• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan I. Laskar Pelangi

A. Nilai Moral

Kemendiknas mengelompokkan nilai-nilai moral dalam pembentukan karakter, yaitu (1) nilai moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai moral terhadap diri sendiri, (3) nilai moral terhadap sesama manusia, dan (4) nilai moral terhadap lingkungan, serta (5) nilai moral terhadap bangsa (Kemendiknas, 2010:16).

Adapun nilai moral tersebut tergambar dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Nilai moral berkaitan dengan tingkah laku atau karakter seseorang sekalipun perilaku tersebut dibentuk oleh lingkungan sekitar. Nilai moral yang dibahas dalam analisis ini akan dikaitkan dengan latar belakang asal tempat yang terjadi dalam novel berupa sejarah, budaya dan tradisi atau fenomena sosial yang terjadi pada saat itu, dengan adanya hal tersebut akan membentuk beberapa nilai moral yang dimiliki para tokoh dalam novel. Berikut ini pembahasan mengenai nilai moral berdasarkan aspeknya masing-masing:

1. Nilai moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Nilai moral dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang

yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya. Dalam penelitian ini, nilai moral dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa secara khusus dideskripsikan sebagai moral/akhlak kepada Allah. Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khalik karena manusia diciptakan atas kehendak-Nya.

a. Bertakwa

Takwa berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya. Dengan kata lain, takwa dapat memelihara diri agar selalu berada pada garis dan jalan-Nya yang lurus.

Dalam Novel LP Hal ini terlihat ketika ada seorang murid bernama Mahar telah melenceng akal sehatnya dengan mempercayai paranormal dan perdukunan. Namun, dengan penuh kesabaran dan mencoba bersikap tegas Bu Mus menasihati Mahar, teman-temannya juga ikut mengingatkan. b. Akhlak mulia

Berakhlak mulia di novel LP, sangat dijunjung tinggi terlihat pada saat anak-anak LP selalu diberikan wejangan-wejangan olek Bu Mus bahwa melawan guru sama halbya durhaka pada orang tua.

c. Disiplin Beribadah

Disiplin sangat penting dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam beribadah. Bu Mus sebagai guru dari anak-anak LP selalu menyampaikan tanpa rasa bosan bahwa disiplin beribadah merupakan kunci dari sebuah keberhasilan dan bisa mendapatkan pahala yang banyak. 2. Nilai Moral terhadap Diri Sendiri

Keberadaan manusia di alam ini berbeda bila dibandingkan dengan makhluk lain, totalitas dan integritasnya selalu ingin merasakan selamat dan mendapat kebahagiaan yang lebih besar. Setiap manusia memiliki kewajiban moral terhadap dirinya sendiri agar ia selamat, bahagia, masa kini dan mendatang. Jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, maka akan mendapat kerugian dan kesuitan (Gunawan, 2012:10). Didalam Novel LP banyak ditemukan nilai moral terhadap diri sendiri, antara lain :

a. Integritas dan keiklasan

Dalam melakukan sesuatu, harus disertai dengan rasa keiklasan dan integritas, begitu pula dalam Novel LP, Hal ini ditunjukan dari Pak Harfan dan Bu Muslimah. Mereka berdua merupakan sosok guru yang memiliki integritas dan dedikasi yang tinggi. Mereka bukan hanya mengajarkan murid-muridnya untuk pintar dalam pelajaran sekolah, melainkan juga mendidik mereka dengan akhlak dan budi pekerti yang baik, yang akan

mereka amalkan di kemudian hari. Dua sosok guru tersebut di mata muridnya anggota LP sangat dicintai. Keikhlasan mereka dalam mengajar dan mendidik anggota LP yang memiliki karakter berbeda membuat guru-guru tersebut menjadi panutan dan teladan bagi muridnya LP. Kedua guru tersebut ikhlas memberikan seluruh ilmu yang mereka punya dengan segala keterbatasan tanpa digaji

b. Tanggung Jawab dan Kepemimpinan

Bertanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini diperlihatkan ketika mengadakan pemilihan ketua kelas. Saat itu, Kucai ingin mundur dari jabatan sebagai ketua kelas, namun nasihat Bu Mus mengurungkan niatnya dan Kucai pun menjadi lebih bertanggung jawab pada kelas dipimpinnya.

Nasihat yang disampaikan Bu Mus ini merupakan pesan moral yang amat penting bagi pembaca, terutama dalam penerapan dalam menuntut ilmu dan pendidikan.

Lintang adalah siswa sekaligus anggota LP yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, tidak sombong dan rendah hati. Lintang adalah anak miskin, namun dalam keterbatasannya ia memiliki otak yang encer. Tidak ada kata ‘bolos’ dalam hidupnya meskipun harus menempuh perjalanan sejauh 40 kilometer menuju sekolahnya, bahkan dihadang seekor buaya sekalipun.

Perjuangan lintang dalam menuntut ilmu sangat harus dicontoh terutama untuk anak-anak yang sedang menuntut pendidikan yang memang fasilitasnya sudah memadai, dan harus menyadari bahwa masih banyak anak-anak di luar sana yang ingin bersekolah, tetapi karena beberapa faktor tidak dapat mengecap bangku pendidikan.

3. Nilai Moral dalam Hubungannya dengan Sesama atau Lingkungan

a. Persahabatan

Dalam Novel LP, persahabatan merupakan hal yang sangat penting. Dapat dilihat bahwa Ikal misalnya, yang tertantang meraih pendidikan yang tinggi demi melunasi hutangnya pada Lintang si anak cerdas kebanggaan sekolah yang tak mampu ia bantu ketika si genius itu terpaksa meninggalkan sekolah dan cita-citanya.

Atau Sahara yang selalu sabar mendengarkan cerita dari Harun yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka memiliki ikatan emosi yang unik seperti persahabatan kura-kura dan tupai.

b. Tolong menolong

Dalam Novel LP, anak-anak LP selalu diajarkan agar dapat menolong dan membantu serta memberikan manfaat kepada orang lain sesuai kemampuan mereka. Bahkan, nasihat guru-guru tersebut menjadi prinsip bagi anggota LP hingga dewasa.

III. Nilai Moral dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo

Nilai moral berkaitan dengan tingkah laku atau karakter seseorang sekalipun perilaku tersebut dibentuk oleh lingkungan sekitar.Berkaitan dengan tujuan dari pendekatan pragmatik yang berfungsi terhadap keberadaan masyarakat Adapun nilai moral tersebut tergambar dalam novel OMDS karya Wiwid Prasetyo.

1. Nilai Moral terhadap Tuhan

Kebudayaan yang diangkat dalam novel ini pun merupakan kebudayaan masyarakat Jawa yakni budaya atau yang dikenal dengan Islam Kejawen. Masyarakat Jawadi Semarang yang menganut Islam Kejawen dikenal sangat kental dengan dunia

mistik atau kebatinan, seperti adanya semedi, kemenyan, sesajen, kondangan, ruwatan, jugadukun. Sebagian masyarakat Jawa kuno atau Jawa masih sangat kental melakukan adat ini, seperti masih sangat percaya terhadap dukun, yang diyakini sebagai “orang pintar” yang dipercaya menjadi perantara antara manusia dengan alam gaib. Dukun sering dimintai pertolongan, entah untuk pengobatan, ataupun mengusir roh halus. Namun, tetap ada dua kubu, yang percaya dan tidak percaya dengan hal-hal semacam ini. Penggambaran mengenai kepercayaan warga terhadap dukun tercermin melalui tokoh ayah Faisal yang mempercayai Pak Cokro sebagai dukun yang mampu mengobati anaknya yang dituduh amnesia.

Pak Cokro selalu menjadi orang pertama yang dianggap mampu mengobati segala macam penyakit. Salah satu kebudayaan masyarakat Jawa yaitu kepercayaan masyarakat warga Semarang terhadap sesepuh atau dukun yang bernama Pak Cokro tersebut sudah menjadi tradisi dan mengakar di kalangan masyarakat.

Faktor utama yang menyebabkan tokoh Pak Cokro menjadi seorang yang sombong dan besar kepala adalah karena ia menjadi satu-satunya orang yang memiliki ilmu kebatinan sehingga ia disegani oleh masyarakat dan menjadikannya haus akan sanjungan. Cerminan nilai moral terhadap Tuhan seperti terlihat di atas merupakan tradisi yang dipegang oleh masyarakat Islam

Kejawen. Mereka mengaku Islam dan percaya akan adanya Tuhan, tetapi mereka lebih mempercayai hal gaib dan mistik dibanding mempercayai Tuhan mereka sendiri, dengan kata lain bahwa mereka lebih memegang teguh tradisi yang telah turun temurun sehingga mereka mengabaikan kepercayaan terhadap Tuhan. Masyarakat Islam kejawen menyimpulkan bahwa mereka yang tidak menyukai hal-hal klenik dianggap tidak setia pada tradisi mereka yang telah lama turun - temurun semenjak nenek moyang mereka.

2. Nilai Moral terhadap Diri Sendiri

a. Menerima segala apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan

Di kalangan masyarakat, tercipta stereotip tentang perangai orang Jawa yang begitu halus, sopan, dan pasrah menjalani hidup atau nrimo. Karakter dari ayah ketiga anak alam yang

nrimo, menerima keadaan begitu saja terlihat dari pekerjaan

mereka sebagai budak dari Yok Bek. Mereka tidak mau berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik, dan mereka tidak ingin mencari masalah dengan Yok Bek jika mereka berhenti bekerja, maka dari itu mereka pasrah dengan pekerjaan yang mereka miliki.

Seperti yang tergambar dalam novel melalui tokoh Pambudi, Yudi, dan Pepeng, walaupun status ekonomi

mereka rendah sehingga mengakibatkan mereka tidak bersekolah dan mereka sendiri yang harus bekerja membantu perekonomian keluarga, namun mereka tetap terlihat bahagia layaknya seorang anak yang menikmati masa kecilnya dan tidak menjadikan kemiskinan sebagai beban

b. Pekerja Keras atau Giat Bekerja

Dalam kehidupan orang Jawa, kerja keras merupakan hal yang snagat penting ditandai dalam Novel OMDS, Jika mereka telah memiliki pekerjaan maka mereka akan tekun dan giat dengan pekerjaan yang digelutinya, walaupun pekerjaan mereka masih relatif rendah dibanding kota besar lainnya seperti Jakarta. Seperti yang dialami ayah dari Pambudi, Yudi, dan Pepeng, ayah ketiga anak alam itu hanya bekerja sebagai peternak sapi pada seorang warga berkebangsaan Cina bernama Yok Bek, namun mereka giat bekerja dan patuh pada majikannya.

c. Jujur dan Mawas Diri

Pengarang novel OMDS ini banyak sekali menerapkan prinsip Jawa dalam kepribadian masing-masing tokoh. Salah satu tokoh yang memegang prinsip urip samdadya dan jujur ini bisa dilihat dari penokohan Bu Mutia, seorang guru yang sangat jujur dan menjauhkan diri dari perbuatan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang ia inginkan. Hal tersebut

tergambar ketika salah satu wali murid mengeluarkan uang suap agar anaknya naik kelas, namun ia menolaknya demi prinsip yang ia pegang teguh.

d. Tanpa Pamrih (Sepi ing pamrih), Ikhlas (rame ing gawe)

Masyarakat Jawa memegang teguh prinsip tersebut bahwa dalam melakukan apa pun harus dilandasi rasa ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Sekalipun mereka seorang pekerja keras namun mereka ikhlas, maka lahirlah prinsip sepi ing pamrih, rame ing gawe. Seperti tergambar melalui tokoh Faisal, sekalipun ia sebagai tenaga pengajar pembantu di kampungnya, namun ia tidak mengharapkan imbalan apa pun karena ia memiliki jiwa toleransi yang tinggi. Nilai Moral terhadap Sesama Manusia

Apabila seseorang telah memegang teguh prinsip sepi ing pamrih, rame ing gawe maka orang tersebut tidak lagi mengejar kepentingan- kepentingan individualnya tanpa memperhatikan keselarasan keseluruhan. Ia telah berada di tempat yang tepat dalam kosmos. Sikap tersebut muncul tidak lain hanyalah sebagai wujud memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai sesama manusia.

3. Nilai Moral terhadap Sesama

Adat istiadat adalah perilaku turun temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan sehingga kuat intergrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakatnya. Masyarakat Jawa dikenal dengan sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adab kesopanan, budi pekerti yang luhur, bertutur dan bertingkah laku yang halus, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Seperti tokoh Faisal yang selalu menerapkan pada siswanya untuk selalu menghormati yang lebih tua darinya dan mencintai dan menghargai yang lebih muda.

b. Jiwa Sosial terhadap Sesama

Jiwa sosial yang digambarkan dalam cerita disampaikan melalui tokoh Faisal yang memiliki jiwa peduli terhadap lingkungannya. Ia membantu mengajar warga kampung untuk dapat membaca dan menulis.

C. Hubungan Intertekstualitas Novel Laskar Pelangi dan Novel Orang