• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V LANGGAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

5.8. Langgan : Modal Sosial Dan Kebudayaan Masyarakat

5.8.1. Langgan Dan Modal Sosial Masyarakat

Langgan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat nelayan di desa Muara-Binuangeun, merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat nelayan yang berlandaskan modal sosial masyarakat nelayan. Di dalam sistem Langgan, terdapat suatu norma khusus atau aturan-aturan yang merupakan konsensus masyarakat dan Langgan sejak dahulu dan diakui keberadaannya sampai dengan saat ini. Pada saat konsensus ini di buat, aturan atau norma-norma khusus yang berada di dalam konsensus ini di nilai “baik”ϒ sehingga pantas untuk diaplikasikan oleh masyarakat. Sedangkan untuk pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya berdasarkan norma yang telah diakui ini, maka akan memperoleh sanksi sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya tersebut. Dalam sistem Langgan, sanksi yang diberikan umumnya berupa sanksi materi dan sanksi moral              

ϒ  Pada awalnya, tujuan dari Langgan itu sendiri adalah untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi masyarakat nelayan di desa Muara. Jadi dianggap tujuan tersebut merupakan tujuan yang baik. Akan tetapi, dalam perkembangannya, tujuan tersebut disalahgunakan oleh Langgan (secara individu) itu sendiri untuk mengeksploitasi nelayan sehingga yang terjadi adalah nelayan semakin miskin.

113 / adat. Misalnya adalah pada saat nelayan tidak dapat melunasi utang-utangnya pada Langgan, maka pihak Langgan akan melakukan penyitaan harta-benda nelayan yang berhutang tersebut. Atau jika Langgan tidak lagi dapat membiayai nelayan / memberi pinjaman modal pada nelayan untuk melaut, maka nelayan tersebut berhak untuk berpindah Langgan, atau jika perahu nelayan tidak diperbaiki oleh Langgan, maka tidak sedikit Langgan yang membebaskan utang-utang nelayan. Ini terjadi berdasarkan konsensus yang telah disepakati di awal antara pihak-pihak yang terlibat dalam sistem Langgan.

Norma dan sanksi yang disepakati bersama ini menjadi kuat walaupun tidak didukung oleh hukum formal karena norma dan sanksi tersebut dilandasi oleh kepercayaan (trust), loyalitas / kesetiaan (loyalty), solidaritas (solidarity), relasi (relation), dan tanggung-jawab pihak yang terkait dalam sistem Langgan tersebut. Landasan ini, secara moral memperkuat hubungan antara aktor-aktor yang terlibat dalam sistem Langgan. Aktor-aktor yang terlibat tersebut diantaranya adalah, Langgan itu sendiri, masyarakat nelayan, para Bakul, Tekong, pemerintah maupun masyarakat desa Muara itu sendiri yang mendapat efek eksternalitas dari adanya sistem Langgan, meskipun masyarakat tersebut ada yang pekerjaannya bukan sebagai nelayan. Misalnya saja masyarakat yang menjadi pedagang. Karena adanya sistem yang diterapkan oleh Langgan, maka wilayah desa Muara menjadi ramai dan secara tidak langsung, menjadi faktor pendorong berkembangnya pasar sebagai efek eksternalitas dari adanya pelelangan ikan. Pasar inilah yang kemudian menjadi tempat masyarakat setempat untuk mencari nafkah seperti dengan cara berdagang. Meskipun pasar ini terbentuk bukan hanya oleh Langgan saja, akan tetapi Langgan juga mempengaruhi perkembangan dari

114 pasar itu tadi. Inilah yang kemudian sedikit-ataupun banyak masyarakat yang mendukung adanya sistem Langgan diwilayah tersebut.

Landasan-landasan tadi melahirkan suatu keharusan atau kewajiban yang harus dijalankan oleh pihak-pihak yang terlibat berdasarkan hak dan manfaat yang diperoleh masing-masing pihak dengan mengacu pada norma yang telah disepakati sebelumnya (berbentuk perjanjian tidak tertulis yang dibuat oleh Langgan). Landasan ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Adapun makna dari komponen landasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan (trust), merupakan suatu hubungan emosional antar aktor sosial yang terlibat dalam sistem Langgan, yang menunjukan adanya hubungan timbal-balik antar sesama pihak tersebut sehingga melahirkan suatu nilai-nilai “baik” dan dapat atau layak dipercaya. Kepercayaan ini dipupuk dan dibangun dalam sistem Langgan yang dijalankan.

2. Loyalitas (loyalty), adalah suatu bentuk ikatan hubungan emosional seseorang yang berwujud kesetiaan karena adanya kepercayaan tadi. Inilah yang kemudian membuat individu atau komunitas menjadi loyal terhadap aturan atau norma dan sanksi yang disepakati bersama. Dalam hal ini adalah kesepakatan yang dibuat bersama dalam sistem Langgan.

3. Solidaritas (solidarity), merupakan perasaan senasib-sepenanggungan yang menimbulkan suatu norma untuk saling menolong, hidup bersama-sama dan adanya tujuan bersama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Solidaritas yang ada pada masyarakat desa Muara-Binuangeun ini terbentuk karena adanya ikatan kepercayaan dan loyalitas yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat. Ini jugalah yang membuat Langgan menjadi kuat, karena melalui

115 hubungan solidaritas ini, Langgan dapat mengikat nelayan secara moral sehingga nelayan tidak dapat lepas dari sistem yang diterapkan oleh Langgan. 4. Relasi (relation) merupakan manifestasi dari adanya kepercayaan, loyalitas

dan solidaritas, sehingga melahirkan suatu jaringan kerjasama antar orang-orang atau aktor sosial yang terlibat dalam sistem Langgan. Jaringan kerjasama ini menjadi sangat kuat karena dibangun berdasarkan tiga landasan sebelumnya tadi yaitu kepercayaan, loyalitas dan solidaritas.

5. Tanggung jawab sosial yang merupakan suatu bentuk tanggung jawab kolektif masyarakat atas konsensus yang didalamnya terdapat norma yang di sepakati bersama. Tanggung jawab ini merupakan suatu bentuk kesiapan dari masing-masing aktor yang siap menerima segala resiko yang kemungkinan diperolehnya pada saat melaksanakan atau mengaplikasikan kesepakatan tadi. Kelima landasan ini tidak begitu saja dapat terrealisasi dengan baik tanpa adanya hubungan sosial yang harmonis antar stakeholders yang terlibat. Inilah yang kemudian menjadi langkah lain dalam mengaplikasikan Langgan tadi. Agar aplikasi dari Langgan dapat berjalan dengan baik, maka hubungan sosial tadi dibangun bukan saja antar nelayan dengan Langgan, tetapi hubungan ini juga di bangun dengan pemerintah setempat (dalam hal ini adalah pemerintah desa Muara-Binuangeun maupun pemerintah di tingkat yang lebih tinggi), masyarakat setempat dan pihak lain seperti LSM (misalnya Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) tingkat lokal) ataupun TPI. Kemudian, hubungan sosial inilah yang ternyata melahirkan aksi kolektif masyarakat dalam mengaplikasikan Langgan. Langgan ini menjadi kuat karena hal-hal tadi.

116 Gambar 5.8. Modal sosial masyarakat dalam Langgan.