 4 kali pengulangan maka diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa) Setelah Pemberian larutan jeruk nipis

Pada Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa kadar timbal pada enam perlakuan pemberian larutan jeruk nipis menunjukkan hasil yang berbeda. Pada perlakuan selama 15 menit, kadar timbal yang paling tinggi terdapat pada kontrol (0%) yaitu dengan rata-rata sebesar 1,610 ppm dan mengalami penurunan sebesar 5,52%, pada perlakuan dengan konsentrasi 10% rata-rata kadar timbalnya yaitu 1,604 ppm dan mengalami penurunan 5,86%, pada perlakuan dengan konsentrasi 20%

rata-rata kadar timbalnya sebesar 1,565 ppm dan mengalami penurunan 8,16%, pada perlakuan dengan konsentrasi 30% rata-rata kadar timbalnya yaitu 1,559 ppm dan mengalami penurunan 8,50%. Namun, hasil kadar timbal diatas masih diatas Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan.

Pada perlakuan dengan konsentrasi 40% nilai kadar timbal sudah dibawah NAB yaitu dengan rata-rata sebesar 1,448 ppm dan mengalami penurunan 15,02%. Sedangkan kadar timbal paling rendah terdapat pada konsentrasi 50%

yaitu dengan rata-rata 1,249 ppm dan mengalami penurunan sebesar 26,70%.

Oleh karena itu, dari hasil tabel pemeriksaan kadar timbal diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis maka penurunan kadar timbal juga semakin besar atau setiap penambahan konsentrasi larutan jeruk nipis menunjukkan hasil pemeriksaan kadar timbal semakin rendah.

Maka berdasarkan hasil penelitian diatas konsentrasi yang efektif dalam menurunkan kadar timbal pada kerang darah yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan Belawan sambai dibawah Nilai Ambang Batas adalah dengan konsentrasi 40% selama 15 menit dengan rata-rata 1,448 ppm dan penurunan sebesar 15,02%.

Gambar 4.1 Grafik Penurunan Kadar Timbal Setelah Diberi Perlakuan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang diberikan maka semakin tinggi pula penurunan kadar timbal pada kerang darah. Jumlah penurunan kadar timbal berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi larutan jeruk nipis yang diberikan.

4.4 Laju Konsumsi aman Kerang

ADI (Acceptable Daily Intake) atau batas asupan harian yang diperbolehkan merupakan salah satu mekanisme untuk meminimalisasi efek logam berat terhadap kesehatan manusia. Dari setiap jenis kerang darah (Anadara granosa) diperoleh data batas asupan harian untuk kerang dengan kadar timbal yang sudah dibawah NAB setelah diberi perlakuan dengan larutan jeruk nipis seperti tersaji pada tabel 4.2 di bawah ini:

Berikut ini merupakan rumus batas aman konsumsi per minggu (Maximum Weekly Intake) yang diterbitkan WHO dan JEFCA (2011) untuk mengurangi

MWI = Berat badana) x PTWIb)

Keterangan:

a) : Untuk asumsi berat badan sebesar 60 kg

b) :Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) (angka toleransi batas maksimum per minggu) yang dikeluarkan lembaga pangan terkait dalam satuan mg/kg berat badan (25 µg/kg/minggu) / (0,025mg/kg/minggu).

Setelah MWI dan konsentrasi logam diketahui pada masing-masing biota, selanjutnya dapat menentukan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) dengan rumus (Turkemen et al. 2008 in Azhar et al. 2012)

ADI = t 7 hari

Keterangan :

MWI : Maximum Weekly Intake (angka toleransi batas maksimum per minggu yang dikeluarkan lembaga pangan terkait dalam satuan mg/kg berat badan.

(orang dengan berat badan 60 kg per minggu)

Ct : Konsentrasi logam berat yang ditemukan di dalam daging (mg/kg) MWI = 60 kg × 0,025 mg/kg/minggu = 1,5 mg/minggu

ADI = 1,5 mg/minggu : 7 = 0,21 (kadar yang diperbolehkan menurut WHO)

 Pada kadar awal untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,704

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,7040,21 jadi didapatkan x = 123,5 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 41 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 0% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,610

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,610

0,21 jadi didapatkan x = 130,4 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 43 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 10% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,604

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,604

0,21 jadi didapatkan x = 131,2 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 44 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 20% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,565

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,565

0,21 jadi didapatkan x = 134,6 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 45 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 30% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,559

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,604

0,21 jadi didapatkan x = 135,4 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 46 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 40% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,448

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,448

0,21 jadi didapatkan x = 145 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 49 kerang/hari.

 Pada konsentrasi 50% untuk 1000 g kerang kadar timbal 1,249

Jadi untuk mencari batas harian pada kadar awal dihitung dengan persamaan 1000 g x 1,249

0,21 jadi didapatkan x = 169,3 gr/hari

Dimana berat 1 kerang sebesar 3 gr, artinya setiap hari seseorang dengan berat badan 60 kg dapat mengkonsumsi kerang sebanyak 56 kerang/hari.

Tabel 4.2 Batas asupan harian timbal dalam Kerang Darah (Anadara granosa) yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan No Perlakuan Rata-rata kadar

timbal (Pb) (ppm)

Batas konsumsi harian kerang (g/hari) diperbolehkan pada kerang sebelum diberi perlakuan yang kadar timbalnya 1,704 sebesar 123,5 gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 0%

sebesar 130,4gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 10% sebesar 131,2 gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 20% sebesar 134,6 gr/hari, pada kerang setelah diberi perlakuan dengan konsentrasi 30% sebesar 135,4 gr/hari, pada perlakuan yang rata-rata kadar timbalnya dibawah NAB setelah diberi perlakuan minimal 40% paling rendah yaitu 145 g/hari. Sedangkan setelah perlakuan konsentrasi 50% batas amannya adalah 169,3 gr/hari.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa) yang Berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan

Pemeriksaan kadar logam timbal dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar logam timbal (Pb) pada sampel kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari TPI Belawan ternyata kerang tersebut telah tercemar timbal.

Kadar timbal yang terdapat pada kerang darah (Anadara granosa) sebesar 1,704 ppm. Berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam timbal pada makanan yang diperbolehkan untuk logam timbal adalah sebesar 1,5 mg/kg (ppm) maka kadar timbal pada kerang tersebut telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Adanya kandungan timbal pada kerang dapat disebabkan karena habitat kerang yaitu laut belawan yang telah tercemar limbah industri seperti pabrik cat, pabrik kertas, pabrik peralatan listrik, pabrik bijih besi, industri pipa PVC, baterai kering, dan farmasi yang ada di sekitar kawasan perairan Belawan. Selain itu tingginya kandungan Pb pada Laut Belawan disebabkan pada beberapa titik merupakan jalur pipa pertamina dan dekat terdapat beberapa stasiun pengisian bahan bakar untuk kapal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2010) didapatkan hasil kandungan timbal pada air di Perairan Belawan yaitu 0,6 mg/l. Sesuai

sudah melewati nilai baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,008 mg/l.

Kandungan Pb dalam kerang darah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Pb di air. Hal ini menunjukkan bahwa Pb yang terdapat dalam air terakumulasi dalam tubuh biota kerang darah dikarenakan kerang yang hidup menetap dan lambat untuk menghindarkan diri dari polusi.

Kandungan timbal pada sedimen di Laut Belawan yaitu 71,61 mg/kg Berdasarkan Reseau National d’Observation (RNO), 1981 dalam Ginting (2010) bahwa baku mutu kandungan logam berat Pb dalam sedimen adalah berkisar 10-70 ppm. Bila dilihat dari hasil penelitian bahwa kandungan logam berat Pb dalam sedimen di Perairan Belawan sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

Kandungan Pb pada air jauh lebih rendah dibandingkan dengan kandungan Pb pada sedimen dan biota laut, hal ini disebabkan karena kandungan Pb pada air dapat mengendap pada sedimen dan sebagian lagi dapat terbawa arus dan gelombang menuju ke arah lautan. Berdasarkan Harteman, dkk., (2008) senyawa logam di air akan tenggelam dan mengendap serta diakumulasi oleh partikel-partikel sedimen.

Menurut Wardani et al. (2014), proses pengendapan terutama logam-logam berat yang tersebar di perairan akan terakumulasi dalam sedimen kemudian akan terakumulasi pada biota yang ada di dalam perairan.

5.2 Pengaruh Pemberian Larutan Jeruk Nipis Terhadap Kadar Timbal (Pb) pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Kadar timbal pada kerang darah (Anadara granosa) seperti yang tertera pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kadar timbal pada kerang darah sebagai akibat penambahan larutan jeruk nipis. Rata-rata kadar

timbal pada penambahan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 0% (kontrol), 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% selama 15 menit berturut-turut yaitu 1,610 ppm (menurun 5,52%), 1,604 ppm (menurun 5,86%), 1,565 ppm (menurun 8,16%), 1,559 ppm (menurun 8,50%), dan 1,448 ppm (menurun 15,02%), dan 1,249 (menurun 26,70%). Dari Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar timbal (Pb) pada seluruh kerang darah mengalami penurunan setelah diberi perlakuan dengan berbagai konsentrasi dimana penurunan tertinggi terjadi pada konsentrasi larutan jeruk nipis 50% (26,70%).

Kadar timbal pada seluruh penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi berbeda dapat menurunkan kadar timbal pada kerang darah dengan tingkat yang berbeda pula. Hal ini terjadi karena ion-ion logam timbal dapat terlepas dari ikatan kompleksnya akibat proses hidrolisis maupun degredasi (Tranggono, 1990).

Pada perlakuan kontrol yaitu konsentrasi 0%, adanya gugus fungsional – OH pada akuades menyebabkan akuades dapat mengkelat logam timbal.

Sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%

penurunan kadar timbal terjadi karena pada larutan jeruk nipis terkandung bahan sekuestran yaitu asam sitrat. Asam sitrat memiliki rumus kimia H2 OOH− OH OOH− H2 OOH ( 6H8O7). Gugus fungsional –OH dan COOH pada asam sitrat menyebabkan ion sitrat dapat bereaksi dengan ion logam membentuk garam sitrat. Menurut Rusli dalam Hudaya (2010), ion sitrat akan mengikat logam melalui proses pengkhelatan sehingga dapat menghilangkan ion logam yang terakumulasi pada kerang sebagai kompleks sitrat.

Menurut Hudaya (2010) salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah konsentrasi. Hal ini berarti semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan maka semakin banyak logam-logam timbal yang bereaksi dengan asam sitrat. Hasil yang diperoleh adalah semakin besar penurunan kadar logam timbal pada kerang. Penelitian ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan maka penurunan kadar timbal juga akan semakin tinggi.

Larutan jeruk nipis memiliki pengaruh yang besar dalam menurunkan kadar timbal pada kerang meskipun belum mencapai 100% penurunan. Hal ini disebabkan karena peneliti hanya menggunakan konsentrasi maksimal 50%

larutan jeruk nipis (3-4 buah) yang kemudian dilarutkan dalam 100 ml akuades, sesuai dengan jumlah yang digunakan oleh masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut telah terbukti larutan jeruk nipis dapat menurunkan kadar timbal pada kerang walaupun belum sampai dibawah batas maksimum yang ditetapkan SNI yaitu 1,5 ppm.

5.3 Pemaparan Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara granosa)

Kerang darah yang terdapat di Perairan Belawan diduga telah mengalami bioakumulasi logam berat Pb. Dugaan bahwa kerang darah potensial terakumulasi logam berat, karena sifatnya yang filter feeder dan menetap di dasar perairan.

Organisme yang hidupnya menetap, tidak bisa menghindar dari kontaminan dan mempunyai toleransi tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu, sehingga dapat mengakumulasi logam lebih besar dari hewan lainnya. Akumulasi ini terjadi karena kecenderungan logam berat Pb membentuk senyawa kompleks dengan

zat-zat organik yang terdapat dalam tubuh kerang darah dengan demikian logam berat Pb terikat dan tidak segera diekskresikan oleh kerang darah (Darmono, 1995).

Sehubungan dengan beraneka ragamnya penggunaan logam timbal maka pelepasan timbal dari limbah industri ditambah timbal yang berasal dari alam akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat timbal merupakan substansi yang persisten di dalam lingkungan. Timbal dapat berada di atmosfer, tanah dan perairan (Widowati, 2008).

Menurut Rochyatun dan Rozak (2007) kerang mendapatkan makanan dengan menjaring (filter feed) jasad-jasad renik terutama plankton nabati atau hewani, sehingga apabila lingkungan tempat kerang tersebut tercemar logam berat, maka pada tubuh kerang akan terakumulasi logam berat dalam jumlah tinggi. Tingginya kandungan logam berat pb pada daging kerang darah di Belawan diduga karena letak lokasi dekat dengan pelabuhan kapal-kapal, bongkar muat, kapal ikan, pabrik-pabrik, dan galangan kapal serta pemukiman penduduk.

Selain itu, di sepanjang hulu sungai juga terdapat banyak pabrik industri, memungkinkan adanya limbah buangan air yang dibuang ke sungai terbawa air sungai dan berakhir di Perairan Belawan dan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat cemaran yang dibawa oleh aliran sungai tersebut. Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan terutama mengendap di perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara absorbsi dan kombinasi.

Logam berat seperti Pb yang ada pada perairan akan turun dan mengendap pada dasar perairan kemudian membentuk sedimen, dan hal ini akan

menyebabkan organisme di dasar perairan seperti udang, rajungan dan kerang memiliki peluang yang besar untuk terpapar logam berat yang telah terikat didasar perairan dan membentuk sedimen. pengadukan sedimen memiliki kontribusi penting bagi proses akumulasi logam berat pada jaringan kerang darah. Hal tersebut akan mengakibatkan kandungan logam berat Pb dalam tubuh kerang darah akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan logam berat dalam lingkungan hidupnya. Akumulasi logam Pb dalam kerang dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu dari bentuk terlarut dalam air, terserap dalam lapisan lendir yang meliputi tubuhnya dan melalui rantai makanan. Terdeteksinya logam Pb dalam tubuh kerang tersebut diduga karena jenis organisme ini tidak bergerak atau mobilitasnya lamban sehingga tidak dapat mengekskresikan dengan baik logam Pb sehingga terakumulasi dalam jaringan sesuai dengan kenaikan logam Pb dalam air (Destia, et. al., 2014).

Menurut Suprapti (2008) banyaknya kandungan Pb ini disebabkan oleh sifat dari kerang darah termasuk hewan sedentari yang hidupnya relatif menetap di dasar perairan dan merupakan hewan filter feeder, sehingga mampu mengakumulasi logam berat Pb yang terdapat di lokasi tersebut. Semakin besar kadar logam berat di dalam lingkungan dan semakin lama kerang darah berada di tempat tersebut maka semakin besar kadar logam berat di dalam tubuhkerang darah.

5.4 Laju Konsumsi Aman Kerang yang Mengandung Timbal (Pb)

Akumulasi logam berat Pb yang terdapat pada tubuh manusia dapat menggangu dan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu cara untuk menghindari resiko keracunan logam berat adalah dengan menentukan berat

maksimal asupan kerang darah dengan menghitung Provisional Toralable Weekly Intake (PTWI) untuk logam Pb. Menurut WHO (2011), PTWI merupakan sebuah

cara yang digunakan untuk mengukur kontaminan, seperti logam berat pada makanan yang sifatnya kumulatif. Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan batas maksimum logam timbal yang dapat ditoleransi oleh tubuh per minggu (Provisional Tolerable Weekly Intake) sebanyak 25 mg/kg per minggu per berat badan. Batas aman dibuat sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengkonsumsi kerang. Kadar timbal pada setiap kerang sebelum perlakuan telah melebihi kadar yang diperbolehkan dalam makanan. Tetapi kadar tersebut dapat ditolerir oleh tubuh sampai batas tertentu menurut Acceptable Daily Intake.

Kadar timbal pada kerang darah sesudah perlakuan yang sesudah memenuhi syarat untuk dikonsumsi adalah dengan perendaman larutan jeruk nipis konsentrasi 40% dimana kadar timbalnya sebesar 1,448 ppm, dengan kadar seperti ini ternyata untuk orang dengan berat badan 60 kg boleh mengkonsums 49 kerang per hari. Sedangkan setelah perlakuan dengan konsentrasi 50% dengan kadar timbal 1,249 ppm tingkat konsumsi yang diperbolehkan menjadi 56 kerang per hari.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian larutan jeruk nipis pada kerang darah dapat meningkatkan jumlah konsumsi aman kerang yang berasal dari Perairan Belawan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Kadar timbal pada kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari Perairan Belawan yaitu sebesar 1,704 ppm, yang mana kadar timbal pada kerang tersebut telah melebihi batas maksimum yang diperbolehkan (1,5 ppm) sehingga tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.

2. Penurunan kadar timbal (Pb) pada kerang darah pada dalam waktu 15 menit dengan konsentrasi larutan jeruk nipis 0% menunjukkan 5,52% dengan rata- rata kadar sebesar 1,621 ppm, pada konsentrasi 10% menunjukkan 5,86 % dengan rata- rata kadar sebesar 1,609 ppm, pada konsentrasi 20%

menunjukkan 8,16% dengan rata- rata kadar sebesar 1,564 ppm, pada konsentrasi 30% menunjukkan 8,50% dengan rata- rata kadar sebesar 1,559 ppm, pada konsentrasi 40% menunjukkan 15,02% dengan rata- rata kadar sebesar 1,462 ppm, dan pada konsentrasi 50% menunjukkan 26,70% dengan rata- rata kadar sebesar 1,255 ppm.

3. Pemberian larutan jeruk nipis yang efektif menurunkan kadar timbal sampai dibawah Nilai Ambang Batas Berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia 7387-2009 adalah dengan konsentrasi minimal 40%.

4. Batas konsumsi harian (Acceptable Daily Intake) pada kerang darah dengan berat 3 gr yang berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Belawan pada rata-rata kadar timbal 1,448 ppm adalah 145,02 gr/hari kerang/hari, sedangkan pada konsentrasi 50 % rata-rata kadar timbal 1,249 ppm adalah 169,35 gr/hari.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan larutan jeruk nipis sebagai alternatif bahan tambahan makanan dalam menurunkan kandungan logam timbal (Pb) pada proses pengolahan makanan laut secara mudah dan sederhana.

2. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan dan penegendalian pencemaran perairan Belawan sehingga biota air seperti kerang darah aman dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh larutan jeruk nipis terhadap kadar logam berat lainnya pada kerang atau dengan peningkatan variasi konsentrasi dan lama perendaman.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kerang dengan ukuran yang berbeda untuk melihat perbandingan akumulasi logam timbal dan batas konsumsi aman pada kerang tersebut.

5. Dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian larutan jeruk nipis terhadap kadar timbal pada kerang setelah perebusan sekaligus melakukan uji kandungan gizi setelah pemberian larutan jeruk nipis.

6. Pada kerang darah dengan berat 3 gr yang berasal dari Tempat pelelangan Ikan Belawan pada kerang yang kadar awal timbalnya 1,704 hanya bisa dikonsumsi sebanyak 41 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 0%

dengan kadar timbal 1,610 hanya bisa dikonsumsi 43 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 10% dengan kadar timbal 1,604 hanya bisa dikonsumsi 44 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 20% dengan kadar timbal 1,565 hanya bisa dikonsumsi 45 kerang/hari, pada perlakuan

dengan konsentrasi 30% dengan kadar timbal 1,559 hanya bisa dikonsumsi 46 kerang/hari, pada perlakuan dengan konsentrasi 40% dengan kadar timbal 1,448 hanya bisa dikonsumsi 49 kerang/hari, sedangkan pada perlakuan dengan konsentrasi 50% dengan kadar timbal 1,249 hanya bisa dikonsumsi 56 kerang/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, B., Afriyani, E., & Saputra, A. M. Distribusi spasial logam Pb dan Cu pada sedimen dan air laut permukaan di perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak Provinsi Riau. Jurnal Teknobiologi, 2(1): 1–8.

Azhar H, Widowati I, Suprijanto J. 2012. Studi kandungan logam berat Pb, Cu, Cd, Cr pada kerang simping (Amusium pleuronectes), air, dan sedimen di Perairan Wedung, Demak serta analisis maximum tolerable intake pada manusia. J Marine Research. 1(2):35-44.

Buwono, I.D, dkk. 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri) Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan Konsentrasi dan waktu perendaman Na2Ca EDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura, 7(3):

Buwono, I.D, dkk. 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri) Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan Konsentrasi dan waktu perendaman Na2Ca EDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura, 7(3):