• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI 1 Dividend Payout Ratio

Dalam dokumen PUBLIKASI RISET MAHASISWA MANAJEMEN (Halaman 48-52)

Analisis Pengaruh Firm Size, Cash Position, Growth, Dan Return On Asset (Roa) Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Indeks Kompas

2. LANDASAN TEORI 1 Dividend Payout Ratio

Pengukuran kebijakan dividen biasanya menggunakan pengukuran rasio dividend payout

ratio. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan rasio yang menunjukan hasil perbandingan antara dividen tunai per lembar saham dengan laba per lembar saha m. Rasio ini menggambarkan jumlah laba dari setiap lembar saham yang di alokasikan dalam bentuk dividen (Hery, 2015, hal. 145).

Pertimbangan manajerial dalam menentukan dividend payout ratio dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Sutrisno (2017, h.256) sebagai berikut:

1. Posisi Solvabilitas perusahaan dimana apabila kondisi perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini biasanya disebabkan oleh laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.

2. Posisi likuiditas perusahaan dimana cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan. Oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki kondisi likuiditas kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil dikarenakan sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas ataupun sebaliknya.

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang dimana salah satu sumber dana perusahaan berasal dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin banyak hutang yang harus dibayarkan maka semakin besar pula dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayar kan kepada para pemegang saham.

4. Rencana perluasan dimana perusahaan yang berkembang akan ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat perluasan yang dilakukan oleh perusahaan.

Namun jika hal ini dilakukan oleh perusahaan

maka semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba ditahan.

Dengan demikian semakin pesat perluasan usaha yang dilakukan perusahaan maka semakin kecil dividend payout rationya.

5. Kesempatan investasi dimana kesempatan investasi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang akan dibayarkan sebab dananya digu nakan untuk memperoleh kesempatan investasi ataupun sebaliknya.

6. Stabilitas pendapatan dimana apabila pendapatan suatu perusahaan stabil dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham akan semakin besar dibandingkan perusahaan yang pedapatannya tidak stabil. Hal ini dikarenakan apabila perusahaan yang pendapatanya stabil maka perusahaan tidak perlu menyediakan kas untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pedapatanya tidak stabil perusahaan perlu meyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan terhadap perusa haan dimana terkadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan megurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang maka resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagikan dividennya agar pengendalian tetap bera da ditangannya.

Menurut Hanafi (2016, hal.371) kebijakan dividen didasari oleh teori signalling theory yang dicetuskan pertama kali oleh Bhattacarya dimana teori ini membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga memiliki dampak pada keputusan investor.

Apapun informasi yang terjadi dari kondisi dari suatu saham perusahaan akan selalu memberi efek bagi keputusan investor sebagai pihak yang menangkap sinyal (signal) positif dan negatif.

Menurut teori signalling tersebut, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek di masa datang baik pendapatan, ataupun aliran kas diharapkan mampu meningkat dimana akan diperoleh pada tingkat dimana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka perusahaa n juga akan meningkatkan dividen. Sehingga pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut dan sebaliknya. Artinya, dividen mempunyai kandungan informasi mengenai prospek perusahaan di masa datang (Hanafi, 2016, hal.371).

2.2 Firm Size

Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan ditentukan oleh total aset.

Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Halim, 2015, h.125).

Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

Bukti empirik menyatakan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan rasio antara utang dengan nilai buku ekuitas atau debt to book value of equity ratio (Sartono, 2016, h.249).

Ukuran perusahaan juga tergambar dalam signalling theory yang menunjukkan b ahwa bagaimana seharusnya perusahaan memberikan signal pada pengguna laporan keuangan untuk memberikan petunjuk tentang prospek perusahaan (Sujarweni, 2015, h.204), sehingga dapat diartikan

bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan, perusahaan akan tetap membagikan dividennya.

Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan megalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Karena dividen dapat memberikan informasi positif pada pasar dan akan segera mendapatkan reaksi pasar modal dalam bentuk kuat atau semi kuat (Kurniawan dkk, 2016).

2.3 Cash Position

Cash posit ion ata u posis i kas yang merupakan salah satu faktor terpenting yang harus dipertimbangkan oleh suatu perusahaan sebelum mengambil keputusan manajerial untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan pada pemegang saham.

Menurut Riyanto (2013, h.202) dividen merupakan cash flow, maka semakin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Jika posisi kas perusahaan kuat, maka perusahaan dengan mudah mengatur keuangannya dalam membayar dividen bagi pemegang saham dikarena kan jika kas keluar maka akan mengurangi likuiditas perushaaan dan sebaliknya jika likuiditas kas kurang baik biasanya akan menurunkan dividend payout ratio, dikarenakan sebagian laba akan digunakan untuk menambah likuiditas perusahaan dibandingkan pembayaran dividen (Sutrisno, 2017, h. 256).

2.4 Growth

Tingkat pertumbuhan (Growth) adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan Puspitawati (2015).

Menurut Halim (2015, h.72) besar kecilnya dividen merupakan sumber informasi dari tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan baik pada saat ini maupun dimasa ya ng akan datang. Jika pertumbuhan pendapatan perusahaan meningkat maka perusahaan akan meningkatkan pembayaran dividen atau sebaliknya. Variabel ini dapat diukur

dengan menggunakan skala rasio yang menggunakan persentase perubahan dalam total aktiva pada tahun sekarang dibagi dengan aktiva tahun sebelumnya.

Permana (2016) menjelaskan semakin cepat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhannya growth perusahaan akan mempengaruhi besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan. Besarnya growth sebuah perusahaan, akan berpengaruh pada jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi.

Sehingga manajemen perusahaan pasti akan berusaha untuk mencoba memaksimalkan pertumbuhan perusahaan pada tiap periode (Permana,2016).

2.5 Return On Asset (ROA)

Menurut Hery (2016, h.144) Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.

Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan setelah memenuhi berbagai kewajiban baik berupa bunga ataupun sebaliknya (Sartono, 2016, h.122).

2.6 Indeks Kompas 100

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam proses pemilihan Indeks Saham Kompas 100 ini mempertimbangakan berbagai faktor yakni, faktor likuiditas, kapitalisasi pasar, dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Adapun kriteria dalam pemilihan saham dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut (sahamok.com):

1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.

2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume, dan frekuensi transaksi.

3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.

4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.

5. Sebagai saringan terakhir, BEI juga mengevaluasi dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan pola perdagangan.

BEI memiliki tanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pemilihan saham-saham yang masuk

Gambar 1 kerangka pikir penelitian yang menjelaskan adanya hubungan variabel Independen (Firm size, Cash position, Growth, dan Return On Asset (ROA)) terhadap variabel dependent (Dividend payout ratio) baik secara parsial maupun simultan Hubungan Antar Variabel

a. Pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio ukuran perusahaan memiliki peranan dalam menggambarkan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan mebayarkan dividen yang besar pula kepada para pemegang saham.

Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar juga akan lebih mudah untuk masuk ke pasar modal karena fleksibilitas bagi perusahaan besar lebih tinggi yang berdampak pada kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek juga akan lebih besar dari pada perusahan-perusahaan kecil yang sulit mengakses pasar modal sehingga berdampak pada kemampuan memperoleh dana dan pinjaman di pasar modal yang terbatas pula. Oleh karena itu perusahaan akan cenderung menahan labanya guna membiayai operasinya, sehingga dividen yang akan di terima oleh pemegang saham akan semakin kecil pula (Sujarweni, 2015, h.212).

dalam indeks ini, dimana semua keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan kepentingan investor maupun stakeholders lainnya.

Kerangka Pemikiran yang digunakan di dalam penelitian sebagai berikut:

Dari hasil penelitian yang dilakukan Hajar (2014), Laim (2015) dan Hossain dkk (2014) menyatakan bahwa Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H1 = Firm Size Berpengaruh Terhadap Dividend Payout Ratio.

b. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividend Payout Ratio

Menurut Riyanto (2013, h.202) dalam Aryani (2015) dividen merupakan cash flow, maka semakin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan yang berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham. Jika posisi kas perusahaan kuat, maka perusahaan dengan mudah mengatur keuangannya dalam membayar dividen bagi pemegang saham.

Pada penelitian sebelumnya Septiafani (2016) menyatakan bahwa Cash Posit ion berpengaruh dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H2 = Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

c. Pengaruh Growth Terhadap Dividend Payout Ratio

Pembayaran dividen yang tinggi dapat dianggap sebagai perusahaan yang mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik ataupun sebaliknya. Namun penurunan besarnya dividen juga dapat menjadi suatu informasi yang kurang baik yang terjadi pada perusahaan. Hal ini disebabkan karena dividen sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya dividen yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan (growth) pendapatan saat ini dan masa mendatang (Halim, 2015, h.72).

Pada penelitian sebelumnya Afas (2017) menyatakan bahwa Growth berpengaruh dan signifikan terhadap Divi dend Payout Ratio.

Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H3 = Growth Berpengaruh Terhadap Dividend Payout Ratio.

d. Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Dividend Payout Ratio

Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2016, h.201). Semakin besar ROA maka semakin besar dividen yang dibagikan, dikarenakan perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dari pada asetnya sehingga laba yang dihasilkan dapat dibagikan kepada pemegang saham tentunya dengan memperhatikan berbagai aspek lain diantaranya investasi baru yang akan dilakukan perusahaan atau membayarkan kewajiban dulu.

Perusahaan yang semakin besa r keuntunganya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Mahaputra (2014, h.70) yang menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Sehingga jika ROA mengalami peningkatan maka akan berdampak pada peningkatan dividen perusahaan. Pada penelitian

sebelumnya Ratnasari (2018) juga menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh dan signifikan terhadap Divi dend Payout Ratio.

Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H4 = Return On Asset (ROA) Berpengaruh Terhadap Dividend Payout Ratio.

e. Pengaruh Firm Size, Cash Position, Growth, dan Return On Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio

Menurut Sutrisno (2017, h.256) kebijakan dividen (dividend payout ratio) di pengaruh berbagai faktor seperti posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana dalam membayar hutang, tingkat ekspansi aktiva, stabilitas laba, peraturan hukum perundang-undangan, pengendalian perusahaan, pembatasan dalam perjanjian hutang, dan kemampuan untuk meminjam.

Pada penelitian sebelumnya Septiafani (2014) menyatakan bahwa Cash Position, Firm Size, Growth, ROA berpengaruh dan signifikan secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian Radiman dan Wahyuni (2019) juga menyatakan bahwa Cash Position, Firm Size, Ownership, Growt h, dan Return On Asset berpengaruh dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Seiring dengan hasil penelitian Lestari (2019) dimana ROA, Cash Position, Growth dan DER berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H5 = Firm Size, Cash position, Growth dan Return On Asset (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap Divi dend Payout Ratio.

Dalam dokumen PUBLIKASI RISET MAHASISWA MANAJEMEN (Halaman 48-52)