• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

G. Pembahasan

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling banyak diajarkan pada pemelajar BIPA tingkat intermediate. Pada tingkat pre-intermediate materi pembelajaran berupa komunikasi sehari-hari, sehingga pembelajaraan yang diberikan lebih fokus pada keterampilan berbicara dan mendengarkan. Pembelajaran berbicara dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teks bacaan dan dengan praktik berbicara, baik secara tanya jawab, wawancara, bercerita, menjelaskan gambar, dan lain sebagainya. Menurut Salimah (dalam Kusmintayu, 2012: 207), berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian ide atau

gagasan, pikiran kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Dalam penelitian ini, pembelajaran berbicara dilakukan dengan menjelaskan gambar, gambar yang dimaksudkan yaitu gambar berseri.

Gambar berseri adalah serangkaian gambar berurutan yang mengandung sebuah cerita di dalamnya. Media gambar berseri dapat membantu pemelajar untuk lebih memahami suatu objek atau peristiwa. Hal ini sejalan dengan Ikasari (2015: 34) mengungkapkan media gambar berseri adalah suatu alat berupa serangkaian gambit yang saling berhubungan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain, yang digunakan untuk menyampaikan pesan agar siswa dapat memperoleh informasi yang terkandung di dalamnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan 3 topik dalam media gambar berseri. Topik-topik tersebut yaitu (1) bertanya dan memberikan informasi tentang apa yang dirasakan, (2) bertanya dan memberi nasihat tentang cara-cara menemui dokter, dan (3) memberikan, menerima dan menolak undangan.

Pemilihan topik tersebut disesuaikan dengan materi yang dipelajari pemelajar BIPA pada level pre-intermediate.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2018 sampai Februari 2019.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan. Penelitian ini diadaptasi dari penelitian Borg & Gall. Peneliti mengadaptasi langkah penelitian Borg & Gall menjadi lima langkah, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli, (4) revisi produk, dan (5) uji coba produk.

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan membagikan kuesioner analisis kebutuhan kepada pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta, mewawancarai pengajar BIPA di Wisma Bahasa Yogyakarta dan menganalisis buku pegangan tingkat 2A (pre-intermediate) milik Wisma Bahasa Yogyakarta. Dari analisis kebutuhan tersebut diketahui materi-materi apa saja yang ingin dipelajari oleh pemelajar tingkat pre-intermediate. Dari analisis kebutuhan itu juga, diketahui bahwa sebanyak 60% pemelajar tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta membutuhkan media gambar berseri membantu mereka melatih keterampilan berbicara, dan 40% pemelajar tingkat pre-intermediate memilih berbicara dan mendengarkan sebagai teknik yang menurut mereka lebih bermanfaat untuk melatih keterampilan berbicara. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan media gambar berseri untuk membantu melatih kemampuan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate.

Pengembangan media gambar berseri diawali dengan menyusun rancangan produk. Rancangan produk berupa penyusunan kerangka cerita untuk menentukan gambar-gambar apa saja yang akan ada pada gambar berseri. Kerangka cerita disusun berdasarkan topik-topik materi yang dipilih pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate.

Selain menyusun kerangka cerita, peneliti juga menentukan ukuran gambar berseri.

Gambar berseri pada awalnya akan peneliti cetak dengan ukuran kertas 118,9 x 84,1 cm dan ukuran gambar 29,7 x 21,0 cm dengan alasan agar gambar terlihat lebih jelas.

Media gambar berseri dirancang menggunakan aplikasi CorelDraw X7, kemudian

diubah ke format Portable Document Format (PDF) agar mudah saat proses cetak.

Produk akhir dicetak menggunakan kertas jenis Ivory 230. Berdasarkan saran dari instruktur BIPA dan juga materi pilihan pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa terdapat 3 topik yang akan peneliti kembangkan menjadi media gambar berseri. Topic-topik tersebut yaitu memberikan informasi tentang apa yang dirasakan, bertanya dan memberi nasihat tentang cara menemui dokter, serta memberikan dan menolak undangan.

Setelah media gambar berseri selesai dibuat, peneliti mengajukan validasi kepada dosen ahli dan instruktur BIPA di Wisma Bahasa Yogyakarta. Hal-hal yang dinilai oleh validator adalah (1) tema media pembelajaran, (2) kesesuaian pemilihan materi, (3) kesinambungan gambar yang satu dengan yang lainnya, (4) konsistensi gambar dalam satu cerita, (5) kombinasi warna dan gambar, (6) ukuran dan kualitas gambar, (7) kejelasan materi, (8) judul modul, (9) potensi keberhasilan media. Produk media gambar berseri mendapat skor rata-rata sebesar 4,2 dengan kategori “sangat baik” dari dosen ahli. Sebanyak 7 dari 9 aspek yang diniliai mendapat skor 4 dari dosen ahli, aspek-aspek tersebut adalah tema media pembelajaran, kesesuaian pemilihan materi kesinambungan gambar, konsistensi gambar, ukuran dan kualitas gambar, kejelasan materi, dan judul modul. Sementara 2 aspek yang lain mendapat skor 5, yaitu aspek kombinasi warna dan gambar serta potensi keberhasilan media. Kesimpulan hasil validator dari dosen ahli adalah media sudah dapat digunakan tanpa revisi. Dosen ahli juga memberikan catatan bahwa media gambar berseri sudah baik dan dapat digunakan.

Instruktur BIPA memberikan skor rata-rata sebesar 4,78 dengan kategori

“sangat baik”. Dari 9 aspek penilaian, intruktur BIPA memberikan skor 4 pada dua aspek, yaitu ukuran dan kualitas gambar serta kejelasan materi. Sementara tujuh aspek yang lain mendapat skor 5, ketujuh aspek tersebut adalah tema media pembelajaran, kesesuaian pemilihan materi, kesinambungan gambar, konsistensi gambar, kombinasi warna dan gambar, judul modul, dan potensi keberhasilan. Berdasarkan validasi dari instruktur BIPA, media gambar berseri memperoleh kesimpulan bahwa media gambar berseri dapat digunakan tanpa revisi. Instruktur BIPA juga memberikan komentar dan saran bagi media gambar berseri yang peneliti kembangkan, saran-saran tersebut yaitu (1) muatan materi gambar berseri ini sudah sesuai untuk keterampilan berbicara di tingkat pre-intermediate, (2) dari segi cerita, gambar berserti ini sudah menunjukkan muatan yang baik, dan (3) dari segi fisik sebagai media ajar, pilihan warna dan gaya yang disajikan sudah baik. Namun, ukuran perlu dipertimbangkan agar dapat dengan mudah dihadirkan di kelas.

Berdasarkan hasil validasi serta komentar dan saran yang diberikan validator, peneliti merevisi media gambar berseri yang peneliti kembangkan. Revisi berupa pengubahan ukuran media yang semula memiliki ukuran kertas 118,9 x 84,1 cm dan ukuran gambar 29,7 x 21,0 cm, menjadi ukuran kertas 42 x 29,7 cm dan ukuran gambar 12 x 8 cm. Revisi tersebut juga peneliti lakukan karena melihat ruang kelas yang ada di Wisma Bahasa Yogyakarta. Luas ruang kelas di Wisma Bahasa Yogyakarta terbilang kecil. Ketika waktu pembelajaran berlangsung, kelas tersebut hanya diisi oleh satu orang pengajar BIPA dan 1 atau 2 pembelajar BIPA. Revisi ukuran media gambar

berseri peneliti lakukan agar gambar berseri tidak terlalu besar dan dapat dengan mudah dibawa ke dalam kelas dan digunakan dalam proses pembelajaran.

Setelah produk divalidasi dan direvisi, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba kepada pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate. Karena jumlah pemelajar yang hanya sedikit, uji coba hanya dilakukan kepada tiga pemelajar tingkat pre-intermediate. Berdasarkan hasil uji coba, media gambar berseri memperoleh presentase sebesar 95,8% dengan kriteria “sangat baik”. Selain itu, kesimpulan hasil uji coba media gambar berseri juga menunjukkan bahwa media gambar berseri “sangat membantu” pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate dalam melatih keterampilan berbicara.

Dalam proses melakukan penelitian dan pengembangan media gambar berseri ini, terdapat beberapa hambatan yang peneliti temui. Hambatan-hambatan tersebut adalah jumlah pemelajar dan waktu belajar pemelajar. Jumlah pemelajar di Wisma Bahasa Yogyakarta, khususnya pemelajar tingkat pre-intermediate cukup terbatas, sehingga peneliti cukup kesulitan dalam mencari pemelajar yang berkenan untuk diteliti. Selain itu, waktu belajar pemelajar yang hanya sebentar juga menjadi salah satu kesulitan peneliti. Waktu belajar pemelajar BIPA di Wisma Bahasa tidak banyak, hanya satu sampai tiga bulan saja, hal itu membuat beberapa pemelajar enggan meluangkan waktunya untuk diteliti. Waktu belajar yang sebentar juga membuat pemelajar yang mengisi angket analisis kebutuhan dan angket uji coba berbeda.

81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan angket analisis kebutuhan yang diberikan pada pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate dapat disimpulkan bahwa pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate membutuhkan media yang dapat membantu mereka melatih kemampuan berbicara. Sebanyak 60% pemelajar memilih media gambar berseri sebagai media yang mempermudah mereka untuk belajar berbicara dan sebanyak 40% mereka memilih berbicara dan mendengarkan pemelajar lain sebagai salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia.

Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan instruktur BIPA, pemelajar BIPA di tingkat pre-intermediate biasanya lebih mempelajari komunikasi sehari-hari. Salah satu cara yang diajarkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara sehari-hari adalah dengan bertanya jawab, bercerita dan juga menjelaskan gambar.

Pengembangan media gambar berseri untuk melatih keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta yang dikembangkan menggunakan penelitian research and development (R&D) ini, mengadaptasi langkah penelitian Borg and Gall. Adaptasi dilakukan karena kurangnya jumlah responden dan waktu belajar responden yang amat singkat.

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah (1) analisis kebutuhan, (2) mengembangkan produk, (3) validasi ahli, (4) revisi produk, dan (5) uji coba produk.

Berdasarkan hasil pengembangan, validasi dan uji coba lapangan, dosen ahli memberikan skor 4,2 dengan kategori “sangat baik” dan instruktur BIPA memberikan skor 4,78 dengan kategori “sangat baik”. Penilaian dari pemelajar BIPA level pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta, media gambar berseri mendapat presentase sebesar 95,8% dengan kriteria “sangat baik”. Selain itu, pemelajar juga menilai bahwa produk media gambar berseri tersebut sangat membantu pemelajar dalam melatih keterampilan berbicara bahasa Indonesia.

B. Implikasi

Pengembangan media gambar berseri ini dapat dimanfaatkan untuk pembelajaraan keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta. Hal ini karena pengembanganproduk media gambar berseri dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta. Namun, media gambar berseri juga dapat digunakan di lembaga lain. Maka dari itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan media gambar berseri ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media gambar berseri ini, yaitu.

1. Kesesuaian media gambar berseri dengan taraf berpikir pemelajar.

2. Kesesuaian media gambar berseri dengan metode pembelajaran yang digunakan di lembaga.

3. Kesesuaian media gambar berseri dengan topik dengan buku pegangan yang digunakan.

4. Kesesuaian media gambar berseri dengan tingkatan pemelajar BIPA.

5. Kesesuaian media gambar berseri dengan tujuan belajar pemelajar.

C. Saran.

Saran-saran peneliti dalam pengembangan media gambar berseri untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Materi dalam media gambar berseri ini ditujukan untuk pemelajar BIPA di tingkat pre-intermediate atau 2A. apabila media ini digunakan pada tingkat beginner atau advance, peneliti hendaknya memilih materi yang sesuai dengan tingkatan tersebut.

2. Gambar berseri ini hanya terdapat tiga materi, tidak menutup kemungkinan bagi peneliti lain untuk menambahkan materi yang lebih banyak lagi.

3. Pengembangan media ini difokuskan pada satu aspek keterampilan saja. Oleh karena itu, apabila ingin dikembangkan lebih lanjut diharapkan tidak hanyak terbatas pada satu aspek keterampilan saja.

84

Adryansyah. 2012. Profil BIPA Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses pada 14 Maret 2018 dari http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/info_bipa Angkowo dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi, Cetakan ke-10). Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. (Cetakan ke-17). Jakarta: Rajawali Pers.

Idris, Nuny Sulistiany. 2017. Internasionalisasi Bahasa Indonesia Melalui Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Bandung: Seminar Internasional Pembelajaran BIPA: Perubahan, Tantangan, dan Peluang. UPI. 4 April 2017.

Ikasari, Emirita Ratna Dwi. 2015. Pengembangan Media Gambar Berseri dalam Pembelajaran Menulis Kelas 1 SD Kaliurang 2 Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa. (Cetakan ke-6).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kusmintayu, Norma, Sarwiji Suwandi, dan Atikah Anindyarini. 2012. Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Surakarta: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. Vol. 1, No. 1: 206-218.

Kustandi, Cecep & Bambang Sujtipto. 2011. Media Pembelajaran: Manual dan Digital.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Margaretha, Hartiyah. 2012. Pengembangan Media Gambar Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media Pembelajaran Menulis untuk Pembelajar BIPA Level Intermediate di Wisma Bahasa. Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Megawati, Ni Made Pande, Ni Ketut Suarni, dan Made Sulastri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. (Cetakan ke-3).

Jakarta: Gaung Persada.

Ngalimun & Noor Alfulaila. 2014. Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Pertiwi, Maria Nova Eka. 2017. Pengembangan Materi Pembelajaran Berbicara pada Kompetensi Dasar Menyimpulkan Isi Cerita dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Kanisius Nglinggi. Skripsi. FKIP, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Prasetyo, Eko. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Software Adobe Flash untuk Pembelajar BIPA Level pre-intermediate di Lembaga Wisma Bahasa Yogyakarta. Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Riduwan. 2017. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sadiman, Arief S., dkk. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 1990. Media Pengajaran. Bandung: C.V. Sinar Baru.

Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiarti, Ni Luh Putu Yeni., I Ketut Adnyana Putra, dan I. B Gede Surya Abadi. 2014.

Pengaruh Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write) Berbantuan Media Gambar Berseri terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kela V SD gugus 1 Kecamatan Kediri tahun Ajaran 2013/2014. Singaraja: Jurnal Mimbar PGSD. Vol 2, No 1.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

(Cetakan ke-10). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukarjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. (Cetakan ke-4). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Susanti, Apriliya dan Sri Hariani. 2013. Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SDN Tambak Kemeraan Kecamatan Krian. Surabaya: Jurnal PGSD. Vol. 01, No. 02:0-216.

Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Jurnal Wacana. Vol. 9, No. 1:

62-78.

Wahyuni. 2012. Pengembangan Materi Menulis dengan Media Audiovisual untuk Pembelajar BIPA Level Advanced di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wisma Bahasa. (t.t.). About. Diakses pada 6 Maret 2018 dari http://www.wisma-bahasa.com/about/

Wisma Bahasa. (t.t.). Indonesian Course in Yogyakarta. Diakses pada 8 Februari 2018 dari http://www.wisma-bahasa.com/programs/indonesian-language-course/

87

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Penelitian

Lampiran 2

Surat Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 3

Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 4

Penilaian Validasi Instrument Penelitian

No

A. Rubrik Penilaian Instrumen Analisis Kebutuhan

A.1

No

 Tidak lengkapnya poin analisis

No

 Tidak lengkapnya poin analisis

No

No

B. Rubrik Penilaian Instrument Penilaian Produk

B.1

No

 Tidak lengkapnya poin penilaian

No

No

 Tidak lengkapnya poin penilaian

No

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Penelitian

A. Penilaian Instrument Analisis Kebutuhan

No

a. Petunjuk pengisian dalam lembar angket analisis kebutuhan

pengembangan media gambar berseri dapat membantu pemelajar dalam pengisiannya.

4 b. Pernyataan yang dibuat dalam angket

analisis kebutuhan sesuai dengan kurikulumnya.

2 c. Pernyataan-pernyataan dalam angket

analisis kebutuhan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

2 d. Kelayakan Instrumen untuk

pengambilan data di lapangan. 4 e. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

yang baik dan benar. 4

f. Susunan kalimat dapat dipahami. 4 2

Pedoman Wawancara terstuktur dengan

Instruktur BIPA

a. Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai 2

b. Kelayakan Instrumen untuk

pengambilan data di lapangan. 4 c. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

yang baik dan benar. 4

d. Susunan kalimat dapat dipahami. 4

Rata-rata Skor 3,4

Keterangan ‘Baik”

B. Penilaian Instrumen Penilaian Produk

No. Teknik Pengumpulan Data Komponen yang Dinilai

Skor Pernyataan

1.

Lembar Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Instruktur

BIPA

a. Petunjuk pengisian dalam lembar validasi produk oleh ahli pada media gambar berseri

b. Pernyataan yang dibuat dalam lembar validasi produk oleh ahli sesuai dengan kebutuhan penilaiannya

4

c. Kelayakan Instrumen

untuk penilaian produk. 4 d. Penggunaan bahasa

sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.

4 e. Susunan kalimat dapat

dipahami. 4

2. Lembar Penilaian Produk oleh Pemelajar BIPA

a. Petunjuk pengisian dalam lembar penilaian

b. Pernyataan yang dibuat dalam lembar penilaian produk oleh pemelajar BIPA sesuai dengan kebutuhan penilaiannya

4

c. Kelayakan Instrumen

untuk penilaian produk. 2 d. Penggunaan bahasa

sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.

4

No. Teknik Pengumpulan Data Komponen yang Dinilai

Skor Pernyataan

e. Susunan kalimat dapat

dipahami. 2

Rata-rata Skor 4

Kriteria “Baik”

Lampiran 6

Lembar Wawancara Instruktur BIPA

1. Tingkatan Pembelajaran BIPA

Dalam pemilihan tingkat pembelajar, apakah Wisma Bahasa menggunakan tingkatan dari CEFR?

2. Proses Pembelajaran

a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

3. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

4. Hambatan dalam proses pembelajaran

a. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

b. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.

5. Gaya Belajar

a. Dalam proses pembelajarannya, pemelajar BIPA di Wisma Bahasa memiliki gaya belajar apa saja?

b. Apakah gaya belajar pemelajar BIPA di Wisma Bahasa mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajarannya?

6. Ketersediaan sumber bahan ajar dan media pembelajaran

a. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

b. Apa saja media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

7. Media Pembelajaran yang digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia.

Apakah jenis media pembelajaran yang sering digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia?

8. Media Gambar berseri

a. Apakah Wisma Bahasa sudah pernah menggunakan media gambar berseri?

b. Bagaimana pendapat Anda tentang media gambar berseri?

9. Harapan tentang media pembelajaran baru

Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk pembelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Lampiran 7

Transkrip Wawancara Instruktur BIPA Narasumber : Thomas Bea Dwianggoro

Jabatan : Intruktur BIPA Wisma Bahasa Yogyakarta

No. Pertanyaan Jawaban

1. Dalam pemilihan tingkat pembelajar, apakah Wisma Bahasa menggunakan tingkatan dari CEFR?

Tidak ya, tapi kami mengadaptasi dari sana, kami memiliki 7 tingkatan pemelajar.

2. a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Di tingkat ini, pemelajar sudah memiliki kosakata. Jadi, dalam menggunakan metode lebih

banyak menggunakan

kombinasi. Karena sudah banyak mempunyai kosakata, jadi penggunaan realia-realia dipakai untuk mendukung pelajaran-pelajaran atau memperkenalkan kosakata atau strukturnya, realia masih dipakai tapi tidak banyak.

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Biasanya satu sesi itu 1 jam 30 menit ya waktunya.

3. Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

Kalau metodenya hampir semua, namun tergantung materinya.

Mengenalkan kosakata dengan media langsung dengan gambar, berdialog sekaligus mengenalkan struktur, praktek role play, juga masih, karena itu masih berbicara dengan kehidupan sehari-hari bisa juga pergi keluar kelas, role play yang sudah dipelajari di kelas dipraktekkan di luar kelas, wawancara sederhana dengan materi yang sedang dipelajari.

4. c. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

Biasanya kalau masalah sejauh ini adalah, bagaimana menerjemahkan kata yang tidak sama dengan konteks bahasa mereka. Terkadang sulit kalau saya tidak belajar bahasa mereka (misalnya bahasa China, Perancis, Tiongkok, Thailand), juga mungkin perbedaan arti kata tapi berhubungan dengan struktur (di bahasa Inggris ada tenses di Indonesia tidak).

Mengajarkan kata sedang, akan, sudah, itu bagaimana, nah biasanya berhubungan dengan konten isi bahasanya.

d. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.

Sudah, caranya dengan membuat kalimat-kalimat dengan bahasa mereka yang memungkinkan mereka untuk mengambil kesimpulannya. Sangat tergantung dengan pemelajarnya, kalau pemelajar menggunakan bahasa Inggris, saya bisa menggunakan bahasa Inggris, tapi kalau pemelajar tidak menggunakan bahasa Inggris saya bisa membuat kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia.

5. c. Dalam proses pembelajarannya, pemelajar BIPA di Wisma Bahasa memiliki gaya belajar apa saja?

Kebanyakan visual dan audio, audiovisual ya saya pikir. Karena kebanyakan mereka dengan gambar dan seperti itu lebih

mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajarannya?

menyediakan realia, media2, tapi kadang dengan pemelajr seperti itu kalau tidak ada yang sudah disiapkan, dengan menggambar langsung mereka akan bisa mengerti.

6. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Kami memiliki buku ajar dan

Kami memiliki buku ajar dan

Dokumen terkait