BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga pembiayaan yang telah ada pada awalnya memiliki berbagai bidang usaha. Salah satu yang berkembang saat ini adalah perusahaan pembiayaan yang bergerak di sektor pembiayaan konsumen. Dalam usaha ini, perusahaan pembiayaan konsumen (customer finance) melakukan pembiayaan terhadap barang-barang yang bersifat konsumtif, yaitu kendaraan bermotor (mobil atau motor) dan barang-barang elektronik lainnya.
PT XYZ merupakan perusahaan pembiayaan konsumen dengan fokus bisnis memberikan pembiayaan untuk pembeli kendaraan bermotor yang menyediakan fasilitas kredit kepada masyarakat. Dalam memberikan fasilitas kredit, perusahaan memberikan batas waktu pembayaran kepada konsumen sesuai dengan kemampuan konsumen untuk melunasi. Batas waktu yang diberikan mulai dari 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan.
Di pihak lain para konsumen umumnya lebih menyukai apabila perusahaan dapat memberikan kredit karena pembayarannya dapat ditunda. Dengan adanya penjualan secara kredit, maka akan timbul suatu piutang. Mengingat begitu pentingnya nilai dari piutang tersebut dalam aktivitas perusahaan, maka perusahaan dituntut untuk dapat menetapkan suatu perlakuan piutang, baik dari awal proses terjadinya piutang sampai proses penerimaan kas yang diberikan konsumen. Apabila
proses perlakuan tidak diperhatikan, maka akan mempengaruhi kelangsungan pelaporan piutang. Pentingnya pengakuan piutang jasa bagi perusahaan diantaranya adalah untuk mengetahui kapan terjadinya piutang jasa bagi perusahaan yang harus ditanggung oleh pelanggan yang bersangkutan.
Perlakuan akuntansi terhadap piutang jasa pada PT XYZ meliputi piutang penjualan yang merupakan salah satu pendapatan perusahaan. Selain perlakuan, hal yang penting adalah pencatatan piutang itu sendiri. Transaksi kredit minimal melibatkan dua pihak yaitu kreditur, pihak yang memberi jasa pengkreditan atau yang memperoleh piutang dan debitur sebagai pihak yang melakukan pembelian sehingga timbul utang.
Penjualan secara kredit mengandung resiko yang berupa kerugian yang harus diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi dikenal dengan berbagai nama, seperti kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih, dan biaya piutang ragu-ragu. Istilah yang biasanya digunakan adalah kerugian piutang. Metode yang digunakan untuk mencatat kerugian piutang adalah dengan menggunakan metode penghapusan langsung. Kerugian semacam itu dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang normal dan merupakan resiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik ingin mengambil judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Jasa Pada PT XYZ.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perhitungan piutang jasa pada PT XYZ.
b. Bagaimana perlakuan akuntansi piutang jasa pada PT XYZ.
c. Apakah perlakuan akuntansi piutang jasa telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
1.3 Batasan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini agar dapat mengarah pada tujuan yang telah ditentukan:
a. Batasan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data-data dari bagian keuangan, Credit Marketing Officer (CMO), Account Receivable Officer (ARO) pada PT XYZ dan bagian terkait lainnya pada periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009. Pada kegiatan ini penulis hanya menggunakan data-data yang berhubungan dengan piutang jasa serta dokumen Permohonan Pencairan Dana (PPD) untuk mengetahui perhitungan piutang.
b. Batasan Lapangan
Adapun batasan lapangan dari penelitian ini diperoleh dari bagian keuangan (finance), Credit Marketing Officer (CMO), Account Receivable Officer (ARO) pada PT XYZ.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan piutang jasa pada PT XYZ.
b. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi piutang jasa pada PT XYZ.
c. Untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi piutang jasa telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
1.5 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil yang bermanfaat, adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan demi meningkatkan kualitas dan mutu perusahaan di masa yang akan datang.
b. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang piutang jasa dan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh penulis selama di bangku kuliah.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai tambahan referensi serta informasi tambahan bagi peneliti lain untuk penelitian yang sejenis dimasa yang akan datang.
5
Berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan landasan teori atau konsep yang mendasari penyusunan penelitian ini seperti pengertian piutang, pencatatan piutang dan perhitungan piutang,
BAB III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan Berisi metodologi penelitian yang membahas objek penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis data. Sedangkan gambaran umum perusahaan membahas tentang latar belakang berdirinya perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan yang diteliti, dan struktur perusahaan.
BAB IV Pembahasan
Bab ini menguraikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah yang terdiri dari bagaimana perhitungan piutang jasa pada PT XYZ, bagaimana perlakuan akuntansi piutang jasa pada PT XYZ dan apakah perlakuan akuntansi piutang jasa
telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
BAB V Penutup
Berisi kesimpulan dari hasil yang akan dilakukan dan saran yang diperlukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penjualan Kredit
Menurut akuntansi, penjualan dikelompokkan menjadi dua, yaitu penjualan reguler (penjualan biasa) dan penjualan angsuran. Penjualan reguler terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit. Menurut Mulyadi (2001) penjualan secara tunai adalah barang atau jasa harus diserahkan oleh penjual kepada pembeli jika penjual telah menerima uang dari pembeli, sedangkan penjualan secara kredit adalah penjual akan memiliki piutang kepada pelanggannya jika order dari pembeli telah dipenuhi dengan penyerahan atau pengiriman barang atau jasa.
Menurut Yendrawati (2005) banyak orang yang menyamakan istilah antara penjualan kredit dan penjualan angsuran. Sebenarnya semua penjualan angsuran bisa dikatakan sebagai penjualan kredit. Dalam penjualan kredit membutuhkan waktu yang relatif lama untuk pelunasannya, maka ada kemungkinan pembeli tidak melunasi pembayarannya. Untuk menghindari hal tersebut, biasanya untuk melindungi penjual supaya tidak mengalami kerugian, maka saat membeli ada beberapa perjanjian antara lain :
a. Pada saat si pembeli membeli disertai dengan meninggalkan jaminan ke penjual.
b. Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, kalau pembayaran sudah lunas
2.2 Pengertian Piutang
Piutang timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada konsumen secara kredit. Menurut Jusup (2005) piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kapada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi.
Piutang dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli kepada perusahaan. Piutang dagang umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, oleh karena itu piutang dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancar.
Menurut Baridwan (2004), piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Yang termasuk dalam piutang ini hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang.
Menurut Sugiri dan Sumiyana (2005), piutang adalah tagihan kepada fihak lain yang pelunasannya akan diterima dalam bentuk kas.
2.3 Jenis-Jenis Piutang
Menurut Sugiri dan Sumiyana (2005) piutang dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Piutang Usaha yaitu piutang yang timbul karena penjualan sediaan barang dagangan atau penyerahan jasa dari kegiatan usaha normal.
b. Piutang Nonusaha atau piutang lain-lain yaitu piutang yang harus dilaporkan terpisah dari segala jenis tagihan tunai yang timbul dari transaksi di luar usaha normal. Misalnya piutang sewa, piutang deviden dan piutang bunga.
9
Berdasarkan jangka waktu pelunasannya, dapat di klasifikasikan menjadi (Sugiri dan Sumiyana, 2005):
a. Piutang lancar, piutang yang diharapkan pelunasannya dalam satu tahun atau satu siklus operasi normal.
b. Piutang tak lancar (jangka panjang) adalah piutang yang mempunyai saat jatuh tempo lebih dari satu tahun.
2.4 Catatan Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001) catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut piutang adalah :
a. Jurnal penjualan
Catatan ini digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
b. Jurnal retur penjualan
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi retur penjualan.
c. Jurnal umum
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penghapusan piutang yang tidak dapat ditagih.
d. Jurnal penerimaan kas
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi penerimaan kas dari debitur.
e. Kartu piutang
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat mutasi dan saldo piutang kepada setiap debitur.
2.5 Metode Pencatatan Piutang
Menurut Mulyadi (2001) pencatatan piutang dapat dilakukan dengan salah satu dari metode berikut ini:
1. Metode konvensional.
2. Metode posting langsung ke dalam kartu piutang atau pernyataan piutang.
Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi menjadi dua golongan berikut ini:
a) Metode posting harian:
Posting langsung ke dalam kartu piutang dengan tulisan tangan.
Dalam metode ini, faktur penjualan yang merupakan dasar untuk pencatatan timbulnya piutang di posting langsung setiap hari secara rinci ke dalam kartu piutang.
Posting langsung ke dalam kartu piutang dan pernyataan piutang.
Dalam metode ini, media di posting ke dalam pernyataan piutang dengan kartu piutang sebagai tembusannya atau tembusan lembar kedua berfungsi sebagai kartu piutang.
11
b) Metode posting periodik:
Posting ditunda.
Faktur penjualan yang diterima dari bagian penagihan, oleh bagian piutang disimpan sementara menunggu beberapa hari untuk nantinya secara sekaligus di posting ke dalam kartu piutang bersama-sama dalam sekali periode posting dengan menggunakan mesin pembukuan.
Penagihan bersiklus.
Dalam metode ini, selama sebulan media disortasi dan diarsipkan menurut nama pelanggan. Pada akhir bulan, dilakukan kegiatan posting yang meliputi: (1) posting media yang dikumpulkan selama sebulan tersebut ke dalam pernyataan piutang dan kartu piutang, (2) menghitung dan mencatat saldo setiap kartu piutang.
3. Metode pencatatan tanpa buku pembantu.
Faktur penjualan beserta dokumen pendukungnya yang diterima dari bagian penagihan, oleh bagian piutang diarsipkan menurut nama pelanggan dalam arsip faktur yang belum dibayar. Arsip faktur penjualan ini berfungsi sebagai catatan piutang.
4. Metode pencatatan dengan menggunakan komputer.
Metode pencatatan piutang dengan komputer menggunakan batch system. Dalam batch system ini, dokumen sumber yang mengubah piutang dikumpulkan dan sekalian di posting setiap hari untuk memutkhirkan catatan piutang. Dalam sistem
komputer dibentuk dua macam arsip: arsip transaksi (transaction file) dan arsip induk (master file).
2.6 Bukti Transaksi
Menurut Mulyadi (2001) dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu piutang adalah :
a. Faktur penjualan.
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
b. Bukti kas masuk.
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.
c. Memo kredit.
Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan retur penjualan. Dokumen ini dikeluarkan oleh bagian order penjualan dan jika dilampiri dengan laporan penerimaan barang yang dibuat oleh bagian penerimaaan, merupakan dokumen sumber untuk mencatat transaksi retur penjualan.
d. Bukti memorial (journal voucher).
Bukti memorial adalah dokumen sumber untuk dasar pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum. Dalam pencatatan piutang, dokkumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan penghapusan piutang. Dokumen ini dikeluarkan oleh fungsi kredit yang memberikan otorisasi penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih lagi.
13
2.7 Pengakuan Piutang
Salah satu hal yang terpenting dalam piutang adalah kapan suatu piutang diakui telah timbul dan dilaporkan. Piutang terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit. Para Akuntan mengakui terjadinya penjualan secara kredit adalah ketika barang atau jasa diserahkan kepada pelanggan dengan disertai adanya bukti-bukti yang pasti bahwa pelanggan telah benar-benar menerima atas barang atau jasa yang diinginkan sesuai dengan harga atau rumus penetapan harga yang telah disepakati bersama. Piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa biasanya harus juga diakui pada saat hak atas barang berpindah kepada pembeli.
Mengakui piutang yang timbul dari transaksi penjualan secara kredit pada saat barang diserahkan kepada pembeli merupakan praktik yang lazim. Pada saat itulah transaksi penjualan secara kredit dianggap terjadi.
Menurut Sugiri dan Sumiyana (2005), piutang dagang atau jasa diakui pada saat perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit kepada konsumen sebesar harga tunai barang atau jasa ketika penjualan terjadi. Sedangkan menurut Baridwan (2004), mengatakan bahwa piutang dagang atau piutang jasa menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
2.8 Penilaian Piutang
Menurut prinsip akuntansi, piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan sebesar nilai kas (neto) yang bisa direalisasi yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat diterima. Jumlah atau nilai kas bersih yang dapat diterima adalah jumlah piutang bruto setelah dikurangi dengan taksiran jumlah (nilai) piutang yang
tidak dapat diterima. Oleh karena itu penentuan nilai kas bersih yang diterima memerlukan penaksiran jumlah piutang yang tidak akan diterima ( Jusup, 2005).
2.9 Pencatatan Transaksi Piutang
Menurut Harnanto (2002) perusahaan yang menjual barang-barangnya secara kredit harus menanggung risiko bahwa tidak seluruh piutang dapat ditagih atau diterima pembayarannya. Jika piutang tak dapat ditagih, perusahaan mengalami suatu kerugian yang disebut kerugian piutang. Kerugian dalam akuntansi dikenal dengan berbagai nama seperti, kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih dan biaya piutang ragu-ragu. Pencatatan transaksi penjualan secara kredit dan penerimaan pembayaran dapat dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pencatatan transaksi penjualan secara kredit dan penerimaan kas
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Piutang Jasa/Usaha xxx
Sumber: Sugiri dan Sumiyana (2005)
15
2.10 Analisa Umur Piutang
Menurut Sugiri dan Sumiyana (2005) menaksir risiko kerugian piutang dapat dilakukan dengan menganalisis umur piutang. Analisis umur piutang membutuhkan penelusuran dengan seksama rekening-rekening pembantu piutang secara individual.
Saldo setiap rekening pembantu ditentukan umurnya, misalnya menunggak satu bulan atau kurang, menunggak antara satu dan dua bulan, dan seterusnya. Setelah itu kita menaksir berapa persen dari setiap golongan umur piutang yang tidak dapat ditagih.
2.11 Penghapusan Piutang
Piutang yang jelas-jelas tidak dapat ditagih karena debiturnya lari, meninggal, bangkrut atau sebab-sebab lain harus dihapuskan dari rekening piutang. Penghapusan piutang ini merupakan suatu kerugian, pencatatannya tidak dibebankan ke rekening kerugian piutang tetapi dibebankan ke rekening cadangan kerugian piutang, karena kerugian piutangnya sudah diakui pada akhir periode sebelumnya (Baridwan, 2004).
Jurnal penghapusan piutang adalah sebagai berikut:
Cadangan kerugian piutang xxx
Piutang xxx
Kadang-kadang piutang yang sudah dihapus dilunasi kembali. Penerimaan piutang yang sudah dihapuskan akan dikreditkan ke rekening cadangan kerugian piutang sebagai berikut:
Kas xxx
Cadangan kerugian piutang xxx
2.11.1 Cadangan Kerugian Piutang
Dalam metode cadangan setiap akhir periode dilakukan penaksiran jumlah kerugian piutang yang akan dibebankan ke periode yang bersangkutan. Ada dua dasar yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah kerugian piutang, yaitu (Baridwan, 2004):
a. Jumlah penjualan
Kerugian piutang dihitung dengan cara mengkalikan persentase tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut. Persentase kerugian piutang dihitung dari perbandingan piutang yang dihapus dengan jumlah penjualan tahun-tahun lalu kemudian disesuaikan dengan keadaan tahun yang bersangkutan. Kerugian piutang itu timbul karena adanya penjualan kredit.
b. Saldo piutang
Perhitungan kerugian piutang atas dasar piutang akhir periode dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang.
2. Cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang.
3. Jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang.
2.11.2 Metode Penghapusan Langsung
Baridwan (2004) metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan-perusahaan kecil atau perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan yang tidak dapat menaksir kerugian piutang dengan tepat. Pada akhir periode tidak ada taksiran kerugian piutang yang
17
dibebankan, tetapi kerugian piutang baru diakui pada waktu diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih. Bila jelas-jelas diketahui adanya piutang yang tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada rekening kerugian piutang. Penerimaan dari piutang yang sudah dihapus akan dikreditkan ke rekening kerugian piutang bila buku-buku belum ditutup. Tetapi bila penerimaan piutang yang sudah dihapus itu terjadi sesudah buku-buku ditutup maka akan dikreditkan ke rekening penerimaan piutang yang sudah ditutup.
Penggunaan metode penghapusan langsung tidak dapat menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih dalam neraca, karena neraca hanya menunjukkan jumlah piutang bruto. Perbandingan antara metode cadangan dan metode penghapusan langsung dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2
Jurnal pencatatan dengan metode cadangan dan metode penghapusan langsung Taksiran Metode cadangan Metode penghapusan langsung Kerugian piutang
2.12 Pendekatan Laporan Laba
Taksiran piutang tak tertagih menurut metode laporan laba mendasar pada penjualan selama satu periode pelaporan. Jumlah biaya piutang tak tertagih yanng dilaporkan di laporan laba adalah sebesar persentase tertentu dari penjualan selama satu periode. Adapun taksiran biayanya dapat didasarkan pada persentase rata-rata realisasi rugi periode-periode sebelumnya (Sugiri dan Sumiyana, 2005).
2.13 Pendekatan Neraca
Pada pendekatan neraca, taksiran piutang tak tertagih ditentukan dari saldo piutang akhir periode, misalnya dengan menganalisis umur piutang. Persentase taksiran tak tertagih dari piutang yang sudah menunggak relatif lebih lama tentu saja lebih besar. Metode neraca menekankan jumlah piutang bersih (tertagih) yang akan dilaporkan di neraca, sehingga biaya piutang tak tertagih memperhatikan saldo rekening cadangan sebelum penyesuaian (Sugiri dan Sumiyana, 2005).
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
3.1.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang penulis gunakan adalah objek yang berhubungan dengan hal yang akan dibahas dalam tugas akhir penulis, yaitu perlakuan piutang pada PT XYZ.
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi yang akan dilakukan oleh penulis adalah dalam bentuk pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode penelitian dengan cara melakukan komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden (Supomo, 1999).
Dengan menggunakan metode ini maka penulis dapat melakukan wawancara dengan bagian-bagian terkait yang dapat memberikan informasi yang menunjang dalam pelaksanaan penelitian.
c. Studi Pustaka
Untuk mendapatkan informasi, diperlukan referensi dari beberapa buku panduan untuk mendapatkan teori-teori akuntansi sebagai sumber informasi dalam menganalisis piutang.
3.1.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif.
Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data yang menggambarkan sifat tertentu yang terjadi pada saat penelitian dilakukan dengan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu (Umar, 2003).
3.2 Gambaran Umum
3.2.1 Latar Belakang Berdirinya PT XYZ
PT XYZ dibangun dengan kesungguhan tekad untuk menjadi perusahaan terbaik dan terpercaya di sektor pembiayaan konsumen bidang otomotif. PT XYZ yang didirikan sejak tahun 1990 telah menjadi salah satu perusahaan pembiyaan terbesar untuk berbagai merek otomotif di Indonesia berdasarkan pangsa pasar dan jumlah aktiva yang dikelola. Pada bulan Maret 2004, PT XYZ melakukan penawaran saham perdana yang diikuti dengan pengalihan 75,0% kepemilikan pemegang saham lama melalui penempatan terbatas ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank
21
Danamon), salah satu bank swasta nasional terbesar yang dimiliki oleh Grup Temasek dari Singapura. Dengan dukungan dari Bank Danamon, perusahaan terus mengembangkan usahanya dengan menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat menghasilkan nilai yang tinggi, baik bagi konsumen maupun pemegang saham.
Sejalan dengan kemampuan utama perusahaan dalam mengelola resiko pembiayaan secara retail, PT XYZ lebih berkonsentrasi kepada pembiayaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Dengan dukungan dana yang besar dari Bank Danamon serta profesionalisme dan dedikasi yang tinggi, perusahaan mampu membukukan pembiayaan baru sebesar Rp 8,5 triliun pada tahun 2006. Dari jumlah pembiayaan baru tersebut, 74,5% berasal dari sektor pembiayaan sepeda motor dan 25,0% berasal dari sektor pembiayaan mobil. Perusahaan membiayai sedikitnya 12,2% dari seluruh penjualan sepeda motor baru dan 3,9% dari seluruh penjualan mobil baru di Indonesia selama tahun 2006.
Tahun 2006 merupakan tahun yang penuh tantangan sebagai akibat dari kondisi ekomoni makro yang kurang menguntungkan. Namun PT XYZ mampu melewati tahun sulit tersebut dengan hasil yang memuaskan. Hasil tersebut dapat terwujud berkat kerjasama yang baik antar karyawan dan perhatian penuh perusahaan terhadap pengembangan sumber daya manusia. Untuk menghasilkan individu terbaik perusahaan telah menerapkan budaya perusahaannya melalui program pelatihan yang berkesinambungan yang menyentuh hati karyawan, mitra usaha dan komunitas secara umum. Keseluruhan upaya ini menghasilkan kebanggaan dan kecintaan terhadap perusahaan. Sementara itu, belajar dari pengalaman perusahaan dalam melewati tahun-tahun yang sulit, PT XYZ mulai melebarkan sayapnya dan mengembangkan
strategi yang tepat, yaitu mulai bergerak melayani konsumen yang hendak mengajukan pembiayaan atas kepemilikan sepeda motor atau mobil dan memperkokoh posisinya sebagai perusahaan pembiayaan yang membiayai berbagai merek otomotif. Strategi ini terbukti efektif seiring dengan terus berkembangnya industry otomotif terutama untuk sepeda motor, sehingga menjadikan PT XYZ sebagai salah satu pemain terbesar disektor pembiayaan konsumen otomotif tanpa harus terikat pada salah satu merek otomotif tertentu. Didukung dengan lebih dari
strategi yang tepat, yaitu mulai bergerak melayani konsumen yang hendak mengajukan pembiayaan atas kepemilikan sepeda motor atau mobil dan memperkokoh posisinya sebagai perusahaan pembiayaan yang membiayai berbagai merek otomotif. Strategi ini terbukti efektif seiring dengan terus berkembangnya industry otomotif terutama untuk sepeda motor, sehingga menjadikan PT XYZ sebagai salah satu pemain terbesar disektor pembiayaan konsumen otomotif tanpa harus terikat pada salah satu merek otomotif tertentu. Didukung dengan lebih dari