• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Nilai Moral

2. Nilai Moral terhadap Diri Sendiri

a. Menerima segala apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan

Nilai moral terkait dengan sikap menerima segala apa yang sudah ditakdirkan Tuhan tergambar melalui tokoh dari ayah ketiga anak alam yang memiliki sifat nrimo. Hal ini sesuai dengan karakter asli orang Semarang, Jawa Tengah. Semarang adalah bagian dari Jawa Tengah.

“... Anehnya, ditindas sedemikian rupa seperti sapi perah yang kerap mereka kerjai setiap hari, mereka sama sekali tak pernah memberontak, mereka bahkan sudah tak terpikir untuk mencari pekerjaan lain selain pekerjaannya sekarang (h.77)

Dari kutipan di atas, jelas terlihat bahwa karakter ayah ketiga anak alam itu benar-benar pasrah dengan keadaan, tidak terbesit dalam pikiran mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik walaupun mereka ditindas. Mereka menyadari akan kemampuan mereka sehingga mereka tidak memaksakan kehendak untuk meraih sesuatu yang tidak mungkin diraihnya. Ketika semua orang berusaha mencari pekerjaan yang lebih layak untuk dirinya dan

keluarganya, mereka justru tak berniat sedikit pun untuk mengubah hidup mereka.

Demikianlah profil mengenai orang Semarang dengan karakter nrimo. Bersinggungan dengan sikap nrimo, maka masyarakat Semarang lebih terlihat bahagia dan seolah tidak memiliki beban sekalipun mereka mengalami perekonomian yangsulit.. Perhatikanlah kutipan berikut:

“…. Sesampai di sana, aku melihat teman-teman tak membawa perbekalan lengkap seperti itu, mereka tak punya barang- barang bawaan seperti punyaku, mereka tak punya tas karena tidak sekolah, tak punya jaket

karena tak punya uang untuk membeli jaket, bahkan

ketika musim hujan tiba, mereka justru hujan-hujanan keliling Kampung Genteng dengan meneror orang-orang kampung dengan candaan mereka yang kelewat batas, berteriak-teriak seperti orang gila, berada di bawah kerpus rumah yang airnya terus mengalir ke bawah, mereka bayangkan diri mereka berada di bawah air terjun (h.31)

Dari kutipan di atas, dapat terlihat bagaimana ketiga anak alam Itu begitu bahagia menjalani kehidupan dan sangat menikmati masa kecilnya seolah mereka tidak memiliki beban khususnya masalah ekonomi yang sangat jauh dari kata berkecukupan. Namun, sangat berbeda dengan Faisal, ia berasal dari keluarga yang berkecukupan dan anak rumahan yang justru tidak menemukan masa kecilnya seperti ketiga temannya tersebut.

b. Pekerja keras atau giat bekerja

Walaupun masyarakat Jawa, khususnya warga Semarang memiliki sifat nrimoterhadap keadaan, namun ternyata masyarakat

Jawa atau warga Semarang khususnya terkenal dengan sifatnya yang pekerja keras.

“…. Sepagi itu, mereka telah melakoni hidup dengan susah payah, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, tetapi mereka sama sekali tak mengeluh dengan nasib mereka yang selalu di bawah (h.31)

Sikap tersebut melahirkan prinsip nrima ing pandu yakni menerima segala yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Namun demikian, tidak berarti nrimaing pandum ini diisi dengan bermalas- malasan, tanpa mau berusaha. Hal itu dibuktikan dengan ketekunan dan kesungguhan mereka dalam bekerja. Sikap pekerja keras yang dimiliki masyarakat Jawa telah melekat dan menjadi prinsip hidup mereka. Walaupun sikap nrimo sering disalahartikan oleh kebanyakan orang yang menganggap hanya bermalas-malasan, namun masyarakat Jawa menyeimbangkan persepsi tersebut dengan bekerja keras, karena sikap pekerja keras tersebut merupakan salah satu prinsip dari masyarakat Jawa.

c. Jujur dan Mawas Diri (Urip Samadya)

Masyarakat Jawa dapat mengukur sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dan tidak memaksakan kehendak, istilah tersebut dikenal dengan istilah urip samadya. Sikap urip samadya menjauhkan seseorang dari perbuatan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkannya. Hal tersebut merupakan sebuah prinsip yang harus dipegang teguh oleh masyarakat Jawa. Berdampingan dengan sikap jujur sebagai etika

yang harus dipegang teguh, hal tersebut tercermin dalam ungkapan Jawa jujur bakal mujur yang berarti orang jujur akan beruntung. Masyarakat Jawa memiliki keyakinan yang kuat bahwa siapa saja yang bersikap jujur maka ia akan memperoleh keberuntungan. Maka dari itu, banyak dari masyarakat Jawa yang menerapkan prinsip tersebut karena mereka ingin mendapatkan keberuntungan dalam hidup.

“…. Apa tidak ada toleransi sedikit pun…?”kata

perempuan itu sambil membuka dompetnya dan

mengeluarkan beberapa lembar uang kertas lima puluh

ribuan, disorongkanpelan-pelanke arahBuMutia,tanpa

diketahui oleh orang tua murid yang lain” (h. 31)

Prinsip tersebut jika tidak dilandasi sikap ikhlas maka akan melahirkan sikap pamrih. Tokoh Bu Mutia dalam cerita mencoba memegang teguh janjinya sebagai guru untuk tidak melakukan praktik suap seperti terlihat dalam kutipan. Sikap jujur dan tidak mencoba menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi tersebut sepantasnya dijadikan contoh untuk masyarakat saat ini. Namun, pada kenyataannya masih banyak sekali saat ini yang memakmurkan praktik tersebut.

d. Tanpa Pamrih (Sepi ing pamrih), Ikhlas (rame ing gawe)

Sikap dasar dari mayarakat Jawa menandai watak yang luhur adalah kebebasan dari pamrih,sepi ing pamrih. Manusia telah memiliki sikap sepi ing pamrih apabila mereka sebagai manusia telah memegang teguh prinsip tepaselira, yakni sikap toleransi dan

peduli terhadap sesama. Manusia itu sepi ing pamrih apa bila ia tidak lagi perlu gelisah terhadap dirinya sendiri, dengan arti lain bahwa ia mampu mengontrol hawa nafsu terhadap sesuatu dan ingin memilikinya dengan sikap pamrih tersebut.

“…. Empat orang panitia dari Dinas menyalamiku sambil tangannya menempelkan sepucuk amplop. Naluriku

mengatakan isinya uang, dan aku mencoba

menolaknya. Bagaimanapun juga pahala lebih berarti daripada sekadar uang. Aku tak mau niat tulusku dilumuri oleh pujian manusia yang berupa materi atau pun ucapan sanjungan” (h.31)

Sikap Sepi ing pamrih akan telah dilandasi rasa ikhlas, sehingga sikap tersebut akan melahirkan jiwa sosial yang sangat tinggi, baik terhadap orang lain mapun terhadap lingkungan sekitar. Melalui tokoh Faisal tersebut, jelas terlihat ketika Faisal berusaha menolak amplop tersebut yang sudah dipastikan isinya adalah uang. Namun, Faisal sangat ikhlas membantu mengajar tanpa mengharapkan apa pun. Prinsip masyarakat Jawa tersebut tercermin melalui tokoh Faisal. Nilai Moral terhadap Sesama Manusia

3. Nilai Moral terhadap Sesama atau Lingkungan