• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKON KOMEDI TELEVISI LAPOR PAK! DI TRANS7. (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAKON KOMEDI TELEVISI LAPOR PAK! DI TRANS7. (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

LAKON KOMEDI TELEVISI “LAPOR PAK!” DI TRANS7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

HAJARULHUDA DEWI ANJANI 10533 110 8718

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hajarulhuda Dewi Anjani NIM : 105331108718

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Lakon Komedi Televisi "Lapor Pak!" di Trans7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain tau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 01 Juni 2022 Yang Membuat Pernyataan

Hajarulhuda Dewi Anjani

(5)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hajarulhuda Dewi Anjani

Nim : 105331108718

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut.

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 01 Juni 2022 Yang Membuat Perjanjian

Hajarulhuda Dewi Anjani

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

Tak apa bersakit-sakit dahulu, karena kebahagiaan akan menunggu.

Tak apa merasa sakit untuk meraih pencapaian, daripada bersenang-senang untuk penyesalan.

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Orang tua, dosen, sahabat, teman-teman, pasangan, dan untuk seseorang yang selalu berjuang,

meski cobaan terus berdatangan.

Terima kasih, diriku.

(7)

ABSTRAK

Hajarulhuda Dewi Anjani. 2022. Lakon Komedi Televisi "Lapor Pak!" di Trans7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah, dan Pembimbing II Akram Budiman Yusuf. Lakon komedi “Lapor Pak!” merupakan acara hiburan di salah satu siaran pertelevisian di Indonesia yang mengusung konsep komedi varietas.

“Lapor Pak!” tidak hanya ditayangkan di Trans7, melainkan video tersebut diunggah di akun Youtube Trans7 agar dapat dinikmati dan ditonton ulang oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan analisis wacana pada lakon komedi “Lapor Pak!” yang memiliki tujuan untuk mengungkapkan wacana kritik sosial yang terdapat pada lakon tersebut menggunakan model Teun A. Van Dijk.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu teknik baca markah, teknik simak, dan teknik catat, Data pada penelitian ini, yaitu transkrip potongan 3 video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” yang diunggah di Youtube pada bulan Februari 2022 yang telah disegmentasi sesuai dengan kebutuhan data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lakon komedi “Lapor Pak!”

membahas mengenai kasus-kasus yang terjadi di tengah masyarakat yang disuguhkan dengan unsur komedi masa kini yang membuat program ini digemari oleh masyarakat. Kasus yang diangkat berasal dari peristiwa di dunia nyata baik pada berita di media televisi, surat kabar, maupun media sosial. Lapor Pak membawa rincian cerita secara langsung dengan sistematis, disisipkan segmen interogasi sebagai bentuk bincang-bincang kepada bintang tamu di luar dari kasus yang diangkat menyerupai talk show. Walaupun Lapor Pak membahas konflik yang sedang terjadi, bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh berbagai kalangan.

Karena, lakon komedi “Lapor Pak!” menggunakan bahasa yang informal maupun formal tergantung situasinya, tidak luput dari penggunaan bahasa gaul, dan mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing serta bahasa daerah pada beberapa percakapan antartokoh.

Kata Kunci: Lapor Pak, Lakon Komedi, Analisis Wacana Kritis

(8)

KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang patut diucapkan oleh peneliti selain puji syukur yang sebesar-besarnya hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan nikmat kesehatan, kesabaran, kekuatan serta ilmu pengetahuan kepada hamba-Nya. Atas perkenaanya sehingga peneliti dapat menyesaikan dan mempersembahkan proposal skripsi ini, bukti dari perjuangan yang Panjang dan jawaban atas do’a dan senantiasa mengalir dari orang-orang terkasih. Sholawat serta salam “Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad” juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Sang pejuang sejati yang telah membawa kita dari tidak tahu menjadi tahu.

Skripsi dengan judul “Lakon Komedi Televisi "Lapor Pak!" di Trans7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk”, sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ilmu Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa mulai dari awal hingga akhir proses pembuatan proposal skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan, hambatan dan cobaan yang selalu menyertai. Hanya dengan ketekunan, kerja cerdas, dan ikhlas sehingga membuat penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga dengan adanya berbagai bantuan baik berupa moril, dan materil dari berbagi pihak sehinggah mempermudah penyelesaiaan penulisan skripsi ini. Yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidik dengan sepenuh hati dalam buaian kasih sayang kepada penulis. Doa, restu, nasihat, dan petunjuk dari mereka merupakan dorongan moril yang efektif sehingga penulis bersemangat dan semakin termotivasi dalam proses penyelesaian penelitian ini.

(9)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr. Munirah, M.Pd.

selaku pembimbing 1 (satu) dan Akram Budiman Yusuf, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, yang telah memberikan fasilitas perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Serta para wakil Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ketua program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Prof. Dr.

Munirah, M.Pd. dan sekertaris Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia Dr.

Andi Paida, S.Pd., M.Pd. beserta seluruh staffnya. Dosen penasehat Akademik penulis selama 4 tahun dalam menapaki jenjang Pendidikan di bangku kuliah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Syekh Adiwijaya Latief, S.Pd., M.Pd.

Terima kasih penulis ucapkan juga kepada kedua orang tua yang membantu selama penulis menyusun skripsi, Ayahanda Jaelani, S.H. dan Ibunda Ana Chalifah, S.Pd. serta semua keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan cintanya dalam membesarkan, mendidik dan memberikan dukungan moril maupun materi yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

Para kakak-kakak, teman-teman, dan ketua LSP3 Matutu Sulawesi Selatan yang telah memberikan banyaknya pengalaman serta pengetahuan di bidang penelitian dan pendidikan yang sangat berharga untuk penulis. Sahabat, teman-

(10)

teman dari berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dengan ikhlas dalam hal yang berhubungan dengan penyelesaian studi penulis. Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang selalu menemani dalam senang maupun susah, menemani ke mana pun dan kapan pun, serta selalu mendukung dan menyemangati apapun yang terjadi.

Dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, 01 Juni 2022

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

KARTU KONTROL PEMBIMBING 1 ...

KARTU KONTROL PEMBIMBING 2 ...

SURAT PERNYATAAN ...

SURAT PERJANJIAN ...

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan ... 7

B. Landasan Teori ... 10

1. Wacana ... 10

2. Analisis Wacana ... 12

3. Analisis Wacana Kritis ... 13

(12)

4. Teori Pemikiran Teun A. Van Dijk ... 15

5. Lakon... 21

6. Lakon Komedi Televisi “Lapor Pak!” ... 24

C. Kerangka Pikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Definisi Istilah ... 28

C. Data dan Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

1. Struktur Teks ... 33

2. Kognisi Sosial ... 65

3. Konteks Sosial ... 67

B. Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN ...

RIWAYAT HIDUP ...

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Struktur Teks Menurut Dimensi Kerangka Teks ... 17 Tabel 2.2. Elemen Wacana Teun A. Van Dijk ... 17

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wacana adalah unit linguistik berdasarkan kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa adalah aliran kata atau ucapan. Wacana dapat berupa lisan atau tertulis, transaksional atau interaktif. Berdasarkan fakta komunikasi verbal, tuturan dapat dilihat sebagai proses komunikasi antara penutur dan lawan tutur, sedangkan dalam komunikasi tertulis, wacana merupakan hasil pengungkapan pikiran orang yang bersangkutan. Studi wacana disebut analisis wacana. Analisis wacana adalah studi yang mengkaji atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alami, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan.

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang digunakan dalam banyaknya pengertian yang berbeda di berbagai bidang. Meskipun definisinya sangat bervariasi, istilah analisis wacana memiliki satu kesamaan, yaitu berkaitan dengan studi penggunaan bahasa. Terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Hikam & Kusumah (1999), yaitu pandangan kaum positivism-empirisme, konstruktivitisme, dan pandangan paradigma kritis. Analisis pada pandangan paradigma kritis disebut analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis atau CDA).

Analisis wacana kritis juga dikenal sebagai Critical Discourse Analysis (CDA) membantu untuk memahami bahasa yang digunakan. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan sesuatu atau menjalankan strategi kekuasaan,

(15)

ideologi, dan dominasi dalam konteks sosial dan politis. Analisis wacana kritis tidak semata memandang bahasa berdasarkan unsur-unsur kebahasaan seperti pada studi linguistik yang lebih sederhana tetapi juga menitikberatkan pada pemakaian bahasa sebagai bentuk dari penerapannya.

Berbagai macam model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh sejumlah ahli, tetapi model yang paling banyak digunakan, yaitu model yang dikembangkan oleh Van Dijk. Hal ini karena Van Dijk membentuk unsur-unsur wacana agar dapat digunakan dengan mudah. Oleh karena itu, penulis menggunakan model Teun A. Van Dijk dalam penelitian ini.

Model yang dikembangkan oleh Van Dijk dikenal sebagai "kognisi sosial"

(Eriyanto, 2011). Menurut Van Dijk (2011) dalam penelitian wacana, analisis teks saja tidak cukup. Karena teks hanyalah hasil dari praktik industri, dan hal tersebut juga harus diperhatikan (Eriyanto, 2011). Harus diperhatikan juga bagaimana teks dihasilkan. Produksi yang dijalankan tersebut melibatkan proses yang dikenal sebagai kognisi sosial.

Penggunaan olah wacana sering dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh banyak orang. Berbagai media yang digunakan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya dikemas dalam bentuk wacana, antara lain media sosial, blog, karya sastra, atau karya seni. Sebuah karya seni adalah sebuah karya cipta, tetapi hal yang dihasilkan oleh sebuah karya seni bukanlah sebuah objek belaka, melainkan membuahkan opini dari segala sesuatu yang terjadi.

Mulai dari seniman hingga masyarakat umum menyampaikan opini melalui karyanya, salah satunya lewat lakon.

(16)

Lakon merupakan bagian dari drama yang diusung dalam sebuah pegelaran pertunjukan tradisional masyarakat Jawa. Namun, pada saat ini lakon berkembang dan dimodernisasikan menjadi sebuah pertunjukan yang ditampilkan di berbagai daerah maupun dunia pertelevisian, salah satunya, yaitu lakon komedi televisi “Lapor Pak!”. Lakon komedi televisi “Lapor Pak!”

merupakan acara hiburan di salah satu siaran pertelevisian di Indonesia yang mengusung konsep komedi varietas. Acara komedi ini memiliki latar belakang kantor polisi, dengan mengangkat isu-isu terkini yang sedang terjadi di tengah masyarakat menggunakan konsep komedi masa kini yang membuat program ini digemari oleh masyarakat. Perkembangan dunia komedi di era digital, semakin menuntut pemain dalam acara ini memiliki karakter yang berwawasan luas untuk mengikuti perkembangan, dan bintang tamu yang dihadirkan pun mempunyai kualitas kecerdasan komedi sehingga dapat melengkapi program ini. Lapor Pak! terbagi menjadi empat segmen, yaitu segmen pembuka, interogasi, BAP, dan penutup. Segmen-segmen tersebut selalu berulang, tetapi tetap memberikan kenyamanan bagi pemain untuk bebas berekspresi dan mengeksplorasi bahan lawakan dari properti yang ada di dalam ruangan.

“Lapor Pak!” tidak hanya ditayangkan di Trans7, melainkan video tersebut diunggah di akun Youtube Trans7 agar dapat dinikmati dan ditonton ulang oleh masyarakat. Youtube adalah sebuah situs berbagi video yang memiliki berbagai fitur untuk pengguna, yaitu mengunggah, mengunduh, menonton, dan berbagi video. Youtube dapat diakses di perangkat elektronik mana saja dan kapan saja yang terkoneksi dengan internet, tetapi, video yang

(17)

diunduh dapat dinonton juga jika perangkat elektronik tidak terkoneksi ke internet. Video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” yang diunggah oleh pihak Trans7 mendapat antusias yang baik dari masyarakat. Masyarakat mendapatkan hiburan di tengah beratnya kehidupan. Jumlah yang menyukainya pun sangat banyak, bahkan setelah 2 jam pihak Trans7 mengunggah salah satu video bagian pada episode tanggal 11 Januari 2022 telah mendapat 1,4 ribu penyuka dengan 151 komentar positif oleh masyarakat. Namun, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bentuk wacana kritis pada lakon tersebut.

Melihat dari antusias dan banyaknya komentar positif di Youtube yang dilontarkan masyarakat mengenai lakon komedi televisi “Lapor Pak!” ini, membuat penulis tertarik untuk mengangkat lakon komedi televisi “Lapor Pak!”

sebagai objek pada penelitian ini.

Banyaknya penelitian yang telah menggunakan model Teun A. Van Dijk sebagai pisau bedah pada analisis wacana kritis, seperti penelitian yang dilakukan oleh Achmad Zuhri (2020), Silmi Alfaritsi, dkk. (2020), Vicky Walgunadi & Rahmawati (2021), Nurhamidah, dkk. (2020), dan Suci Arumaisa, dkk. (2020). Tetapi, perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumya terletak pada objek penelitian. Objek penelitian yang diteliti oleh Achmad Zuhri berupa akun Instagram @najwashihab dan @jrxsid. Silmi Alfaritsi, dkk. mengambil salah satu berita di detik.com sebagai objek penelitian. Suci Arumaisa, dkk. Menganalis film 5 Penjuru Masjid. Selanjutnya, Vicky dan Nurhamidah mengambil objek yang hampir sama, yaitu pementasan Stand Up Comedy, tetapi dengan orang yang berbeda. Selain menganalisis

(18)

mengenai analisis wacana kritis, Vicky & Rahmawati juga menganalisis tentang kritik sosial yang terdapat pada pementasan Stand Up Comedy tersebut. Tetapi, Nurhamidah, dkk. hanya menganalisis wacana kritis.

Berdasarkan lima penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan, dan dari berbagai penelitian yang telah penulis temukan dan tidak penulis paparkan, masih sedikit penelitian yang mengambil lakon komedi televisi “Lapor Pak!”

sebagai objek penelitian. Hal tersebut yang membuat penulis memilih lakon komedi televisi “Lapor Pak!” sebagai objek penelitian. Penelitian ini berisi tentang analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk pada lakon komedi televisi “Lapor Pak!”, karena pada lakon tersebut terdapat banyaknya opini dikemas dalam bentuk wacana mengenai isu-isu terkini yang dilontarkan oleh pemain dengan dibalut komedi. Dari penjelasan di atas, maka judul penelitian yang penulis ingin rumuskan, yaitu “Lakon Komedi Televisi “Lapor Pak!” di Trans7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk).”

B. Rumusan Masalah

Melihat dari ulasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini, adalah bagaimana wujud wacana kritis yang terdapat pada lakon komedi televisi “Lapor Pak!” di Trans7 menurut teori Teun A. Van Dijk?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dirumuskan berdasarkan permasalahan di atas adalah untuk mendeskripsikan wacana kritis yang terdapat pada lakon komedi televisi “Lapor Pak!” di Trans7 menurut teori Teun A. Van Dijk

(19)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi, pengetahuan, dan pemahaman kepada masyarakat mengenai bentuk wacana kritis dengan menggunakan model Teun A. Van Dijk pada sebuah pertunjukan lakon.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendukung penguatan implementasi teori pada sebuah wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai bentuk wacana kritis dalam lakon komedi televisi “Lapor Pak!” di Trans7 dengan menggunakan model Teun A. Van Dijk.

b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai bibit pertimbangan dan referensi untuk menambah ide dan gagasan baru yang lebih kreatif dalam kapasitasnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pembanding dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya khususnya pada wacana kritis dalam lakon komedi televisi

“Lapor Pak!” di Trans7 dengan menggunakan model Teun A. Van Dijk.

(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Sebuah penelitian agar mempunyai orisinilitas perlu adanya tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Tinjauan terhadap hasil penelitian dan analisis sebelumnya ini akan dipaparkan yang berkaitan dengan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. Bagian ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan beserta mencari celah pembeda untuk penelitian yang akan penulis lakukan.

Vicky Walgunadi dan Rahmawati (2021) dengan judul Analisis Wacana Kritik Sosial dalam Stand Up Comedy Mamat Alkatiri. Hasil penelitiannya menyajikan dua tema kritik sosial, yaitu penyalahgunaan kekuasaan dan rasisme. Stand Up Comedy Mamat Alkatiri juga menyampaikan makna bahwa:

1) Jangan menilai seseorang dari wajahnya saja; 2) Tidak semua masyarakat di Papua seperti yang orang pikirkan; 3) Mengajak anak-anak Papua wujudkan mimpinya dengan karya.

Achmad Zuhri (2020) dengan judul Instagram, Pandemi, dan Peran Influencer (Analisis Wacana Kritis pada Postingan Akun Instagram

@najwashihab dan @jrxsid). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedua akun tersebut memiliki pandangan yang berbeda dalam memahami fenomena Covid-19. Menggunakan analisis teks, kognisi sosial dan konsep sosial yang dikemukakan oleh Teun Van Dijk, kedua akun ini juga memasukkan

(21)

kemampuan kognitif dalam postingannya. Argumen @najwashihab jauh lebih bisa diterima karena sesuai dengan narasi pemerintah, namun argumen @jrxsid lebih kontroversial karena sering berbeda dengan pemerintah. Komunikasi keduanya dilakukan dengan baik, tetapi akun @jrxsid jauh lebih aktif memberikan komentar daripada akun @najwashihab, karena menerima komentar provokatif dari followers-nya. Gaya bahasa yang digunakan oleh

@jrxsid menunjukkan sikap kritis terhadap kebijakan pro-WHO. Kesamaan lain antara kedua akun tersebut dapat ditemukan dalam tanggapannya terhadap kepedulian terhadap orang yang terkena dampak COVID-19. Kedua akun tersebut kreatif dan bertanggung jawab secara sosial untuk menyajikan konten dalam gaya visual yang menarik.

Silmi Alfaritsi, dkk. (2020) dengan judul Analisis Wacana Kritis Berita

‘Tentang Social Distance, Cara Pemerintah Cegah Penyebaran Virus Corona’

Di Detik.com. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembuatan teks topik

“Tentang Social Distance, Cara Pemerintah Cegah Penyebaran Virus Corona”

di detik.com memiliki topik yang cenderung mengunggulkan istilah social distance. Alur dan gaya berita dilakukan untuk mendukung tema. Ideologi yang terkandung dalam produksi teks tersebut merupakan alat pemerintah untuk membangun komunitas dalam upaya penanganan pandemi virus corona dan sebagai layanan publik untuk memberikan edukasi tentang virus corona.

Kemudian ada dampak terkait konteks pelaporan sosial. Kemungkinan dampak seperti pro dan kontra dari social distance, resesi ekonomi, perubahan perilaku

(22)

sosial yang drastis, perubahan sistem belajar mengajar di bidang pendidikan, dan terganggunya kegiatan upacara keagamaan.

Nurhamidah, dkk. (2020) dengan judul Analisis Wacana Kritis pada Stand Up Comedy Indonesia. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Abdur menggunakan retorika epideiktik sebagai satu kesatuan dalam struktur teks (joke map), terdiri dari 13 sub-goal, masing-masing terdiri dari 3 tahapan, yaitu:

premise, set-up dan punchline. Sementara itu, kognisi berupa 10 sindiran dan stereotype kerasnya orang Indonesia Timur ternyata sudah masuk ranah pengetahuan publik lewat tepuk tangan. Selain itu, konteks sosial-stereotype warga Indonesia Timur dikembangkan untuk menjelaskan latar belakang budaya dan upaya komika untuk mengurangi stereotype tersebut. Dengan demikian, penelitian ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penambahan repositori kebahasaan Stand Up Comedy terkait dengan aktivitas bahasa.

Suci Arumaisa, dkk. (2020) dengan judul Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk Film 5 Penjuru Masjid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, dalam analisis teks film ini, terdapat pesan dakwah bertemakan pentingnya memakmurkan masjid, menghormati amar ma’ruf nahi munkar, saling tolong-menolong. Kedua, kognisi sosial diperkuat oleh pengalaman pribadi penulis naskah. Ketiga, konteks sosial dalam film 5 penjuru masjid ini disesuaikan dengan fenomena yang ada dalam masyarakat muslim yang dikaji dan kemudian disebut sebagai anti klimaks dalam film produksi tersebut.

Metode AWK juga menemukan interpretasi dalam hal mendefinisikan wacana

(23)

tekstual sebagai proses komunikasi dan implikasi untuk film 5 Penjuru Masjid ditinjau dari aspek kognitif yang dapat diterapkan pada kehidupan manusia.

B. Landasan Teori 1. Wacana

Istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “ucapan atau tuturan”. Wacana dikaitkan dengan istilah discourse dalam bahasa Inggris dan le discours dalam bahasa Prancis. Kata ini berasal dari bahasa Yunani discursus yang bermakna “berlari ke sana ke mari” (Sudaryat, 2009).

Wacana adalah unit yang lebih besar dari atau sama dengan kalimat, terdiri dari urutan yang membentuk pesan, dengan awal dan akhir. Hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Carlson (2012) bahwa wacana adalah rangkaian kata yang berkesinambungan. Kridalaksana (2013) mendefinisikan wacana sebagai unit bahasa yang paling lengkap; dalam hierarki tata bahasa adalah unit gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini dibuat dalam bentuk karangan lengkap (novel, buku seri ensiklopedia, dll), paragraf, kalimat, atau kata-kata yang menyampaikan pesan lengkap.

Menurut Alwi, dkk. (2019) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya dalam kesatuan makna. Sejalan dengan Alwi, Deese (1960) mendefinisikan wacana sebagai seperangkat preposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

(24)

Menurut Maingueneau & Angermuller (2007) terdapat delapan ciri penting dalam sebuah wacana, yakni unit kalimat, arah, bentuk tindakan, interaktivitas, kontekstualitas, dukungan topik, pengaturan norma, dan partisipasi dalam interdiskursus. Menurut ciri pertama yang dikemukakan Mengeno, wacana dapat diketahui sebagai satuan bahasa tertinggi terletak pada tataran yang lebih tinggi dari kalimat. Setiap teks yang mengandung makna, teks tersebut dapat dikatakan sebagai wacana. Walaupun wacana adalah satuan bahasa terbesar, wacana tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata yang sangat panjang. Wacana pun dapat muncul sebagai kalimat tunggal, seperti peribahasa atau kalimat larangan seperti “jangan merokok”.

Meskipun kalimat larangan itu tidak panjang, tetapi memiliki pesan atau makna yang jelas.

Bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi disebut wacana (Eriyanto, 2011). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bahasa, salah satunya adalah faktor politik yang dapat mengubahnya menjadi wacana politik. Ilmuwan politik memandang wacana sebagai strategi politik untuk menggunakan bahasa karena bahasa merupakan aspek utama dalam menjelaskan suatu subjek. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan gagasan, dan bahasa memungkinkan seseorang menyerap gagasan dari suatu objek (Eriyanto, 2011). Adapun, Coupland, dkk. (1991) berpendapat bahwa bahasa dapat menentukan konteks dan bukan sebaliknya. Jadi, dengan bantuan bahasa yang digunakan (bagaimana kata-kata dipilih dan

(25)

diungkapkan), seseorang dapat mempengaruhi orang lain (menunjukkan kekuatannya).

Berdasarkan berbagai opini tentang pengertian wacana yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan salah satu bentuk tindakan komunikatif interaktif yang dapat dikerjakan baik secara lisan maupun tulisan. Sebuah wacana melibatkan dua pihak, pengirim dan penerima pesan. Wacana adalah unit bahasa paling tinggi yang lebih besar atau di atas kalimat. Sebuah wacana dapat diwujudkan dalam bentuk kalimat yang panjang, tetapi dapat juga sangat pendek dalam bentuk kalimat kalimat sederhana yang masuk akal dan sesuai konteks. Wacana sangat erat kaitannya dengan konteks di sekitarnya.

2. Analisis Wacana

Istilah analisis wacana pertama kali diperkenalkan dalam linguistik oleh Bargiela & Harris (1997) yang mengawali pencarian terhadap kaidah- kaidah bahasa yang akan menjelaskan bagaimana kalimat-kalimat dalam suatu teks dihubungkan oleh semacam tata bahasa yang diperluas.

Kaitannya dengan linguistik, analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat atau klausa.

Analisis wacana dapat terbatas pada penggambaran bentuk-bentuk bahasa yang relevan dengan tujuan atau fungsi yang dimaksudkan penggunaannya dalam urusan manusia (Brown & Yule, 1996). Menurut Badudu (2003), wacana adalah rangkaian kalimat yang saling berhubungan,

(26)

menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, terbentuk makna yang serasi di antara kalimat- kalimat tersebut. Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis wacana dalam penelitian ini merupakan kajian terhadap berbagai simbol bahasa yang ditulis oleh penulis teks dan ditafsirkan dalam banyak cara.

Hikam & Kusumah (1999) menyatakan ada tiga perspektif tentang bahasa dalam analisis wacana. Perspektif pertama dinyatakan sebagai positivism-empirisme. Menurutnya, analisis wacana ini menggambarkan tuturan, bahasa, dan pemahaman bahasa. Perspektif kedua adalah konstruktivisme, yang memandang analisis wacana sebagai analisis untuk mengungkap maksud dan makna tertentu. Perspektif ketiga, yang dikenal sebagai paradigma kritis, menekankan pada kekuatan yang terjadi dalam produksi dan reproduksi makna, dan bahasa dipahami sebagai ekspresi yang berperan dalam pembentukan tema, topik pembicaraan tertentu, serta strategi-strategi di dalamnya. Berdasarkan pandangan ini, wacana menganggap bahasa selalu berpartisipasi dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan dalam berbagai tindakan perwakilan masyarakat. Analisis dari perspektif ini disebut analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis atau CDA).

3. Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis (AWK) atau Critical Discourse Analysis (CDA) merupakan salah satu metodologi dalam kajian ilmu-ilmu sosial dan

(27)

budaya. Analisis wacana kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang harus dipakai serta topik yang akan dibicarakan (Eriyanto, 2011). Analisis ini tidak sekadar mengkaji bahasa, walaupun dalam analisisnya tetap menggunakan bahasa dalam teks tetapi juga dihubungkan dengan konteks.

Menurut Darma (2009) analisis wacana kritis adalah upaya atau proses analisis untuk memastikan kejelasan suatu teks (realitas sosial) yang diinginkan atau dipelajari untuk tujuan tertentu guna memperoleh apa yang diinginkan oleh individu atau kelompok dominan. . Analisis wacana kritis mengkaji upaya kekuatan sosial, dominasi, dan kepentingan yang relevan dengan konteks sosial dan politik serta direproduksi dan dipertahankan melalui diskusi yang ditargetkan. AWK digunakan untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara wacana dan perkembangan sosial di bidang sosial (Jorgensen & Phillips, 2010). Analisis wacana kritis bersifat

“kritis”, yaitu mengungkap peran praktik kewacanaan dalam aspirasi untuk menjaga perdamaian sosial.

Menurut Haryatmoko (2017), AWK bertujuan untuk sebagai berikut.

a. Menganalisis praktik wacana yang memperlihatkan atau mengonstruksi masalah sosial.

b. Selidiki bagaimana ideologi tidak digunakan dalam bahasa dan temukan cara untuk membebaskan ideologi yang mengikat bahasa atau ucapan.

(28)

c. Menambah kesadaran akan ketidakadilan, diskriminasi, prasangka, dan bentuk penyalahgunaan kekuasaan lainnya.

d. Membantu menemukan solusi untuk masalah pada perubahan sosial..

AWK dibagi menjadi enam prinsip menurut Fairclough, Van Dijk, dan Wodak (Haryatmoko, 2017). Pertama, teks dan konteks; kedua, kebururutan dan intertekstualitas; ketiga, konstruksi dan strategi; keempat, peran kognisi sosial; kelima, aturan penggunaan kategori-kategori penganalisis; dan keenam, interdiskursivitas.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis wacana kritis didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mengungkapkan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang memberikan pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan mengikuti struktur makna sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat diketahui. AWK tidak hanya dianggap sebagai kajian bahasa, sekalipun bahasa dalam teks merupakan subjek analisis, hasil analisisnya juga kontekstual serta bertujuan untuk memperoleh gambaran aspek kebahasaan, pergerakan, sejarah, kekuasaan dan ideologi. Sebelum melakukan kajian empiris tentang hubungan wacana dan perkembangan budaya di berbagai bidang, dalam penelitian ini beberapa model analisis wacana kritis dapat dijadikan sebagai pisau bedah.

4. Teori Pemikiran Teun A. Van Dijk

Berbagai model analisis wacana telah dikemukakan oleh para ahli.

Model analisis Teun A. Van Dijk adalah salah satu model yang umum

(29)

digunakan. Model yang digunakan Teun A. Van Dijk sering disebut

"kognisi sosial". Istilah ini diambil dari pendekatan psikososial, yang terpenting adalah deskripsinya tentang struktur dan proses pembentukan teks. Menurut Van Dijk (2011), studi wacana yang hanya didasarkan pada analisis teks saja tidak cukup. Teks hanyalah hasil praktik produksi dan harus dicermati (Eriyanto, 2011). Harus diperhatikan juga bagaimana teks dihasilkan. Proses produksi mencakup peristiwa yang dikenal sebagai kognisi sosial. Struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial merupakan elemen integral dari konsep Van Dijk.

Melalui berbagai karyanya, Van Dijk (2011) membuat kerangka analisis wacana yang bisa digunakan, melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung, Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan:

a. Struktur makroadalah keseluruhan atau makna lokal dari sebuah teks yang dapat dimengerti dengan memandang pokok permasalahan dari sebuah teks tersebut. Subjek wacana ini tidak hanya isi, melainkan juga beberapa aspek dari suatu kejadian.

b. Superstruktur adalah kerangka teks, cara ketika struktur dan unsur-unsur wacana disusun dalam teks secara keseluruhan.

c. Stuktur mikro adalah makna wacana dengan cara dapat menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang digunakan, dll.

Struktur atau unsur-unsur wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk diuraikan sebagai berikut:

(30)

Tabel 2.1. Struktur Teks Menurut Dimensi Kerangka Teks Analisis oleh Teun A. Van Dijk

Struktur Makro

Makna umum dari teks dapat diamati dalam subjek/topik yang diangkat oleh suatu teks

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, konflik, dan penyelesaian (akhir)

Struktur Mikro

Makna lokal teks dapat dilihat dari pemilihan kata, kalimat, dan gaya bahasa yang digunakan dalam teks tersebut

Tabel 2.2. Elemen Wacana Teun A. Van Dijk Struktur

Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro

Tematik

(Apa yang diungkapkan?) Topik Superstruktur Skematik

(Bagaimana opini terstruktur?) Skema

Struktur Mikro

Semantik

(Menekankan makna yang terdapat dalam sebuah teks)

Sintaksis

(Bagaimana pendapat diutarakan)

Stilistik

(Pemilihan kata yang digunakan)

Detail

Kata ganti

Leksikon

(31)

Retoris

(Apa fokusnya dan bagaimana) Ekspresi.

Sumber: Dikutip dari Eriyanto (2011) Menurut perspektif Van Dijk (2011), keseluruhan bentuk teks dapat dianalisis dengan memakai unsur-unsur tersebut. Walaupun tersusun dari unsur-unsur yang berbeda, namun semua unsur yang membentuk suatu kesatuan tersebut saling berhubungan dan saling mendukung. Agar mendapatkan gambaran awal tentang unsur-unsur struktur wacana, dapat dilihat dari penjelasan berikut.

a. Tematik

Van Dijk mendefinisikan struktur makro berisi topik dalam sebuah wacana. Berdasarkan topik ini, seseorang dapat melihat kejadian dan tindakan yang dilakukan komunikator untuk menyelesaikannya. Hal yang dapat diamati dalam struktur makro sebuah wacana menurut Van Dijk, yaitu tindakan, keputusan, atau opini. Struktur makro menampilkan gambaran tentang langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah.

b. Skematik

Jika topik mengungkapkan makna umum wacana, maka struktur skematik menampilkan bentuk umum teks. Bentuk umum tersebut terdiri dari berbagai kategori atau bagian umum, seperti pendahuluan, konflik, dan penyelesaian (akhir).

(32)

c. Semantik

Semantik tergolong makna lokal, yaitu makna yang berasal dari hubungan antarkalimat, hubungan antara posisi-posisi yang merupakan suatu makna khusus dalam konstruksi sebuah teks. Makna eksplisit dan makna implisit merupakan salah satu bentuk analisis wacana yang berfokus pada dimensi teks. Bentuk lain dari strategi semantik adalah detail wacana, elemen detail wacana yang melibatkan pengendalian informasi yang ditampilkan oleh komunikator.

d. Sintaksis

Sintaksis adalah bagian dari linguistik yang berhubungan dengan kompleksitas ujaran seperti frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis memiliki bagian yang menjelaskan kata ganti yang merupakan bagian dari trik bahasa untuk membuat koleksi ilusi (Eriyanto, 2011). Elemen lain kata ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif.

e. Stilistik

Stilistik adalah cara yang digunakan seseorang penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.

Memahami kosakata atau pilihan kata untuk menunjukkan kata mana yang digunakan sebagai ungkapan ide atau gagasan.

f. Retoris

Strategi dalam level retoris adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Strategi retoris juga muncul dalam

(33)

bentuk interaksi, yaitu bagaimana pembicaraan menempatkan atau memposisikan dirinya diantara khalayak. Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks.

Menurut perspektif Van Dijk, analisis wacana tidak terbatas pada struktur teks, yang mewakili atau menunjukkan berbagai makna, pendapat, dan ideologi. Makna tersembunyi dari sebuah teks dapat dipelajari dengan membutuhkan analisis kognisi dan konteks sosial. Hal ini karena semua teks pada dasarnya dihasilkan oleh persepsi, pengetahuan, atau peristiwa (Eriyanto, 2011).

Kognisi sosial adalah asumsi yang dibangun dan dipakai untuk memvisualisasikan suatu kejadian. Analisis kognisi memberikan visual yang lengkap dari teks serta ekspresi dan strategi yang dipakai untuk menghasilkan teks. Skema membantu seseorang untuk memahami dan mengerti sebuah peristiwa. Van Dijk menyatakan skema ini sebagai model.

Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang mencakup cara seseorang memandang manusia, peran sosial, dan peristiwa (Eriyanto, 2011).

Berdasarkan beberapa elemen, salah satu elemen terpenting selain model dalam proses kognisi sosial adalah memori. Memori memungkinkan seseorang untuk berpikir tentang objek dan mendapatkan pengetahuan yang diinginkan. Misalnya, seseorang dapat memahami pesan dan mengkategorikannya. Setiap memori yang berisi pemasukan dan

(34)

menyimpan pesan masa kini serta masa lalu yang terus-menerus digunakan seseorang saat melihat realita (Eriyanto, 2011).

Analisis dari Van Dijk mengenai analisis sosial. Wacana merupakan bagian dari wacana yang berkembang di masyarakat. Jika meneliti suatu teks perlu dilakukan adanya suatu analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut Van Dijk (2011) dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin penting adalah kekuasaan (power) dan akses (access).

5. Lakon

Kata lakon yang sama halnya dengan istilah ‘ngalalakon-boga’

(dalam, bahasa Sunda), atau ‘lelakon’ [dalam, bahasa jawa artinya memalakukan, melakoni peran atau memerankan tokoh cerita dengan bekata-kata (verbal) atau tanpa berkata-kata (non verbal) di atas pentas.

Satoto (1985) menemukan bahwa kata lakon sebenarnya bersumber dari bahasa Jawa, sehingga menghasilkan akhiran -an sebagai akibat dari pembentukan kata laku. Sarumpaet (dalam Satoto, 1985) mendefinisikan lakon sebagai cerita yang ditulis dan disiapkan untuk pertunjukan oleh beberapa pemain di atas panggung.

Lakon adalah cerita yang ditulis dan dipentaskan oleh beberapa aktor untuk digelarkan (Sarwanto, 2008). Berdasarkan pertunjukan teater, pengertian teater adalah hasil kerja sama masyarakat, seniman dan/atau sastrawan, yang disajikan dalam bentuk naskah lakon, baik tertulis maupun tidak tertulis (Kemdikbud, 2018).

(35)

Menurut Satoto (1985), unsur-unsur struktur lakon dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Tema (theme) adalah gagasan, ide, atau pemikiran pokok dari suatu karya sastra, baik yang bersifat umum maupun tidak (Satoto, 1985). Dikatakan pula bahwa tema merupakan jiwa dari sebuah karya sastra yang meresapi semua unsurnya (Endraswara, 2003). Sebelum membahas unsur lain, diperlukan untuk mendefinisikan tema terlebih dahulu. Hal ini karena suatu tema selalu berhubungan langsung dengan unsur lain. (2) Alur (plot) adalah rangkaian peristiwa untuk mencapai efek tertentu dalam sebuah karya sastra (Satoto, 1985). Jadi, alur merupakan susunan kejadian lakon yang terjadi di atas panggung. (3) Satoto (1985) menunjukkan bahwa penokohan adalah proses akting seorang tokoh yang memerankan seorang tokoh dalam sebuah lakon. Penokohan melibatkan penempatan dan penggambaran karakter dalam sebuah cerita untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tokoh dan karakter kepada pembaca. (4) Latar merupakan tempat, waktu, dan situasi sosial ketika seseorang melakukan dan mengalami suatu peristiwa (Nurgiyantoro, 2018). Latar atau setting dalam sebuah lakon tidak sama dengan sebuah adegan, yang merupakan penggambaran sebuah latar (setting).

a. Jenis-Jenis Lakon

Lakon didasarkan pada peristiwa di atas panggung. Adegan adalah bagian dari suatu babak dalam seni yang telah diatur dan ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan, atau musik. Oleh karena itu, satu babak dapat memiliki lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri

(36)

adalah kumpulan beberapa adegan yang diwakili oleh perubahan latar suatu peristiwa (tempat, waktu, dan kejadian). Tergantung pada jumlah babaknya, lakon dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Kemdikbud, 2018):

1) Lakon pendek, yaitu lakon satu babak yang berlangsung sekitar 45- 60 menit, dan lakon yang terdiri dari beberapa peristiwa di panggung.

2) Lakon panjang, adalah pertunjukan skala besar yang terdiri dari 3-5 babak dengan beberapa adegan yang berdurasi 90-120 menit.

b. Bentuk-Bentuk Lakon

Bentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya memiliki satu kesatuan, yaitu lakon tragedi, komedi, tragedi komedi, dan melodrama. Berikut deskripsi dari berbagai bentuk lakon (Kemdikbud, 2018).

1) Lakon tragedi, yang biasanya mengandung unsur cerita perjuangan, memiliki pola penceritaan kemenangan dan kegagalan serta ciri-ciri lain yang dialami oleh protagonis dalam ritme yang tragis.

Contohnya seperti; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung Lautan Api, dll.

2) Lakon komedi yang pola naratifnya sering diulang-ulang untuk membuat orang lain tertawa, menghibur orang lain, penuh dengan ironi (sindiran), dan berakhir dengan protagonis utama mengalami kebahagiaan atau tragedi karena tindakannya. Contohnya seperti; Si

(37)

Kabayan, Karnadi Bandar Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino, dll.

3) Lakon tragedi komedi, peran utama akan mengalami dan membuat orang lain tertawa, berakhir tragis seperti mengalami kesakitan atau kematian. Misalnya; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat Peci, Robin Hood, dll.

4) Lakon melodrama, biasanya membawa cerita akhir yang bahagia atau happy ending, seperti kisah tentang keluarga, percintaan, atau kisah dua kekasih yang berjuang untuk menjalin cinta. Contohnya terdapat pada lakon; Romi dan Juli, Gita Cinta dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dll.

6. Lakon Komedi Televisi “Lapor Pak!”

Lapor Pak! adalah acara komedi yang tayang di Trans7 mulai tanggal 22 Februari 2021. Beragam ide komedi, Lapor Pak! dikemas melalui sketsa dan pertunjukan wicara berlatar kantor polisi itu menciptakan komedi tentang kasus kriminal, masalah saat ini, dan gosip artis untuk membuat penonton tertawa.

Lakon ini menampilkan pemain utama, yaitu Andre Taulany, Andhika Pratama, dan Wendy Cagur sebagai penyidik kepolisian, Kiki Saputri sebagai polwan, Ayu Ting Ting sebagai petugas kebersihan, serta Gilang Gombloh berperan sebagai tahanan. Surya Insomnia dan Hesti Purwadinata juga menjadi tamu tetap lakon ini, mereka tampil secara rutin, meski tidak sering di semua episode. Masing-masing memerankan seorang

(38)

polisi lalu lintas dan seorang polisi wanita yang juga asisten Andre. Pemain tambahan bernama Dadan juga sesekali muncul sebagai petugas polisi investigasi yang membantu pekerjaan pasukan Andre. Lakon ini juga mengundang bintang tamu untuk memainkan berbagai peran.

Selain itu, elemen yang dapat menjadi daya tarik sehingga menimbulkan kelucuan pada lakon ini adalah karakter dari para pemain.

Seperti Andre yang merupakan komedian senior dengan lelucon ala senior dan kepribadiannya yang menonjol membantu suasana menjadi lucu.

Berikutnya adalah Wendy, yang tidak diragukan bakat kreatifnya dalam komedi dan cocok dengan siapa saja. Andika tidak hanya hadir sebagai pemanis, tetapi juga memberikan adegan seru hingga gombalan yang terkadang di luar nalar. Kiki dengan karakter genit tetapi lucu. Ayu Ting Ting dengan karakter blak-blakan dan sering kali tingkah pemalunya menjadi alasan penonton tertawa.

Lapor Pak! terbagi menjadi empat segmen, yaitu segmen pembuka, interogasi, BAP, dan penutup. Walaupun segmen-segmen ini selalu berulang, namun selama ini format segmen yang ada sepertinya sudah diatur sedemikian rupa untuk memungkinkan pemain bebas berekspresi dan mengeksplorasi lelucon di properti ruangan yang ada. Segmen khusus seperti BAP dan ruang interogasi merupakan hal yang istimewa dan unik.

Melalui BAP, Lapor Pak! ini menunjukkan proses pelaporan dari lembaga serupa dan dapat digunakan untuk mendidik tentang suatu masalah dan memperkenalkan bintang tamu. Sementara itu, Ruang Interogasi telah

(39)

membungkus suasana interogasi yang tegang menjadi sesi tanya jawab agar sesuai dengan tren ala podcast, disertai dengan beberapa komedi tentunya.

(Sabilurrosyad, 2021).

C. Kerangka Pikir

Wacana merupakan sebuah bentuk tindakan komunikasi interaktif yang dapat dilakukan baik secara lisan atau tertulis. Analisis wacana kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang harus dipakai serta topik yang akan dibicarakan. Analisis wacana kritis telah dikembangkan oleh beberapa ahli dengan teorinya masing-masing. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. Analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk dikaji melalui tiga aspek, yaitu struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Kemudian, struktur teks terbagi menjadi tiga bagian, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Ketiga aspek itu akan digunakan untuk menganalisis lakon komedi televisi “Lapor Pak!” di Trans7.

Lakon komedi televisi "Lapor Pak" merupakan acara hiburan televisi yang memiliki pola isi pertunjukan menyindir kejadian yang sedang banyak dibincangkan oleh masyarakat umum. Acara ini merupakan salah satu acara yang sangat digemari oleh berbagai kalangan. Mengetahui bentuk wacana yang disampaikan berbalut komedi pada pertunjukannya, maka penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. Data tersebut berupa frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam transkrip video lakon

(40)

komedi televisi “Lapor Pak!” yang diunggah di Youtube. Berikut bagan kerangka pikir untuk memperjelas alur penelitian ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Lakon Komedi Televisi “Lapor Pak!”

Konteks Sosial Struktur teks

Analisis

Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk

Kognisi Sosial Analisis Wacana Kritis

Wacana

Sruktur Makro

Super- struktur

Sruktur Mikro

Hasil/Temuan

(41)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu studi tentang memahami fenomena yang dialami oleh seluruh subjek penelitian dan menjelaskannya dalam bentuk frasa atau pun secara bahasa, yang berdasarkan pada bentuk metode ilmiah dalam konteks yang alami dan konkret (Moleong, 2021). Pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

B. Definisi Istilah

Sebelum adaya kesalahpahaman dalam penelitian ini, diperlukan penafsiran untuk menyoroti istilah-istilah tertentu yang terkait dengan Lakon Komedi Televisi “Lapor Pak!” di Trans7 (Kajian Wacana Kritis Model Teun A.

Van Dijk). Istilah pada penelitian ini akan didefinisikan sebagai berikut.

1. Wacana adalah suatu bentuk komunikasi dua arah yang dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis..

2. Lakon adalah cerita yang disiapkan dan ditulis dengan memberi bumbu dramatis untuk dimainkan oleh banyak pemain.

3. Analisis wacana kritis adalah tindakan analisis untuk memberikan kejelasan suatu teks (realitas sosial) dan sebuah studi dengan tujuan tertentu untuk mencapai apa yang diinginkan individu atau kelompok dominan, serta apa yang diinginkan penulis.

(42)

4. Teks diartikan sebagai isyarat komunikasi yang digunakan dalam interaksi komunikasi.

5. Kognisi sosial merupakan kesadaran mental individu sebagai penghasil teks yang akan membentuk teks. Analisis kognisi memberikan gambaran yang kompleks dari teks serta ekspresi dan strategi yang digunakan untuk menghasilkan teks..

6. Konteks sosial adalah melihat konteks atau latar belakang pembentukan teks. Berarti, hal itu juga ada hubungannya dengan kondisi situasional yang terjadi saat menulis atau ketika sebuah teks dibuat. Mempelajari perkembangan wacana di masyarakat tentang suatu masalah.

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan karena adanya data berupa transkrip potongan 3 video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” pada bulan Februari 2022 yang telah disegmentasi sesuai dengan kebutuhan data berupa frasa, klausa, dan kalimat.

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah video pementasan lakon komedi televisi “Lapor Pak!” di Trans7 yang diunggah di Youtube.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara pengumpulan data yang sifatnya ilmiah dapat digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan. Sehingga,

(43)

berdasarkan hal tersebut teknik baca markah, teknik simak, dan teknik catat adalah teknik yang sesuai digunakan dalam proses pengumpulan data.

1. Teknik Baca Markah

Teknik baca markah merupakan teknik untuk menganalisis data dengan membaca penanda dalam suatu sumber data. Transkrip dari video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” dibaca kemudian menandai bagian transkrip tersebut yang mengandung unsur wacana kritis model Teun A.

Van Dijk.

2. Teknik Simak

Teknik simak adalah penyampaian data yang dilakukan dengan mendengarkan data tentang pemakaian bahasa. Selaras dengan pengertian tersebut, teknik simak pada penelitian ini, yaitu menyimak penggunaan bahasa pada video dan transkrip lakon komedi televisi “Lapor Pak!” yang diunggah di Youtube agar penulis dapat mengetahui bagian mana yang mengandung unsur wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

3. Teknik Catat

Teknik ini dilakukan dengan mencatat transkrip dari potongan video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” yang telah disegmentasi sesuai dengan kebutuhan data berupa frasa, klausa, dan kalimat. Kemudian dikaji dengan menggunakan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan setelah pengumpulan data.

Penyelesaian data yang dibuat dalam korpus data disusun sesuai dengan

(44)

kepentingan penelitian. Proses dalam menganalisis data yang bersifat kualitatif bersifat interaktif yang artinya mengaitkan dengan pendekatan penelitian yang akan dianalisis secara lengkap (Miles & Huberman, 1994).

Tahapan-tahapan yang dikerjakan dalam proses analisis data terbagi atas beberapa bentuk, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Tahap ini penulis menggunakan metode pengumpulan data yang telah ditetapkan sebelumnya untuk melakukan proses mengumpulkan data temuan. Tahapan ini antara lain menggunakan teknik baca markah, teknik simak, dan teknik catat. Penulis mengumpulkan transkrip video lakon komedi televisi “Lapor Pak!”.

2. Mereduksi Data

Tahapan reduksi data atau juga disebut dengan penyusutan/pengecilan data adalah tahapan berikutnya. Tahap ini yang dilakukan adalah menganalisis data setelah melakukan pengumpulan.

Teknik meringkas harus disesuaikan dengan faktor-faktor utama dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Penulis mengambil data berupa transkrip video lakon komedi “Lapor Pak!” yang diunggah di Youtube kemudian mendeskripsikan struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial menurut Teun A. Van Dijk. Hal tersebut dilakukan berdasarkan tujuan penelitian.

(45)

3. Menyajikan Data

Data yang disajikan merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan proses reduksi data. Pengumpulan informasi yang terstruktur memungkinkan penulis untuk membuat simpulan dan melakukan proses selanjutnya. Bentuk sajian data pada tahap ini terbagi atas beberapa hal yang dimulai dari teks, matriks, grafik, dan tabel. Akan tetapi, temuan yang akan didapat pada penelitian ini, kebanyakan berupa data yang dikaitkan dengan bentuk penyajian deskriptif dengan memaparkan bagian transkrip video lakon komedi “Lapor Pak!” yang termasuk dalam analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk.

4. Penarikan Kesimpulan

Tahapan terakhir ini adalah menarik kesimpulan dari data yang ditemukan. Setelah melakukan reduksi data pada semua temuan selanjutnya, dijelaskan secara spesifik guna memudahkan pemahaman penulis dan juga para pembaca. Data yang akan dijelaskan secara detail ini merupakan hasil dari tahap analisis pengumpulan data.

(46)

33 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan wacana kritik sosial yang terdapat pada lakon komedi “Lapor Pak!” menggunakan model Teun A.

Van Dijk. Data pada penelitian ini berisi transkrip potongan 3 video lakon komedi televisi “Lapor Pak!” yang diunggah di Youtube pada bulan Februari 2022 yang telah disegmentasi sesuai dengan kebutuhan data. Analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk terdiri dari tiga aspek, yaitu struktur teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Berikut merupakan hasil penelitiannya.

1. Struktur Teks

Analisis teks dalam lakon komedi “Lapor Pak!” di Trans7 yang diunggah di Youtube difokuskan pada struktur teks dan wacana yang digunakan untuk menjelaskan suatu tema tertentu. Adapun, penguraian analisis teks menggunakan tiga tingkatan, yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.

a. Arief Didu Ditangkap, Tasya Audit Kantor Lapor Pak! (01/02/22) 1) Struktur Makro

Struktur makro merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya dari isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.

(47)

Data 001

Ayu : (menelepon Dika) Pak Dika, ini lucu banget dah tadi masa ada penjarah datang ke warung, tapi dia katanya mau balik lagi gara-gara minyaknya kosong. Masa ada penjarahan begitu pak Dika mending pak Dika ke mari dah, tangkap dah sekalian orangnya kocak banget ini... (02:28)

Data 001 berisi adegan pembuka pada episode tanggal 01 Februari 2022, sehingga data di atas dapat digolongkan menjadi struktur makro. Karena, struktur makro berisi tema atau topik dalam sebuah cerita, seperti yang diketahui, adegan pembuka biasanya identik dengan topik yang akan dibahas. Oleh sebab itu, penulis mengkategorikan data di atas sebagai struktur makro. Struktur makro pada data di atas menceritakan peristiwa adanya oknum yang menjarah minyak goreng. Hal ini dapat dilihat pada dialog ayu yang sedang menelepon Dika untuk segara datang dan menangkap oknum tersebut.

Data 002

Andre : Karena ada orang audit mau ke sini. Kalo sampai dia data kantor kita ini terlalu boros, nanti jadi jelek kantor kita.

(12:37)

Data 002 dapat digolongkan menjadi struktur makro, karena data di atas berisi tema atau topik dalam lakon ini. Lakon komedi “Lapor Pak!” tidak hanya memainkan satu topik saja, melainkan terdapat dua topik dalam satu episode. Oleh sebab itu, penulis mengkategorikan data di atas sebagai struktur makro yang kedua.

Struktur makro pada data di atas menceritakan peristiwa komandan Andre memberitahukan bahwa akan datang auditor ke kantor

(48)

mereka untuk menilai kantor Lapor Pak. Hal ini dapat dilihat pada data di atas, “Karena ada orang audit mau ke sini. Kalo sampai dia data kantor kita ini terlalu boros, nanti jadi jelek kantor kita.”

2) Superstruktur

Superstruktur adalah kerangka dari suatu teks, yang berarti struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

Superstruktur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, konflik, dan penyelesaian (akhir).

a) Pendahuluan Data 003

Arief : Eh gimana nih, gua butuh banget minyak goreng. Ntar sore saya ke mari lagi? Jaminannya ape ntar sore ade minyaknye? (01:45)

Data 003 dapat dikategorikan sebagai pendahuluan pada konflik pertama. Karena, dapat didasarkan pada penggambaran awal dari munculnya suatu masalah yang akan dibahas. Awal muncul suatu masalah pada konflik pertama, yang menceritakan tentang Arief yang berperan sebagai oknum yang sangat membutuhkan minyak goreng, tetapi, minyak goreng tersebut habis. Berdasarkan data di atas, dapat dijadikan sebagai awal konflik yang akan dimainkan pada segmen selanjutnya. Hal ini sejalan dengan bagian awal dari suatu cerita yang memperkenalkan masalah yang akan terjadi.

(49)

Data 004

Kiky : Tapi ini komandan bener-bener kelewatan deh, masa kita harus 5 menit sekali matikan lampu? Parah banget.

(07:30)

Data 004 dapat dikategorikan sebagai pendahuluan pada konflik kedua. Karena, dapat didasarkan pada penggambaran awal dari munculnya suatu masalah yang akan dibahas. Awal muncul suatu masalah pada konflik kedua, yang menceritakan tentang perilaku komandan Andre yang mematikan lampu setiap 5 menit sekali. Perilaku tersebut mencerminkan bahwa komandan Andre sangat memperhatikan anggaran di kantor Lapor Pak. Tetapi, Kiky tidak setuju dengan perilaku komandan Andre. Berdasarkan data di atas, dapat dijadikan sebagai awal konflik yang akan dimainkan pada segmen selanjutnya. Hal ini sejalan dengan bagian awal dari suatu cerita yang memperkenalkan masalah yang akan terjadi.

b) Konflik Data 005

Dika : (berjalan ke luar warung) Oh ini premannya ternyata yang malak-malak.

Arief : Ini siapanya?

Dika : (memukul dinding warung) Waahh, berani-beraninya lu malak minyak di sini lu (berdiri di samping Arief).

Arief : (berbalik ke Dika) Bapak yang harusnya nganterin minyak goreng, mana minyak saya?

Dika : Bukan, saya polisi (menunjukkan identitas). (05:05) Data 005 dapat dikategorikan sebagai konflik pertama.

Adegan tersebut dimainkan di segmen awal pertunjukan, dan pada episode ini terdapat dua konflik yang dimainkan. Konflik

(50)

merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita, isi dari data di atas pun berisi pertentangan antara Dika yang berperan sebagai polisi dengan Arief yang berperan sebagai preman yang memalak minyak goreng. Hal ini dapat dilihat pada potongan data 005 di atas yang diutarakan oleh Dika, “(berjalan ke luar warung) Oh ini premannya ternyata yang malak-malak.” Oleh sebab itu, penulis mengkategorikan data di atas sebagai konflik pertama.

Data 006

Andre : Jadi kita ini lagi dipantau, Andika. Karena pusat itu sepertinya melihat kantor Lapor Pak ini terlalu boros.

(12:28)

Data 006 menggambarkan konflik kedua. Adegan tersebut dimainkan di segmen pertengahan pertunjukan setelah konflik pertama telah selesai. Konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita, isi dari data di atas pun berisi ketegangan di kantor Lapor Pak dikarenakan kantor tersebut sedang dipantau oleh kantor pusat mengenai penggunaan anggaran. Hal itu dapat dilihat pada data 006 di atas yang diutarakan oleh komandan Andre, “Jadi kita ini lagi dipantau, Andika. Karena pusat itu sepertinya melihat kantor Lapor Pak ini terlalu boros.” Oleh sebab itu, penulis mengkategorikan data di atas sebagai konflik kedua.

(51)

c) Penyelesaia (Akhir) Data 007

Dika : Oh iya komandan ini ada preman yang meresahkan, tadi saya kerjasama sama Dita detektif yang waktu itu sempat datang ke kantor dan Ayu meringkus dia. Tapi sebenarnya yang meringkus bukan kami berdua, tapi Ayu komandan! (13:54)

Data di atas menggambarkan penyelesaian konflik pertama, penyelesaian konflik tersebut dimainkan di menit pertengahan pertunjukan. Konflik dapat diselesaikan dengan berbagai cara, salah satunya seperti data 007. Arief yang berperan sebagai preman ditangkap oleh Dika, Dita, dan Ayu karena meresahkan warga sekitar dan ia dibawa ke kantor Lapor Pak. Data di atas termasuk penyelesaian konflik karena berisi akhir dari peristiwa itu dimainkan. Oleh sebab itu, penulis mengkategorikan data di atas sebagai penyelesaian konflik pertama.

Data 008

Andre : Rekan-rekan, semuanya saya ingin menyampaikan bahwa mbak Tasya tadi sudah pulang, jadi nanti hasil dari auditnya akan dikirimkan ke kita. Semoga hasilnya bagus. (37:33)

Berdasarkan data di atas, menggambarkan penyelesaian konflik kedua. Penyelesaian konflik tersebut dimainkan di menit akhir pertunjukan. Konflik dapat diselesaikan dengan berbagai cara, salah satunya seperti data di atas. Pekerjaan Tasya yang berperan sebagai auditor telah selesai untuk memeriksa kantor Lapor Pak. Hasil dari pemeriksaan itu akan dikirimkan ke kantor. Hal ini dapat dilihat pada data 008 yang diungkapkan

(52)

oleh komandan Andre, “Rekan-rekan, semuanya saya ingin menyampaikan bahwa mbak Tasya tadi sudah pulang, jadi nanti hasil dari auditnya akan dikirimkan ke kita. Semoga hasilnya bagus.” Data tersebut termasuk penyelesaian konflik karena berisi akhir dari peristiwa itu dimainkan. Oleh sebab itu, penulis mengkategorikan data 008 sebagai penyelesaian konflik kedua.

3) Struktur Mikro

Stuktur mikro merupakan makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.

a) Semantik

Analisis wacana banyak memusatkan perhatian pada dimensi teks seperti makna yang eksplisit ataupun implisit.

Bentuk lain dari strategi semantik adalah detail dari suatu wacana, elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator.

Data 009

Ayu : (melihat Tasya) Iya Bu Tasya pak komandan tuh gak pernah jajan, dia tuh gak pernah jajan. Kalo misal kue datang bawaan dari orang baru dia ngambil, gitu.

Dika : Tadi aja kita lagi makan siang, Hesty bawa rujak, yang habisin komandaaan. (18:46)

Dilihat dari data di atas, data 009 dapat digolongkan menjadi semantik. Wacana detail yang diuatarakan oleh Ayu dan Dika menampilkan karakter dari komandan Andre yang dikenal sangat hemat. Informasi yang mereka sampaikan termasuk

(53)

berlebihan untuk menguntungkan kantor Lapor Pak dalam proses pemeriksaan oleh Tasya yang berperan sebagai auditor.

Hal ini dapat dilihat pada potongan data yang diucapkan oleh Ayu, “(melihat Tasya) Iya Bu Tasya pak komandan tuh gak pernah jajan, dia tuh gak pernah jajan. Kalo misal kue datang bawaan dari orang baru dia ngambil, gitu.” Sehingga, dapat diketahui bahwa data 009 termasuk semantik karena menggambarkan karakter komandan Andre mengenai anggaran secara detail.

b) Sintaksis

Sintaksis memiliki bagian yang menjelaskan mengenai kata ganti yang merupakan bagian untuk tipu daya bahasa dengan menghasilkan suatu kumpulan ilusif (Eriyanto, 2011). Elemen lain kata ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif.

Data 010

Arief : Yang gue cari minyak goreng bukan minyak kosong!

(01:24) Data 011

Ayu : Ya udah jaminannya aye deh boleh abang nikahi aye kalo gak ada minyak gorengnya. (01:49)

Data 012

Dika : Iya aku sengaja tadi di motor ngerem-rem mendadak terus, soalnya kan aku sayang kamu juga mendadak.

(08:24) Data 013

Andre : ...saya ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

(10:24)

(54)

Berdasarkan data 010-013, merupakan data yang terdapat kata ganti orang pertama tunggal, yaitu kata gue, aye, aku, dan saya. Kata gue dan aye sebagai kata ganti orang pertama tunggal digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta atau pun yang memiliki darah betawi, kata saya digunakan dalam ragam resmi maupun biasa, sedangkan kata aku digunakan dalam ragam akrab.

Data 014

Dika : Kalo hati kamu kosong gak? (02:55) Data 015

Gilang : Ini yang tadi kan lu tangkap bu Ayu. (33:49)

Data 014 dan 015 merupakan data yang mengandung kata ganti orang kedua, yaitu kata kamu dan lu. Menurut KBBI (2016), kata kamu memiliki arti seseorang yang diajak berbicara dalam ragam akrab atau kasar, sedangkan kata lu sebagai kata ganti orang kedua digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta atau pun yang memiliki darah Betawi.

Data 016

Andre: Karena ada orang audit mau ke sini. Kalo sampai dia data kantor kita ini terlalu boros, nanti jadi jelek kantor kita. (12:37) Data 016 mengandung kata ganti orang pertama jamak, yaitu kata kita. Kata kita merupakan pronomina berbicara dengan orang lain termasuk orang yang diajak bicara. Maksud kata kita yang diucapkan oleh komandan Andre pada data 016, yaitu semua aparat kepolisian yang bekerja di kantor Lapor Pak. Jika

Referensi

Dokumen terkait

Uji pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada sample limbah Pabrik Tahu X dari effluent (pipa sebelum air limbah masuk ke badan air penerima) saluran

SPSS yang telah dilakukan di atas, diperoleh nilai sig 0.001, nilai tersebut < 0.050, maka dapat disimpulkan bahwa Produk berpengaruh signifikan terhadap

The Application Of The English Past Tenses Knowledge To Recount Texts Of Writing I Students Of The English Education Study Program of Widya Mandala Catholic

[r]

Melakukan stress testing terhadap perubahan modal inti (tier1) yang baru dibanding modal inti (tier1) awal akibat penurunan harga emas pada lag 1 bulan, 2 bulan dan 3

Raya Cikreteg Km 3.5 Desa Pancawati... Niaga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada remaja di Desa Widarasari mengenai pengelolaan pendidikan karakter bagi remaja melalui pendekatan nilai- nilai

Kondisi Model 2 pada tabel 3 menunjukkan bahwa swasembada beras dapat dicapai apabila disertai dengan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas padi dan kebijakan sawah