• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA PEMELAJAR BIPA TINGKAT PRE-INTERMEDIATE DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA PEMELAJAR BIPA TINGKAT PRE-INTERMEDIATE DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA PEMELAJAR BIPA

TINGKAT PRE-INTERMEDIATE DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Patrisia Arum Puspaningtyas 141224019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i

PENGEMBANGAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA PEMELAJAR BIPA

TINGKAT PRE-INTERMEDIATE DI WISMA BAHASA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Patrisia Arum Puspaningtyas 141224019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan menyertai setiap langkah dalam hidup saya.

Ibu Marciana Supriyanti yang ada di surga, Bapak Sebastianus Janget Trisongko, Mbak Odilla Ajeng Estiningtyas yang tak henti-hentinya memberi semangat dan

dukungan sehingga saya sampai pada tahap ini.

Teman-teman PBSI A 2014 dan keluarga besar PBSI.

(6)

v MOTO

“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu karena ada upah bagi usahamu”

(2 Taw 15: 7)

“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”

(Mat 6:34)

“Hidup indah karena hari ini.”

(Gading Marten)

“A rose can never be a sunflower, and a sunflower can never be a rose. All flowers are beautifull in their own way.”

(Miranda Kerr)

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii ABSTRAK

Puspaningtyas, Patrisia Arum. 2019. Pengembangan Media Gambar Berseri untuk Keterampilan Berbicara Pemelajar BIPA Tingkat Pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Pemelajar BIPA pada tingkat pre-intermediate diharapkan bisa berkomunikasi singkat menggunakan bahasa Indonesia dalam ragam komunikasi sehari-hari. Agar dapat berkomunikasi dengan lancar, keterampilan berbicara harus dilatih dan diasah secara terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media yang dapat membantu pemelajar BIPA tingkat pre- intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta dalam melatih keterampilan berbicara.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu (1) Apa sajakah kebutuhan media dalam pembelajaran BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

(2) Bagaimanakah mengembangkan media pembelajaran gambar berseri sebagai media untuk melatih keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre- intermediare di Wisma Bahasa Yogyakarta? (3) Bagaimana kualitas media pembelajaran gambar berseri sebagai media untuk meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate?

Hasil analisis kebutuhan media pembelajaran BIPA tingkat pre-intermediate mengungkapkan bahwa pemelajar membutuhkan media yang dapat membantu pemelajar melatih kemampuan berbicara. Sebanyak 60% pemelajar memilih media gambar berseri sebagai media yang mempermudah mereka untuk belajar berbicara dan sebanyak 40% mereka memilih berbicara dan mendengarkan pemelajar lain sebagai salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian ini memiliki lima langkah yang merupakan hasil adaptasi dari langkah penelitian milik Borg and Gall. Langkah-langkah dalam penelitian ini, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) mengembangkan produk, (3) validasi ahli, (4) revisi produk, dan (5) uji coba lapangan. Berdasarkan uji validasi oleh dosen ahli, media gambar berseri mendapat nilai 4,2 dengan kriteria “sangat baik”, dan instruktur BIPA memberikan nilai 4,78 dengan kriteria “sangat baik”. Uji coba lapangan yang dilakukan pada tiga pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate mendapatkan kriteria sangat baik dengan presentase 95,8%. Selain itu, pemelajar juga menilai bahwa produk media gambar berseri tersebut sangat membantu pemelajar dalam melatih keterampilan berbicara bahasa Indonesia.

Kata kunci: Media Pembelajaran, Gambar Berseri, Pengembangan Media Pembelajaran.

(10)

ix ABSTRACT

Puspaningtyas, Patrisia Arum. 2019. The Development of Serial Picture for Speaking Skill of BIPA Pre-intermediate Students in Wisma Bahasa Yogyakarta. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Letters Education Study Program. Faculty of Education and Teachers Training. Sanata Dharma University.

BIPA learners in pre-intermediate level are expected to be able doing short communication in Bahasa Indonesia in various daily communication. To be able to communicate fluently, speaking skill must be trained and sharpened continuously.

This research is purposed to produce media which can help pre-intermediate level BIPA learners at Wisma Bahasa Yogyakarta in training their speaking skill. The problems of this research are (1) What are the media needed in BIPA teaching for pre-intermediate students in Wisma Bahasa Yogyakarta? (2) How to develop teaching media of serial pictures as the media for developing speaking skill of BIPA pre-intermediate students? (3) How is teaching media quality of serial picture as media for gaining speaking skill of pre-intermediate level BIPA learners?

The result of needs analysis of teaching media for pre-intermediate level BIPA learners show that the learners need the media which can help them to train their speaking skill. 60% of the learners choose serial pictures media as the media which can make their learning process of speaking skill easier and 40% of the learners choose speaking and listening to other learners as one of the good way for gaining their speaking skill in Bahasa Indonesia. The interview result with BIPA instructor show a way for gaining speaking skill is by questioning and answering and also by explaining the pictures.

The type of this research is research and development. This research adopts research stages by Borg & Gall. The steps in development research are modified into five steps, they are (1) needs analysis, (2) pre-products development, (3) experts validation, (4) products revision, and (5) finite trial. Based on validity test by the lecturer who expert in this field, serial picture media get 4.2 point with very good criteria and BIPA instructor gives 4.78 point with very good criteria. Field trials which are done to three learners get very good criteria with percentage as stated 95.8%. Moreover, the learners also assess that the products of serial picture media are very helpful for the learners in using Bahasa Indonesia especially in speaking skill. To sum up, it is concluded that the development of serial picture media for gaining speaking skill of pre-intermediate level BIPA learners get very good criteria.

Keywords: Teaching Media, Teaching Media Development, Serial Pictures.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Gambar Berseri untuk Keterampilan Berbicara Pemelajar Bipa Tingkat Pre-Intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta”. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan dukungan oleh dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat, kasih dan karunianya kepada saya

2. Dr. Yohanes Haryoso, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum, selaku ketua Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan juga dosen pembimbing, yang telah dengan sabar dan bijaksana dalam membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., dan Dr. B. Widharyanto selaku dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah bersedia menjadi validator dalam penelitian ini.

(12)

xi

5. Seluruh dosen Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mendidik, membimbing, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan adminitrasi.

7. Agus Soehardjono, S.S., M.M., selaku direktur Wisma Bahasa Yogyakarta, terima kasih atas izin yang telah diberikan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di Wisma Bahasa Yogyakarta.

8. Agung Siswanto, S.Pd., selaku instruktur Wisma Bahasa Yogyakarta yang telah membantu saya selama penelitian dan uji coba produk serta telah bersedia untuk menjadi validator produk.

9. Pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta yang telah memberikan waktu untuk menjadi responden selama peneliti melakukan penelitian.

10. Keluarga Besar Wisma Bahasa Yogyakarta yang selalu memberikan semangat positif bagi peneliti.

11. Kedua orang tua saya, Sebastianus Janget Trisongko dan Marciana Supriyanti yang telah memberikan semangat juga dukungan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak tercinta, Odilla Ajeng Estiningtyas, terima kasih untuk semua dukungan dan semangat yang diberikan sampai saat ini.

(13)

xii

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Spesifikasi Produk ... 7

F. Batasan Istilah ... 7

1. Media pembelajaran ... 7

(15)

xiv

2. Gambar berseri ... 7

3. Kemampuan berbahasa ... 7

4. Keterampilan berbicara ... 7

5. Pemelajar BIPA ... 7

6. Pemelajar tingkat pre-intermediate ... 8

G. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian yang Relevan ... 10

B. Landasan Teori ... 14

1. Media... 14

2. Media Gambar Berseri ... 17

3. Berbicara ... 23

4. BIPA ... 21

C. Profil Wisma Bahasa ... 29

D. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Prosedur Pengembangan ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Subjek Penelitian ... 37

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Instrumen Penelitian... 38

(16)

xv

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 47

B. Hasil Wawancara ... 59

C. Perancangan Media Pembelajaran Gambar Berseri ... 64

D. Validasi Produk ... 67

1. Validasi oleh Dosen Ahli ... 67

2. Validasi oleh Instruktur BIPA ... 68

E. Uji Coba Produk ... 69

F. Kajian Produk Akhir ... 73

G. Pembahasan ... 75

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 87

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 88

Lampiran 2 Surat Validasi Instrumen Penelitian ... 89

Lampiran 3 Validasi Instrumen Penelitian ... 90

Lampiran 4 Penilaian Validasi Instrumen Penelitian ... 94

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Validasi Instrumen Penelitian ... 103

Lampiran 6 Lembar Wawancara Instruktur BIPA ... 106

(17)

xvi

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Instruktur BIPA ... 108

Lampiran 8 Analisis Kebutuhan Pemelajar BIPA ... 122

Lampiran 9 Analisis Kebutuhan... 128

Lampiran 10 Kerangka Cerita Gambar Berseri ... 171

Lampiran 11 Surat Validasi Dosen Ahli ... 173

Lampiran 12 Hasil Validasi Dosen Ahli ... 174

Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli ... 177

Lampiran 14 Surat Validasi Instruktur BIPA... 178

Lampiran 15 Hasil Validasi Instruktur BIPA... 179

Lampiran 16 Rekapitulasi Hasil Validasi Instruktur BIPA... 182

Lampiran 17 Uji Coba Lapangan ... 183

Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan ... 189

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara ... 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Data Umum Pembelajar Asing ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kebutuhan Kontak Bahasa Pembelajar Asing ... 40

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Metodologi Pembelajaran... 40

Tabel 3.5 Kisi-kisi Media Gambar Berseri ... 41

Tabel 3.6 Kisi-kisi Penilaian Produk ... 41

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima ... 43

Tabel 3.8 Kriteria Skala Tiga ... 44

Tabel 3.9 Kriteria Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat ... 45

Tabel 3.10 Konversi Skala Empat ... 45

Tabel 3.11 Kategori Skala Guttman ... 46

Tabel 3.12 Kriteria Presentase ... 46

Tabel 4.1 Data Pemelajar ... 48

Tabel 4.2 Kompetensi yang Ingin Dicapai ... 49

Tabel 4.3 Topik Pilihan Pemelajar ... 50

Tabel 4.4 Cara Belajar... 52

Tabel 4.5 Pekerjaan Rumah ... 53

Tabel 4.6 Lokasi Belajar ... 54

Tabel 4.7 Metode Belajar ... 54

Tabel 4.8 Pengoreksian Kesalahan ... 55

Tabel 4.9 Media Gambar... 56

(19)

xviii

Tabel 4.10 Teknik Belajar ... 56

Tabel 4.11 Media Gambar Berseri ... 57

Tabel 4.12 Validasi Produk oleh Ahli Media... 67

Tabel 4.13 Validasi Produk oleh Instruktur BIPA ... 68

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Uji Coba Produk BIPA ... 70

Tabel 4.15 Kualitas Media Gambar Berseri ... 72

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alur Pengembangan ... 36

Gambar 4.1 Desain Media Gambar Berseri Tema Kebun Binatang ... 65

Gambar 4.2 Desain Media Gambar Berseri Tema Berobat ... 66

Gambar 4.3 Desain Media Gambar Berseri Tema Undangan... 66

Gambar 4.4 Tampilan Produk Media Gambar Berseri Tema Kebun Binatang 74 Gambar 4.5 Tampilan Produk Media Gambar Berseri Tema Berobat ... 75

Gambar 4.6 Tampilan Produk Media Gambar Berseri Tema Undangan ... 75

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) adalah pembelajaran yang diberikan kepada orang asing yang ingin menguasai Bahasa Indonesia.

Pembelajaran BIPA berbeda dengan pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asli. Pemelajar BIPA memiliki berbagai latar belakang karena berasal dari berbagai negara.

Upaya awal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pelajar BIPA adalah melakukan analisis kebutuhan belajar pelajar BIPA (Suyitno, 2007: 65). Dengan adanya analisis kebutuhan, dapat diketahui tujuan pemelajar mempelajari Bahasa Indonesia, cara belajar yang biasa pembelajar gunakan, materi-materi yang ingin pemelajar kuasai, dan lain sebagainya.

Soewandi (dalam Suyitno, 2007: 63) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran BIPA yang sangat menonjol adalah (1) untuk berkomunikasi keseharian dengan penutur bahasa Indonesia (tujuan umum), dan (2) untuk menggali kebudayaan Indonesia dengan segala aspeknya (tujuan khusus). Selain itu, pemelajar BIPA biasanya juga mempelajari Bahasa Indonesia untuk kepentingan pekerjaan, untuk wisata, ataupun untuk kebutuhan belajar. Tujuan tersebut mengharuskan para pemelajar BIPA untuk menguasai kosakata dalam Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan penutur asli Indonesia.

(22)

Materi yang diajarkan kepada pemelajar juga harus sesuai dengan analisis kebutuhan yang sudah diisi oleh pemelajar. Materi yang akan dipelajari oleh pemelajar biasanya berkaitan dengan apa yang akan pemelajar lakukan setelah fasih berbahasa Indonesia. Biasanya, waktu yang digunakan pemelajar BIPA untuk belajar Bahasa Indonesia hanya sebentar., Oleh karena itu, mereka hanya akan mempelajari apa yang kelak berguna bagi mereka.

Materi juga diajarkan sesuai dengan tingkatan kemahiran berbahasa Indonesia dari pemelajar BIPA itu sendiri. Secara umum, BIPA memiliki 7 tingkatan kemahiran, salah satu tingkatan kemahiran itu adalah Pre-Intermediate (B1). Pada level pre-Intermediate ini, keterampilan yang dibutuhkan pemelajar adalah untuk menggunakan berbagai bahasa yang memadai untuk komunikasi singkat, familiar, dan tidak menekan. Pada level ini, peserta didik diharapkan bisa berkomunikasi singkat menggunakan Bahasa Indonesia dengan lingkungan sekitarnya untuk menerima dan memberikan informasi tentang hal-hal yang dibutuhkannya.

Selain materi, hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran BIPA adalah media pembelajaran. Media akan mempermudah pengajar untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada penutur asing. Dengan menggunakan media, penutur asing dapat lebih mudah untuk memahami materi yang diberikan oleh pengajar.

Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2010: 15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dengan menggunakan media pembelajaran, pemelajar nantinya akan lebih tertarik

(23)

dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga apa yang disampaikan oleh pengajar dapat lebih cepat ditangkap oleh pemelajar.

Salah satu tujuan pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan (Sufanti, 2010: 13). Dengan tujuan tersebut, pemelajar Bahasa Indonesia diharapkan untuk dapat menguasai kosakata dalam Bahasa Indonesia. Menurut Kathleen (dalam Kusmintayu, 2012: 207), dalam standar berkomunikasi, berbicara masih menjadi kunci. Bagaimanapun, berbicara diperlukan untuk suatu tujuan kebahasaan. Tujuannya adalah agar peserta didik terlibat dalam tugas realistis daripada hanya berlatih materi linguistik. Agar dapat berkomunikasi dengan lancar, keterampilan berbicara harus dilatih dan diasah secara terus menerus.

Salah satu media yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara adalah “Gambar berseri”. Media gambar berseri yaitu media gambar yang menggambarkan suatu rangkaian cerita atau peristiwa secara urut berdasarkan topik yang terdapat pada gambar (Susanti, 2013: 2). Sudjana & Rivai (1990: 70) mengatakan gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, bacaan, penulisan, melukis, dan menggambar, serta membatu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku.

Gambar berseri dapat memperjelas suatu permasalahan (Ikasari, 2015: 11).

Dengan menggunakan gambar berseri pemelajar akan lebih jelas untuk melihat

(24)

suatu keadaan dengan jelas. Menurut Susanti dan Hariani (2013: 2), media gambar berseri mempunyai peranan penting untuk memperjelas maksud gambar tersebut berdasarkan urutan gambar cerita, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami maksud gambar tersebut berdasarkan urutan cerita yang terdapat pada gambar.

Mereka juga mengungkapkan bahwa dengan media gambar berseri siswa dapat mudah menuangkan ide-ide gagasan dengan kata-kata sesuai urutan gambar.

Pemilihan tempat di Wisma Bahasa yang dipergunakan sebagai sebagai tempat penelitian karena menurut hasil wawancara dengan Bapak Agung Siswanto selaku instruktur BIPA di Wisma Bahasa Yogyakarta, para pemelajar di Wisma Bahasa banyak yang memiliki gaya belajar visual. Hal itu memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan tentang media gambar berseri. Selain itu, peneliti juga ingin mengembangkan media gambar yang sudah digunakan di Wisma Bahasa sebagai media pembelajaran menjadi gambar berseri.

Oleh karena itu, peneliti mencoba mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan media gambar berseri sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) level pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta. Peneliti memilih untuk mengembangkan media pembelajaran BIPA level pre-intermediare karena pembelajar BIPA level ini sudah mulai untuk berkomunikasi dengan orang lain. Peneliti ingin dengan menggunakan media gambar berseri, para pemelajar bisa lebih fasih menggunakan Bahasa Indonesia ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam media pembelajaran gambar berseri nantinya akan disajikan gambar-gambar yang menunjukkan interaksi seseorang dengan orang lain.

(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dikaji, sebagai berikut ini.

1. Apa sajakah kebutuhan media dalam pembelajaran BIPA tingkat pre- intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta?

2. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran gambar berseri sebagai media untuk meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat - pre-intermediate?

3. Bagaimana kualitas media pembelajaran gambar berseri sebagai media untuk meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre- intermediate?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan ini mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kebutuhan media dalam pembelajaran BIPA tingkat pre- intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran gambar berseri sebagai media untuk meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre intermediate.

3. Mendeskripsikan kualitas media pembelajaran gambar berseri sebagai media untuk menigkatkan keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre- intermediate.

(26)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan, baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sarana untuk melatih keterampilan berbicara pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi Wisma Bahasa Yogyakarta sebagai inovasi dalam penggunaan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengalaman dalam memanfaatkan media dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan inovatif.

c. Bagi pemelajar BIPA

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat pemelajar asing menjadi lebih mudah untuk menguasai kosakata dan mampu mengikuti pembelajaran dengan lebih baik lagi.

(27)

E. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk merupakan rancangan yang digunakan untuk menghasilkan media yang akan dikembangkan. Adapun spesifikasi produk dalam penelitian ini menggunakan kertas Ivory 230 berukuran 29,7 x 42,0 cm. Di dalamnya akan dijabarkan sebuah cerita dengan menggunakan enam rangkaian gambar berseri. Setiap gambar berseri tersebut memiliki ukuran 8 x 12 cm.

F. Batasan Istilah

1. Media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Arsyad, 2010: 4).

2. Gambar berseri adalah rangkaian gambar yang mempunyai keterkaitan kejadian antara gambar satu dengan gambar yang lainnya (Sugiarti, 2014).

3. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dengan memanfaatkan empat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dengan materi nonsastra (Sufanti, 2010: 14).

4. Keterampilan berbicara adalah keterampilan mengungkapkan bunyi- bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad dalam Kusmintayu, 2012: 207).

5. Pemelajar BIPA adalah pelajar asing yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya (Suyitno, 2007: 62).

(28)

6. Pemelajar tingkat pre-intermediate adalah pemelajar BIPA tingkat pra- menengah atau 2A. Pembelajar sudah menguasai sejumlah kata-kata bahasa Indonesia sehingga kata-kata yang sudah dikuasainya tersebut dapat digunakan sebagai pengetahuan awal untuk mengikuti pelajaran dalam meningkatkan kemampuan bahasa Indonesianya

G. Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan. Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan, batasan istilah,, dan sistematika penelitian.

Bab II adalah kajian pustaka. Kajian pustaka ini berisi tentang kajian teori- teori terdahulu yang relevan dan kajian teori yang menguraikan media pembelajaran, gambar berseri, keterampilan berbicara, dan BIPA.

Bab III adalah metode pengembangan. Bab ini memaparkan (1) jenis penelitian, (2) model pengembangan, (3) prosedur pengembangan, (4) waktu dan tempat pelaksanaan, (5) uji coba produk, (6) subjek uji coba, (7) Jenis data, (8) instrumen pengumpulan data, dan (9) analisis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Hal-hal yang dipaparkan dalam bab ini adalah (1) paparan hasil analisis kebutuhan, (2) draf produk media pembelajaran, (3) deskripsi dan analisis data berdasarkan ahli media, (4) paparan dan hasil proses uji coba lapangan, (5) hasil revisi media pembelajaran, (6) produk akhir, (7) pembahasan.

(29)

Bab V merupakan penutup. Bab ini memaparkan (1) kesimpulan peneliti tentang kajian produk pengembangan berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan, (2) implikasi, dan (3) saran-saran yang bermanfaat bagi pihak lain yang terkait dengan penelitian ini.

(30)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan beberapa acuan yang dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian dan sebagai acuan. Untuk itu akan diuraikan penelitian terdahulu yang relevan, hal-hal yang menyangkut teori pengembangan materi berbicara dengan menggunakan media gambar berseri untuk pemelajar BIPA level pre-intermediate.

A. Penelitian yang relevan

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh empat penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh Maria Nova Eka Sari, Ni Luh Putu Yeni Sugiarti dan kawan-kawan, Puspita Martha Palupi, dan Eko Prasetyo. Penelitian yang pertama oleh Pertiwi (2017), penelitian tersebut berjudul Pengembangan Materi Pembelajaran Berbicara pada Kompetensi Dasar Menyimpulkan Isi Cerita dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas V SD Kanisius Nglinggi. Penelitian ini menghasilkan materi pembelajaran berupa modul untuk keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD. Dari hasil validasi ahli materi dan guru kelas V, materi pembelajaran tersebut sudah dikembangkan dengan kualitas sangat baik sehingga sudah layak digunakan dalam pembelajaran.

Relevansi penelitian pertama dengan penelitian pengembangan media gambar berseri untuk meningkatkan keterampilan berbicara pemelajar Bahasa Indonesia untuk penutur asing (BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa

(31)

Yogyakarta adalah kedua penelitian ini mengembangkan keterampilan berbicara.

Perbedaan dari penelitian pertama terletak pada subjek penelitian, peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa gambar berseri, sementara penelitian terdahulu mengembangkan materi pembelajaran berupa modul pembelajaran.

Objek penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu juga berbeda, penelitian terdahulu menggunakan siswa kelas V SD sebagai objek penelitian, sementara peneliti menggunakan pemelajar BIPA level pre-intermediate sebagai objek penelitian.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Sugiarti, dkk (2014), penelitian ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran TTW Berbantuan Media Gambar Berseri Terhadap Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Kediri Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan pada kelompok eksperimen yang diberikan treatment dengan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media gambar berseri dan kelompok kontrol yang dibelajarkan secara konvensional. Hasil penelitian dilihat dari rata-rata Post-test kedua kelompok tersebut, maka dapat dikatakan kelompok yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media gambar berseri memiliki rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional.

Relevansi penelitian kedua dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah kedua penelitian ini menggunakan media gambar berseri sebagai media pembelajaran. Perbedaan penelitian dilihat dari keterampilan berbahasa yang diteliti, peneliti meneliti keterampilan berbicara sedangkan penelitian terdahulu

(32)

meneliti keterampilan menulis. Objek yang diteliti pun berbeda, peneliti meneliti pembelajar BIPA level pre-intermediate, sementara peneliti terdahulu menggunakan siswa kelas V SD sebagai objek penelitiannya.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Puspita Martha Palupi (2012), penelitian tersebut berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbicara untuk Pemelajar BIPA Level Advanced Berbasis Teknologi Informasi di Wisma Bahasa. Penelitian ini didasarkan pada perkembangan teknologi informasi yang sangat mendukung proses pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan bahan ajar berbicara berbasis teknologi informasi untuk pemelajar BIPA tingkat advanced. Teknologi informasi dengan Skype sebagai medianya memungkinkan pemelajar dan pengajar saling berkomunikasi tanpa ada masalah keterbatasan ruang dan waktu. Media ini memungkinkan pemelajar asing belajar bahasa Indonesia tanpa harus pergi ke tempat kursus.

Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah kedua penelitian ini mengembangkan keterampilan berbicara bagi pemelajar BIPA.

Perbedaan terletak pada tingkatan pemelajar BIPA yang diambil oleh peneliti serta media yang diambil peneliti sebagai penelitian pengembangannya. Peneliti mengembangkan media gambar berseri, sementara penelitian sebelumnya mengembangkan bahan ajar berbasis teknologi informasi.

Penelitian keempat dilakukan oleh Prasetyo (2016). Penelitian tersebut berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Software Adobe Flash untuk Pembelajar BIPA Level Intermediate di Lembaga Wisma Bahasa Yogyakarta. Dari hasil validasi ahli media dan penilaian dari pemelajar BIPA level

(33)

intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta, media pembelajaran software Adobe Flash sudah dikembangkan dengan sangat baik serta sudah layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Relevansi dengan penelitian yang digunakan adalah kedua penelitian ini mengembangkan media pembelajaran bagi pemelajar BIPA. Sementara perbedaan terletak pada media yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan media sofware Adobe Flash, sedangkan peneliti menggunakan media gambar berseri.

Selain itu, objek penelitian yang peneliti dan penelitian terdahulu juga berbeda.

Peneliti meneliti pemelajar BIPA level pre-intermediate, sementara peneliti terdahulu meneliti pemelajar BIPA level Intermediate.

Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk membuat media yang memungkinkan pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate untuk dapat menuangkan ide-ide mereka secara lisan hanya dengan melihat media gambar berseri yang peneliti kembangkan. Media gambar berseri berupa gambar animasi/kartun yang dibuat dengan warna-warna yang berkesinambungan yang dapat menarik perhatian pemelajar sehingga pemelajar dapat menuangkan ide-idenya dengan mudah.

Gambar dalam media gambar berseri ini disusun semirip mungkin dengan kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mengatasi ruang dan waktu, serta membuat pemelajar seolah-olah berada di lokasi kejadian tanpa harus langsung turun ke lapangan. Media gambar berseri nantinya akan dicetak, sehingga dapat dengan mudah digunakan kapan pun dan di mana pun.

(34)

B. Landasan Teori

Dalam landasan teori, peneliti akan membahas teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori tersebut yakni media, media gambar berseri, keterampilan berbicara, dan BIPA.

1. Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2010:1).

Selanjutnya, menurut Anitah (dalam Sufanti, 2010:62) media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pemelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, Angkowo dan Kosasih (2007:10) menjelaskan media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran. Menurut Munadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Arsyad (2010: 10) mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Arsyad juga mengatakan bahwa media adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan

(35)

tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Menurutnya, media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (Arsyad, 2010: 15).

a. Manfaat media pembelajaran

Sudjana & Rivai dalam Arsyad (2014: 28) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan belajar; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Sejalan dengan Sudjana dan Rivai, Arsyad (2014: 29) merinci beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pembelajaran dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera ruang dan waktu; (4) media

(36)

pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

Dari pendapat-pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa media adalah semua alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dan informasi. Media juga dapat membantu guru ataupun pengajar untuk menarik perhatian dan minat siswa sehingga tercipta lingkungan belajar yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.

b. Jenis media

Sadiman, dkk (2009), membagi jenis media menjadi tiga. Pertama media grafis yang termasuk media visual. Media grafis menyalurkan pesan yang berupa simbol-simbol komunikasi visual, dari sumber ke penerima pesan. Kedua, media audio. Media audio menyampaikan pesan yang berupa lambang-lambang auditif ( baik verbal maupun non verbal) melalui indera pendengaran. Ketiga, media transparansi. Media transparansi adalah media visual proyeksi, yang dibuat di atas bahan transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran 81/2” x 11”.

Munadi (2010; 54) mengelompokkan media menjadi empat, yakni media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Media audio visual adalah media yang mampu melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.

(37)

Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran.

2. Media Gambar Berseri

Menurut Dheni (dalam Megawati, 2013), media gambar merupakan media visual. Media visual adalah media yang dapat menyampaikan pesan/ informasi secara visual. Artinya penerima pesan yaitu anak didik akan menerima informasi melalui indera penglihatan karena pesan yang akan dituangkan ke dalam simbol- simbol komunikasi visual. Menurut Sudjana & Rivai (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007: 26), media gambar adalah media yang mengombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Angkowo dan Kosasih (2007:26) mengungkapkan media gambar adalah foto atau sejenisnya yang menampakkan benda yang banyak dan umum digunakan, mudah dimengerti dan dinikmati dalam pembelajaran, serta untuk mengatasi kesulitan menampilkan benda aslinya di dalam kelas.

Sadiman (2009: 29) mengungkapkan kelebihan media gambar adalah (1) sifat gambar konkret lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; (2) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut; dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, misalnya sel atau penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang, (3) dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk

(38)

tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman; dan (4) harga murah dan mudah didapatkan serta digunakan.

Menurut Kustandi dan Bambang (2011: 103), dalam pengembangan media terdapat prinsip-prinsip umum yang harus diperhatikan, prinsip-prinsip tersebut adalah: mengidentifikasi dan mengungkapkan dengan jelas gagasan dan membatasi topik, media yang dikembangkan memiliki tujuan yang akan dicapai, mengevaluasi karakteristik siswa yang akan menggunakan media, menyiapkan kerangka isi pembelajaran, mempertimbangkan media yang sesuai untuk mencapai tujuan, membuat rencana pembelajaran untuk paket pembelajaran, dan menentukan orang tertentu yang ahli dalam bidang masing-masing untuk membantu mempersiapkan materi.

Widharyanto (dalam Ikasari, 2015: 37) mengemukakan langkah pengembangan materi dan media pembelajaran dalam konteks Kurikulum Besbasis Kompetensi (KBK). Langkah-langkah tersebut adalah memilih kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator, menguraikan materi yang akan diajarkan dan disesuaikan dengan indikator hasil belajar yang akan dicapai, memilih media yang relevan, menyusun urutan aspek materi yang akan diajarkan secara sistematis, menguraikan secara singkat setiap aspek materi agar dapat membimbing siswa untuk mempelajari materi, menyertakan aspek materi yang harus dipelajari oleh siswa, dan menyertakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa beraktivitas sesuai dengan minat siswa dan metode serta teknik yang relevan.

Menurut Sugiarti, dkk (2014), gambar berseri merupakan rangkaian gambar yang mempunyai keterkaitan kejadian antara gambar satu dengan gambar lainnya.

(39)

Gambar-gambar tersebut menggambarkan sebuah peristiwa awal kejadian sampai akhir kejadian. Gambar ini digunakan untuk merangsang daya pikir siswa dalam membaca dan mencari suatu ide pokok dalam sebuah wacana dan memecahkan suatu masalah di dalamnya. Menurutnya, media gambar berseri merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.

Sejalan dengan Sugiarti, Susanti (2013) memaparkan media gambar berseri yaitu media gambar yang menggambarkan suatu rangkaian cerita atau peristiwa secara urut berdasarkan topik yang terdapat pada gambar. Melalui media gambar berseri siswa dapat mudah menuangkan ide-ide gagasan dengan kata-kata sesuai urutan gambar. Hal ini dapat membantu siswa dapat merangkai kata-kata dengan baik yang bisa menghasilkan sebuah karangan yang utuh.

Ikasari (2015: 34) mengungkapkan media gambar berseri adalah suatu alat berupa serangkaian gambar yang saling berhubungan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain yang digunakan untuk menyampaikan pesan agar siswa dapat memperoleh informasi yang terkandung dalam gambar tersebut. Menurutnya, gambar berseri memiliki fungsi memberikan bayangan nyata kepada siswa tentang apa yang sang diceritakan, dan perhatian siswa dipusatkan pada satu objek yakni apa yang digambarkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gambar berseri adalah serangkaian gambar berurutan yang mengandung sebuah cerita atau pesan di dalamnya. Media gambar berseri dapat membantu pemelajar

(40)

untuk lebih memahami suatu objek atau peristiwa. Dengan media gambar berseri pemelajar akan lebih mudah untuk menangkap materi atau pesan yang disampaikan pengajar.

3. Berbicara

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari (Tarigan, 1984: 3).

Berbicara menurut Ngalimun & Alfulaila (2014; 55) adalah sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dan pendengarnya secara timbal balik. Menurut Salimah (Kusmintayu, 2012: 207), berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian ide atau gagasan, pikiran kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Kegiatan berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan pada waktu yang hampir bersamaan, antara penutur atau pembicara dan pendengar.

Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 239) mengungkapkan keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, betapapun kecilnya, memiliki struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna.

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi

(41)

arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti akan melakukan penelitian pengembangan media gambar berseri untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada pemelajar BIPA level pre-intermediate. Dengan menggunakan media gambar berseri, peneliti berharap pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Dengan menggunakan gambar berseri pemelajar BIPA diharap dapat merasakan dan membayangkan keadaan yang terjadi di dalam gambar tersebut tanpa harus terjun langsung ke lokasi serupa. Misalnya, gambar yang terdapat dalam gambar berseri adalah gambar interaksi seseorang dengan yang lainnya ketika membeli sesuatu, dengan adanya gambar berseri seperti itu pemelajar BIPA diharap dapat mengerti seperti apa pembicaraan yang terjadi dalam gambar tersebut. Dengan gambar berseri tersebut nantinya pemelajar BIPA diminta untuk maju ke depan kelas untuk menceritakan apa yang terdapat di gambar dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

 Keterampilan Berbicara dalam pembelajaran BIPA

Pringgawidagda (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 278) mengasumsikan bahwa belajar bahasa meliputi pengetahuan eksplisit dan implisit.

Pengetahuan eksplisit berkaitan dengan kaidah-kaidah kebahasaan secara formal, dan pengetahuan implisit berkaitan dengan pemakaian praktis bahasa Indonesia.

Pengetahuan eksplisit dapat diajarkan dengan menggunakan bahasa asing, sedangkan pengetahuan implisit dapat diajarkan dengan menggunakan bahasa asing tetapi materi lebih mengarah kepada pemakaian bahasa Indonesia secara praktis.

(42)

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan pemelajar agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara secara mandiri, yaitu: (1) meniru dan melafalkan kata-kata atau frase-frase yang digunakan penutur asli dalam rekaman, (2) mencoba mengingat pola kalimat yang benar yang ditemukannya sewaktu mentranskripsikan wacana bahasa target yang didengarnya, (3) menggunakan pola kalimat yang baik yang digunakan oleh para penulis yang baik yang dikemukakan dalam teks yang dibacanya untuk digunakan dalam berbicara, dan (4) pada tahap awal, memaksa diri untuk menggunakan bahasa target dengan tidak terlalu khawatir melakukan kesudahan dalam menggunakan bahasa tersebut.

Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 286) mengelompokkan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara ke dalam tiga tingkatan yaitu tingkat pemula, tingkat menengah, dan tingkat lanjut. Untuk tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat melafalkan bunyi-bunyi bahasa, menyampaikan informasi, menyatakan setuju atau tidak setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan bermain peran.

Pada tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, melakukan wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan dalam diskusi atau pidato. Untuk tingkat, lanjut tujuan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat dirumuskan bahwa peserta didik dapat menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas

(43)

diri, menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan, berpartisipasi dalam wawancara, bermain peran, menyampaikan gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat.

4. BIPA

Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2016: 262), saat ini pengajaran bahasa Indonesia mulai dilirik dan diminati oleh warga negara lain, terutama mereka yang ada di zona asia-pasifik. Peminat bahasa Indonesia berangsur-angsur bertambah. Di beberapa sekolah umum yang ada di luar negeri, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran bahasa asing yang dipelajari. Misalnya di Perancis, Selandia Baru, Australia dan Jepang. Di beberapa perguruan tinggi di negara jiran, bahasa Indonesia menjadi salah satu jurusan bahasa asing yang secara berangsur-angsur diminati.

BIPA adalah istilah untuk program pengajaran bahasa Indonesia yang dikhususkan untuk warga negara asing berdasarkan tujuan dan kepentingan tertentu. BIPA menurut GBPP (dalam Prasetyo, 2016: 34) adalah bentuk singkat dari Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Dalam hal ini, bahasa Indonesia menjadi bahasa asing bagi penutur asing atau orang yang memiliki bahasa selain bahasa Indonesia.

a. Sejarah dan Perkembangan Pengajaran BIPA

Menurut Idris (2017: 176), berdasarkan sejarah ternyata pembelajaran BIPA berawal di luar negeri karena adanya desakan perlunya bahasa Indonesia dipelajari di negara tertentu. Sejak tahun 1795, Prancis menyelenggarakan pengajaran BIPA.

(44)

Pada tahun ini bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu diajarkan di Instittut National des Langues et Civilisaions Orientales untuk keperluan politik dan perdagangan pemerintah Prancis. Selanjutnya, negara-negara lain seperti Jepang, Amerika, Tiongkok, Australia, Korea Selatan, Inggris, dan Selandia Baru turut mengajarkan BIPA di negaranya. Selain negara-negara tersebut, negara- negara tetangga pun mulai mempelajari BIPA, seperti Vietnam dan Thailand. Di bumi Afrika pun BIPA diajarkan di Universitas Mohammed V Maroko. Mata kuliah Bahasa Indonesia sejajar dengan mata kuliah pilihan lain seperti bahasa China, Jepang, Urdu dan Turki.

Sementara itu perkembangan pengajaran BIPA di tanah air pun sangat menggembirakan. Beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta selain membuka program kursus BIPA juga membuka mata kuliah ke-BIPA-an. Program kursus BIPA sejak tahun 1970-an diselenggarakan di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada. Selanjutnya, Universitas Negeri Malang, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 1980-an. Universitas Satya Wacana dan Universitas Sanata Dharma pun menyelenggarakan program kursus BIPA sejak lama. Ada juga beberapa perguruan tinggi yang terhitung baru menyelenggarakan program BIPA, misalnya Universitas Ahmad Dahlan di Yogyakarta, Universitas Telekomunikasi, Universitas Maranatha, Universitas Parahyangan, dan Universitas Komputer di Bandung.

Selain di perguruan tinggi, beberapa program kursus BIPA yang dikelola swasta pun bertambah, di Yogyakarta, Bali, dan Jakarta. Balai Bahasa

(45)

Kemendikbud pun mengelola program pembelajaran BIPA, misalnya Balai Bahasa Jawa Barat, Balai Bahasa DI Yogyakarta, Balai Bahasa Jawa Timur, Balai Bahasa Nusa Tenggara Barat, dll.

b. Fungsi BIPA

Menurut GBPP (dalam Margaretha, 2012: 11) bahasa Indonesia merupakan materi utama yang diajarkan di dalam kursus-kursus BIPA ataupun di sekolah- sekolah yang siswanya terdiri atas orang-orang asing. Dalam kaitan itu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi dan sebagai alat untuk memahami berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat Indonesia, baik aspek ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, maupun seni budaya Indonesia.

c. Dasar-Dasar Pembelajaran BIPA

Menurut Idris (2017: 178), pada dasarnya pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) selalu berhubungan dengan orang asing sebagai pembelajarnya yang berasal dari berbagai negara, memiliki berbagai latar belakang bahasa ibu,berbagai tujuan belajar, berbagai tingkat penguasaan bahasa Indonesia, berbagai usia pemelajar, dan berbagai profesi. Berikut ini penjelasannya.

1. Asal Pembelajar.

Asal pemelajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Budaya setiap bangsa mempunyai keunikan yang tidak bisa disamakan dengan budaya bangsa lainnya. Pengajar harus mengenali budaya pembelajarannya sehingga dapat membantu pemelajar yang mengalami gegar budaya.

(46)

2. Latar Belakang Bahasa Ibu

Berdasarkan tipologinya, dikenal jenis bahasa fleksi, aglutinasi, isolasi. Bahasa yang tergolong bahasa fleksi di antaranya bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Bahasa yang tergolong bahasa aglutinasi di antaranya bahasa Indonesia.

Adapun bahasa yang tergolong bahasa isolasi di antaranya bahasa Mandarin.

Tipologi bahasa ini mempengaruhi struktur dan pembentukan kata pada bahasa tertentu. Jika pengajar memahami tipologi bahasa ibu pemelajar, makan pengajar akan membantu kesulitan belajar, terutama kesulitan struktur dan fonologis para pembelajarnya.

3. Tujuan Belajar

Tujuan pemelajar mempelajari bahasa Indonesia beragam. Ada pemelajar yang bertujuan untuk melanjutkan studi di Indonesia, berwisata di Indonesia, bekerja di Indonesia, dan lain-lain. Tujuan belajar ini akan mempengaruhi program belajar dan bahan ajar yang harus disiapkan pengajar. Pemelajar yang bertujuan untuk melanjutkan studi di Indonesia tidak dapat disamakan dengan pemelajar yang bertujuan untuk berwisata di Indonesia. Setidaknya fokus dan proporsi materi ajarnya harus dibedakan.

4. Kompetensi Pemelajar

Pada pembelajaran BIPA terdapat pedoman kompetensi pemelajar yang biasanya dirujuk oleh lembaga penyelenggaraan pembelajaran BIPA, misalnya CEFR (Common European Frame of Refferencento Language) yang meliputi jenjang A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Perbedaan jenjang kemampuan ini akan sangat mempengaruhi materi yang diajarkan, tingkat kesulitan materi, metode

(47)

dan media pembelajaran yang digunakan oleh pengajar serta evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan.

5. Usia Pemelajar

Usia pemelajar pun merupakan salah satu faktor yang harus dijadikan bahan pertimbangan membuat program pembelajaran, materi yang diajarkan, metode dan media pembelajaran untuk orang dewasa harus dibedakan dengan pendekatan pembelajaran untuk anak-anak. Jangan sampai pemelajar dewasa diperlakukan seperti kanak-kanak atau sebaliknya, pemelajar anak-anak diperlakukan seperti orang dewasa.

6. Profesi Pemelajar

Tujuan pemelajar mempelajari BIPA biasanya dipengaruhi oleh apa profesi yang ditekuninya. Pembelajaran BIPA akan lebih efisien jika materi ajarnya disesuaikan dengan profesi pemelajar supaya pemelajar selalu tertarik pada materi ajar dan cepat memahami materi yang diajarkan.

d. Karakteristik Pemelajar BIPA

Pemelajar BIPA memiliki prinsip-prinsip belajar yang berbeda dengan siswa di sekolah. Prinsip-prinsip belajar pemelajar BIPA sebagai berikut:

1) Orang dewasa yang menilai pengalamannya sendiri sebagai sumber untuk belajar lebih lanjut atau yang pengalamannya dinilai orang lain adalah pelajar yang lebih baik.

2) Orang dewasa belajar paling baik kalau mereka terlibat dalam pengembangan tujuan belajar bagi mereka sendiri yang serupa dengan konsep diri saat ini dan yang diidamkan.

(48)

3) Orang dewasa telah mengembangkan cara-cara yang teratur untuk memusatkan pada pengolahan informasi.

4) Pelajar bereaksi terhadap semua pengalaman sebagai apa yang ia amati, bukan sebagai apa yang diberikan oleh guru.

5) Orang dewasa masuk ke dalam kegiatan belajar dengan serangkaian gambaran dan perasaan yang teratur tentang dirinya yang mempengaruhi proses belajar.

6) Orang dewasa lebih berkepentingan dengan apakah mereka berubah ke arah konsep-diri yang diidamkan mereka sendiri apakah mereka menemukan standar dan tujuan dari orang lain.

7) Orang dewasa tidak belajar apabila terlalu dirangsang adu mengalami tekanan atau kecemasan berat.

8) Orang dewasa yang dapat memproses informasi melalu berbagai saluran dan telah belajar ‘bagaimana belajar’ adalah pelajar yang paling produktif.

9) Orang dewasa belajar paling baik apabila bahan pelajaran secara pribadi relevan dengan pengalaman masa lalu atau kepentingan sekarang dan proses belajar relevan dengan pengalaman hidup.

10) Orang dewasa belajar paling baik apabila informasi baru disajikan melalui suatu jenis pancar indera dan pengalaman dengan ulangan dan variasi tema yang cukup. Brundage dan MacKercher seperti dikutip Nunan dalam Y.

Karmin “Mengembangkan Kurikulum BIPA yang Ramah terhadap Pelajar”

(dalam Wahyuni, 2012: 14)

(49)

C. Profil Wisma Bahasa

Wisma Bahasa merupakan lembaga kursus bahasa Indonesia pertama di Yogyakarta. Wisma Bahasa didirikan pada tahun 1982. Wisma Bahasa pada awalnya disebut Yogyakarta Indonesia Language Center (YILC). Diprakarsai oleh Mr. Daniel Pearlmen dari USA, Wisma Bahasa sekarang dimiliki oleh Suara Bhakti Foundation. Wisma Bahasa telah menjalankan program pelatihan bahasa Indonesia bagi pelajar multi-etnis yang membutuhkan layanan bahasa Indonesia untuk tujuan umum dan khusus. Wisma Bahasa tidak hanya menyediakan kursus bahasa, tetapi juga studi budaya seperti membatik, tari tradisional, dan memasak.

Para pelajar di seluruh dunia telah menemukan dan menunjukkan minat mereka di Wisma Bahasa karena visi misi dari Wisma Bahasa dipegang teguh oleh para pengajar. Pelajar berasal dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang, dan sebagian besar terkait dengan lembaga terkemuka dan organisasi. Wisma Bahasa tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi menciptakan situasi di mana pelajar menikmati berkomunikasi dalam bahasa target. Wisma Bahasa tidak menamai lembaganya dengan sebutan sebuah perguruan tinggi atau sekolah, tetapi sebuah rumah bahasa, Wisma Bahasa.

Wisma Bahasa yang beralamat di Jl. Affandi, Gang Bromo No. 15A, Mrican, Yogyakarta 55281, memiliki misi “Menyediakan pelatihan bahasa Indonesia untuk orang asing dengan standar nasional dan internasional”. Wisma Bahasa menyediakan program unggulan seperti kursus bahasa Indonesia dan kursus bahasa Jawa. Selain di Yogyakarta, Wisma Bahasa menyediakan kelas di Jakarta

(50)

dan Bali. Selain itu, tersedia juga program e-learning atau belajar bahasa Indonesia secara online bagi pemelajar yang ingin mendapatkan pembelajaran jarak jauh.

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil kajian pustaka Berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan pada waktu yang hampir bersamaan, antara penutur atau pembicara dan pendengar. Saat ini banyak orang asing yang datang ke Indonesia untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Untuk dapat berkomunikasi dengan lancar, pembelajar perlu menguasai keterampilan berbicara. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara adalah pembelajaran dengan menggunakan media.

Gambar berseri merupakan salah satu media yang dapat digunakan agar mempermudah pemelajar dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Gambar berseri berisi serangkaian gambar berurutan yang membentuk sebuah cerita di dalamnya. Jadi, dengan menggunakan media gambar berseri pemelajar akan lebih memahami situasi-situasi yang terjadi di sekitarnya.

Dari sekian banyak media yang digunakan, gambar berseri menjadi inovasi baru dalam penggunaan media yang ada di Wisma Bahasa. Media gambar berseri diharapkan mampu membantu pemelajar BIPA khususnya pemelajar BIPA yang berada pada level pre-intermediate di Wisma Bahasa untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

Uji coba produk akan dilakukan pada dua tahap: a) penilaian yang dilakukan oleh dosen ahli dari Universitas Sanata Dharma dan instruktur BIPA dari

(51)

Wisma Bahasa, dan b) uji lapangan. Tahap terakhir adalah revisi yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba.

Subjek penelitian adalah pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa. Teori yang digunakan sebagai dalam penelitian ini adalah: a) Media, b) Media Gambar Berseri, c) Berbicara, dan d) BIPA. Peneliti menggunakan teori tersebut atas dasar relevansi dari pengembangan media gambar berseri pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta.

(52)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang (1) jenis penelitian, (2) prosedur pengembangan, (3) subjek uji coba, (4) lokasi dan waktu penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) instrumen penelitian, dan (7) teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Research and Development (R&D).

Research and Development atau penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008:164). Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran berbicara berupa gambar berseri untuk pembelajar BIPA level pre-intermediate.

Media ini digunakan untuk membantu peserta didik untuk mengungkapkan sebuah cerita yang terdapat dalam gambar tersebut.

B. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari model pengembangan Borg & Gall. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran berbicara berupa media gambar berseri untuk pemelajar BIPA level pre-intermediate. Borg & Gall (dalam Sukmadinata, 2005: 169) memaparkan sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan.

(53)

a) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

b) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

c) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

d) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek uji coba. Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.

e) Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

f) Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 subjek uji coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan.

g) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product revision).

Menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

(54)

h) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisisi lainnya.

i) Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan didasarkan masukan dan uji pelaksanaan lapangan.

j) Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation).

Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja sama dengan penerbit untuk pengontrolan kualitas.

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengadopsi dari tahapan penelitian Borg & Gall. Penelitian pengembangan ini dimodifikasi menjadi lima langkah. Peneliti mengadaptasi dan menyederhanakan penelitian Borg & Gall tersebut dengan alasan jumlah pemelajar di tingkat pre-intermediate yang sedikit sehingga tidak memungkinkan peneliti melakukan semua langkah dan durasi belajar pemelajar yang hanya sebentar sehingga pemelajar kesulitan untuk memberikan waktunya di sela belajarnya. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan meliputi (1) analisis kebutuhan (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli, (4) revisi produk, dan (5) uji coba terbatas.

a) Analisis Kebutuhan

Prosedur awal penelitian pengembangan ini adalah peneliti melakukan analisis kebutuhan pada pembelajar asing di Wisma Bahasa Yogyakarta. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan menyebarkan angket/kuesioner kepada pembelajar BIPA, khususnya pembelajar yang berada di tingkat pre-intermediate.

(55)

Data yang diperoleh dari analisis kebutuhan tersebut nantinya akan peneliti gunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan media pembelajaran. Sebelum melakukan analisis kebutuhan, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan salah pengajar BIPA di Wisma Bahasa Yogyakarta. Wawancara tersebut dilakukan guna mencari potensi dan masalah yang ada. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis buku pengangan milik Wisma Bahasa.

b) Mengembangkan Produk

Berdasarkan data hasil wawancara dan analisis kebutuhan, peneliti mengembangkan sebuah media gambar berseri berupa penyusunan kerangka cerita dan perancangan produk. Gambar berseri tersebut terdiri dari enam buah gambar yang saling berhubungan sehingga membentuk sebuah cerita.

c) Validasi Ahli

Pada tahap ini dilakukan validasi, validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai kelayakan suatu rancangan produk. Dalam penelitian ini, validasi dilakukan oleh dua ahli yaitu instruktur BIPA dan dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

d) Revisi produk

Revisi produk dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari validator, yaitu dosen ahli dan instruktur BIPA. Revisi produk ini dilakukan agar produk layak untuk digunakan.

e) Uji coba produk

Uji coba produk dilakukan pada kelompok terbatas. Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk pengembangan media

Gambar

Gambar berseri dapat memperjelas suatu permasalahan (Ikasari, 2015: 11).
Gambar dalam media gambar berseri ini disusun semirip mungkin dengan kejadian  atau  peristiwa  dalam  kehidupan  sehari-hari
Gambar berseri merupakan salah satu media yang dapat digunakan agar  mempermudah  pemelajar  dalam  meningkatkan  keterampilan  berbicara
Gambar 3.1 Diagram Alur Pengembangan Wawancara Pengajar BIPAAnalisis Kebutuhan Pemelajar BIPA Analisis Buku BIPA milik  Wisma Bahasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, diperoleh hasil penelitian tentang interaksi sosial siswa terisolir yaitu lebih dari separuh berada dalam

Berdasarkan hasil analisis unsur radioaktif dengan menggunakan metode gamma spektrometri terhadap tujuh contoh singkapan batuan dan dua contoh sedimen (Tabel 1),

Dalam terjadinya piutang pada koperasi Janur Kuning dilihat dari adanya warung yang telah menjadi anggota dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh koperasi.

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil serta Surat Ijin (SIUP) untuk menjalankan kegiatan usaha bidang

Debt to Equity Ratio (DER) akan memperbesar tanggungan perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan,

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, susunan, dan tatacara pengusulan anggota Majelis Wali Amanat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat

Pada tahap ini, perumusan masalah dilakukan yang akan dipecahkan pada tugas akhir Perancangan Sistem Kontrol Gerak Turret-gun Sumbu Elevasi dengan Metode Kontrol

List three educators, leaders, professional development providers you plan to connect with via social media. Desired Outcome Overarching social media goal for the next