• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Giadiolla Septi P (2017) tentang pengembangan modul pembelajaran IPA

“Tumbuhan Di Sekitarku” menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan mendiskripsikan bagaimana kualitas modul pembelajaran IPA “Tumbuhan Di Sekitarku” menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengembangan modul tersebut yaitu:

(1) Analisis kebutuhan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan hasil bahwa siswa kelas III A masih kurang memiliki sikap sadar dan peduli lingkungan terutama pada keberadaan tumbuhan disekitarnya; (2) Hasil analisis kebutuhan yang dapat dijasikan dasar dalam pengembangan desain yang berdasar pada pendekatan Pedagogi Reflektif (RPP); (3) Proses implementasi dilakukan dua kali di SD N Jetis 1 Yogyakarta dengan melibatkan siswa kelas III A pada pertemuan pertama berjumlah 26 dan kedua berjumlah 23; (4) Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari modul yang dikembangkan oleh

29

peneliti; (5) Modul yang masih memiliki kekurangan dilakukan perbaikan sebagai bentuk penyempurnaan modul agar kualitasnya menjadi sangat baik.

Rena Christiani (2017), tentang pengembangan modul pembelajaran IPA

“Aku Cinta Lingkunganku” untuk siswa kelas III SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif. Tujuan penelitian ini untuk menerangkan proses dan mendiskripsikan kualitas modul pembelajaran IPA

“Aku Cinta Lingkunganku” untuk siswa kelas III SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil dari penelitian ini adalah penilaian dari validator yang ahli dalam bidang kurikulum sebesar 80 sedangkan penilaian dari guru IPA sekolah dasar 83. Kualitas modul pembelajaran juga dilihat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat melakukan kegiatan implementasi yang telah memenuhi 8 kriteria dari 16 kriteria materi menurut Tomlinson (2005).

Erlita Nugrahaningtyas (2018), tentang pengembangan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran pola hidup sehat untuk anak kelas I SD.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas pengembangan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran pola hidup sehat untuk anak kelas I SD. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil dari penelitian ini adalah skor rata – rata yang didapat dari dosen ahli yaitu 3,81 dengan kategori “Baik”. Penilaian guru kelas satu mendapat skor rata – rata yaitu 4,62 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil uji coba produk yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 6 siswa mendapatkan skor rata – rata

30

4,55 kategori “Sangat Baik”. Hasil akhir kualitas buku cerita bergambar adalah 4,38 kategori “sangat baik” didapat dari rata – rata validasi dan rata – rata uji coba produk.

Zikrina Istighfatoh ( 2014 ) tentang pelaksanaan pembelajaran Experiential Learning di pendidikan dasar sekolah alam anak prima Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalahmendeskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Experiental Learning di Pendidikan Dasar Sekolah Alam (PDSA) Anak Prima Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa poin. Pada tahap pengalaman konkret masing-masing pendidik memiliki cara yang berbeda, namun tujuannya sama yaitu menceritakan dan menggali pengalaman siswa. Pada tahap observasi refleksi, pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan observasi langsung pada objek pembelajaran kemudian melakukan refleksi bersama. Pada tahap konseptualisasi dilakukan dengan cararole playing, laporan individu maupun diskusi. Pada tahap penerapan atau pengalaman aktif dilaksanakan dengan cara yang berbeda yaitu memberikan pengarahan atau melakukan observasi dengan materi yang berbeda,namun proses yang sama.

Hanya pada persiapan pelaksanaan pembelajaran belum semua pendidik di PDSA Anak Prima memahami dan melakukan persiapan pembelajaran dengan baik.

Pada proses evaluasimodel pembelajaran Experiental Learning di PDSA Anak Prima dilakukan dengantiga cara yaitu student advisor atau uji diagnostik, tes kemampuan siswadan evaluasi pendidik. Dari hasil evaluasi yang dilakukan PDSA Anak Prima, hasil belajar siswa memenuhi KKM. Output dari

31

pembelajaran Experiental Learning siswa menjadi lebih aktif, mandiri, kreatif, dan bertanggungjawab.

Citra Apriovilita H (2017) meneliti tentang Penerapan model Experiential Learning untuk peningkatkan pemahaman materi cahaya dan sifat – sifatnya siswa kelas V SD. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran Cahaya dan Sifat – sifatnya dan dapat meningkatkan pemahaman belajar sains melalui model pembelajaran Experiential Learning.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan juga kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah pemahaman belajar IPA melalui pembelajaran dengan model Experiential Learning ini mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 adalah 57,8% berpredikat cukup, dam persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus 2 adalah 78,9% berpredikat baik.

Deka Praditya ( 2020 ) meneliti peningkatan pengetahuan dan sensitivitas siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta terhadap lingkungan menggunakan model pembelajaran Experiential Learning. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui peningkatan pengetahuan siswa kelas IV SD terhadap lingkungan dan sensitivitas siswa kelas IV SD terhadap lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan setelah mendapat tindakan dengan model pembelajaran Experiential Learning pada siswa kelas IV SD. Nilai rata-rata setelah dikenai tindakan siklus I yaitu 78,2 dengan ketuntasan klasikal 84% dan mengalami

32

peningkatan setelah dikenai tindakan siklus II menjadi 79,6 dengan ketuntasan klasikal 100% kondisi yang sama juga terjadi pada variabel sensitivitas siswa yang mengalami peningkatan, dengan presentase siswa yang termasuk dalam kategori minimal cukup sensitif pada siklus I sebesar 85% dan meningkat pada siklus II menjadi 100% dengan siswa yang memiliki kaegori minimal cukup sensitif. Dengan demikian, penerapan model pembelajaranExperiential Learningyang mengacu pada muatan pelajaran IPA tema 4 dapat meningkatkan pengetahuan dan sensitivitas siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta terhadap lingkungan.

33 Literatur Map

Experiential Learning R & D

Giadiolla Septi P (2017) Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Tumbuhan

Di Sekitarku” Menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi

Reflektif Untuk Siswa Kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

Rena Christiani (2017), Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Aku Cinta

Lingkunganku” Untuk Siswa Kelas III SD Kanisius Demangan

Baru 1 Menggunakan

Zikrina Istighfatoh ( 2014 ) Pelaksanaan Pembelajaran

Sifat – Sifatnya Siswa Kelas V SD

Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning

Siswa Kelas IV SD Secara Daring

Deka Praditya (2020) Peningkatan Pengetahuan Siswa

Kelas IV SD Terhadap Lingkungan dan Sensitivitas Siswa Kelas IV SD Terhadap

Lingkungan Menggunakan Model Pembelajaran Experiential Learning

34 2.3 Kerangka Berpikir

Pengalaman observasi pembelajaran di kelas IV B, memotivasi peneliti untuk lebih memperhatikan sikap siswa terhadap kondisi lingkungan hingga selesai kegiatan PLP pada sebuah SD di Yogyakarta. Materi yang diajarkan ketika peneliti meakukan observasi adalah mengenai Makhluk Hidup dan Upaya Pelesariannya. Materi yang diajarkan masih dalam batasan lingkungan yang mengacu dari buku dan belum mengajak siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Peneliti mengambil kesimpulan apabila setelah pembelajaran, siswa akan melupakan apa yang diajarkan di dalam kelas karena guru belum mengajak siswa untuk bereksplorasi lingkungan yang akan menyadarkan siswa tentang pentingnya makhluk hidup bagi kehidupan dan keseimbangan lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud adalah sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini, baik berupa benda hidup maupun benda mati. Lingkungan sangat berperan dalam kehidupan karena lingkungan memiliki pengaruh yang besar dan memiliki manfaat. Kurangnya perhatian siswa terhadap lingkungan akan menghambat terciptanya lingkungan yang nyaman, asri, dan memiliki udara sejuk. Apabila kepedulian siswa terhadap lingkungan tidak tertanam dalam diri, kondisi lingkungan sekolah pun tidak akan terjaga dan tidak akan terlihat menarik.

Lingkungan sekolah yang hijau sangat menarik bagi siswa dan warga sekolah karena dapat menciptakan suasana yang indah dan bersih.

35

Oleh karena itu guru harus meningkatkan kepedulian dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan hijau di sekola maupun di lingkungan tempat tinggal.

Untuk menumbuhkan kepedulian dan sensitivitas siswa di sekolah dapat menggunakan salah satu cara yaitu dengan menggunakan model Experiential Learning . Melalui model ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kepedulian dan sensitivitas terhadap lingkungan hijau di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.

Melalui model Experiential Learning ini dimungkinkan mampu menjadi solusi untuk meningkatkan kepedulian dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan pada siswa kelas IV SD. Dengan model Experiential Learning ini diharapkan mampu menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, yaitu siswa mengalami secara langsung apa yang telah siswa pelajari melalui pengalaman sebelumnya.

Melalui model ini siswa tidak hanya belajar tentang konsep suatu materi, akan tetapi siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam diri siswa tersebut. Guru kelas IV dan Kepala Sekolah mengharapkan sebuah media untuk panduan pembelajaran berdasarkan hasil wawancara.

Hasil dari analisis kebutuhan siswa, guru, dan kepala sekolah memberikan motivasi peneliti untuk mengembangkan Modul pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan lingkungan. Materi “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya” dikembangkan oleh peneliti untuk mendidik siswa kelas IV dengan harapan akan semakin menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.

Metode penelitian membahas jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, evaluasi materi, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan atau dikenal dalam istilah Research and Development (R&D).

Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan dari berbagai ahli seperti Dick & Carey (2003) dan Borg & Gall (1983). Peneliti memutuskan untuk menggunakan desain penelitian dan pengambangan menurut ADDIE. Peneliti menggunakan metode pengembangan menurut ADDIE karena lebih memfokuskan pada pengembangan modul pembelajaran. ADDIE merupakan salah satu desain pembelajaran yang sistematis. Model ADDIE ini terdiri atas lima (5) langkah, yaitu: (1) Analyze (analisis); (2) Design (Perancangan); (3) Development (pengembangan); (4) Implementation (implementasi); (5) Evaluation (evaluasi).

Menurut Buttori (2003:14), langkah – langkah pembuatan bahan ajar model ADDIE sebagai berikut :

1. Analyse, merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi

37

masalah, dan melakukan analisis tugas. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Untuk melakukan analisis teks langkah awal yaitu melakukan analisis tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kompetensi. Langkah kedua yaitu melakukan analisis sumber belajar.

Proses dalam menganalisis sumber belajar di dalam membuat bahan ajar dapat disesuaikan dengan kriteria, antara lain (1) ketersediaan, berkenaan dengan sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan belajar peserta didik; (2) sesuai, yaitu pembuatan bahan ajar sesuai dengan kompetensi yang telah disesuaikan dengan materi pembelajaran di sekolah itu sendiri;

(3) kemudahan, meliputi mudahnya mengakses baik ketika mendapatkan informasi pembuatan bahan ajar ataupun ketika praktik pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

2. Design, merupakan adanya desain untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menganalisis dan juga mempelajari masalah dan menemukan alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi kebutuhan yang diperlukan. Pada tahap ini meliputi perencanaan bahan ajar diantaranya menyusun bahan ajar dalam pembelajarankontektual dengan mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar guna menentukan materi pembelajaran berdasarkan konsep, prinsip dan prosedur, alokasi waktu, indikator dan instrumen penilaian. Kemudian merancang kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran

38

dan memilih kompetensi bahan ajar, serta perencanaan awal modul berdasarkan mata pelajaran. Adapun materi pembelajaran dan alat evaluasi belajar.

3. Develop, merupakan tahap membuat, dan juga memodifikasi bahan ajar yang akan digunakan di dalam proses pembelajaran dan juga digunakan guna mencapai tuntutan kompetensi. Proses pengembangan dari bahan ajar ini sendiri disesuaikan dengan langkah-langkah dari desain pengembangan, yaitu mengembangkan sebuah bahan ajar sendiri. Langkah pengembangan dalam penelitisn ini meliputi kegiatan membuat bahan ajar.

Pada tahap desain telah disusun kerangka konsep pengembangan bahan ajar. Dalam pengembangan konsep tersebut direalisasikan berupa bentuk produk pengembangan bahan ajar yang siap diimplementasikan sesusi dengan tujuan. Tujuan yang perlu dicapai antara lain memproduksi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dan memilih bahan ajar terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.

4. Implement, merupakan tahap nyata, karena tahap ini sendiri memiliki makna penyampaian materi pembelajaran atau bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penggunaan langsung. Pada tahap ini merupakan tahap di mana melakukan pelaksanaan dari tahap-tahap yang telah dikembangakan sebelum – sebelumnya. Bahan ajar yang telah dikembangkan, diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Seteleh diterapkan dalam bentuk kegiatanpembelajaran kemudian dilakukan evalusai awal untuk memberikan umpan balik pada penerapan

39

pengembangan bahan ajar berikutnya. Tujuan dari tahap ini adalah membimbung siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran, terlaksananya pemecahan masalah untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar.

5. Evaluasi, merupakan proses memberikan nilai terhadap langkah yang dikembangakan sebelumnya karena tahap satu dengan tahap yang lain saling berhubungan. Proses evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan penjelasan terhadap kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah menggunakan bahan ajar yang dikembangkan. Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan umpan balik terhadap pengembangan bahan ajar.

Kemudian revisi dibuat sesuai dengan hasil evalusi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh tujuan pengembangan bahan ajar. Tujuan dari tahap evaluasi dalam pembelajaran adalah untuk mengetahui sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta peningkatan kemapuan siswa dalam pembelajaran.

Penelitian ini mengembangkan Modul Pembelajaran IPA Materi

“Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ Berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring. Pelaksanaan pengembangan modul disesuaikan dengan lima langkah pengembangan menurut ADDIE. Penyusunan modul yang dikembangkan oleh peneliti harus memperhatikan materi yang tersusun dan dilakukan evaluasi oleh ahli dan validasi dalam penelitian.Penggunaan metode dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi

40

pengaruh yang baik. Pengaruh baik dalam penelitian ini diharapkan dapat diterima oleh peneliti, partisipan, atau orang yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Gambar 2. Model Pengembangan ADDIE (Umamah, 2014:55)

3.2 Setting Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Uji coba modul ini dilakukan di SD Negeri Demangan yang berlokasi di Jl. Munggur No.38, RW.02, Demangan, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta.

Waktu penelitian dilakukan adalah pada kegiatan PLP 3 di SD Negeri Demangan Yogyakarta guna melakukan Observasi dan juga penelitian kelas. Kemudian didukung dengan wawancara terhadap guru kelas IV secara daring.

2. Subjek Penelitian

Analyse

Evaluasi

Development

Implement Design

41

Subjek dalam uji coba modul ini adalah Siswa kelas IV B SD Negeri Demangan Yogyakarta tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 28 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Materi “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ Berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring.

3.3 Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilkan produk berupa modul pembelajaran IPA materi Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya. Peneliti mengembangkan modul berdasarkan langkah – langkah dari ADDIE menurut Buttori (2003:14), yaitu (1) Analyze (analisis); (2) Design (Perancangan); (3) Development (pengembangan); (4) Implementation (implementasi); (5) Evaluation (evaluasi).

1. Analyse (Analisis)

Peneliti mengambil contoh kasus di SD Negeri Demangan Yogyakarta untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh siswa ketika pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa merespon dan tanggap terhadap materi pembelajaran. Observasi dikhususkan untuk materi yang berhubungan dengan lingkungan dan alam yaitu materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Observasi digunakan juga untuk menemukan permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa cenderung menghafal materi bacaan yang ada di buku, tanpa ada praktik atau observasi secara langsung

42

pada lingkungan. Hal tersebut mempengaruhi siswa dalam kehidupan sehari – hari berhubungan dengan kesadaran lingkungan.

Pembelajaran di kelas akan menjadi lebih efektif apabila tujuan dari pembelajaran tercapai dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengarahkan siswa agar dapat belajar dengan serius dan fokus terhadap apa yang dipelajari. Pembelajaran yang serius adalah pembelajaran yang tidak keluar dari pembahasan dan tetap fokus pada hal yang dipelajari. Siswa kelas IV B cenderung kurang serius dalam pembelajaran dikarenakan ketika pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa memperhatikan dan fokus terhadap apa yang dibahas. Hal yang membuat siswa tidak fokus adalah ketika guru memberikan materi dan melaksanakan pembelajaran, siswa ramai dan berbincang dengan teman di luar pembelajaran.

Pada proses belajar mengajar, guru belum mengajak siswa untuk meneliti lingkungan dan mengajak siswa untuk melaksanakan pembelajaran berdasarkan pengalaman. Hal ini sangat berpengaruh untuk siswa karena dari pengamatan yang peneliti dapatkan, siswa memiliki karakter yang berbeda – beda sehingga cara guru mengajar diharapkan dapat menyeluruh dan menarik bukan untuk satu siswa tetapi untuk semua siswa yang ada di kelas. Dengan pembelajaran melalui pengalaman, siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena pengalaman siswa berbeda dan dengan melakukan penelitian pada lingkungan masing – masing diharapkan dapat membuat siswa lebih fokus dan dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.

43

Kegiatan lain juga dilakukan dengan wawancara Guru kelas IV B dan juga Kepala Sekolah SD Negeri Demangan Yogyakarta guna memperluas informasi yang berkaitan dengan pembelajaran IPA dan kebutuhan akan bahan ajar tentang Makhluk Hidup. Diketahui permasalahan yang dihadapi adalah cara penyampaian materi agar siswa lebih aktif dan kreatif kemudian dapat memahami materi tanpa sistem hafalan. Guru mengharapkan siswa untuk lebih belajar melalui pengalaman langsung terhadap lingkungan.

Berdasarkan teori perkembangan Jean Piaget anak pada umur 7-11 tahun yang masuk pada tahapan operasional konkret yaitu dapat menalar secara logis mengenai kejadian konkret, menggolongkan benda ke dalam kelompok yang berbeda-beda, memahami percakapan, pengklasifikasian, dan menempatkan sesuatu dalam urutan yang teratur. Dari 28 siswa kelas IV SD Negeri Demangan, 12 di antaranya kurang peduli dengan lingkungan yang berkaitan dengan sampah dan tumbuhan. Setelah memasuki waktu istirahat, siswa mulai berbaur dan membawa makanan dengan bungkus plastik. Untuk sampah, beberapa siswa masih membuang pada sela – sela tanaman dan ada pula yang menempatkan di laci meja. Tetapi 6-10 siswa sudah membuang sampah pada tempatnya.

Analisis dokumen yang peneliti laksanakan adalah melihat nilai hasil belajar dari siswa ketika pembelajaran IPA berlangsung. Analisis ini membantu peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar IPA dan juga kebutuhan modul yang akan dibuat.

44

Hasil dari kegiatan Observasi dan Wawancara terhadap analisis kebutuhan siswa dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan modul sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru dan siswa dan dapat mennumbuhkan pengaruh positif bagi kemajuan siswa kelas IV B SD Negeri Demangan Yogyakarta.

2. Design (Desain)

Pada tahap mendesain bahan ajar terdapat beberapa tahap yaitu mengidentifikasi tujuan, tahap analisis instruksional, dan tahap analisis karakteristik siswa.

Identifikasi tujuan disesuaikan dengan komponen “ABCD”, A (audience), B (behavior), C (condition), D (degree), menurut Smaldio, et al, 2014:119).

Tujuan dari pembuatan modul ini adalah untuk membantu siswa dapat mencapai pembelajaran yang efektif dan dapat memahami materi yang dipelajari dan disampaikan oleh guru. Siswa dapat lebih peka dan sadar akan lingkungan dan makhluk hidup yang ada di alam sudah menjadi pencapaian yang memuaskan karena belum tentu semua siswa dapat menyadari bahwa makhluk hidup yang ada di lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan. Siswa dapat belajar melalui pengalaman langsung dengan bereksperimen terhadap lingkungan dengan panduan modul yang telah dibuat. Dengan dibuatnya modul pembelajaran IPA siswa diharapkan mampu memahami lingkungan dan memahami materi yang dipelajari dengan mudah dan dapat diterapkan untuk kehidupan sehari – hari.

Kompetensi yang dihadirkan dalam modul yang akan dikembangkan berhubungan dengan Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya dan mengacu

45

pada karakteristik siswa. Pada masa sekarang dikarenakan adanya kendala dalam pertemuan tatap muka dengan siswa dan pembelajaran diulas secara daring, maka modul yang dibuat akan mengajak siswa untuk aktif dan bereksperimen pada lingkungan berdasarkan pengalaman yang pernah siswa alami. Pembahasan yang ada di dalam modul mengulas lebih detail tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa. Peneliti membuat buku modul untuk guru dan buku modul untuk siswa yang tentunya isi dari setiap buku tidak sama.

Dalam buku siswa terdapat cara penggunaan buku, tujuan pembelajaran, kegiatan-kegiatan, materi dan lembar kerja serta soal evaluasi sedangkan di dalam buku guru isinya hampir sama dengan buku siswa tetapi di buku guru disertakan silabus, RPP, penilaian dan kunci jawaban.

Dalam tahap ini peneliti melakukan desain pada modul “Hewan dan Upaya Pelestariannya” agar modul dapat mencapai tujuan pembelajaran. Masalah yang dihadapi oleh siswa adalah masih belum sadarnya siswa terhadap lingkungan dan makhluk hidup yang ada di sekitar. Menurut Kunandar (2011:244) silabus

Dalam tahap ini peneliti melakukan desain pada modul “Hewan dan Upaya Pelestariannya” agar modul dapat mencapai tujuan pembelajaran. Masalah yang dihadapi oleh siswa adalah masih belum sadarnya siswa terhadap lingkungan dan makhluk hidup yang ada di sekitar. Menurut Kunandar (2011:244) silabus