• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENGEMBANGAN

B. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari model pengembangan Borg & Gall. Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran berbicara berupa media gambar berseri untuk pemelajar BIPA level pre-intermediate. Borg & Gall (dalam Sukmadinata, 2005: 169) memaparkan sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan.

a) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

b) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

c) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

d) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek uji coba. Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.

e) Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

f) Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 subjek uji coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan.

g) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product revision).

Menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

h) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisisi lainnya.

i) Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan didasarkan masukan dan uji pelaksanaan lapangan.

j) Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation).

Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja sama dengan penerbit untuk pengontrolan kualitas.

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengadopsi dari tahapan penelitian Borg & Gall. Penelitian pengembangan ini dimodifikasi menjadi lima langkah. Peneliti mengadaptasi dan menyederhanakan penelitian Borg & Gall tersebut dengan alasan jumlah pemelajar di tingkat pre-intermediate yang sedikit sehingga tidak memungkinkan peneliti melakukan semua langkah dan durasi belajar pemelajar yang hanya sebentar sehingga pemelajar kesulitan untuk memberikan waktunya di sela belajarnya. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan meliputi (1) analisis kebutuhan (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli, (4) revisi produk, dan (5) uji coba terbatas.

a) Analisis Kebutuhan

Prosedur awal penelitian pengembangan ini adalah peneliti melakukan analisis kebutuhan pada pembelajar asing di Wisma Bahasa Yogyakarta. Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan menyebarkan angket/kuesioner kepada pembelajar BIPA, khususnya pembelajar yang berada di tingkat pre-intermediate.

Data yang diperoleh dari analisis kebutuhan tersebut nantinya akan peneliti gunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan media pembelajaran. Sebelum melakukan analisis kebutuhan, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan salah pengajar BIPA di Wisma Bahasa Yogyakarta. Wawancara tersebut dilakukan guna mencari potensi dan masalah yang ada. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis buku pengangan milik Wisma Bahasa.

b) Mengembangkan Produk

Berdasarkan data hasil wawancara dan analisis kebutuhan, peneliti mengembangkan sebuah media gambar berseri berupa penyusunan kerangka cerita dan perancangan produk. Gambar berseri tersebut terdiri dari enam buah gambar yang saling berhubungan sehingga membentuk sebuah cerita.

c) Validasi Ahli

Pada tahap ini dilakukan validasi, validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai kelayakan suatu rancangan produk. Dalam penelitian ini, validasi dilakukan oleh dua ahli yaitu instruktur BIPA dan dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

d) Revisi produk

Revisi produk dilakukan sesuai dengan saran dan masukan dari validator, yaitu dosen ahli dan instruktur BIPA. Revisi produk ini dilakukan agar produk layak untuk digunakan.

e) Uji coba produk

Uji coba produk dilakukan pada kelompok terbatas. Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk pengembangan media

berbicara pada tingkat pre-intermediate. Setelah melakukan uji coba pada kelompok terbatas, subjek penelitian mengisi angket umpan balik. Angket tersebut bertujuan untuk menilai produk yang telah dikembangkan. Kemudian, dilaksanakan revisi produk sesuai dengan masukan dan saran. Revisi produk ini dilakukan untuk memperbaiki kekurangan produk.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang peneliti lakukan digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Diagram Alur Pengembangan Wawancara

Pengajar BIPA

Analisis Kebutuhan Pemelajar BIPA

Analisis Buku BIPA milik Wisma Bahasa

Langkah 1: Analisis Kebutuhan

Langkah 2: Mengembangkan Produk

Kerangka Cerita Merancang Produk

Validasi oleh dosen ahli

Validasi oleh instruktur BIPA

Langkah 3: Validasi Produk

Langkah 5: Uji Coba Produk

• Revisi dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari dosen ahli dan instruktur BIPA

Langkah 4: Revisi Produk

• Revisi dilakukan berdasarkan saran dan masukan dari dosen ahli dan instruktur BIPA

C. Subjek Uji Coba

Subjek penelitian ini adalah pembelajar BIPA level pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta. Pemelajar sebagai subjek penelitian dapat memberikan data yang berupa wawancara dan kuesioner (angket).

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Wisma Bahasa Yogyakarta yang beralamat di Jl. Affandi, Gang Bromo No. 15, Mrican, Yogyakarta, Indonesia. Waktu penelitian adalah bulan Mei – Juni 2018.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2014: 193) menyatakan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuesioner, dan lembar pengamatan. Berikut ini penjelasan teknik pengumpulan data.

a) Wawancara

Sudaryono, dkk (2013: 35) menyatakan wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Pada tahap ini wawancara dilakukan dengan Bapak Agung Siswanto, S.

Pd. yang merupakan salah satu pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing di Wisma Bahasa.

b) Angket

Sudaryanto, dkk (2013: 30) menyatakan angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya yang disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspons oleh responden. Pada tahap ini angket atau kuesioner akan dibagikan kepada pembelajar BIPA tingkat pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta. Angket atau kuesioner ini berisi analisis kebutuhan para pembelajar BIPA.

F. Instrumen Penelitian

Arikunto (2010: 203) menyatakan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Berikut adalah instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

a) Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini merupakan wawancara terstruktur. Dalam arti peneliti sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan. Berikut kisi-kisi pedoman wawancara mengenai potensi dan masalah yang ada.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara

No Indikator Nomor

Instrumen Jumlah 1 Tingkatan pembelajar BIPA di Wisma Bahasa 1 1

2 Proses pembelajaran 2a, 2b 2

3 Metode Pembelajaran 3 1

4 Hambatan dalam proses pembelajaran 4a, 4b 2

5 Gaya belajar 5a, 5b 2

6 Ketersediaan sumber bahan ajar dan media

pembelajaran 6a,6b 2

7 Media pembelajaran yang digunakan ketika

proses pembelajaran bahasa Indonesia 7 1

8 Media gambar berseri 8a, 8b 2

9 Harapan tentang media pembelajaran baru 9 1 b) Angket

Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara menyebarkan angket/kuesioner kepada pembelajar BIPA di Wisma Bahasa khususnya pembelajar BIPA yang berada di tingkat pre-intermediate.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Data Umum Pembelajar Asing

No. Butir-butir data Jumlah Nomor

Instrumen

1. Nama 1 A1

2. Umur 1 A2

3. Negara Asal 1 A3

4. Hobi 1 A4

5. Bahasa yang dikuasai 1 A5

6. Pekerjaan 1 A6

7. Tujuan belajar bahasa 1 A7

8. Level 1 A8

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kebutuhan Kontak Bahasa Pembelajar Asing

No. Butir-butir pertanyaan Jumlah Nomor

Instrumen

1. Berkaitan dengan diri sendiri. 1 B1

2. Berkaitan dengan orang lain. 1 B2

3. Berkaitan dengan telepon dan pesan. 1 B3

4. Berkaitan dengan perasaan 1 B4

5. Berkaitan dengan penyakit yang ada di

Indonesia 1 B5

6. Berkaitan dengan cara bertemu dokter 1 B6

7. Berkaitan dengan undangan 1 B7

8. Berkaitan dengan tempat yang menarik 1 B8 9. Berkaitan dengan fasilitas suatu tempat 1 B9 10. Berkaitan dengan surat perjanjian sederhana 1 B10

Tabel 3.4

Kisi-kisi Metodologi Pembelajaran

No. Butir-butir pertanyaan Jumlah Nomor

Instrumen

Kisi-kisi Media Gambar Berseri

No. Butir-butir pertanyaan Jumlah Nomor

Instrumen

1. Media gambar yang anda sukai 1 D1

2. Jenis media gambar 1 D2

3. Tampilan media gambar 1 D3

Selain sebagai analisis kebutuhan pemelajar, angket atau kuesioner ditujukan kepada validator dan responden. Angket tersebut berisi tentang instrumen penilaian terhadap produk yang telah dikembangkan dan pernyataan penggunaan

media pembelajaran di kelas. Penyebaran angket bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari para validator dan tanggapan dari pembelajar BIPA tingkat pre-intermediate sebagai responden.

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Penilaian Produk

Variabel Indikator Deskripsi Butir

Soal Jumlah

Kesesuaian ukuran gambar 3 1

Kepraktisan dalam penyimpanan 4 1 Efektif

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

a) Data Kualitatif

Data Kualitatif merupakan data yang didapatkan hasil wawancara dengan instruktur BIPA dan pemelajar BIPA. Selain itu, peneliti mendapatkan saran/komentar yang dikemukakan oleh validator media, dosen, dan instruktur

BIPA. Data yang dianalisis bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki media gambar berseri yang digunakan dalam penelitian ini.

b) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa skor dari kuesioner analisis kebutuhan pemelajar BIPA tingkat pre-intermeidate dan hasil validasi oleh expert judgement. Berikut rumus yang peneliti gunakan untuk menghitung kuesioner analisis kebutuhan pemelajar BIPA tingkat pre-intermediate.

X = 𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4 𝑁

Keterangan: X = Nilai rata-rata kebutuhan pengembangan media X1 = Skor dari subjek

N = Jumlah subjek

Sementara itu, penilaian produk pengembangan media gambar berseri dari validator berupa skor atau skala penilaian. Berikut tabel penilaian menurut Sukarjo (2008:101) sebagai acuan konversi nilai skala lima yang digunakan untuk menilai kelayakan produk yang dihasilkan.

Tabel 3.7

Konversi Nilai Skala Lima Interval Interval Hasil

Perhitungan Kategori

𝑋 > 𝑋𝑖 + 1,80𝑆𝐵𝑖 𝑋 > 4,21 Sangat Baik

𝑋𝑖 + 0,60 𝑆𝐵𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 1,80𝑆𝐵𝑖 3,40 < 𝑋 ≤ 4,20 Baik

𝑋𝑖 − 0,60 𝑆𝐵𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 0,60𝑆𝐵𝑖 2,60 < 𝑋 ≤ 3,39 Cukup

𝑋𝑖 − 1,80 𝑆𝐵𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋 − 0,60𝑆𝐵𝑖 1,79 < 𝑋 ≤ 2,60 Kurang

𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 1,80𝑆𝐵𝑖 𝑋 ≤ 1,79 Sangat Kurang

Keterangan:

Xi = rerata ideal = 1

2𝑥 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) SBi = simpangan baku ideal = 1

6𝑥 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙)

Berdasarkan rumus konversi di atas, data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini ditetapkan sebagai berikut.

Diketahui:

Skor maksimal ideal : 3 Skor minimal ideal : 1 Rerata ideal (Xi) : 1

2(3 + 1) = 2 Simpangan baku ideal (SBi) : 1

6(3 − 1) = 0,33 Ditanyakan:

Interval Skor kategori sangat bermanfaat, bermanfaat, dan tidak bermanfaat.

Jawaban:

Kategori sangat bermanfaat = 𝑋 > 𝑋𝑖 + 1,80𝑆𝐵𝑖

= X > 2 + (1,80.0,33)

= X > 2 + 0,594

= X > 2, 594

= X > 2,6

Kategori bermanfaat = 𝑋𝑖 − 0,60 𝑆𝐵𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 0,60𝑆𝐵𝑖

= 2 − (0,60 . 0,33) < X ≤ 2 + (0,60.0,33)

= 2 − 0,198 < X ≤ 2 + 0,198

= 1,802 < X ≤ 2,198

= 1,8 < X ≤ 2,2 Kategori tidak bermanfaat = X ≤ Xi − 1,80Sbi

= X ≤ 2 − (1,80.0,33)

= X ≤ 2 − 0,592

= X ≤ 1,406

= X ≤ 1,4

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala tiga. Kriteria skor skala tiga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kriteria Skala Tiga

Interval Kategori

X > 2,6 Sangat Bermanfaat

1,8 < X ≤ 2,2 Bermanfaat

X ≤ 1,4 Tidak Bermanfaat

Analisis data berupa skor dari hasil validasi menggunakan teknik deskriptif rata-rata (mean). Skala yang yang digunakan untung menghitung data adalah skala Likert. Skala tersebut penilaiannya adalah sangan baik (5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Skala 3 kategori cukup dihilangkan supaya responden tidak bersikap netral/cukup/ragu-ragu sehingga memaksa responden menentukan nilai terhadap pernyataan dalam instrument (Widoyoko, 2015:106).

Penyusunan tabel klasifikasi menggunakan aturan yang sama dengan dasar jumlah responden, yaitu mencari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.

Skor tertinggi = 5 Skor terendah = 1 Jumlah kelas = 4 Jarak interval = (5−1)

4 = 1

Tabel 3.9

Kriterian Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat

Bobot Kategori

5 Sangat Baik

4 Baik

2 Tidak Baik

1 Sangat tidak baik

Tabel 3.10

Tabel Konversi Skala Empat

Interval Skor Kategori

4,0 < X ≤ 5,0 Sangat Baik

3,0 <X ≤ 4,0 Baik

2,0 < X ≤ 3,0 Tidak Baik

1,0 ≤ X ≤ 2,0 Sangat tidak baik

Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel kriteria skor skala empat.

Selanjutnya untuk mengetahui nilai uji coba produk media gambar berseri, digunakan lembar observasi sebagai instrument pengumpulan data. Lembar observasi untuk mengetahui nilai uji coba menggunakan Skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten. Misalnya, ya – tidak, benar – salah, pernah – belum, setuju – tidak setuju.

Skala Guttman dianalisis dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.11 Kategori Skala Guttman

Penilaian Nilai

Ya 1

Tidak 0

Untuk mencari presentase nilai produk, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Presentase = Skor yang diobservasi

(Skor tertinggi 𝑥 jumlah aspek yang dinilai 𝑥 jumlah responden) x 100%

𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

1 𝑥 8 𝑥 3 𝑥 100% = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖

24 𝑥 100%

Setelah penyajian dalam bentuk presentase, kemudian data dikonversikan dari data kuantitatif menjadi data kualitatif dalam kategori sebagai berikut.

Tabel 3.12

Tabel Kriteria Presentase

Presentase Kriteria

0% - 20% Sangat tidak membantu

21% - 40% Tidak membantu

41% - 60% Cukup membantu

61% - 80% Membantu

81% - 100% Sangat membantu

(Riduwasn, 2013: 22)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini dipaparkan hasil pengembangan yaitu: (1) paparan dan analisis data hasil analisis kebutuhan yang meliputi (a) analisis data kebutuhan pemelajar dan (b) hasil wawancara, (2) paparan hasil uji coba produk pengembangan, (3) revisi produk, (4) pembahasan.

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

Peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan dua instrumen.

Instrumen pertama yaitu kuesioner yang dibagikan kepada lima pemelajar di Wisma Bahasa Yogyakarta. Instrumen kedua berupa pedoman wawancara dan yang diwawancarai adalah pengajar BIPA level pre-intermediate di Wisma Bahasa Yogyakarta.

1. Analisis Data Kebutuhan Pemelajar

Kuesioner analisis kebutuhan berisi empat bagian. Bagian pertama berisi identitas pemelajar yang meliputi: nama pemelajar, umur, negara asal, hobi, bahasa yang dikuasai, pekerjaan, tujuan belajar bahasa, level. Bagian kedua berupa kompetensi yang ingin dicapai oleh pemelajar BIPA level pre-intermediate. Pada bagian ini, pemelajar memilih topik pembelajaran yang sangat berguna, berguna, dan tidak berguna bagi pemelajar. Bagian ini berguna untuk membantu peneliti membuat media yang dibutuhkan oleh pemelajar. Topik-topik pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum dan buku yang ada di Wisma Bahasa.

Bagian ketiga berisi metodologi pembelajaran yang diinginkan pembelajar.

Metodologi pembelajaran tersebut meliputi: aktivitas di dalam kelas, pekerjaan rumah, metode belajar, cara belajar, koreksi kesalahan, media belajar, teknik belajar. Bagian empat berisi tentang penggunaan media gambar berseri yang meliputi, jenis gambar, warna gambar, jumlah objek, rasio, dan jumlah gambar dalam satu halaman.

a. Data Pemelajar

Dari poin data umum pemelajar, diperoleh identitas belajar sebagai berikut.

Tabel 4.1

Mai Kato Michelle Johnstone Umur 23 tahun 28 tahun 45 tahun 24 tahun 28 tahun Negara

Asal

Amerika Jepang Jepang Jepang Amerika Serikat

Hobi Bersepeda Membaca

buku,

Dari tabel kompetensi yang ingin dicapai diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.2

Kompetensi yang Ingin Dicapai

No. Topik Pembelajaran N X % Kategori

1. Memperkenalkan diri 4 2,4 80% Berguna

2. Mendeskripsikan orang lain 2 1,2 40% Tidak Berguna 3. Menjawab dan menelpon

seseorang, menerima dan mengirim pesan. informasi tentang penyakit yang ada di Indonesia

4 0,8 80% Tidak Berguna

6. Bertanya dan memberikan nasihat tentang cara-cara menemui dokter.

3 1,8 60% Berguna

7. Memberikan, menerima dan menolak undangan.

3 1,8 60% Berguna

8. Mendeskripsikan tempat-tempat wisata di Indonesia.

3 1,2 40% Tidak Berguna 9. Mendeskripsikan

tempat-tempat umum beserta fasilitasnya.

2 1,2 40% Tidak Berguna

10. Menanggapi pertanyaan tentang surat perjanjian sederhana.

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima topik pembelajaran yang berguna dan lima topik pembelajaran yang tidak berguna menurut pemelajar. Dari sepuluh topik pembelajaran, lima topik yang berguna adalah memperkenalkan diri, menjawab dan menelpon seseorang, bertanya dan memberi informasi tentang apa yang dirasakan, bertanya dan memberikan informasi tentang cara menemui dokter, memberikan, serta menerima dan menolak undangan. Peneliti juga meminta pemelajar untuk menentukan lima topik pembelajaran yang ingin mereka pelajari atau kuasai terlebih dahulu. Adapun topik pembelajaran tersebut adalah.

Tabel 4.3

Topik Pilihan Pemelajar

Pemelajar Topik-topik Pilihan

1 Menjawab

Pemelajar Topik-topik Pilihan

1. Matthew Locastro 3. Naoe Sugihara 5. Michelle Johnstone 2. Reiko 4. Mai Kato

Berdasarkan hasil analisis dan data-data yang telah disajikan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa topik-topik yang ditawarkan sangat diminati oleh para pemelajar. Peneliti memahami bahwa pemelajar sangat mengharapkan agar topik-topik di atas dapat diajarkan dalam proses pembelajaran karena sangat penting digunakan dalam kehidupan sehari-hari pemelajar.

Tanpa mengurangi esensi dari topik yang telah dipilih pemelajar melalui kuesioner di atas, ada 3 topik yang dikembangkan oleh peneliti. Pertama, topik nomor 4 (empat) yaitu, bertanya dan memberian informasi tentang apa yang dirasakan.

Pemilihan tersebut didasarkan pada kebutuhan pemelajar untuk mempelajari bagaimana mengungkapkan apa yang dirasakannya pada orang lain. Kedua, topik

nomor 6 (enam) yaitu, bertanya dan memberi nasihat tentang cara-cara menemui dokter. Topik tersebut dipilih berdasarkan atas kebutuhan pemelajar untuk mempelajari tahap-tahap yang harus dilalui ketikan akan memenemui dokter di Indonesia. Ketiga, topik nomor 7 (tujuh) yaitu, memberikan, menerima dan menolak undangan. Ketiga topik tersebut dipilih dengan suara terbanyak oleh para pemelajar. Topik yang lainnya, seperti memperkenalkan diri serta menjawab dan menelpon seseorang, tidak peneliti kembangkan menjadi media gambar berseri karena topik-topik tersebut juga dipelajari di tingkat sebelumnya (beginner) sehingga pada tingkat pre-intermediate topik-topik tersebut tidak dipelajari secara mendalam. Berdasarkan penjelasan topik-topik yang dikembangkan peneliti di atas, peneliti berharap pemelajar dapat terbantu dengan media yang peneliti gunakan dan akhirnya mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan lancar.

Selain analisis kebutuhan, di dalam kuesioner peneliti juga menyertakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab pemelajar berkaitan dengan pembelajaran yang pemelajar sukai. Berikut penulis sajikan hasil kuesioner.

Tabel 4.4 Cara Belajar

No. Butir Pertanyaan Responden Presentase

1. Bagaimana cara Anda belajar di dalam kelas?

a. Individual (Individually)

b. Berdasarkan jenis kelamin (based on gender)

c. Berkelompok kecil (in a small group) d. Berkelompok besar (in a big group)

4 0 1 0

80%

0%

20%

0%

Pada pertanyaan cara belajar pemelajar di dalam kelas, diperoleh data bahwa pemelajar lebih dominan untuk belajar secara individu daripada belajar secara berkelompok. Hasil kuesioner menyatakan bahwa sebanyak 4 pemelajar dengan presentase 80% memilih belajar secara individu dan satu pelajar dengan presentase 20% memilih belajar di dalam kelompok kecil. Semetara belajar dengan berdasarkan jenis kelamin dan belajar dalam kelompok besar tidak ada pemelajar yang memilih (0%). Pernyataan tersebut menyatakan bahwa sebagian besar pemelajar di Wisma Bahasa Yogyakarta lebih menyukai belajar secara infividu, hal ini dapat dilihat dari responden dan presentase di atas.

Tabel 4.5 Pekerjaan Rumah

No. Butir Pertanyaan Responden Presentase

2. Seberapa sering Anda mengerjakan pekerjaan rumah?

a. Sangat sering b. Sering

c. Kadang-kadang

2 2 1

40%

40%

20%

Pada pertanyaan keseringan pemelajar mengerjakan pekerjaan rumah, hasil kuesioner menyatakan bahwa alternatif pilihan sangat sering dan sering masing-masing dipilih oleh 2 pemelajar dengan presentase 40%, sementara 1 pemelajar dengan presentase 20% memilih kadang-kadang. Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa beberapa pemelajar di Wisma Bahasa Yogyakarta terkadang mau mengerjakan pekerjaan rumah. Hal itu dibuktikan juga dengan fakta yang diungkapkan oleh pengajar di Wisma Bahasa bahwa beberapa murid sering tidak ingat jika mereka memiliki tugas atau pekerjaan rumah.

Tabel 4.6 Lokasi Belajar

No. Pertanyaan Responden Presentase

3. Apa yang Anda suka?

a. Menghabiskan waktu untuk belajar di dalam kelas

b. Menghabiskan sebagian waktu belajar di luar kelas dan

mempraktekkannya dengan orang di luar kelas

c. Menghabiskan waktu untuk belajar di luar kelas. menghabiskan waktu di dalam atau di luar kelas diperoleh data bahwa pemelajar lenih menyukai untuk menghabiskan sebagian waktu belajar di luar kelas dan mempraktekkannya dengan orang di luar kelas. hasil kuesioner menyatakan seluruh pemelajar (lima orang) dengan presentase 100% memilih menghabiskan sebagian waktu di luar kelas dan mempraktekkannya dengan orang di luar kelas, sementara dua aspek lainnya tidak dipilih oleh pemelajar. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pemelajar Wisma Bahasa setelah melakukan pembelajaran di Wisma Bahasa ingin mencoba untuk berkomunikasi dengan orang di luar Wisma bahasa atau penutur asli.

Tabel 4.7 Metode Belajar 4. Metode yang anda sukai dalam

belajar?

a. Bertanya dan menjawab pertanyaan b. Memecahkan masalah

c. Memberikan informasi untuk dirimu sendiri dan orang lain.

d. Mengungkapkan pendapat e. Bercakap-cakap

f. Mengulang apa yang kamu dengar.

0

Pada aspek metode pemelajar belajar, hasil kuesioner menyatakan bahwa sebanyak 2 responden dengan presentase 33,3% memilih memcahkan masalah, 2 reponden dengan presentase 33,3% memilih bercakap-cakap, 1 responden dengan presentase 16,67% memilih memberikan informasi untuk dirimu sendiri dan orang lain, dan 1 responden dengan presentasse 16,67% memilih mengulang apa yang kamu dengar, sementara bertanya dan mengungkapkan pendapat dan mengulang apa yang kamu dengar tidak dipilih oleh pemelajar. Pada aspek tersebut salah satu pemelajar memilih dua pilihan sehingga aspek tersebut mendapatkan 2 suara. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa pemelajar di Wisma Bahasa lebih menyukai belajar dengan cara memecahkan masalah dan bercakap-cakap, karena dengan memecahkan masalah dan bercakap-cakap pemelajar dapat mengetahui kesalahan-kesalahannya dalam berbahasa Indonesia secara langsung,

Tabel 4.8 Pengoreksian Kesalahan

No. Pertanyaan Responden Presentase

5. Ketika anda berbicara, apakah anda bersedia untuk dikoreksi?

a. Secara langsung

b. Setelah pembelajaran selesai.

5 0

100%

0%

Pada aspek pengoreksian kesalahan saat berbicara, lima pemelajar dengan presentase 100% memilih untuk dikoreksi secara langsung. Hasil kuesioner tersebut menyatakan bahwa pemelajar di Wisma Bahasa Yogyakarta lebih menyukai dikoreksi secara langsung ketika melakukan kesalahan dalam berbicara daripada setelah pembelajaran selesai. Hal itu terjadi karena pemelajar ingin segera mengetahui kesalahannya saat berbicara kemudian mereka dapat menemukan pembenaran atas

kesalahannya, sehingga meminimalisasi pemelajar untuk mengulangi kesalahan yang sama.

Tabel 4.9 Media Gambar

No. Pertanyaan Responden Presentase

6. Dengan media gambar manakah anda lebih mudah belajar berbicara?

6. Dengan media gambar manakah anda lebih mudah belajar berbicara?

Dokumen terkait