• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA MATERI MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

i

“MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA“ BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Anggun Asmara Dewi NIM : 161134191

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

ii

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA MATERI

“MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA“ BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING

Oleh :

Anggun Asmara Dewi NIM : 161134191 Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Wahyu Wido Sari, S, Si., M. Biotech. Tanggal 2 Juni 2021

Pembimbing II

Eny Winarti, M. Hum., Ph. D. Tanggal 2 Juni 2021

(3)

iii

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA MATERI

“MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA“ BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Anggun Asmara Dewi

NIM : 161134191

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 15 Juni 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Kintan Liminasih, S.Pd., M.Pd. ...

Sekretaris Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ...

Anggota Wahyu Wido Sari, S.Si., M. Biotech. ...

Anggota Eny Winarti, M. Hum., Ph.D. ...

Anggota Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. ...

Yogyakarta, 15 Juni 2021

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si.

(4)

iv

Dengan kerendahan hati karya ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu menyertai dalam setiap langkah hidup.

2. Ayah dan Ibu tercinta Riyanto dan Wahyu Indarti yang selalu bekerja keras dan selalu mendampingi dalam doa dan menjadi penyemangat.

3. Keluarga besar Sudarjo yang selalu bekerja keras dan mendukung dengan doa dan semangat dalam setiap langkah.

4. Seluruh keluarga besar Guru, Karyawan dan siswa – siswi SD Negeri Demangan Yogyakarta yang telah membantu dalam penelitian dan bekerjasama dengan baik.

5. Teman – teman payung skripsi yang telah bekerjasama dalam penyusunan dari awal hingga terselesainya skripsi.

6. Thanks to my suport system idol from SM Ent. terutama EXO dan NCT, serta The Boyz, Stray Kids dan Day6 yang telah memberikan semangat dan inspirasi dalam penyusunan skripsi.

7. Saudara saya Chundaka L Nando, Deva, Devi, Reynaldy, Icha serta sahabat saya Trisna, Alfia, Via, Tiara, yang telah mendukung dan mendengarkan keluh kesah saya.

8. Almamater kebangaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(5)

v

“When you study, when you do something, you should separate things. Say “I should study now” and press the imaginary button, than you only study. And when

you play, you just play. If you do if for a long time, you’ll have have it in your mind”

(Renjun Huang – NCT)

“Jangan jadikan idol sebagai alasan kegagalanmu belajar, jadikan idol sebagai inspirasi bukan kehancuranmu karena obsesimu”

(Kim Jongin aka Kai – EXO)

“Apa yang menjadi mimpi, maka jadikan itu sebagai prioritas dan janji”

(Anggun Asmara Dewi)

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya illmiah.

Yogyakarta, 15 Juni 2021 Penulis

Anggun Asmara Dewi

(7)

vii

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anggun Asmara Dewi

Nomor Induk Mahasiswa : 161134191

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA MATERI

“MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA“ BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING”

beserta perangkaat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juni 2021 Yang menyatakan

Anggun Asmara Dewi

(8)

viii

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA MATERI

“MAKHLUK HIDUP DAN UPAYA PELESTARIANNYA” BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING SISWA KELAS IV SD SECARA DARING

Anggun Asmara Dewi Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar dengan mengembangkan modul pembelajaran IPA berbasis Experiential Learning untuk membantu siswa mudah memahami materi dengan pengalaman langsung terhadap lingkungan sekitar dan menguji kualitas pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis Experiential Learning terhadap siswa SD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan lima langkah pengembangan model ADDIE yang diadaptasi dan telah dimodifikasi, yaitu: 1) analisis kebutuhan tentang kurangnya kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar, 2) desain pengembangan modul dibuat untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran IPA tentang lingkungan, 3) pengembangan modul pembelajaran berdasarkan model Experiential Learning menurut David Kolb yaitu, pengalaman konkret, observasi refleksi, konseptualisasi abstrak, eksperimen aktif. 4) implementasi modul diujikan di SD N Demangan, 5) evaluasi dilakukan berdasarkan data hasil observasi dan wawancara siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan soal evaluasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Hasil validasi dari modul pembelajaran IPA dapat dikategorikan layak digunakan, dikarenakan siswa dari kelas IV menyatakan bahwa mengikuti pembelajaran menggunakan modul berdasarkan Experiential Learning menyenangkan dan dapat dipahami. Peneliti yakin bahwa siswa tertarik terhadap isi dan materi yang ada dalam modul dengan bukti bahwa siswa dapat memahami panduan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan eksplorasi lingkungan. Perolehan skor rerata validasi produk oleh ahli sebesar 2,94 menyatakan bahwa modul tersebut masuk kategori “layak” . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran IPA berkualitas baik dan layak digunakan untuk pembelajaran di SD.

Kata Kunci : penelitian dan pengembangan, media pembelajaran, model Experiential Learning, IPA, makhluk hidup dan upaya pelestariannya.

(9)

ix

DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING MODULE TEACHING MATERIALS “LIVING THINGS AND THEIR CONSERVATION EFFORT”

BASED ON EXPERIENTIAL LEARNING OF 4TH GRADE STUDENT OF ES STUDENT ONLINE

Anggun Asmara Dewi Sanata Dharma University

2021

This study aims to develop teaching materials that can increase students awareness of the surrounding environment with develop Experiential Learning- based science learning modules to help students easily understand the material with direct experience of the surrounding environment and to test the quality of Experiential Learning-based science learning module development for elementary students.

This type of research is research and development (R&D) with five steps of developing the adapted and modified ADDIE model, namely: 1) needs analysis about students lack of concern for the surrounding environment, 2) the design of the module development is made to meet the needs of students in learning science about the environment, 3) development of learning modules based on the Experiential Learning model according to David Kolb, namely, concrete experiences, reflection observations, abstract conceptualizations, active experiments, 4) the implementation of the module was tested at Demanga Elementary School, 5) the evaluation was carried out based on data from student observations and interviews. The research instruments used in this study were observation guidelines, interview guidelines, and evaluation questions. The validation result from the science learning module can be categorize as suitable for use, because students from class IV stated that participating in learning using modules based on Experiential Learning was fun and understandable.

Researchers believe that students are interested in the content and material in the module with evidence that students can understand the guide and actively participate in environmental exploration activities. The average score of product validation by experts is 2.94 which states that the module is in the "adequate"

category. Thus, it can be concluded that science learning media is of good quality and suitable for use in elementary school learning.

Keywords : research and development, learning media, Experiential Learning model, science, living things and their conservation efforts.

(10)

x

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Materi “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ Berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring” ini dengan baik.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dengan setulus hati kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Kintan Liminasih, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Kepala Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Wahyu Wido Sari, S. Si., M. Biotech, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Eny Winarti, M.Hum., Ph. D, selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Elisabeth Dian Atmajati, S.Pd., M.Si., dan Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd,selaku dosen yang telah bersedia memvalidasi instrumen yang peneliti gunakan.

(11)

xi izin penelitian.

8. Wali kelas IVB SD Negeri Demangan Yogyakarta Yogyakarta yang telah membantu selama penelitian.

9. Para guru dan staff karyawan SD Negeri Demangan Yogyakarta Yogyakarta yang telah memberi dukungan

10. Siswa-siswi SD Negeri Demangan Yogyakarta Yogyakarta yang turut membantu dalam penelitian.

11. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

12. Sahabat dan teman yang selalu mendukung dan menyemangati.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus dapat menjadi sumber belajar dan dapat meningkatkan pengetahuan pembaca

Yogyakarta, 15 Juni 2021 Penulis

Anggun Asmara Dewi

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Definisi Operasional ... 9

1.7 Detail Produk ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Profil Sekolah ... 12

2.1.2 Experiential Learning ... 12

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 22

2.1.4 Modul ... 23

2.1.5 Teori Perkembangan Anak ... 24

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 36

(13)

xiii

3.2 Setting Penelitian ... 40

3.3 Prosedur Pengembangan ... 41

3.4 Evaluasi Materi ... 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6 Instrumen Penelitian ... 51

3.7 Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Analisis Kebutuhan ... 56

4.2 Desain Modul Pembelajaran IPA Berdasarkan Experiential Learning .. 60

4.3 Development dan Revisi Modul ... 70

4.4 Implementasi berdasarkan Experiential Learning ... 75

4.5 Evaluasi ... 79

4.6 Pembahasan ... 83

4.6.1 Concrete experience ... 84

4.6.2 Reflective observation ... 85

4.6.3 Abstract conceptualization ... 86

4.6.4 Active experimentation ... 87

BAB V PENUTUP ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90

5.3 Sasaran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 96

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 133

(14)

xiv

Gambar 1. Kolb’s Experiential Learning Cycle (Kolb, 1984) ... 15

Gambar 2. Model Pengembangan ADDIE (Umamah, 2014:55) ... 40

Gambar 3. Sampul Guru Gambar 4. Sampul Siswa ... 62

Gambar 5. Panduan Guru Gambar 6. Panduan Siswa ... 63

Gambar 7. Tujuan Pembelajaran ... 64

Gambar 8. KI, KD, dan Indikator ... 64

Gambar 9. Aktivitasku ... 65

Gambar 10. Sintaks Experiential Learning ... 66

Gambar 11. Silabus dan RPP ... 69

Gambar 12. Lembar Evaluasi...70

Gambar 13. Kunci Jawaban...70

Gambar 14. Menyebutkan Makhluk Hidup di Lingkungan Sekitar ... 77

Gambar 15. Kegiatan Mengamati dan Memberi Contoh Siklus Hewan Berkembangbiak ... 78

Gambar 16. Kegiatan Upaya Pelestarian Lingkungan ... 79

Gambar 17. Poster Upaya Pelestarian Lingkungan... 79

(15)

xv

Tabel 1. Kisi – Kisi Wawancara untuk Guru ... 51

Tabel 2. Pedoman Wawancara Guru ... 52

Tabel 3. Kisi – Kisi Observasi ... 53

Tabel 4. Pedoman Observasi ... 53

Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Review Produk oleh Ahli ... 54

Tabel 6. Klarifikasi Skor ... 55

Tabel 7. Rekapitulasi Skor Penilaian Instrumen Modul oleh Validator ... 70

Tabel 8. Rekapitulasi Skor Penilaian Instrumen Materi dalam Modul oleh Validator ... 72

Tabel 9. Komentar dan Masukan oleh Validator ... 73

(16)

xvi

Lampiran 1. Surat Permohonan Penelitian... 97

Lampiran 2. Surat permohonan validasi Ahli IPA ... 98

Lampiran 3. Surat permohonan validasi Ahli Experiential Learning ... 99

Lampiran 4. Hasil Review Kualitas Modul oleh Ahli IPA ... 100

Lampiran 5.Hasil Review Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Ahli IPA ... 102

Lampiran 6. Hasil Review Kualitas Modul oleh Ahli Experiential Learning .... 104

Lampiran 7. Hasil Review Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Ahli Experiential Learning ... 106

Lampiran 8. Hasil Review Kualitas Modul oleh Guru Kelas ... 108

Lampiran 9. Hasil Review Kualitas Perangkat Pembelajaran oleh Guru Kelas . 110 Lampiran 10. SILABUS ... 112

Lampiran 11. RPP ... 114

Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan Siswa ... 131

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I peneliti membahas tentang latar belakang masalah, rumusan identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi alasan-alasan melakukan penelitian. Rumusan masalah berisi pertanyaan - pertanyaan yang mengacu pada latar belakang masalah. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat dari penelitian ini bagi sekolah, guru, siswa, dan peneliti. Definisi operasional berisi pengertian kata-kata kunci dalam penelitian. Peneliti membahas ketujuh topik tersebut secara berurutan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang no 32 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan di sekolah yang berkaitan dengan pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat, dan siswa.

Prinsip yang mendasar pada kurikulum 2013 adalah penekanan kemampuan pada siswa dan terfokus pada keaktifan siswa sehingga peran guru sebagai fasilitator dan perantara belajar siswa. Guru mengajak siswa untuk aktif

(18)

2

dalam proses pembelajaran. Namun belum banyak guru yang menerapkan pembelajaran yang menantang bagi siswa. Dalam proses pembelajaran akan lebih efisien apabila didukung dengan adanya media yang sesuai dengan proses pembelajaran. Dengan adanya media dan sarana - prasarana untuk pembelajaran dapat meragsang potensi dari peserta didik dan membantu proses interaksi.

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003: 121).

Pengetahuan dapat diperoleh dari suatu kegiatan tertentu seperti melakukan analisis dan dapat diperoleh dari beberapa sumber informasi. Selain itu pengetahuan dapat diterima dengan baik dengan mencari pengalaman atau mencari tahu segala sesuatu yang belum pernah diketahui. Sebagian besar pengetahuan didapat dari penglihatan dan juga pendengaran. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, juga dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya.

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik antara lain keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Lingkungan juga diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi kehidupan. Lingkungan adalah semua objek dan kondisi termasuk juga manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem. Lingkungan terdiri dari beberapa

(19)

3

unsur yaitu biotik, sosial budaya dan abiotik. Lingkungan yang terdapat di sekolah dapat membantu siswa nyaman ketika berada di lingkungan sekolah.

Menurut Trianto (2010), Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang sudah diterapkan dan diajarkan dari tingkat sekolah dasar. Pembelajaran siswa melibatkan banyak aspek yang ada di dalam diri siswa seperti kreatifitas, aktifitas – aktifitas fisik, maupun pengetahuan – pengetahuan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu pembelajaran IPA juga dapat dipelajari melalui pengamatan dan pengetahuan siswa sendiri terhadap ligkungan di sekitar.

Pembelajaran IPA mengkaitkan keadaan langsung dengan kenyataan yang sesungguhnya dan kondisi nyata dikarenakan pembelajaran IPA mempelajari apa yang ada di alam dan bumi.

Menurut Samatowa (2011), Pembelajaran IPA akan menjadi menarik dan menyenangkan apabila gaya mengajar guru secara modern dan menciptakan pengalaman – pengalaman yang bermutu bagi siswanya. Pembelajaran akan lebih menyenangkan apabila guru menggunakan bahan ajar yang tepat dan melibatkan lingkungan dan melibatkan pengalaman siswa. Pembelajaran yang menyenangkan akan memberikan kesan yang baik pula untuk siswa dan dapat mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan guru.

Pada kenyataannya sulit mengembangkan kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan bermakna. Guru lebih berpedoman pada LKS dan buku paket. Peran guru dalam kurikulum KTSP tidak hanya sebagai pengajar dan

(20)

4

penndamping namun juga sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran yang dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar.

Untuk mempermudah guru dalam pemberian meteri kepada siswa guru senantiasa menggunakan bahan ajar. Materi dalam bahan ajar dapat meningkatkan mutu dan keaktifan balajar peserta didik. Bahan ajar memuat banyak aspek di dalamnya, bukan hanya materi tetapi memenuhi kebutuhan belajar siswa agar siswa dapat meningkatkan pola pikir. Modul merupakan salah satu pedoman bagi siswa maupun guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara mandiri.

Modul yang dicetak biasanya memuat materi, gambar, soal – soal, serta penduan siswa dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ketika PLP 3 di SD Negeri Demangan, guru mengajar berpedoman dengan LKS dan buku paket serta referensi video dari internet dan belum menggali lebih jauh pengalaman – pengalaman siswa. Bahan – bahan ajar yang digunakan belum sepenuhnya dapat meningkatkan pola pikir dan membuat siswa terlibat dalam kehidupan di sekitar.

Hal tersebut menyebabkan kurangnya pemberian pengalaman langsung kepada siswa. Data ini diperkuat juga dengan hasil wawancara kepada guru kelas 4 pada tanggal 12 Oktober 2020. Guru mengatakan bahwa dikarenakan kondisi saat ini (masa pandemi COVID19) metode pembelajaran beralih menjadi daring baik syncronus (Gmeet) maupun asyncronus dengan media Whatsapp. Terkadang memberikan tugas dengan cara mengirimkan panduan penugasan melalui aplikasi WhatsAp dengan pedoman buku pendamping seperti buku tema dan LKS. Guru meminta siswa untuk melakukan praktik tersendiri dan didampingi orang tua,

(21)

5

kemudian mengirimkan berupa video proses kegiatan tersebut untuk melakukan pengamatan terhadap siswa.

Pada pembelajaran IPA, guru menggunakan panduan buku tema dan belum menggunakan modul. Guru mengharapkan modul untuk pembelajaran IPA sebagai pengayaan dari buku tematik. Terlebih yang menggunakan model experiential learning sebagai salah satu metode inovatif untuk melatih kreatifitas dan kepekaan siswa berbasis pengalaman mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan Modul untuk pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan sensitivitas siswa terhadap hewan di lingkungan. Modul yang dikembangkan berbasis Experiential Learning.

Experiential Learning merupakan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman siswa. Experiential Learning sendiri merupakan Experiential Learning Theory (ETL), yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran Experiential Learning, dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Definisi dari model experiential learning adalah, belajar merupakan proses di mana pengetahuan siswa akan didapatkan melalui transformasi pengalaman (experience), (Kolb, dalam Baharuddin dan Wahyuni 2008: 164).

Siswa diharapkan mampu mengalami proses belajar yang lebih bermakna, di mana siswa mengalami sendiri secara langsung apa yang sedang mereka pelajari sehingga mampu memberikan pengalaman baru untuk siswa. Konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan

(22)

6

dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok (Sanjaya, 2012).Melalui model ini siswa diharapkan tidak hanya belajar tentang suatu konsep pembelajaran, lebih dari itu siswa diharapkan mampu menemukan makna serta kesan-kesan dalam ingatannya melalui pembelajaran langsung yang mereka dapatkan yang dapat dijadikan pembelajaran serta pengalaman dalam dirinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring?

2. Bagaimana kualitas Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Oleh karena itu peneliti membatasi hal-hal sebagai berikut :

1. Modul yang dikembangkan berupa modul pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya” untuk siswa kelas IV berbasis Experiential Learning.

2. Modul yang dikembangkan bertujuan untuk menumbuhkan sensitivitas siswa kelas IV SD terhadap Hewan di lingkungannya.

(23)

7 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian pengembangan modul IPA ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengembangkan Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring.

2. Menguji kualitas Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Peneliti

1. Peneliti dapat membuat dan mengembangkan sebuah produk yaitu Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“

berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring dan berkesempatan untuk membantu membentuk cara pandang siswa agar lebih peka terhadap lingkungan.

2. Peneliti mendapatkan pengalam baru dalam menyusun modul untuk melaksanakan pembelajaran agar lebih menarik dan mempermudah belajar.

3. Peneliti dapat mengetahui pengaruh dari modul yang dibuat yaitu Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“

berbasis Experiential Learning Siswa Kelas IV SD Secara Daring.

(24)

8 1.5.2 Siswa

1. Siswa memperoleh sumber belajar berupa Modul Pembelajaran IPA

“Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning untuk lebih memahami sistem hidup hewan dan cara pelestariannya.

2. Siswa dapat mencoba berkarya melalui poster, membuat skema hidup hewan dan juga membuat slogan yang berhubungan dengan pelestarian hewan di lingkungan.

3. Siswa dapat mengembangkan kegiatan – kegiatan di lingkungan sesuai dengan pedoman Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning.

1.5.2 Guru

1. Guru memperoleh sumber belajar berupa Modul Pembelajaran IPA

“Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning.

2. Guru dapat membantu siswa agar lebih peka terhadap lingkungan.

3. Guru dapat mengembangkan pembelajaran dengan cara yang lebih efektif dan efisien tetapi tidak menghilangkan mareti yang ada di dalamnya.

1.5.3 Sekolah

(25)

9

Memberi informasi mengenai efektifitas penggunaan materi pembelajaran dengan Model Experiential Learning, sehingga dapat menjadi bahan refleksi dalam mengarahkan guru – guru dalam memilih model pembelajaran.

1.6 Definisi Operasional 1.6.1 Modul

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang memuat materi, metode, batasan-batasan, materi pelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan soal, serta cara mengevaluasi dirancang secara sistematis dan manarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

1.6.2 Experiential Learning

Experiential Learning merupakan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman siswa dan melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajarnya.

Pengalaman siswa ketika di lingkugan rumah maupun lingkungan sekolah dimana siswa melakukan kegiatan yang nyata. Model Experiential Learning mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses di mana pengetahuan siswa akan didaparkan melalui transformasi pengalaman (experience).

1.6.3 Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan materi yang membahas segala macam peristiwa yang terjadi di bumi, meliputi manusia, hewan, tumbuhan, keadaan – keadaan alam yang terjadi di bumi yang mana dapat terjadi di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.

(26)

10 1.6.4 Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik antara lain keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Lingkungan juga diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi kehidupan. Lingkungan terdiri dari beberapa unsur yaitu biotik, sosial budaya dan abiotik.

1.7 Detail Produk

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar untuk pembelajaran IPA yang berupa Modul pembelajaran mengenai materi Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya pada kelas IV. Produk ini dikembangkan sesuai dengan Kurikulum 2013 dengan panduan Buku Siswa dan Buku Guru. Pada modul siswa terdapat kata pengantar, daftar isi, panduan penggunaan modul untuk siswa, tujuan pembelajaran, KI, pemetaan KD dan Indikator, aktifitasku, sintaks experiential learning, isi dan materi, LKPD, dan soal evaluasi. Pada modul guru terdapat kata pengantar, daftar isi, panduan penggunaan modul untuk guru, tujuan pembelajaran, KI, pemetaan KD dan Indikator, aktivitasku, sintaks experiential learning, perangkat pembelajaran (silabus, rpp, instrumen penilaian, rubrik penilaian), isi dan materi, LKPD, soal evaluasi, dna kunci jawaban.

Kompetensi yang dipilih peneliti adalah hewan dan upaya pelestariannya di sekitar lingkungan hidup. Dalam produk ini kegiatan yang dilakukan sesuai

(27)

11

dengan keadaan lingkungan siswa dan mengacu pada pengalaman siswa. Modul membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi lingkungan tempat tinggal.

Modul berisi materi Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya. Modul juga berisi panduan penggunaan untuk guru dan siswa, serta pedoman untuk melakukan eksperimen yang difungsikan untuk menyadarkan siswa akan pentingnya keseimbangan pada lingkungan.

(28)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada BAB II, peneliti ingin membahas topik yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti ingin membahas keempat topik secara berurutan.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Profil Sekolah

SD Negeri Demangan Yogyakarta, pada siswa kelas IV yang berjumlah 28 siswa. SD Negeri Demangan terletak di Jl. Munggur No.38, RW.02, Demangan, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta. SD Negeri Demangan Yogyakarta memiliki letak yang strategis karena letaknya yang berada di 1 kilo dari jalan raya utama. Bangunan sekolah SD Negeri Demangan Yogyakarta milik dinas pendidikan. SD Negeri Demangan Yogyakarta memiliki kelas paralel yaitu kelas A dan B setiap tingkatnya. Sekolah ini memiliki halaman yang luas dan asri dikarenakan ada satu pohon beringin dan beberapa pohon buah dan bunga. Pada setiap kelas memiliki taman dan terdapat 1 pohon besar di depan kelas. Terdapat 1 mushola dan 1 ruangan untuk beribadah.

2.1.2 Experiential Learning

Experiential Learning merupakan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman siswa. Pengalaman siswa ketika di lingkugan rumah maupun lingkungan sekolah dimana siswa melakukan kegiatan yang nyata. Experiential Learning sendiri merupakan Experiential Learning Theory (ETL), yang kemudian

(29)

13

menjadi dasar model pembelajaran Experiential Learning, dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal 1980-an. Model Experiential Learning mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses di mana pengetahuan siswa akan didaparkan melalui transformasi pengalaman (experience), (Kolb, dalam Baharuddin dan Wahyuni 2008: 164).

Silberman (2015:73) mengatakan bahwa Experiential Learning adalah suatu pembelajaran yang mengaktifkan proses pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman secara langsung. Model ini akan bermakna bila siswa berperan serta dalam melakukan kegiatan.

Pembelajaran menggunakan model Experiential Learniing dengan berbekal pengalaman dapat berpengaruh dengan keefektifan ketika pembelajaran dan dapat mencapai tujuan dengan maksimal.

Dengan pembelajaran melalui pengalaman langsung, siswa akan lebih mudah memahami materi dan juga kegiatan akan menarik karena siswa tidak mendapatkan hal yang baru sehingga siswa tidak belajar dengan keras dan akan memanfaatkan pengetahuannya. Siswa akan terasa familiar dengan kegiatan yang dilakukan karena kegiatan dengan menggunakan model Experiential Learning memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.

Jadi siswa dapat memanfaatkan benda – benda yang ada di sekitar seperti pohon, bangunan, dan benda – benda lain dari alam. Selain itu dalam pembelajaran dapat menghemat pengeluaran karena media yang digunakan mudah untuk ditemukan.

(30)

14

Mahfudin (2011) mengatakan bahwa pembelajaran Experiential Learning merupakan pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Siswa tidak hanya belajar tentang konsep materi, hal ini karena siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran untuk pengalaman. Hasil yang didapat tidak hanya hanya menekan pada aspek kognitif, namun aspek afektif dan juga psikomotorik.

Penggunaan model pembelajaran Experiential Learning dengan memanfaatkan pengalaman secara langsung memiliki tujuan untuk memberikan makna dalam kegiatan dan akan tersimpan dalam ingatan siswa sebagai pengalaman. Dapat disebut sebagai pengalaman karena siswa akan terus dapat mempergunakan hasil belajar tersebut tidak untuk waktu sebentar tetapi untuk jangka waktu yang lama.

Dengan pengalaman memanfaatkan lingkungan, siswa dapat mempergunakannya untuk mengatasi masalah – masalah makhluk hidup yang dihadapi di lingkungan rumah, yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

Siswa dapat mempelajari bagaimana makhluk hidup bertahan di lingkungan dan upaya untuk pelestarian makhluk hidup. Pengalaman – pengalaman tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk pembelajaran yang akan datang dan untuk panduan siswa dalam kehidupan sehari – hari.

(31)

15

Gambar 1. Kolb’s Experiential Learning Cycle (Kolb, 1984)

Penjelasan dari gambar tersebut yang dikemukakan oleh Kolb dan Boyatzi sebagai berikut:

”In grasping experience some of us perceive new information through experiencing the concrete, tangible, felt qualities of the world, relying on our senses and immersing ourselves in concrete reality. Others tend to perceive, grasp, or take hold of new information through symbolic representation or abstract conceptualization – thinking about, analyzing, or systematically planning, rather than using sensation as a guide. Similarly, in transforming or processing experience some of us tend to carefully watch others who are involved in the 4 experience and reflect on what happens, while others choose to jump right in and start doing things. The watchers favor reflective observation, while the doers favor active experimentation” (Kolb & Boyatzis, 1999).

“Dalam menangkap pengalaman, sebagian dari kita merasakan informasi baru melalui pengalaman yang konkret, nyata, kualitas yang dirasakan dari dunia,

(32)

16

mengandalkan indera kita dan membenamkan diri dalam realitas konkret. Orang lain cenderung untuk memahami, atau memegang informasi baru melalui representasi simbolis atau konseptualisasi abstrak – berpikir tentang, menganalisis, atau perencanaan sistematis sebagai panduan. Demikian pula, dalam mengubah atau memproses pengalaman, sebagian dari kita cenderung memperhatikan orang lain yang terlibat dalam 4 pengalaman dan merenungkan apa yang terjadi, sementara yang lain memilih untuk langsung masuk dan mulai melakukan sesuatu. Pengamat menyukai observasi reflektif, sedangkan pelaku menyukai eksperimen aktif” (Kolb & Boyatzis, 1999).

Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami oleh peserta didik dengan menunjukkan dan menyebutkan pengalaman sesuai dengan materi yang dibahas. Setelah pengalaman konkrit peserta didik, pengalaman yang telah dialami tersebut direfleksikan dengan melakukan penelitian terhadap lingkungan sekitar. Dalam refleksi tersebut peserta didik akan memahami apa yang dialaminya dengan berfikir secara abstrak dan mampu memahami apa yang dipelajari. Lalu dari pengalaman yang telah direfleksikan tersebut peserta didik menggabungkan pikiran abstrak itu menjadi pengalaman yang baru dan juga membantu dalam menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari dengan peserta didik melakukan eksperimen dan menciptakan sebuah karya.

Prinsip - prinsip yang berkaitan dengan pembelajaran pengalaman. Berikut ini adalah daftar prinsip-prinsip pembelajaran berdasarkan pengalaman seperti dicatat dari Asosiasi untuk Pendidikan Pengalaman (2011) yaitu, pembelajaran

(33)

17

pengalaman terjadi ketika pengalaman yang dipilih dengan cermat didukung oleh refleksi, analisis kritis dan sintesis, serta meminta siswa untuk berinisiatif, dan bertanggung jawab atas hasil. Dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman, siswa aktif terlibat dalam mengajukan pertanyaan, menyelidiki, dan bereksperimen. Siswa terlibat secara intelektual, emosional, sosial, dan hasil dari pembelajaran bersifat pribadi.

2.1.2.1 Langkah – Langkah Pembelajaran Experiential Learning Pembelajaran berdasarkan pengalaman melibatkan sejumlah langkah yang menawarkan siswa langsung, pengalaman belajar kolaboratif dan reflektif yang membantu mereka untuk “sepenuhnya belajar keterampilan dan pengetahuan baru

”(Haynes, 2007). Setiap langkah Experiential Learning, siswa akan terlibat dengan konten, guru/ instruktur dan juga satu sama lain yang mencerminkan diri sendiri dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi lain.

Berikut ini menjelaskan langkah-langkah yang terdiri dari pengalaman belajar seperti yang dicatat oleh (Haynes, 2007):

1. Mengalami

Siswa akan melakukan pengalaman langsung dengan sedikit atau tanpa sama sekali bantuan dari instruktur. Aspek kunci dari pengalaman belajar adalah apa yang siswa pelajari dari pengalaman daripada kuantitas atau kualitas pengalaman.

2. Merefleksikan

(34)

18

Siswa membagikan hasil, reaksi dan pengamatan dengan rekan-rekan mereka. Siswa juga akan dapat berbagi pengalaman dengan teman sebayanya.

Berbagi sama dengan merefleksikan apa yang mereka temukan dan menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu yang dapat digunakan untuk penggunaan masa depan.

3. Menganalisis

Siswa berdiskusi, menganalisis, dan merefleksikan pengalaman tersebut.

Mendeskripsikan dan menganalisis pengalaman dapat memungkinkan siswa untuk menghubungkannya dengan masa depan. Siswa juga akan mendiskusikan bagaimana pengalaman itu dilakukan, bagaimana tema, masalah dan masalah muncul sebagai akibat dari pengalaman. Siswa akan mendiskusikan bagaimana masalah atau masalah spesifik yang terjadi ditujukan dan untuk mengidentifikasi tema yang berulang.

4. Generalisasi

Siswa menghubungkan pengalaman dengan contoh dunia nyata, menemukan tren atau kebenaran umum dalam pengalaman, dan mengidentifikasi prinsip "kehidupan nyata" itu muncul.

5. Aplikasi

Siswa menerapkan apa yang mereka pelajari dalam pengalaman (dan apa yang mereka pelajari dari pengalaman praktik sebelumnya) ke situasi yang sama atau berbeda. Selain itu, siswa akan membahas bagaimana proses yang baru

(35)

19

dipelajari dapat diterapkan situasi lain. Siswa akan membahas bagaimana masalah yang diangkat dapat bermanfaat situasi masa depan dan bagaimana perilaku yang lebih efektif dapat berkembang dari apa mereka belajar.

2.1.2.2 Karakteristik Experiential Learning

Dalam perkembangannya metode ini sudah berkembang dan berevolusi dari tahun 1950 dan 1960 yang sebelumnya masih belum terkenal sampai sekarang yang sudah dipakai menjadi praktik umum dimanapun proses pembelajaran dilakukan. Berikut karakteristik yang dikemukakan oleh Walter dan Marks karakteristik Experiential Learning yaitu:

1. Keterlibatan

Semua karakteristik tersebut mengacu pada satu keluaran yaitu personal growth atau pengembangan diri. Dalam hal ini keterlibatan yang akan menggabungan peserta didik dengan aktifitas yang mereka lakukan, lalu keterlibatan yang mempengaruhi perubahan perilaku dan pengembangan diri seiring dengan peningkatan keterampilan.

2. Relevasi

Relevansi antara program pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang diberikan dengan peserta didik atau tujuan dari peserta. Relevansi disini tidak hanya menyajikan kesamaan pada aktivitasnya tetapi dapat juga dapat memadukan hubungan pembelajaran yang sama dengan apa yang harus dipelajari oleh peserta didik.

(36)

20 3. Tanggung Jawab

Peserta didik diharuskan memiliki respon yang dapat berpengaruh langsung dengan pilihan aktivitas mereka. Tanggung jawab untuk mengatur perubahan-perubahan yang sepenuhnya tergantung pada diri mereka sendiri.

Kebanyakan aktivitas Experiential Learning menyediakan media dan peluang para peserta didik akan lebih berkomitmen dan mendapatkan arti yang sebenarnya dari tanggung jawab untuk keberhasilan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab dalam proes Experiential Learning adalah mengontrol perilaku diri, terpercaya dalam melakukan pekerjaan yang penting, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan mengerjakan bagiannya jika bekerja dalam tim.

4. Fleksibel

Fleksibilitas tersebut bergantung pada tiga hal pokok yaitu pengaturan baik, tatacara maupun kadaan, peserta dari proses pembelajaran, dan tipe dari pengalaman pembelajaran termasuk didalamnya kegunaan dan tujuan dari pembelajaran tersebut. Fleksibilitas juga mengacu pada pendekatan-pendekatan media pembelajaran yang semakin beragam. Untuk peserta didik dengan penglaman yang minimal pendekatan pembelajaran dapat difokuskan pada pengembangan pengalaman.

5. Responsif

Responsif menjadi salah satu karakteristik dari Experiential Learning.

Terkadang apa yang direncanakan dalam proses pembelajaran mendapatkan kenyataan berbeda dengan penglaman orang lain sekalipun aktivitas yang

(37)

21

diberikan sama. Perbedaan ini disarkan pada perbedaan kebutuhan, latar belakang, kultur , dan lain-lain (AEE, 2017).

2.1.2.3 Aspek Pembelajaran Experiential Learning

Experiential Learning itu sendiri berisi 3 aspek yaitu pengetahuan yang berisi konsep, fakta, dan informasi lalu aktivitas (penerapan dalam kegiatan) dan refleksi (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu).

2.1.2.4 Manfaat Pembelajaran Model Experiential Learning

Berikut beberapa kelebihan metode Experiential Learning secara individual adalah 1) meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri, 2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan pemecahan masalah, 3) menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk, 4) menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab, 5) mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi. (Fathurrohman, 2015: 135)

Adapun kelebihan dalam membangun dan meningkatkan kerja sama kelompok yaitu 1) mengembangkan dan meningkatkan rasa saling ketergantungan antar sesama anggota kelompok, 2) meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, 3) mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan kepemimpinan, 4) meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota kelompok. (Fathurrohman, 2015: 138)

(38)

22 2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.3.1 Definisi IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan materi yang membahas segala macam peristiwa yang terjadi di bumi, meliputi manusia, hewan, tumbuhan, keadaan – keadaan Alam yang terjadi di bumi yang mana dapat terjadi di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.

Menurut Trianto (2010) berpendapat bahwa IPA merupakan kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir, dan berkembangnya melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Lalu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains yaitu pengetahuan yang mempelajari gejala – gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dengan cara observasi, eksperimen, atau uji coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan (Abdullah:1998). Menurut Samatowa (2011) istilah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan terjemahan dari bahasa inggris “Natural Science”, natural berati berhubungan dengan alam, sedangkan science berarti ilmu pengetahuan. Dari definisi ketiga tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu yang mempelajari segala peristiwa tentang alam dan isinya yang diperoleh dengan cara ilmiah observasi, eksperimen, dan uji coba.

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA

(39)

23

Pembelajaran IPA di sekolah bertujuan untuk meningkatkan cara berpikir peserta didik dengan ilmiah dan kritis. Menurut Depdiknas (2007:13-14) tujuan pembelajaran IPA di SD agar siswa :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.4 Modul

Modul merupakan sebuah buku yang berisi bahan ajar dan sumber bahan ajar yang berguna bagi peserta didik dalam pembelajaran secara mandiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia modul merupakan unit kecil dari suatu pelajaran yang beroperasi sendiri (Tim Penyusun Kamus Bahasa,2002:662). Menurut

(40)

24

Prastowo (2012) modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkatan pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Modul juga merupakan sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa bantuan guru sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya (Majid,2013).

2.1.5 Teori Perkembangan Anak

2.1.5.1 Pengertian Teori Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, dengan tumbuh dan kembang yang berbeda pula. Anak TK tentunya berbeda dengan anak sekolah dasar, begitupun dengan siswa kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar mempunyai karakteristik masing-masing. Pada siswa kelas 5 pemahaman mereka tentang lingkungan jauh lebih banyak daripada kelas 3, setiap anak dari kelas 5 pun memiliki pengtahuan dan pengalaman berbeda. Maka dari itu analisis setiap guru terhadap kelas yang mereka bimbing harus meyeluruh sehingga dalam pembelajaran guru dapat menjelaskan secara menyeluruh dan dapat dipahami oleh semua siswa.

Teori perkembangan kogitif Piaget adalah teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan mengintrepetasikan objek dan kejadian di sekitar.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuanny. Proses perkembangan kognitif yang digunakan oleh anak menurut

(41)

25

Jean Piaget meliputi skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan, dan penyeimbangan.

1. Skema

Skema adalah struktur kognitif yang merupakan proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Skema adalah suatu pola sistemastis dari tindakan, peilaku, pikiran, dan strategi, pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.

2. Adaptasi

Adaptasi adalah istilah bagi struktur fungsional kognitif yang digunakan oleh Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi (pembauran) adalah proses mencocokkan praktik kepada teori.

Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal.

Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah mereka ketahui. Sedangkan akomodasi adalah proses mencocokkan teori ke dalam praktik Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya,

(42)

26

maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga manusia dapat menyesuaiakan diri dengan objek yang ada di luar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan objeknya.

3. Organisasi

Organisasi adalah pengelompokan perilaku-perilaku dan pemikiran- pemikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih teratur dan tinggi, Perbaikan organisasi secara terus menerus merupakan bagian tak terpisahkan dari perkembangan.

4. Ekuilibirasi

Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan adaptasi (penyesuaian) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (equilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Agar terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan saling melengkapi.

2.1.5.2 Tahap Perkembangan Kognitif

Piaget menyakini ada 4 (empat) tahapan perkembangan kognitif yaitu : 1. Sensorimotori (0-2 tahun)

Seorang bayi memperoleh pengetahuan melalui tindakan fisik yang mereka lakukan lalu berkembang dari tindakan refleksif dan berdasarkan insting

(43)

27

mereka pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal pada akhir tahapan.

2. Praoperasional (2-7 tahun)

Anak pada umur 2-7 tahun dapat menjelaskan suatu keadaan dengan kata dan gambar. Kata-kata dan gambar menunjukkan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik. Akan tetapi ada hambatan dalam tahap ini yaitu egosentrisme dan sentralisasi.

3. Operasional Konkret (7-11 tahun)

Anak pada umur 7-11 tahun dapat menalar secara logis mengenai kejadian konkret, menggolongkan benda ke dalam kelompok yang berbeda-beda, memahami percakapan, pengklasifikasian, dan menempatkan sesuatu dalam urutan yang teratur.

4. Operasional Formal (11 hingga dewasa)

Remaja melakukan penalaran dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis.

Pada siswa kelas IV (empat) masuk ke dalam tahap Operasional Konkret yang dapat disimpulkan siswa dapat berpikir dengan logis mengenai kejadian yang konkrer, memahami konsep percakapan, mengklasifikasikan dengan identifikasi dan pemberian nama dan menempatkannya ke dalam urutan yang teratur menurut ukuran, bentuk atau ciri lainnya, kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah konkret, dan pemikiran berbasis pengalaman. Oleh karena itu

(44)

28

aplikasi teori ini untuk siswa kelas empat yang mampu memahami masalah yang ada di sekitar dan dapat memecahkan masalah dengan berbekal pengalaman pribadi yang pernah siswa alami sebelumnya dengan mendesain pembelajaran efektif dengan melakukan eksperimen dan berdiskusi dengan penilaian lewat tugas portofolio, diskusi, serta pemikiran yang tertuang dalam lisan maupun tulisan agar guru mengetahui tingkat kemajuan berpikir siswa.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Giadiolla Septi P (2017) tentang pengembangan modul pembelajaran IPA

“Tumbuhan Di Sekitarku” menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan mendiskripsikan bagaimana kualitas modul pembelajaran IPA “Tumbuhan Di Sekitarku” menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif untuk siswa kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengembangan modul tersebut yaitu:

(1) Analisis kebutuhan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan hasil bahwa siswa kelas III A masih kurang memiliki sikap sadar dan peduli lingkungan terutama pada keberadaan tumbuhan disekitarnya; (2) Hasil analisis kebutuhan yang dapat dijasikan dasar dalam pengembangan desain yang berdasar pada pendekatan Pedagogi Reflektif (RPP); (3) Proses implementasi dilakukan dua kali di SD N Jetis 1 Yogyakarta dengan melibatkan siswa kelas III A pada pertemuan pertama berjumlah 26 dan kedua berjumlah 23; (4) Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari modul yang dikembangkan oleh

(45)

29

peneliti; (5) Modul yang masih memiliki kekurangan dilakukan perbaikan sebagai bentuk penyempurnaan modul agar kualitasnya menjadi sangat baik.

Rena Christiani (2017), tentang pengembangan modul pembelajaran IPA

“Aku Cinta Lingkunganku” untuk siswa kelas III SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif. Tujuan penelitian ini untuk menerangkan proses dan mendiskripsikan kualitas modul pembelajaran IPA

“Aku Cinta Lingkunganku” untuk siswa kelas III SD Kanisius Demangan Baru 1 menggunakan pendekatan paradigma pedagogi reflektif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil dari penelitian ini adalah penilaian dari validator yang ahli dalam bidang kurikulum sebesar 80 sedangkan penilaian dari guru IPA sekolah dasar 83. Kualitas modul pembelajaran juga dilihat berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat melakukan kegiatan implementasi yang telah memenuhi 8 kriteria dari 16 kriteria materi menurut Tomlinson (2005).

Erlita Nugrahaningtyas (2018), tentang pengembangan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran pola hidup sehat untuk anak kelas I SD.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas pengembangan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran pola hidup sehat untuk anak kelas I SD. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil dari penelitian ini adalah skor rata – rata yang didapat dari dosen ahli yaitu 3,81 dengan kategori “Baik”. Penilaian guru kelas satu mendapat skor rata – rata yaitu 4,62 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil uji coba produk yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 6 siswa mendapatkan skor rata – rata

(46)

30

4,55 kategori “Sangat Baik”. Hasil akhir kualitas buku cerita bergambar adalah 4,38 kategori “sangat baik” didapat dari rata – rata validasi dan rata – rata uji coba produk.

Zikrina Istighfatoh ( 2014 ) tentang pelaksanaan pembelajaran Experiential Learning di pendidikan dasar sekolah alam anak prima Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalahmendeskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Experiental Learning di Pendidikan Dasar Sekolah Alam (PDSA) Anak Prima Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa poin. Pada tahap pengalaman konkret masing-masing pendidik memiliki cara yang berbeda, namun tujuannya sama yaitu menceritakan dan menggali pengalaman siswa. Pada tahap observasi refleksi, pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan observasi langsung pada objek pembelajaran kemudian melakukan refleksi bersama. Pada tahap konseptualisasi dilakukan dengan cararole playing, laporan individu maupun diskusi. Pada tahap penerapan atau pengalaman aktif dilaksanakan dengan cara yang berbeda yaitu memberikan pengarahan atau melakukan observasi dengan materi yang berbeda,namun proses yang sama.

Hanya pada persiapan pelaksanaan pembelajaran belum semua pendidik di PDSA Anak Prima memahami dan melakukan persiapan pembelajaran dengan baik.

Pada proses evaluasimodel pembelajaran Experiental Learning di PDSA Anak Prima dilakukan dengantiga cara yaitu student advisor atau uji diagnostik, tes kemampuan siswadan evaluasi pendidik. Dari hasil evaluasi yang dilakukan PDSA Anak Prima, hasil belajar siswa memenuhi KKM. Output dari

(47)

31

pembelajaran Experiental Learning siswa menjadi lebih aktif, mandiri, kreatif, dan bertanggungjawab.

Citra Apriovilita H (2017) meneliti tentang Penerapan model Experiential Learning untuk peningkatkan pemahaman materi cahaya dan sifat – sifatnya siswa kelas V SD. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran Cahaya dan Sifat – sifatnya dan dapat meningkatkan pemahaman belajar sains melalui model pembelajaran Experiential Learning.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan juga kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah pemahaman belajar IPA melalui pembelajaran dengan model Experiential Learning ini mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 adalah 57,8% berpredikat cukup, dam persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus 2 adalah 78,9% berpredikat baik.

Deka Praditya ( 2020 ) meneliti peningkatan pengetahuan dan sensitivitas siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta terhadap lingkungan menggunakan model pembelajaran Experiential Learning. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui peningkatan pengetahuan siswa kelas IV SD terhadap lingkungan dan sensitivitas siswa kelas IV SD terhadap lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan setelah mendapat tindakan dengan model pembelajaran Experiential Learning pada siswa kelas IV SD. Nilai rata-rata setelah dikenai tindakan siklus I yaitu 78,2 dengan ketuntasan klasikal 84% dan mengalami

(48)

32

peningkatan setelah dikenai tindakan siklus II menjadi 79,6 dengan ketuntasan klasikal 100% kondisi yang sama juga terjadi pada variabel sensitivitas siswa yang mengalami peningkatan, dengan presentase siswa yang termasuk dalam kategori minimal cukup sensitif pada siklus I sebesar 85% dan meningkat pada siklus II menjadi 100% dengan siswa yang memiliki kaegori minimal cukup sensitif. Dengan demikian, penerapan model pembelajaranExperiential Learningyang mengacu pada muatan pelajaran IPA tema 4 dapat meningkatkan pengetahuan dan sensitivitas siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta terhadap lingkungan.

(49)

33 Literatur Map

Experiential Learning R & D

Giadiolla Septi P (2017) Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Tumbuhan

Di Sekitarku” Menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi

Reflektif Untuk Siswa Kelas III A SD N Jetis 1 Yogyakarta

Rena Christiani (2017), Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Aku Cinta

Lingkunganku” Untuk Siswa Kelas III SD Kanisius Demangan

Baru 1 Menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi

Reflektif

Erlita Nugrahaningtyas (2018), Pengembangan Buku Cerita

Bergambar Sebagai Media Pembelajaran Pola Hidup Sehat

Untuk Anak Kelas I SD

Zikrina Istighfatoh ( 2014 ) Pelaksanaan Pembelajaran

Experiential Learning di Pendidikan Dasar Sekolah Alam

Anak Prima Yogyakarta

Citra Apriovilita H (2017) Penerapan Model Experiential Learning Untuk Peningkatkan Pemahaman Materi Cahaya Dan

Sifat – Sifatnya Siswa Kelas V SD

Pengembangan Modul Pembelajaran IPA “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya“ berbasis Experiential Learning

Siswa Kelas IV SD Secara Daring

Deka Praditya (2020) Peningkatan Pengetahuan Siswa

Kelas IV SD Terhadap Lingkungan dan Sensitivitas Siswa Kelas IV SD Terhadap

Lingkungan Menggunakan Model Pembelajaran Experiential Learning

(50)

34 2.3 Kerangka Berpikir

Pengalaman observasi pembelajaran di kelas IV B, memotivasi peneliti untuk lebih memperhatikan sikap siswa terhadap kondisi lingkungan hingga selesai kegiatan PLP pada sebuah SD di Yogyakarta. Materi yang diajarkan ketika peneliti meakukan observasi adalah mengenai Makhluk Hidup dan Upaya Pelesariannya. Materi yang diajarkan masih dalam batasan lingkungan yang mengacu dari buku dan belum mengajak siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Peneliti mengambil kesimpulan apabila setelah pembelajaran, siswa akan melupakan apa yang diajarkan di dalam kelas karena guru belum mengajak siswa untuk bereksplorasi lingkungan yang akan menyadarkan siswa tentang pentingnya makhluk hidup bagi kehidupan dan keseimbangan lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud adalah sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan di atas bumi ini, baik berupa benda hidup maupun benda mati. Lingkungan sangat berperan dalam kehidupan karena lingkungan memiliki pengaruh yang besar dan memiliki manfaat. Kurangnya perhatian siswa terhadap lingkungan akan menghambat terciptanya lingkungan yang nyaman, asri, dan memiliki udara sejuk. Apabila kepedulian siswa terhadap lingkungan tidak tertanam dalam diri, kondisi lingkungan sekolah pun tidak akan terjaga dan tidak akan terlihat menarik.

Lingkungan sekolah yang hijau sangat menarik bagi siswa dan warga sekolah karena dapat menciptakan suasana yang indah dan bersih.

(51)

35

Oleh karena itu guru harus meningkatkan kepedulian dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan hijau di sekola maupun di lingkungan tempat tinggal.

Untuk menumbuhkan kepedulian dan sensitivitas siswa di sekolah dapat menggunakan salah satu cara yaitu dengan menggunakan model Experiential Learning . Melalui model ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kepedulian dan sensitivitas terhadap lingkungan hijau di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.

Melalui model Experiential Learning ini dimungkinkan mampu menjadi solusi untuk meningkatkan kepedulian dan sensitivitas siswa terhadap lingkungan pada siswa kelas IV SD. Dengan model Experiential Learning ini diharapkan mampu menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, yaitu siswa mengalami secara langsung apa yang telah siswa pelajari melalui pengalaman sebelumnya.

Melalui model ini siswa tidak hanya belajar tentang konsep suatu materi, akan tetapi siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam diri siswa tersebut. Guru kelas IV dan Kepala Sekolah mengharapkan sebuah media untuk panduan pembelajaran berdasarkan hasil wawancara.

Hasil dari analisis kebutuhan siswa, guru, dan kepala sekolah memberikan motivasi peneliti untuk mengembangkan Modul pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan lingkungan. Materi “Makhluk Hidup dan Upaya Pelestariannya” dikembangkan oleh peneliti untuk mendidik siswa kelas IV dengan harapan akan semakin menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

(52)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.

Metode penelitian membahas jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, evaluasi materi, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan atau dikenal dalam istilah Research and Development (R&D).

Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan dari berbagai ahli seperti Dick & Carey (2003) dan Borg & Gall (1983). Peneliti memutuskan untuk menggunakan desain penelitian dan pengambangan menurut ADDIE. Peneliti menggunakan metode pengembangan menurut ADDIE karena lebih memfokuskan pada pengembangan modul pembelajaran. ADDIE merupakan salah satu desain pembelajaran yang sistematis. Model ADDIE ini terdiri atas lima (5) langkah, yaitu: (1) Analyze (analisis); (2) Design (Perancangan); (3) Development (pengembangan); (4) Implementation (implementasi); (5) Evaluation (evaluasi).

Menurut Buttori (2003:14), langkah – langkah pembuatan bahan ajar model ADDIE sebagai berikut :

1. Analyse, merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi

Gambar

Gambar 1. Kolb’s Experiential Learning Cycle (Kolb, 1984)
Gambar 2. Model Pengembangan ADDIE (Umamah, 2014:55)
Tabel 1. Kisi – Kisi Wawancara untuk Guru
Tabel 2. Pedoman Wawancara Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tempat sampah, mempunyai tempat pengumpul sampah, mempunyai tempat pembuangan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor : 390/ POKJA 3 ULP/ BMP/ III/ 2013 Tanggal : 15 Maret 2013, dengan ini diumumkan bahwa pemenang pada Paket Pekerjaan tersebut diatas,

Jadi dapat disimpulkan bahwa RPP IPA Terpadu tentang tuas pada tubuh manusia berhasil memadukan biologi dengan fisika, membuat siswa antusias belajar IPA, dan

WIB, bertempat di Ruang rapat Politeknik KP Bitung, dengan calon penyedia yang telah mendaftar. sebanyak 20

PPJB yang telah disepakati dimana pada faktanya terlihat sebagai klausula baku yang tidak dapat diganggu gugat ataupun diberikan negosiasi oleh calonn

Tujuan dari perancangan ini adalah untuk dapat mendesain komponen-komponen dari jembatan balok T berupa dimensi, jenis material dan juga tulangan yang digunakan untuk

Berhubung dengan pertemuan diantara Kepala Staf Angkatan Perang, pejabat- pejabat Staf Umum Angkatan Darat dan para Panglima, (Kepala Staf Angkatan Darat, Kolonel Nasution dan

Dari data perolehan kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dinyatakan bahwa kompetensi pengetahuan siswa yang dibelajarkan