Saat ini, isu terkait lingkungan bukanlah isu baru lagi, akan tetapi secara perlahan terjadi perubahan yang mendasar dalam pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau tidak langsung telah memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup. Di era industrialisasi, di satu pihak menitikberatkan pada penggunaan teknologi secara efisien sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek lingkungan. Pencemaran lingkungan saat ini sudah mencapai pada tahap yang menghawatirkan (Aminah dan Noviani, 2018). Saat ini lingkungan semakin tercemari oleh aktivitas-aktivitas perusahaan yang hanya mencari keuntungan dan tidak mementingkan keadaan lingkungan. Namun pembangunan industri juga sebenarnya memiliki dampak positif dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan produktifitas ekonomi, dan dapat menjadi aset pembangunan nasional maupun daerah (Winarno, 2016).
Green accounting merupakan pos modern dari akuntansi sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Pada akuntansi lingkungan menunjukkan riil atas input dan proses bisnis, memastikan dalam mengukur biaya kualitas dan jasa mengidentifikasi performance industri dibidang pengelolaan lingkungan. Green accounting merupakan salah satu konsep kontemporer dalam akuntansi yang mendukung Gerakan hijau di perusahaan dengan mengenali, mengkuantifikasi mengukur dan menutup kontribusi lingkungan hidup terhadap proses bisnis (Fauzi dan Chandra, 2016).
Green accounting merupakan implementasi akuntansi biaya dalam melindungi lingkungan atau mensejahterakan lingkungan sekitar atau disebut dengan biaya lingkungan dalam kewajiban setiap perusahaan.
Implementasi green accounting di perusahaan dapat dijadikan daya pikat bagi konsumen. Konsumen bakal lebih mengambil dan mengonsumsi barang dagangan yang diproduksi oleh perusahaan yang menerapkan green accounting. Kemudian kondisi tersebut mampu menyumbang perkembangan yang baik bagi perseroan dalam memajukan penjualan dan bisa meningkatkan laba, kelangsungan hidup perusahaan, serta mengembangkan harga jual untuk para pemegang saham. (Zulhaimi, 2015) Oleh karena itu, banyak dampak dan berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi terhadap lingkungan akibat kegiatan perusahaan, diantaranya seperti pencemaran tanah, air, dan polusi udara merupakan dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas perusahaan yang hanya mencari laba, keuntungan (profit) setinggi-tinggi mungkin tanpa menghiraukan dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan di sekitar.
Seperti contoh kerusakan lingkungan yang diakibatkan semburan lumpur pertambangan gas PT Lapindo Brantas. Selain tanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan untuk mencapai keuntungan, perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan, tanggung jawab terhadap maupun secara tidak langsung.
Tanggung jawab perusahaan semakin luas, tidak hanya terbatas pada tanggungjawab ekonomik kepada investor dan kreditor, tetapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan (Abdullah, 2015). Perusahaan dituntut masyarakat untuk harus memperhatikan limbahnya agar
kelestarian lingkungan tetap terjaga. Semakin meningkatnya kesadaran manusia akan dampak kerusakan lingkungan yang akan memengaruhi keberlangsungan hidup di masa yang akan datang, sehingga tuntutan masyarakat jauh lebih besar. Karena pelestarian lingkungan di samping bermanfaat bagi lingkungan di sekitar juga bermanfaat bagi perusahaan secara jangka panjang (Dewi, 2016).
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Shad (38): 27-28, yang dimana surat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi, langit dan di antara keduanya dengan baik. Penciptaan alam semesta ini telah didesain sedemikian rupa agar manusia memanfaatkan dan menikmatinya secara maksimum. Hanya orang-orang yang kufur (mengingkari) nikmat Allah sajalah yang berburuk sangka terhadap apa yang diciptakan oleh Allah sehingga Allah marah dan menyumpah mereka masuk ke dalam neraka. Sementara mereka yang beriman dan beramal saleh atau orang-orang yang bertakwa akan diperlakukan secara berbeda dari mereka yang kufur. Yaitu, mereka akan masuk surga yang nyaman, sebagai bentuk ke-Mahaadilan Allah.
Pemanfaatan yang dilakukan oleh perusahan atau mereka yang berinteraksi dengan alam sering kali tidak dibarengi dengan usaha pelestarian. Perlakuan buruk dan keserakan manusia terhadap alam merupakan tindakan yang justru mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan yang kembali pada manusia itu sendiri. Kerusakan yang terjadi saat ini di darat dan di laut merupakan suatu kewajiban dan keharusan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin berkembang, banyak pabrik-pabrik dan perusahaan
didirikan untuk melakukan aktivitasnya yaitu memproduksi barang mentah atau barang setengah jadi maupun barang jadi. Dalam hal tersebut perusahaan melakukan aktivitasnya menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan perusahaan, dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut perusahaan pasti selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Selama ini, keberadaan perusahaan dianggap memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat pada umumnya.
Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, perusahaan juga berfungsi sebagai sarana penyedia lapangan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan. Perusahaan juga memiliki dampak bagi lingkungan berupa polusi udara, polusi suara, dan limbah produksi.
Akuntansi lingkungan adalah bidang yang mengidentifikasi penggunaan sumber daya, mengukur dan mengomunikasikan biaya perusahaan atau dampak ekonomi nasional pada lingkungan. Akuntansi sosial atau lingkungan diperlukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Karena akuntansi lingkungan merupakan alat vital untuk memahami peran yang dimainkan oleh lingkungan alam dalam perekonomian, dan secara tidak langsung lingkungan berpengaruh terhadap going concern.
Didirikannya suatu perusahaan bertujuan untuk bisa lebih baik di waktu yang akan datang, suatu perseroan mempunyai dependensi saat melakukan kegiatan produksinya. Kemudian tidak senantiasa sanggup saat memburu metamorphosis seluruh keadaan di pasar. Keberlangsungan suatu usaha (going concern) adalah keadaan perusahaan diperkirakan
akan berlanjut dalam jangka waktu yang panjang di masa depan. Seorang investor lebih tertarik dalam berinvestasi apabila perusahaan mendapatkan pernyataan going concern dari auditor. Going concern dapat memberikan kepercayaan kepada investor akan berinvestasi, untuk peningkatan keberlanjutan perusahaan khususnya dalam masalah dampak limbah, penggunaan material, dan biaya yang tidak efisien (Ginting & Tarihoran, 2017). Fakta permasalahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia menyebabkan perusahaan harus membuat suatu solusi untuk lingkungan bisnis untuk mempertahankan proses bisnisnya sehingga perusahaan di harapkkan dapat menerapkan strategi yang sesuai demi tercapainya Going Concern perusahaan serta Sustainable development.
Penelitian mengenai Green Accounting yang dilakukan oleh (Hamidi, 2019) dengan menggunakan Metode yang digunakan Deskriptif kualitatif menunjukkan bahwa perusahaan menggambarkan biaya lingkungan dengan kebijakan sendiri dan diungkapkan secara sukarela karena belum ada peraturan tertentu dari PSAK tentang pengungkapan biaya lingkungan dalam laporan keuangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maya, Mukhzardfa, & Diah, 2018) dengan teknik Sampel Jenuh Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan green accounting berpengaruh terhadap net profit margin perusahaan namun tidak signifikan.
Dan penerapan green accounting berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham perusahaan. Tujuan dari adanya green accounting sebenarnya untuk mengurangi biaya dampak lingkungan atau sociental cost sehingga perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tersebut jika
telah diantisipasi di awal produksi (Magablih, 2017). Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis bagaimana implementasi green accounting demi kelancaran usahanya pada perusahaan, yaitu di PT. Perkebunan Nusantara XIV.
PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Holding atau disingkat dengan PTPN XIV merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang pengelolaan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan serta peternakan. Untuk menjalankan seluruh usahanya PT. Perkebunan Nusantara XIV sangat berkaitan dengan lingkungan termasuk pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Demi kelancaran usahanya perusahaan harus memperhatikan lingkungannya.
Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI GREEN ACCOUNTING DALAM MENINGKATKAN KEBERLANGSUNGAN PERUSAHAAN PADA PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA XIV”.