• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Laskar Pelangi A. Nilai Moral

Menurut Ratna (2010:60) bahwa dasar filosofis pendekatan sosiologi adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan yang dimaksud disebabkan oleh karya sastra dihasilkan oleh pengarang, pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat dan hasil karya sastra itu dimanfatkan kembali oleh masyarakat. Pendekatan sosiologi merupakan pendekatan yang menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu.

Lebih luas, Kemendiknas mengelompokkan nilai-nilai moral dalam pembentukan karakter, yaitu (1) nilai moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai moral terhadap diri sendiri, (3) nilai moral terhadap sesama manusia, dan (4) nilai moral terhadap lingkungan, serta (5) nilai moral terhadap Bangsa (Kemendiknas, 2010:16).

Adapun nilai moral tersebut tergambar dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Nilai moral berkaitan dengan tingkah laku atau karakter seseorang sekali pun perilaku tersebut dibentuk oleh lingkungan sekitar. Nilai moral yang akan dibahas dalam analisis ini akan dikaitkan dengan latar belakang asal tempat yang terjadi dalam novel berupa sejarah, budaya dan tradisi atau fenomena sosial yang terjadi pada saat itu, dengan adanya hal tersebut akan membentuk beberapa nilai moral yang dimiliki para tokoh dalam novel. Berikut ini pembahasan mengenai nilai moral berdasarkan aspeknya masing-masing:

1. Nilai Moral Terhadap Tuhan a. Keimana kepada Tuhan YME

Sebagaimana telah diceritakan di atas, selain mendapat pelajaran sekolah anggota LP juga dididik untuk memiliki akhlak mulia, memiliki tatakrama dan sopan santun yang tinggi, serta diajari tentang keimanan. Hal ini terlihat ketika ada seorang murid bernama Mahar telah melenceng akal sehatnya dengan mempercayai paranormal dan perdukunan. Namun, dengan penuh kesabaran dan mencoba bersikap tegas Bu Mus menasihati Mahar, teman-temannya juga ikut mengingatkan. Berikut kutipannya :

“…. Klenik, ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya dekat dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan tertinggi dalam Islam” (h. 350)

“…. Camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari kemusyikan yang akan kau dapat dari praktik klenik itu adalah kesesatan yang semakin lama, semakin dalam, karena syirik itu berlapis-lapis” (h.351)

“…. Jangan kau campuradukan imajinasi dan dusta, kawan. Tak taukah engkau, kebohongan adalah pantangan kita…..” (h. 186)

b. Akhlak Mulia

Novel memang memberikan bacaan yang menarik, dalam novel LP etika guru dan murid sehari-hari digambarkan sangat indah, mereka sangat menjaga etika sesuai dengan ajaran agama, dan hal ini menjadi contoh bagi para pembaca.

“…. Ibunda guru tak mungkin tertawa lepas, karena agama melarangnya” (h. 107)

“…. Azan magrib menggema dipantulkan tiang-tiang rumah panggung orang Melayu. Kami diajari untuk tak bicara jika azan berkumandang” (h. 162)

“…. Melawan guru sama hukumannya dengan melawan orang tua, durhaka” (h. 351)

c. Disiplin Beribadah

Sikap disiplin memang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Anggota LP diajarkan untuk memiliki rasa disiplin yang tinggi, terutama dalam menjalankan ibadah, hal ini selalu disampaikan oleh Bu Muslimah tanpa bosan. Berikut kutipannya:

“…. Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,” demikian Bu Mus selalu menasihati kami.

a. Integritas dan Keikhlasan

Dua sosok guru tersebut di mata muridnya anggota LP sangat dicintai. Keikhlasan mereka dalam mengajar dan mendidik anggota LP yang memiliki karakter berbeda membuat guru-guru tersebut menjadi panutan dan teladan bagi muridnya LP. Kedua guru tersebut ikhlas memberikan seluruh ilmu yang mereka punya dengan segala keterbatasan tanpa digaji. Hal ini terlihat dari kutipan :

“…. Pa Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang

keteguhan pendirian, ketekunan, keinginan kuat

mencapai cita-cita. Beliau bisa meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama.” (h. 24)

“…. Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi.” (h. 30)

Bukan hanya kedua guru itu yang memiliki integritas yang tinggi, melainkan hal ini juga tertular pada murid-muridnya. Mereka sangat menjaga martabat sekolah mereka walaupun miskin. Ini terlihat ketika Mahar dan teman-teman bandnya diminta untuk mengisi acara partai politik yang diupah dengan jam tangan plastik. Berikut kutipannya :

“…. Kita tidak akan pernah menjadi bagian dari segerombolan penipu! Sekolah kita adalah sekolah Islam, bermartabat. Kita tidak akan menjual kehormatan kita demi sebuah jam tangan plastik murahan.” (h. 152) Kutipan-kutipan di atas menunjukan konsistensi dan keteguhan baik yang dilakukan guru maupun murid.

b. Tanggung Jawab dan Kepemimpinan

Rasa tanggung jawab dan kepemimpinan ini diperlihatkan Bu Mus dengn mendididk murid-muridnya dengan sepenuh jiwa dan raga. Bu Mus juga mengajarkan anak didiknya agar memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam hidup.

“…. Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami tetapkan gajinya, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu adalah penipuan. Dan Al Qur’an mengingatkan bahwa kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat” (h. 71)

Namun, disela-sela pembicaraannya Bu Mus juga menyampaikan kepada para siswanya agar jangan takut menerima amanah itu dan harus selalu istiqamah. Berikut kutipannya :

“…. Memegang amanah sebagai pemimpin memang berat, tapi jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan . Tidakkah Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering mengucap doa : ‘Ya Allah lindungilah para pemimpin kami? Jarang sekali kita mendengar doa :‘ Ya Allah lindungilah anak buah kami….” (h. 73)

c. Perjuangan dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu

Sebenarnya seluruh anggota LP memiliki pengalaman sendiri-sendiri dalam meraih cita-citanya. Namun, dalam novel LP tokoh Lintang menjadi sorotan tersendiri demi memuaskan dahaga ilmunya. Hal ini menjadi bagian penting bagi pembaca, dan mempunyai pelajaran yang amat berarti. Berikut kutipannya :

“…. Aku tak bisa melintas. Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak mau beranjak, menghalang ditengah jalan. Tapi lebih dari setengah perjalanan sudah, aku tak mau

pulang gara-gara buaya bodoh ini, tak ada kata bolos dalam kamusku..” (h. 87 88)

“…. Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh pendidikan, namun tak sehari pun ia pernah bolos.” (h. 93)

Hal seperti itu juga ditunjukan oleh Ikal - setelah 12 tahun kemudian - yang harus belajar keras demi mendapatkan beasiswa Uni Eropa.

“…. ketika ada pengumuman beasiswa dari negara asing aku banyak membaca, aku membaca sambil makan, sambil minum, menyortir surat, tiduran, mendengarkan golek, di angkot, di dalam jamban, mencuci, sambil dimarahi pelanggan, sambil menimba air, dan membuat resume bacaan dalam kertas kecil. Itulah yang diajarkan Lintang padaku…” (h. 458)

Yang paling mengesankan adalah ketika nilai rapor Mahar dan Flo anjlok, mereka yang sama-sama percaya pada hal-hal yang berbau mistik meminta bantuan kepada dukun senior yang terkenal sakti bernama Tuk Bayan Tula agar nilai mereka bisa bagus lagi dan lulus pada ujian akhir tanpa harus belajar dan membaca buku. Namun, jawaban dari dukun tersebut amat mengejutkan, berikut kutipannya :

“Inilah pesan Tuk Bayan Tula untuk kalian berdua :’ kalau ingin lulus, buka buku belajar !!!!” (h. 424)

Ini menarik, karena pesan tersebut datang dari seorang dukun atau paranormal yang terkenal kehebatannya. Hal ini juga menunjukan kepada kita bahwa dalam mencapai apapun harus ada usaha terlebih dahulu.

3. Nilai Moral Terhadap sesama manusia dan lingkungan a. Persahabatan

Tidak diragukan lagi jika berbicara tentang persahabatan. Persahabatan kesepeluh anggota LP ini ditengah keterbatasan mereka yang memiliki nasib yang sama, karakter yang berbeda-beda, namun kekuatan persahabatan mereka yang dilandasi kesabaran menjadi harga paling penting bagi perjalanan hidup mereka.

“…. Aku benar-benar bertekad mendapat beasiswa karena itu adalah tiket untuk meninggalkan hidupku yang terpuruk. Bahkan lebih dari itu aku merasa berhutang pada Lintang, A Ling, Pa Harfan, Bu Mus, Laskar Pelangi dan sekolah Muhammadiyah” (h.460)

“…. Harun dengan semangat bercerita tentang

kucingnya yang berbelang tiga, baru melahirkan tiga ekor yang semua berbelang tiga dan lahir pada tanggal tiga. Setiap hari, berulang kali, puluhan kali, sepanjang tahun dari SD sampai SMP. Namun, Sahara dengan setia mendengar” (h. 77)

b. Tolong Menolong

Meskipun kehidupan anggota LP keadaannya sangat terbatas, namun mereka tidak rendah diri, karena mereka mempunyai guru yang sungguh-sungguh membimbing mereka ke arah yang benar. Berikut kutipannya :

“…. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh di dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa

hiduplah untuk memberi sebanyakbanyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” (h. 24)

II. Nilai Moral dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya