• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Saran

Saran-saran peneliti dalam pengembangan media gambar berseri untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Materi dalam media gambar berseri ini ditujukan untuk pemelajar BIPA di tingkat pre-intermediate atau 2A. apabila media ini digunakan pada tingkat beginner atau advance, peneliti hendaknya memilih materi yang sesuai dengan tingkatan tersebut.

2. Gambar berseri ini hanya terdapat tiga materi, tidak menutup kemungkinan bagi peneliti lain untuk menambahkan materi yang lebih banyak lagi.

3. Pengembangan media ini difokuskan pada satu aspek keterampilan saja. Oleh karena itu, apabila ingin dikembangkan lebih lanjut diharapkan tidak hanyak terbatas pada satu aspek keterampilan saja.

84

Adryansyah. 2012. Profil BIPA Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses pada 14 Maret 2018 dari http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/info_bipa Angkowo dan Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi, Cetakan ke-10). Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. (Cetakan ke-17). Jakarta: Rajawali Pers.

Idris, Nuny Sulistiany. 2017. Internasionalisasi Bahasa Indonesia Melalui Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Bandung: Seminar Internasional Pembelajaran BIPA: Perubahan, Tantangan, dan Peluang. UPI. 4 April 2017.

Ikasari, Emirita Ratna Dwi. 2015. Pengembangan Media Gambar Berseri dalam Pembelajaran Menulis Kelas 1 SD Kaliurang 2 Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa. (Cetakan ke-6).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kusmintayu, Norma, Sarwiji Suwandi, dan Atikah Anindyarini. 2012. Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Surakarta: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. Vol. 1, No. 1: 206-218.

Kustandi, Cecep & Bambang Sujtipto. 2011. Media Pembelajaran: Manual dan Digital.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Margaretha, Hartiyah. 2012. Pengembangan Media Gambar Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media Pembelajaran Menulis untuk Pembelajar BIPA Level Intermediate di Wisma Bahasa. Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Megawati, Ni Made Pande, Ni Ketut Suarni, dan Made Sulastri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Berbantuan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. (Cetakan ke-3).

Jakarta: Gaung Persada.

Ngalimun & Noor Alfulaila. 2014. Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Pertiwi, Maria Nova Eka. 2017. Pengembangan Materi Pembelajaran Berbicara pada Kompetensi Dasar Menyimpulkan Isi Cerita dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Kanisius Nglinggi. Skripsi. FKIP, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Prasetyo, Eko. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Software Adobe Flash untuk Pembelajar BIPA Level pre-intermediate di Lembaga Wisma Bahasa Yogyakarta. Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Riduwan. 2017. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sadiman, Arief S., dkk. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 1990. Media Pengajaran. Bandung: C.V. Sinar Baru.

Sufanti, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiarti, Ni Luh Putu Yeni., I Ketut Adnyana Putra, dan I. B Gede Surya Abadi. 2014.

Pengaruh Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write) Berbantuan Media Gambar Berseri terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kela V SD gugus 1 Kecamatan Kediri tahun Ajaran 2013/2014. Singaraja: Jurnal Mimbar PGSD. Vol 2, No 1.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

(Cetakan ke-10). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukarjo. 2008. Kumpulan Materi Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. (Cetakan ke-4). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Susanti, Apriliya dan Sri Hariani. 2013. Penggunaan Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SDN Tambak Kemeraan Kecamatan Krian. Surabaya: Jurnal PGSD. Vol. 01, No. 02:0-216.

Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Jurnal Wacana. Vol. 9, No. 1:

62-78.

Wahyuni. 2012. Pengembangan Materi Menulis dengan Media Audiovisual untuk Pembelajar BIPA Level Advanced di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi. FKIP, Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wisma Bahasa. (t.t.). About. Diakses pada 6 Maret 2018 dari http://www.wisma-bahasa.com/about/

Wisma Bahasa. (t.t.). Indonesian Course in Yogyakarta. Diakses pada 8 Februari 2018 dari http://www.wisma-bahasa.com/programs/indonesian-language-course/

87

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Penelitian

Lampiran 2

Surat Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 3

Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 4

Penilaian Validasi Instrument Penelitian

No

A. Rubrik Penilaian Instrumen Analisis Kebutuhan

A.1

No

 Tidak lengkapnya poin analisis

No

 Tidak lengkapnya poin analisis

No

No

B. Rubrik Penilaian Instrument Penilaian Produk

B.1

No

 Tidak lengkapnya poin penilaian

No

No

 Tidak lengkapnya poin penilaian

No

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Penelitian

A. Penilaian Instrument Analisis Kebutuhan

No

a. Petunjuk pengisian dalam lembar angket analisis kebutuhan

pengembangan media gambar berseri dapat membantu pemelajar dalam pengisiannya.

4 b. Pernyataan yang dibuat dalam angket

analisis kebutuhan sesuai dengan kurikulumnya.

2 c. Pernyataan-pernyataan dalam angket

analisis kebutuhan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

2 d. Kelayakan Instrumen untuk

pengambilan data di lapangan. 4 e. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

yang baik dan benar. 4

f. Susunan kalimat dapat dipahami. 4 2

Pedoman Wawancara terstuktur dengan

Instruktur BIPA

a. Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai 2

b. Kelayakan Instrumen untuk

pengambilan data di lapangan. 4 c. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

yang baik dan benar. 4

d. Susunan kalimat dapat dipahami. 4

Rata-rata Skor 3,4

Keterangan ‘Baik”

B. Penilaian Instrumen Penilaian Produk

No. Teknik Pengumpulan Data Komponen yang Dinilai

Skor Pernyataan

1.

Lembar Validasi Produk oleh Dosen Ahli dan Instruktur

BIPA

a. Petunjuk pengisian dalam lembar validasi produk oleh ahli pada media gambar berseri

b. Pernyataan yang dibuat dalam lembar validasi produk oleh ahli sesuai dengan kebutuhan penilaiannya

4

c. Kelayakan Instrumen

untuk penilaian produk. 4 d. Penggunaan bahasa

sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.

4 e. Susunan kalimat dapat

dipahami. 4

2. Lembar Penilaian Produk oleh Pemelajar BIPA

a. Petunjuk pengisian dalam lembar penilaian

b. Pernyataan yang dibuat dalam lembar penilaian produk oleh pemelajar BIPA sesuai dengan kebutuhan penilaiannya

4

c. Kelayakan Instrumen

untuk penilaian produk. 2 d. Penggunaan bahasa

sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.

4

No. Teknik Pengumpulan Data Komponen yang Dinilai

Skor Pernyataan

e. Susunan kalimat dapat

dipahami. 2

Rata-rata Skor 4

Kriteria “Baik”

Lampiran 6

Lembar Wawancara Instruktur BIPA

1. Tingkatan Pembelajaran BIPA

Dalam pemilihan tingkat pembelajar, apakah Wisma Bahasa menggunakan tingkatan dari CEFR?

2. Proses Pembelajaran

a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

3. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

4. Hambatan dalam proses pembelajaran

a. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

b. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.

5. Gaya Belajar

a. Dalam proses pembelajarannya, pemelajar BIPA di Wisma Bahasa memiliki gaya belajar apa saja?

b. Apakah gaya belajar pemelajar BIPA di Wisma Bahasa mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajarannya?

6. Ketersediaan sumber bahan ajar dan media pembelajaran

a. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

b. Apa saja media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

7. Media Pembelajaran yang digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia.

Apakah jenis media pembelajaran yang sering digunakan ketika proses pembelajaran bahasa Indonesia?

8. Media Gambar berseri

a. Apakah Wisma Bahasa sudah pernah menggunakan media gambar berseri?

b. Bagaimana pendapat Anda tentang media gambar berseri?

9. Harapan tentang media pembelajaran baru

Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk pembelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Lampiran 7

Transkrip Wawancara Instruktur BIPA Narasumber : Thomas Bea Dwianggoro

Jabatan : Intruktur BIPA Wisma Bahasa Yogyakarta

No. Pertanyaan Jawaban

1. Dalam pemilihan tingkat pembelajar, apakah Wisma Bahasa menggunakan tingkatan dari CEFR?

Tidak ya, tapi kami mengadaptasi dari sana, kami memiliki 7 tingkatan pemelajar.

2. a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Di tingkat ini, pemelajar sudah memiliki kosakata. Jadi, dalam menggunakan metode lebih

banyak menggunakan

kombinasi. Karena sudah banyak mempunyai kosakata, jadi penggunaan realia-realia dipakai untuk mendukung pelajaran-pelajaran atau memperkenalkan kosakata atau strukturnya, realia masih dipakai tapi tidak banyak.

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Biasanya satu sesi itu 1 jam 30 menit ya waktunya.

3. Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

Kalau metodenya hampir semua, namun tergantung materinya.

Mengenalkan kosakata dengan media langsung dengan gambar, berdialog sekaligus mengenalkan struktur, praktek role play, juga masih, karena itu masih berbicara dengan kehidupan sehari-hari bisa juga pergi keluar kelas, role play yang sudah dipelajari di kelas dipraktekkan di luar kelas, wawancara sederhana dengan materi yang sedang dipelajari.

4. c. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

Biasanya kalau masalah sejauh ini adalah, bagaimana menerjemahkan kata yang tidak sama dengan konteks bahasa mereka. Terkadang sulit kalau saya tidak belajar bahasa mereka (misalnya bahasa China, Perancis, Tiongkok, Thailand), juga mungkin perbedaan arti kata tapi berhubungan dengan struktur (di bahasa Inggris ada tenses di Indonesia tidak).

Mengajarkan kata sedang, akan, sudah, itu bagaimana, nah biasanya berhubungan dengan konten isi bahasanya.

d. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.

Sudah, caranya dengan membuat kalimat-kalimat dengan bahasa mereka yang memungkinkan mereka untuk mengambil kesimpulannya. Sangat tergantung dengan pemelajarnya, kalau pemelajar menggunakan bahasa Inggris, saya bisa menggunakan bahasa Inggris, tapi kalau pemelajar tidak menggunakan bahasa Inggris saya bisa membuat kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia.

5. c. Dalam proses pembelajarannya, pemelajar BIPA di Wisma Bahasa memiliki gaya belajar apa saja?

Kebanyakan visual dan audio, audiovisual ya saya pikir. Karena kebanyakan mereka dengan gambar dan seperti itu lebih

mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajarannya?

menyediakan realia, media2, tapi kadang dengan pemelajr seperti itu kalau tidak ada yang sudah disiapkan, dengan menggambar langsung mereka akan bisa mengerti.

6. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Kami memiliki buku ajar dan buku latihan sendiri, kami juga memanfaatkan internet dan hal-hal di sekitar, ya.

7. Apa saja media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Kalau di sini biasanya memakai realia-realia gambar, banyak ya ada gambar aktivitas, gambar apa, kalau bicara uang ya dengan uang2an, kalu gambar angka ya dengan angka, gambar angka.

Kalau sudah itu bisa juga menceritakan cerita dengan gambar menjadi satu rangkaian cerita. juga menggunakan gambar berseri.

8. c. Apakah Wisma Bahasa sudah pernah menggunakan media gambar berseri?

Ada beberapa, tetapi tidak banyak. Biasanya itu sudah bebrapa materi, misalnya pelajaran 1-15 ya itu ada transportasi, aktivitas, uang, jam.

Di situ ada cerita tentang berlibur, ada dari membeli tiket apa apa apa, misalnya kegiatan sehari-hari begitu, tapi tidak banyak.

d. Bagaimana pendapat Anda tentang media gambar berseri?

Bagus menurut saya, gambr berseri bisa merangkum beberapa topik pembelajaran dan itu bisa menjadi sarana pembelajaran sekaligus sarana untuk mengulangi kembali pelajaran. Tidak hanya belajar

untuk membuat kalimat tetapi bisa membuat kalimat menjadi koheren dan kohesi menjadi satu.

Itu menurut saya bagus sekali.

Jadi gambar berseri mempunyai banyak fungsi mengulang kembali kosakata, bagaimana membuat kalimat dan menyusun menjadi sebuah paragraph dengan benar. Jadi, itu merangsang pemelajar untuk berbicara dan menulis lebih banyak.

e. Jika Anda belajar melalui media gambar, jenis gambar seperti apa yang lebih disukai?

a. Gambar karikatur (caricature picture)

b. Gambar animasi (animated picture)

Itu tergantung ya, kalau gambar berseri sebenarnya tidak terlalu bermasalah menurut saya, kalau untuk orang dewasa ya, menurut saya tidak bermasalah, mau karikatru atau gambar animasi tidak bermasalah. Berbeda kalau untuk kelas anak-anak, kalau untuk anak-anak harus dibuat semenarik mungkin ya, tapi kalau untuk orang dewasa menurut saya tidak penting karikatur atau animasi, yang

penting gambar itu

menyampaikan apa yang mau disampaikan dengan jelas.

f. Bagaimana tampilan warna pada gambar yang lebih disukai?

a. Hitam putih (black and white) b. Berwarna (multicolored)

Kalau memang lebih bagus, lebih jelas sebenarnya berwarna, menurut saya.

g. Jumlah objek manakah yang lebih disukai?

a. Banyak objek (many object) b. Sedikit objek (a little object)

Kalau saya tergantung ya, tapi kalau gambar berseri untuk menceritakan dan mengulang kembali materi gambar yang lebih banyak objek lebih bagus

kalau menurut saya, dengan lebih banyak yang diceritakan ya.

h. Rasio seperti apa yang lebih disukai?

a. 1:1 b. 4:3

Landscape lebih bagus karena bisa memuat lebih banyak gambar.

i. Jumlah gambar dalam 1 halaman gambar berseri manakah yang lebih disukai? (how much picture in a page do you like?)

a. 4 b. 6

Kalau saya lebih mudah membaca alur yang 4, kalau yang 6 terlihat wagu dan terlalu banyak.

9. Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk pembelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Sebenarnya di wisma bahasa selalu ada pembaharuan, tapi untuk gambar berseri mungkin itu ide yang bagus, masih perlu diperbanyak lagi terutama untuk kelas-kelas berbicara karena selama ini belum banyak dan kadang guru tidak punya banyak waktu untuk membuat seperti itu.

Saya pikir lebih banyak mengembangkan, lebih banyak variasi, lebih banya topik-topik yang masuk karena di sini lebih hanya tentang berlibur yang masuk ke angka, transportasi dan aktivitas tapi lebih ke misalnya berbelanja ke pasar, membeli di restaurant dan itu menurut saya lebih bagus.

Narasumber : Scholastica Ardyanita

Jabatan : Instruktur BIPA Wisma Bahasa Yogyakarta

No. Pertanyaan Jawaban

1. Dalam pemilihan tingkat pembelajar, apakah Wisma Bahasa menggunakan tingkatan dari CEFR?

Tidak, Wisma Bahasa memiliki tingkatan tersendiri bagi

pemelajarnya.

2. a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Tergantung murid mau focus di apa, 1b untuk komunikasi sehari-hari, jadi focus di berbicara dan mendengarkan. Pembelajarannya lebih banyak praktek berbicara.

Menjawab pertanyaan dan menjelaskan gambar-gambar,

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Di tingkatan apapun sama sebenarnya, biasanya 1 jam 30 menit untuk tiap sesinya ya.

3. Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

Kalau berhubungan dengan kosakata menggunakan drilling dan flash card dan gambar-gambar, lalu mengajarkan struktur kalimatnya dan berlatih.

4. a. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

Ada murid yang tidak hafal kosakata, masih kesulitan menentukan struktur, kemampuan berbicara kurang, kemauan murid untuk mencoba berbahasa Indonesia.

b. Apakah hambatan tersebut sudah teratasi dengan baik? Jelaskan.

Sudah, dengan cara banyak latihan, dengan drilling sampai hafal. Acak kata untuk membenarkan struktur. Praktek langsung di luar kelas.

5. a. Dalam proses pembelajarannya, pemelajar BIPA di Wisma Bahasa memiliki gaya belajar apa saja?

Gaya belajarnya bervariasi, ada pemelajar yang semangat untuk belajar dari riumah atau di luar kelas sudah menyiapkan, di kelas menjadi cepat dan mudah. Tapi ada juga yang bergantung pada gurunya, ketika belum masuk kelas ya dia belum membuka, belum menghafalkan, dia tidak ada usaha di luar kelas. Itu ada juga yang seperti itu. Kalau murid saya kebetulan audiovisual ya, murid ada yang menulis harus melihat kata nya, strukturnya, dan juga mendengar apa yang guru bicarakan.

b. Apakah gaya belajar pemelajar BIPA di Wisma Bahasa mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajarannya?

Sebenernya pintar-pintar gurunya aja menyesuaikan, wisma bahasa mungkin tidak bisa menyiapkan semua sesuai dengan gaya pemelajar. Jadi, pintar2nya gurunya. Oh ini kelihatannya visual banget ya muridnya, lalu ya gimana caranya untuk pakai papan tulis

atau banyak gambar, atau kalau yang audio diajak banyak bicara, gitu. Jadi menyesuaikan si

pemelajar. Untuk

preintermediate itu medianya lebih banyak, gambar-gambar lebih banyak, ada gambar ada dengaran juga, kartu-kartu, itu lebih banyak.

6. Apa sajakah sumber belajar yang selama ini anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Biasanya kami menggunakan buku-buku, baik buku latihan maupun buku ajar. Selain itu, kami juga menggunakan internet dan video maupun audio yang ada di Wisma Bahasa.

7. Apa saja media pembelajaran yang sering anda gunakan untuk mengajar bahasa Indonesia untuk kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Untuk preintermediate itu medianya lebih banyak, gambar-gambar lebih banyak ada gambar-gambar ada dengaran juga, kartu-kartu, itu lebih banyak. Tapi kalau untuk intermediate, biasanya medianya tidak sebanyak buku 1.

Medianya itu bisa dengan…

kalau ada mendengarkan ada, guru mungkin akan bawa handphone untunk browsing dan langsung menunjukkan ‘ini seperti ini’

8. a. Apakah Wisma Bahasa sudah pernah menggunakan media gambar berseri?

Sudah, di wisma bahasa ada beberapa pelajaran sudah ada yang menggunakannya.

b. Bagaimana pendapat Anda tentang media gambar berseri?

Itu bagus ya, karena menjadi pancingan untuk bagaimana dia membuat kalimat yang berkaitan dan runtut dengan kosakata yang dia punya

Karena di sini pemelajarnya dewasa, jadi mungkin lebih tepat untuk yang karikatur.

d. Bagaimana tampilan warna pada gambar yang lebih disukai?

a. Hitam putih b. Berwarna

Kalau berwarna menurut saya, itu bisa memancing dia untuk membuat kalimat yang lebih kompleks karena bisa memasukkan warnanya, tapi untuk pemelajar dewasa itu bisa berwarna dan bisa hitam putih.

Itu tidak masalah.

e. Jumlah objek manakah yang lebih disukai?

a. Banyak objek b. Sedikit objek

Untuk saya yang banyak, karena itu pancingan agar dia bisa membuat kalimat lebih kompleks, lebih detail, bisa menggunakan unsur-unsur di gambar.

f. Rasio seperti apa yang lebih disukai?

a. 1:1

Kalau menurut saya, tergantung ya, apakaah gambar itu memuat banyak objek atau tidak. Kalau

b. 4:3 memuat beberapa objek yang lebih baik yang persegi panjang, kalau hanya focus pada satu objek yang lebih baik persegi.

g. Jumlah gambar dalam 1 halaman gambar berseri manakah yang lebih disukai?

a. 4 b. 6

Lebih banyak gambar itu lebih baik. Karena dia akan berfikir dengan lebih banyak gambar akan lebih banyak yang saya jelaskan.

9. Apakah harapan anda berkaitan dengan media pembelajaran khusus untuk pembelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

Kalau menurut saya, lebih lengkap itu lebih membantu.

Kalau bisa setiap pelajaran ada satu set media yang bisa membantu, yang efektif untuk membantu proses pelajaran agar murid bisa mencapai tujuannya.

Jadi, harapan saya kalau bisa ya setiap pelajaran ada medianya.

Narasumber : Didit Setiawan

Jabatan : Instruktur BIPA Wisma Bahasa Yogyakarta

No. Pertanyaan Jawaban

1. Dalam pemilihan tingkat pembelajar, apakah Wisma Bahasa menggunakan tingkatan dari CEFR?

Tingkatan dari CEFR tidak diambil secara keseluruhan tapi hanya diadaptasi saja. Kami dari dulu sudah punya 7 atau 8 level, tidak mengambil CEFR.

2. a. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas pre-intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

Kami lebih banyak pada hal-hal yang bersifat gramatikal, struktur, kosa kata, mulai aktif dalam mendengarkan dan membaca. Jadi, biasanya lebih serius lagi. Permainan tidak terlalu banyak, banyak latihan2 yang lebih serius. Untuk berbicara dilakukan dengan 2 cara, yang pertama ada teks bacaan lalu diskusi tentang bacaan. Yang kedua dengan wawancara, kalau yang dengar gambar masuknya ke beginner, bisa juga sih, slaah satu cara dengan gambar lalu nanti bercerita gitu

b. Berapa lama durasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas

pre-Per sesi : 1 jam 45 menit. Untuk keseluruhan biasanya tergantung kecepatan pemelajar, namun

intermediate Wisma Bahasa Yogyakarta?

harapannya 30 sesi sudah bisa bercakap-cakap sehari-hari.

3. Metode pembelajaran apa yang paling sering anda gunakan ketika mengajar bahasa Indonesia?

Ada metode audiovisual, ada metode TPR, ada dengan berlatih. Disesuaikan dengan situasi murid, kebutuhan murid dan karakter murid.

4. a. Selama proses pembelajaran, masalah apa yang sering anda temukan di dalam kelas?

Secara umum adalah masalah bahasa, bahasa ibunya kan berbeda. Ada juga orang-orang yang punya kemampuan belajar bahasa yang kurang baik, dan

Secara umum adalah masalah bahasa, bahasa ibunya kan berbeda. Ada juga orang-orang yang punya kemampuan belajar bahasa yang kurang baik, dan

Dokumen terkait