• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif didapatkan dari hasil analisis kebutuhan mulai dari wawancara, observasi, dan implementasi pengembangan modul yang telah dilakukan. Jika terdapat kritik maupun saran maka digunakan untuk memperbaiki produk berupa modul IPA yang telah dibuat peneliti. Hal tersebut bertujuan agar produk modul IPA yang dibuat peneliti memiliki kelayakan bagi siswa.

54 2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan modul yang dibuat juga untuk melihat apakah modul sesuai dan layak untuk pembelajaran siswa. Data kuantitatif didapatkan dalam hasil review produk yang dilakukan 2 ahli, guru kelas IV SD Negeri Demangan Yogyakarta, dan juga siswa kelas IV SD Negeri Demangan Yogyakarta. Penulis menggunakan pilihan skalaempat (Widoyoko, 2012 : 11).

Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Review Produk oleh Ahli

Keterangan Skor

Sangat Baik 4

Baik 3

Cukup Baik 2

Kurang 1

Skor Tertinggi = 4 (sangat baik) Skor Terendah = 1 (kurang)

Jumlah Kelas = 4 (kurang-sangat baik)

Jumlah interval (4−1)

4 = 0,75

Berdasarkan data tersebut dapat disusun tabel klarifikasi sikap responden sebagai berikut:

55

Tabel 6. Klarifikasi Skor

Rata – Rata Skor Jawaban Klarifikasi

3,25 – 4,0 Sangat Layak

2,3 – 3,25 Layak

1,75 – 2,3 Cukup Layak

1,0 – 1,75 Tidak Layak

Berdasarkan dari perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitaif menjadi data kualitatif skala empat. Hasil dari hitungan skor masing-masing review yang telah dilakukan kemudian dicari rerata skornya, kemudian akan dikonversikan dari data kuantitatif ke dalam data kulitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada skala empat diatas. Apabila produk mendapat skor rentan 1,0 – 1,75 maka produk dikatakan “tidak layak” untuk diujicobakan, jika produk mendapat rentan 1,75 – 2,3 maka produk dikatakan “cukup layak” untuk diujicobakan, jika produk mendapat skor rentan 2,3 – 3,25 maka produk dikatakan sudah “layak” untuk diujicobakan, dan jika produk mendapat skor rentan 3,25 – 4,0 maka produk tersebut dikatakan “sangat layak” untuk diujicobakan.

56 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas (4.1) analisis kebutuhan, (4.2) desain modul pembelajaran IPA berdasarkan model Experiential Learning, (4.3) development dan revisi modul, (4.4) implementasi berdasarkan Experiential Learning, (4.5) evaluasi, (4.6) pembahasan.

4.1 Analisis Kebutuhan

Langkah awal peneliti dalam dalam pengembangan modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berbasis Experiential Learning adalah dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan observasi sekolah, wawancara guru. Observasi dilakukan untuk memperoleh data visi misi, kurikulum yang digunakan, dan keadaan lingkungan sekolah dari siswa hingga lingkungan hijau. Wawancara dilakukan guna memperoleh data latar belakang siswa, karakteristik siswa dan juga metode hingga modul yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.

Dari data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai dasar peneliti dalam mengembangkan modul pembelajaran IPA materi makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berbasis Experiential Learning.

4.1.1 Hasil Observasi

Observasi dilakukan di SD yang merupakan salah satu contoh SD di Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan observasi sekolah yang

57

dilakukan, peneliti memperoleh data visi misi dan tujuan, kurikulum yang digunakan, dan cara belajar mengajar siswa yang digunakan pada SD Negeri Demangan Yogyakarta. Hasil analisis kebutuhan dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pertama, SD Negeri Demangan Yogyakarta memiliki visi “Terwujudnya generasi berprestasi, berkarakter, berbudaya, berwawasan lingkungan, dan religius”. Sedangkan misinya adalah (1) Menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga potensi siswa berkembang optimal. (2) Melaksanakan kegiatan ilmiah sederhana di berbagai mata pelajaran. (3) Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif melalui komunikasi intensif sehingga tumbuh semangat belajar dan kerja yang terprogram pada semua warga sekolah. (4) Melestarikan dan mengembangkan seni budaya Yogyakarta. (5) Meningkatkan kegiatan keagamaan secara kontinyu. (6) Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. (7) Melaksanakan pembinaan dalam bidang olahraga. (8) Meningkatkan kompetensi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. (9) Menjalin kerjasama dan hubungan dengan berbagai pihak sebagai jaringan usaha pengembangan pendidikan. (10) Membiasakan berpakaian bersih dan rapi. (11) Membiasakan berjabat tangan dan mengucap salam. (12) Mewujudkan sekolah yang berwawasan lingkungan.

SD Negeri Demangan Yogyakarta memiliki beberapa tujuan yaitu (1) Peningkatan mutu akademik dan non akademik di atas kriteria belajar minimal berdasarkan standar nasional pendidilkan. (2) Peningkatan kemampuan melaksanakan penelitian sederhana sesuai dengan mata pelajaran. (3) Peningkatan prestasi siswa diberbagai bidang perlombaan. (4) Terwujudya suasana komunikasi yang santun. (5) Terpenuhinya sarana dan prasarana yang mendukung proses

58

pembelajaran. (6) Terwujudnya hubungan harmonis dan dinamis baik dalam sekolah maupun masyarakat. (7) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman. (8) Terwujudnya warga sekolah berperilaku yang dilandasi nilai – nilai keagamaan.

Kedua, Kurikulum yang digunakan di SD Negeri Demangan Yogyakarta yaitu menggunakan Kurikulum 2013. Tetapi untuk mata pelajaran Matematika masih dicampur dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikarenakan harus menjelaskan kepada siswa terlebih dahulu sebelum siswa aktif dalam belajar. Terlebih untuk siswa kelas 5 dan 6, guru menjelaskan materi terlebih dahulu karena materi untuk kelas 5 dan 6 masuk untuk kelulusan sekolah dasar.

Ketiga adalah gaya belajar yang digunakan untuk kelas IV SD Negeri Demangan adalah pembelajaran berpusat kepada guru meski sudah menggunakan Kurikulum 2013 dimana siswa aktif dan guru sebagai fasilitator, sehingga keaktifan pada siswa dalam proses pembelajaran ini masih kurang terlihat. Untuk pembelajaran IPA yang berhubungan dengan lingkungan, guru menggunakan teori di dalam kelas dan menggunakan LCD untuk penayangan video pembelajaran.

Berdasarkan observasi di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan untuk mengembangkan modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” untuk kelas IV SD berbasis Experiential Learning. Dalam pengembangan modul ini, peneliti menggunakan model pembelajaran

59

Experiential Learning dikarenakan gaya belajar ini dapat memunculkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan menumbuhkan sensitifitas siswa terhadap lingkungan dengan proses explorasi lingkungan berdasarkan pengalaman siswa.

Penggunaan model Experiential Learning dapat sesuai dengan tujuan sekolah nomor 2 yaitu kemampuan melaksanakan penelitian sederhana. Oleh karena itu pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis Experiential Learning agar siswa dan guru bersama belajar dengan aktif dan dapat menyentuh sisi kemanusiaan dan memberi pengalaman yang dalam.

4.1.2 Hasil Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan pada 6 siswa yang terpilih dari kelas IV SD Negeri Demangan Yogyakarta dengan kemampuan kognitif yang berbeda – beda secara lisan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data latar belakang siswa seperti keluarga, tempat tinggal, kegiatan – kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan lingkungan.

Dari hasil wawancara dengan guru mendapatkan informasi bahwa rata – rata siswa tinggal bersama orang tua, ada 1 siswa tinggal bersama nenek dikarenakan orang tua bekerja di luar kota. Siswa tinggal bersama orang tua atau wali dengan durasi pekerjaan yang mengharuskan untuk bekerja dari pagi hingga sore hari. Lokasi tempat tinggal siswa berada di perkampungan di tengah kota.

Sikap dan perilaku siswa beragam antara satu sama lain dikarenakan pihak orang tua dan lingkungan yang mempengaruhi kebiasaan siswa. Kondisi kebersihan kelas yang kurang tidak dihiraukan oleh siswa terbukti dengan guru yang masih

60

mengingatkan untuk membersihkan laci, tugas piket, dan sampah. Hasil wawancara dengan siswa, siswa sudah mengetahui tentang lingkungan hidup dan upaya – upaya untuk melestarikan lingkungan, hanya siswa masih terlalu acuh dan belum sepenuhnya menyadari pentingnya sikap manusia dalam menjaga lingkungan hidup.

Jadi dari latar belakang tersebut peneliti akan mengembangkan modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berbasis Experiential Learning siswa kelas IV SD secara daring.

4.2 Desain Modul Pembelajaran IPA Berdasarkan Experiential Learning Dalam pembuatan modul pembelajaran IPA berbasis Experiential Learning, sebelumnya peneliti telah melakukan observasi lingkungan sekolah dan melakukan wawancara dengan guru dan 6 siswa terpilih berkaitan dengan latar belakang siswa dan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan.

Hasil yang telah terkumpul kemudian dianalisis dan digunakan untuk mengkaji Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Dalam penelitian ini digunakan Kompetensi Inti (KI) 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain, dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestariannya. Setelah menentukan KI dan KD, peneliti menyusun Silabus

61

sebagai acuan untuk menyusun RPP, kemudian RPP dijadikan untuk dasar menyusun modul pembelajaran IPA.

Dalam menyusun modul IPA makhluk hidup dan upaya pelestariannya, peneliti menggunakan software photoscape dan microsoft office world 2013.

Komponen – komponen modul yang dikembangkan oleh peneliti yaitu, 1) sampul modul, 2) panduan penggunaan modul, 3) tujuan pembelajaran, 4) kompetensi inti, pemetaan KD dan Indikator, 5) rangkaian kegiatan, 6) sintaks experiential learning, 7) silabus dan rpp, 8) isi, lembar evaluasi dan kunci jawaban.

1. Sampul Modul

Sampul modul bergambar 2 hewan jerapah yang bersumber dari http://www.bring.com/images/search?q=Gambar+Hewan+Cartoon&form=HDR SC2&first=1&scenario=ImageBasicHover . Di atas gambar terdapat tulisan judul Hewan dan Upaya Pelestariannya, dan di kanan atas terdapat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ditujukan untuk Kelas 4 beserta kurikulum 2013 serta keterangan modul untuk Guru atau Siswa. Di bawah gambar terdapat nama penyusun modul dan nama Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

62

Gambar 3. Sampul Guru Gambar 4. Sampul Siswa

2. Panduan Penggunaan Modul

Panduan penggunaan modul terdapat di halaman pertama karena sebelum menggunakan modul untuk belajar, baiknya siswa maupun guru membaca panduan terlebih dahulu. Panduan penggunaan modul mencakup cara menggunakan modul secara keseluruhan. Panduan penggunaan modul untuk guru dan siswa berbeda. Isi dari panduan untuk guru memuat informasi Tema yang ada dalam modul, pengembangan modul dari buku guru dan siswa, informasi isi modul, langkah pengunaan modul, dan alokasi waktu. Sedangkan panduan modul untuk siswa memuat kegiatan siswa sebelum menggunakan modul, langkah penggunaan modul, dan alokasi waktu.

63

Gambar 5. Panduan Guru Gambar 6. Panduan Siswa

3. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi tentang ketercapaian dan keberhasilan modul dalam pembelajaran. Terdapat 7 tujuan yang ada pada modul yaitu siswa mengetahui jenis – jenis makhluk hidup, memberi contoh upaya pelestarian lingkungan, mengetahui fungsi dari bagian tubuh hewan, dapat membedakan bentuk kaki dan paruh burung sesuai fungsinya, menyebutkan urutan perkembangan hewan, dan membuat poster tentang pelestarian hewan.

64

Gambar 7. Tujuan Pembelajaran

4. Kompetensi Inti, KD dan Indikator

Kompetensi Inti (KI) dicantumkan guna menjadi acuan dalam penentuan Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator yang digunakan untuk menyusun RPP.

Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator dicantumkan untuk memberikan infoemasi bahwa penilaian dan pencapaian yang akan dilakukan dalam pembelajaran mengacu pada KD yang tertera dan Indikator yang tertera.

Gambar 8. KI, KD, dan Indikator

5. Aktivitasku

Aktivitasku berisi tentang kegiatan yang harus siswa lakukan selama satu pertemuan. Aktivitasku tidak jauh berbeda dengan panduan penggunaan modul, yang membedakan adalah panduan penggunaan modul mencakup cara menggunakan modul secara keseluruhan. Sedangkan Aktivitasku hanya

65

mencantumkan kegiatan siswa dalam mempelajari materi. Aktivitasku mencakup semua kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan berbasis Experiential Learning dengan kalimat yang mudah dipahami siswa. Siswa dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan urutan yang tertera di Aktivitasku apakah semua sudah terlaksana atau belum.

Gambar 9. Aktivitasku

6. Sintaks Experiential Learning

Sintaks Experiential Learning berisi tentang empat inti kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran dengan basis Experiential Learning.

keempat sintaks tersebut adalah (1) concrete experience, (2) reflective observation, (3) abstract conceptualization, (4) active experimentation. Kegiatan dari keempat sintaks tersebut adalah (1) concrete experience adalah menyebutkan makhluk hidup yang ada di sekitar dan jenis – jenis hewan, (2) reflective observation adalah mengamati makhluk hidup yang ada di sekitar dan mengamati

66

bagian tubuh hewan, (3) abstract conceptualization adalah siswa membuat kalimat – kalimat tentang upaya pelestarian hewan, (4) active experimentationadalah siswa membuat siklus hidup hewan dan membuat poster dengan kalimat tentang upaya pelestarian hewan di dalamnya.

Gambar 10. Sintaks Experiential Learning

7. Silabus dan RPP

Silabus dan RPP hanya ada di modul untuk guru karena silabus dan RPP adalah acuan guru dalam pembelajaran dan dalam pebuatan modul. Isi dari kegiatan yang ada di dalam RPP sesuai dengan kegiatan yang ada di dalam modul, sehingga untuk silabus dan RPP hanya untuk pegangan guru. RPP yang dicantumkan juga memuat lembar motivasi, literasi, dan instrumen penilaian.

67

68

69

Gambar 11. Silabus dan RPP

8. Isi, Lembar Evaluasi, dan Kunci Jawaban

Isi dan lembar evaluasi ada di dalam modul siswa. Isi yang dimaksud adalah bagian awal kegiatan dalam modul hingga akhir kegiatan dalam modul yang didalamnya terdapat materi dan kegiatan – kegiatan siswa berdasarkan model pembelajaran experiential learning. Lembar evaluasi yang terdapat di dalam modul berfungsi untuk memberikan penilaian kepada siswa guna memberi kesimpulan apakah modul yang dibuat berhasil dalam pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan siswa. Soal evaluasi berjumlah 20 dan mencakup semua materi yang ada di dalam modul dan berkaitan dengan kegiatan siswa sesuai dengan modul. Kunci jawaban hanya terdapat pada modul guru karena fasilitas tersebut untuk pegangan guru dan berguna untuk mencocokkan dengan jawaban siswa dalam mengerjakan soal evaluasi.

Gambar 12 Lembar Evaluasi

70

Gambar 13. Kunci Jawaban

4.3 Development dan Revisi Modul 4.3.1 Data Hasil Validasi Modul

Penilaian kualitas modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berdasarkan model Experiential Learning dilakukan oleh dua dosen ahli IPA dan guru kelas. Penilaian modul dilakukan sesuai dengan seluruh aspek kelayakan modul. Hasil penilaian dari kedua dosen ahli dan guru kelas dapat dilihat pada bagian lampiran. Berikut adalah tabel rekapitulasi skor penilaian instrumen modul yang dilakukan oleh kedua dosen ahli dan guru kelas.

Tabel 7. Rekapitulasi Skor Penilaian Instrumen Modul oleh Validator

71

Nilai modul yang diperoleh dari dosen ahli IPA yaitu 3,03, nilai yang diperoleh dari dosen ahli Experiential Learning adalah 2,60, dan nilai yang diperoleh dari guru kelas yaitu 3,20.

Total Nilai = 3,03+2,60+3,20

3 = 2,94

Bila ketiga nilai rekapitulasi dari dosen ahli IPA, dosen ahli Experiential Learning, dan guru kelas dihitung dengan rata – rata 2,94 kemudian dianalisis menggunakan Tabel Klarifikasi Skor pada BAB III yang menunjukkan instrumen penilaian ini berada pada kategori “layak”. Dari hasil penilaian dan kategori tersebut, maka modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya

72

pelestarianya” berdasarkan Experiential Learning ini sudah layak digunakan atau diimplementasikan.

Penilaian kualitas materi dalam modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berdasarkan model Experiential Learning juga dilakukan oleh dua dosen ahli IPA dan guru kelas. Penilaian materi dalam modul dilakukan sesuai dengan aspek yang mencakup kelayakan materi dan ketepatan materi yang tercantum di dalam modul. Berikut adalah tabel rekapitulasi skor penilaian instrumen materi modul yang dilakukan oleh kedua dosen ahli dan guru kelas.

Tabel 8. Rekapitulasi Skor Penilaian Instrumen Materi dalam Modul oleh Validator

73

Nilai materi dalam modul yang diperoleh dari dosen ahli IPA yaitu 3,55, nilai yang diperoleh dari dosen ahli Experiential Learning adalah 2,95, dan nilai yang diperoleh dari guru kelas yaitu 3,10.

Total Nilai = 3,55+2,95+3,10

3 = 3,20

Bila ketiga nilai rekapitulasi dari dosen ahli IPA, dosen ahli Experiential Learning, dan guru kelas dihitung dengan rata – rata 3,20 kemudian dianalisis menggunakan Tabel Klarifikasi Skor pada BAB III yang menunjukkan instrumen penilaian ini berada pada kategori “layak”. Dari hasil penilaian dan kategori tersebut, maka materi di salam modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestarianya” berdasarkan Experiential Learning ini sudah layak disajikan atau diimplementasikan.

4.3.2 Revisi Modul

Setelah modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berdasarkan experiential learning untuk guru dan siswa devalidasi oleh dua dosen ahli dan guru kelas, para ahli memberikan komentar dan masukan terhadap modul yang dibuat oleh peneliti. Komentar dan masukan tersebut akan dikadikan sebagai acuan dalam melakukan revisi terhadap modul yang dibuat.

Tabel berikut menyajikan komentar – komentar yang diberikan oleh ahli dan guru kelas, serta keputusan yang diambil oleh peneliti dalam menanggapi komentar dan masukan.

Tabel 9. Komentar dan Masukan oleh Validator

74

Penilai Komentar dan Masukan Tindakan Peneliti

Dosen Ahli IPA

Pada bagian ciri – ciri mahkluk hidup, bisa ditambah ilustrasi gambar.

Peneliti menambahkan beberapa kalimat dan juga ilustrasi yang merajuk pada ciri – ciri makhluk hidup.

Pada bagian janis – jenis makhluk hidup lebih baik lebih spesifik tentang ciri – ciri hewan.

Jenis paruh dan kaki hewan perlu ditambahkan gambar kegiatan apa saja yang siswa lakukan.

75

4.4 Implementasi berdasarkan Experiential Learning

Implemestasi modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya” berbasis Experiential Learning dilakukan kepada siswa kelas IV SD Negeri Demangan Yogyakarta yang berjumlah 6 siswa. Implementasi ini dilakukan selama 1 hari dikarenakan pembelajaran secara daring jadi waktu yang peneliti berikan adalah sesuai dengan waktu sekolah yaitu pukul 07.30 – 12.00 WIB. Peneliti memberikan intruksi dan memantau menggunakan aplikasi Gmeet yang terdapat di dalam aplikasi Google Classroom selama 2 jam untuk memantau kegiatan siswa sesuai modul yang dibuat. Beberapa siswa datang ke sekolah untuk belajar secara langsung dikarenakan keterbatasan penggunaan internet, sehingga peneliti dapat melihat secara langsung kegiatan siswa dari 3 siswa yang hadir di sekolah. Setelah 2 jam siswa melanjutkan kegiatan akhir yaitu pembuatan Poster secara mandiri dan dikirimkan melalui Whatsapp. Soal evaluasi dari modul yang

76

diberikan oleh guru dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan diberikan batas pengumpulan hingga pukul 12.00 WIB. Dokumentasi kegiatan terdapat dalam lampiran 12 halaman 130.

Modul pembelajaran IPA yang dikembangkan oleh peneliti disesuaikan dengan basis yang digunakan yaitu berbasis Experiential Learning menurut David Kolb antara lain (1) concrete experience, (2) reflective observation, (3) abstract conceptualization, (4) active experimentation. Prinsip awal yaitu modul pembelajaran IPA yang dikembangkan oleh peneliti harus dapat memiliki dampak menumbuhkan sensitivitas siswa terhadap lingkungan dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap lingkungan berdasarkan pengalaman yang siswa miliki.

Concrete experience dalam Experiential Learning yang terdapat pada modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya”

adalah pada kegiatan awal yaitu siswa diminta untuk menyebutkan dan menuliskan makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan pengalaman siswa. Siswa perlu menyebutkan makhluk hidup yang pernah siswa temui dan siswa ketahui di lingkungan tempat tinggal siswa. Kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap kesadaran siswa terhadap keadaan lingkungan sekitar dan mengetahui berbagai macam makhluk hidup yang berpengaruh bagi kehidupan.

77

Gambar 13. Menyebutkan Makhluk Hidup di Lingkungan Sekitar

Reflective observation dalam Experiential Learning yang terdapat pada modul IPA adalah pada kegiatan siswa mengamati makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar. Siswa perlu mengetahui jenis – jenis makhluk hidup dan berbagai macam ciri – cirinya. Makhluk hidup yang ada di lingkungan memiliki fisik yang berbeda dan memiliki anggota tubuh dengan fungsi yang berbeda.

Kegiatan ini dapat menumbuhkan pengetahuan siswa tentang berbagai macam ciri – ciri makhluk dan berbagai jenis makhluk hidup yang bermanfaat bagi kehidupan. Siswa juga dapat menarik kesimpulan makhluk hidup harus berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya agar lingkungan dapat seimbang dan menjaga lingkungan dengan baik.

78

Gambar 14. Kegiatan Mengamati dan Memberi Contoh Siklus Hewan Berkembangbiak

Abstract conceptualization dalam Experiential Learning berhubungan dengan active experimentation yang terdapat pada modul yaitu kegiatan ketika siswa memiliki analisa dan pemahaman yang logis tentang upaya pelestarian makhluk hidup. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa yaitu mengerjakan soal evaluasi dan siswa mampu memahami pembelajaran tentang makhluk hidup dan upaya pelestariannya. Kegiatan ini mampu menumbuhkan sikap peduli terhadap makhluk hidup yang ada di lingkungan dan siswa mampu mengetahui upaya – upaya pelestarian pada lingkungan.

79

Gambar 15. Kegiatan Upaya Pelestarian Lingkungan

Active experimentation dalam Experiential Learning yang terdapat pada modul yaitu kegiatan siswa membuat poster tentang upaya pelestarian lingkungan hidup. Siswa melakukan eksperimen atau kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian lingkunagan. Kegiatan ini mampu menumbuhkan kereatifitas dan keaktifan siswa dalam belajar serta menumbuhkan pembelajaran yang menarik serta bermakna.

Gambar 16. Poster Upaya Pelestarian Lingkungan

4.5 Evaluasi

4.5.1 Data Hasil Observasi

80

Berdasarkan pengamatan selama melakukan implemestasi pada siswa, modul pembelajaran IPA materi “makhluk hidup dan upaya pelestariannya”

berdasarkan Experiential Learning yang dikembangkan oleh peneliti dapat membuat siswa lebih aktif dan mampu bereksperimen dengan lingkungan, terbukti dengan antusiasme siswa ketika melakukan pengamatan dan membuat poster tentang upaya pelestarian lingkungan. Siswa antusias untuk bersidkusi melalui Whatsapp group yang dibuat tentang makhluk hidup yang ada di lingkungan dan tentang proses pembuatan poster yang akan dilakukan. Siswa sangat bersemangat ketika menarik kesimpulan bersama dan memperlihatkan hasil kerja mandiri kepada teman satu group dan mengajak untuk saling menjaga lingkungan.

Selain itu, modul pembelajaran IPA yang dikembangkan oleh peneliti membuktikan rasa keingintahuan siswa terhadap lingkungan sendiri maupun lingkungan tempat tinggal teman. Hal ini terbukti secara tidak langsung ketika siswa berdiskusi dalam group dan bercerita tentang makhluk hidup yang berpengaruh bagi lingkungan. Modul pembelajaran IPA ini juga membuktikan sikap peduli siswa terhadap makhluk hidup yang ada di lingkungan, terbukti

Selain itu, modul pembelajaran IPA yang dikembangkan oleh peneliti membuktikan rasa keingintahuan siswa terhadap lingkungan sendiri maupun lingkungan tempat tinggal teman. Hal ini terbukti secara tidak langsung ketika siswa berdiskusi dalam group dan bercerita tentang makhluk hidup yang berpengaruh bagi lingkungan. Modul pembelajaran IPA ini juga membuktikan sikap peduli siswa terhadap makhluk hidup yang ada di lingkungan, terbukti