• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wacana adalah unit linguistik berdasarkan kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa adalah aliran kata atau ucapan. Wacana dapat berupa lisan atau tertulis, transaksional atau interaktif. Berdasarkan fakta komunikasi verbal, tuturan dapat dilihat sebagai proses komunikasi antara penutur dan lawan tutur, sedangkan dalam komunikasi tertulis, wacana merupakan hasil pengungkapan pikiran orang yang bersangkutan. Studi wacana disebut analisis wacana. Analisis wacana adalah studi yang mengkaji atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alami, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang digunakan dalam banyaknya pengertian yang berbeda di berbagai bidang. Meskipun definisinya sangat bervariasi, istilah analisis wacana memiliki satu kesamaan, yaitu berkaitan dengan studi penggunaan bahasa. Terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Hikam & Kusumah (1999), yaitu pandangan kaum positivism-empirisme, konstruktivitisme, dan pandangan paradigma kritis. Analisis pada pandangan paradigma kritis disebut analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis atau CDA).

Analisis wacana kritis juga dikenal sebagai Critical Discourse Analysis (CDA) membantu untuk memahami bahasa yang digunakan. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan sesuatu atau menjalankan strategi kekuasaan,

ideologi, dan dominasi dalam konteks sosial dan politis. Analisis wacana kritis tidak semata memandang bahasa berdasarkan unsur-unsur kebahasaan seperti pada studi linguistik yang lebih sederhana tetapi juga menitikberatkan pada pemakaian bahasa sebagai bentuk dari penerapannya.

Berbagai macam model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh sejumlah ahli, tetapi model yang paling banyak digunakan, yaitu model yang dikembangkan oleh Van Dijk. Hal ini karena Van Dijk membentuk unsur-unsur wacana agar dapat digunakan dengan mudah. Oleh karena itu, penulis menggunakan model Teun A. Van Dijk dalam penelitian ini.

Model yang dikembangkan oleh Van Dijk dikenal sebagai "kognisi sosial"

(Eriyanto, 2011). Menurut Van Dijk (2011) dalam penelitian wacana, analisis teks saja tidak cukup. Karena teks hanyalah hasil dari praktik industri, dan hal tersebut juga harus diperhatikan (Eriyanto, 2011). Harus diperhatikan juga bagaimana teks dihasilkan. Produksi yang dijalankan tersebut melibatkan proses yang dikenal sebagai kognisi sosial.

Penggunaan olah wacana sering dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh banyak orang. Berbagai media yang digunakan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya dikemas dalam bentuk wacana, antara lain media sosial, blog, karya sastra, atau karya seni. Sebuah karya seni adalah sebuah karya cipta, tetapi hal yang dihasilkan oleh sebuah karya seni bukanlah sebuah objek belaka, melainkan membuahkan opini dari segala sesuatu yang terjadi.

Mulai dari seniman hingga masyarakat umum menyampaikan opini melalui karyanya, salah satunya lewat lakon.

Lakon merupakan bagian dari drama yang diusung dalam sebuah pegelaran pertunjukan tradisional masyarakat Jawa. Namun, pada saat ini lakon berkembang dan dimodernisasikan menjadi sebuah pertunjukan yang ditampilkan di berbagai daerah maupun dunia pertelevisian, salah satunya, yaitu lakon komedi televisi “Lapor Pak!”. Lakon komedi televisi “Lapor Pak!”

merupakan acara hiburan di salah satu siaran pertelevisian di Indonesia yang mengusung konsep komedi varietas. Acara komedi ini memiliki latar belakang kantor polisi, dengan mengangkat isu-isu terkini yang sedang terjadi di tengah masyarakat menggunakan konsep komedi masa kini yang membuat program ini digemari oleh masyarakat. Perkembangan dunia komedi di era digital, semakin menuntut pemain dalam acara ini memiliki karakter yang berwawasan luas untuk mengikuti perkembangan, dan bintang tamu yang dihadirkan pun mempunyai kualitas kecerdasan komedi sehingga dapat melengkapi program ini. Lapor Pak! terbagi menjadi empat segmen, yaitu segmen pembuka, interogasi, BAP, dan penutup. Segmen-segmen tersebut selalu berulang, tetapi tetap memberikan kenyamanan bagi pemain untuk bebas berekspresi dan mengeksplorasi bahan lawakan dari properti yang ada di dalam ruangan.

“Lapor Pak!” tidak hanya ditayangkan di Trans7, melainkan video tersebut diunggah di akun Youtube Trans7 agar dapat dinikmati dan ditonton ulang oleh masyarakat. Youtube adalah sebuah situs berbagi video yang memiliki berbagai fitur untuk pengguna, yaitu mengunggah, mengunduh, menonton, dan berbagi video. Youtube dapat diakses di perangkat elektronik mana saja dan kapan saja yang terkoneksi dengan internet, tetapi, video yang

diunduh dapat dinonton juga jika perangkat elektronik tidak terkoneksi ke internet. Video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” yang diunggah oleh pihak Trans7 mendapat antusias yang baik dari masyarakat. Masyarakat mendapatkan hiburan di tengah beratnya kehidupan. Jumlah yang menyukainya pun sangat banyak, bahkan setelah 2 jam pihak Trans7 mengunggah salah satu video bagian pada episode tanggal 11 Januari 2022 telah mendapat 1,4 ribu penyuka dengan 151 komentar positif oleh masyarakat. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bentuk wacana kritis pada lakon tersebut.

Melihat dari antusias dan banyaknya komentar positif di Youtube yang dilontarkan masyarakat mengenai lakon komedi televisi “Lapor Pak!” ini, membuat penulis tertarik untuk mengangkat lakon komedi televisi “Lapor Pak!”

sebagai objek pada penelitian ini.

Banyaknya penelitian yang telah menggunakan model Teun A. Van Dijk sebagai pisau bedah pada analisis wacana kritis, seperti penelitian yang dilakukan oleh Achmad Zuhri (2020), Silmi Alfaritsi, dkk. (2020), Vicky Walgunadi & Rahmawati (2021), Nurhamidah, dkk. (2020), dan Suci Arumaisa, dkk. (2020). Tetapi, perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumya terletak pada objek penelitian. Objek penelitian yang diteliti oleh Achmad Zuhri berupa akun Instagram @najwashihab dan @jrxsid. Silmi Alfaritsi, dkk. mengambil salah satu berita di detik.com sebagai objek penelitian. Suci Arumaisa, dkk. Menganalis film 5 Penjuru Masjid. Selanjutnya, Vicky dan Nurhamidah mengambil objek yang hampir sama, yaitu pementasan Stand Up Comedy, tetapi dengan orang yang berbeda. Selain menganalisis

mengenai analisis wacana kritis, Vicky & Rahmawati juga menganalisis tentang kritik sosial yang terdapat pada pementasan Stand Up Comedy tersebut. Tetapi, Nurhamidah, dkk. hanya menganalisis wacana kritis.

Berdasarkan lima penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan, dan dari berbagai penelitian yang telah penulis temukan dan tidak penulis paparkan, masih sedikit penelitian yang mengambil lakon komedi televisi “Lapor Pak!”

sebagai objek penelitian. Hal tersebut yang membuat penulis memilih lakon komedi televisi “Lapor Pak!” sebagai objek penelitian. Penelitian ini berisi tentang analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk pada lakon komedi televisi “Lapor Pak!”, karena pada lakon tersebut terdapat banyaknya opini dikemas dalam bentuk wacana mengenai isu-isu terkini yang dilontarkan oleh pemain dengan dibalut komedi. Dari penjelasan di atas, maka judul penelitian yang penulis ingin rumuskan, yaitu “Lakon Komedi Televisi “Lapor Pak!” di Trans7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk).”

Dokumen terkait