• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen METODE PENELITIAN QUR AN DAN HADIS (Halaman 74-78)

PENELITIAN TOKOH TAFSIR M. Taqiyuddin

B. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan berfikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problem-problem yang dihadapi oleh kaum setiap rosul saat itu, sampai perkembangan itu mengalami kematangan, 8 hingga era kontemporer ini, pemahaman dan pemikiran untuk mengembalikan tujuan Al Qur‟an diturunkan sebagai

7 Abdul Mustaqim, Op.cit., h. 41.

8Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, alih bahasa oleh Mudzakir AS, (Bogor Baru: P.T. Pustaka Litera Antarnusa, 1992), h. 10.

petunjuk9 umat manusia dalam melaksanakan segala aktivitas sehari-harinya. Dalam era kontemporer ini banyak sekali para tokoh pemikir islam yang menyumbangkan pemikirannya untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman Al Qur‟an. Pembaharuan dan semangat kebangkitan islam yang mulai digemborkan oleh banyak tokoh pemikir islam kontemporer saat ini, yang menawarkan beberapa metode penafsiran dalam diskursus Al Qur‟an seperti Nashr Hamid Abu Zayd yang sebagai pengembang dari metode tafsir sastra, lalu menawarkan metode konsep teks dan interpretasi teks dan karyanya yang paling terkenal adalah teks otoritas kebenaran yang diterjemahkan oleh Khorion Nahdiyyun, Fazlurrahman dengan double movementnya, Hasan Hanafi, Muhammad Arkoun serta tidak ketinggalan para pejuang dari kalangan perempuan seperti Amina Wadud Muhsin, Bintu Syati‟ fetimma Merissi dan lain sebagainya, mereka semua menawarkan metode-metode baru (tajdid) yang khas dan mempunyai kekurangan serta keunggulannya sendiri-sendiri yang sesuai akan disiplin keilmuannya10.

Alquran yang dituliskan dengan menggunakan bahasa Arab, penyebarannya yang dipimpin juga dari keturunan Arab, serta kota suci utamanya terletak di jantung tanah Arab11 dari hal inilah kawasan Arab memang mempunyai daya tarik sendiri,bahkan kemajuan dan kemunduran bangsa Arab juga mempengaruhi perkembangan dunia islam. Kegagalan bangsa Arab yang mengalami keterbelakangan dan kekalahannya pada saat Zionis

9Amin al-Khuli dan Nashr Hamid Abu Zayd, Metode Tafsir Sastra, alih bahasa oleh Khairon Nahdiyyin, (Yogyakarta: Adab Press, 2004 ), h. 54-55.

10M. Faishol, Struktur Nalar Islam Menurut Prespektif Abid al Jabiri, Jurnal

Religio, II, ( ..., 2011), h. 64.

11Albert Hourani, Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, alih bahasa oleh Irfan Abu Bakar (Bandung: P.T. Mizan Pustaka, 2004 ), h. 23.

Israel pada tahun 1948 dan 1967, yang mendorong para pemikir Islam (Arab) mencurahkan akan berbagai kedisplinan ilmunya untuk mencapai atau mewujudkan kebangkitan islam kembali. Salah satu tokoh yang mencurahkan ke-intelektualannya adalah Muhammad Abed al-Jabiri yaitu pemikir kontemporer dari Maroko, yang mempunyai corak pikir eklektisme yaitu berusaha menggabungkan antara otoritas tradisi (turats) dari Islam dengan modernitas.12

Muhammad Abed Al-Jabari kemungkinan terbesar dikenal oleh masyarakat Indonesia karena dibawakan oleh Said Aqil Siradj, karena banyak sekali koleksi-koleksi yang dimiliki olehnya serta literatur-literatur yang pernah digunakan Al-Jabiri dalam karya triloginya Naqd al-‘Aql al-‘Araby. Beliau menggunakannya untuk mendukung kritiknya terhadap Aswaja NU.

Dalam metode yang beliau tawarkan dalam penafsiran adalah al-fashl dan problem objektifitas, serta al- washl dan problem rasionalitas. Menurut Muhammad Abed al-Jabiri kita harus menghindari membaca makna sebelum membaca kata-kata”, dapat dipahamai bahwa “kata-kata,” sebagai unsur-unsur dalam jaringan relasi-relasi, dan bukan sebagai himpunan kosa kata yang berdiri sendiri dari makna semantiknya.

Karya-karya beliau sangatlah banyak namun yang menjadi magnum opusnya adalahNaqd al ‘Aql al ‘Arabi (a critique of Arab

reason) yang menjadi perdebatan di dunia Arab.

Banyak sekali para akademisi baik kalangan mahasiswa maupun lainnya, yang telah mengkaji pemikirannya diantaranya adalah Yusdani yang mengkaji pemikiran Muhammad Abed al

12Kurdi dkk, Hermeneutika Al Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010 ), h. 89.

Jabiri tentang nalar politik kenegaraan dalam islam yang ditulis dalam jurnal analisis.13 Lalu ada pula Dicky Wirianto yang mengkaji pemikirannya yang berjudul “wacana rekontrusi Turas (tradisi) Arab,” yang ditulis sebagai artikelnya. Dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang berupa artikel-artikel kemudian di himpun dan diterjemahkan oleh Ahmad Baso, seorang muda yang akrab dengan pemikiran Muhammad Abed al Jabiri. Ahmad Baso juga memberikan pengantar yang cukup panjang dalam mengantarkan kepada kita semua agar dapat memahami pemikiran beliau.14

Muhammad Abed al Jabiri yang sangat masyhur akan kritik nalar arabnya inilah yang terkadang menuai kontroversi karena dianggap pemikirannya sebagai klise belaka. Di dalam pendahuluan yang beliau tuliskan dalam karyanya Takwin al ‘Aql

‘Arabi, yang telah dialih bahasakan oleh Imam Khoiri,

mengatakan, proyek ini adalah proyek kritis, pokok bahasan kami adalah nalar, dan persoalan yang ada disana adalah rasionalitas, maka kami kemukakan bahwa kami secara sadar memilih berinteraksi dengan budaya terpelajar dan meninggalkan budaya kerakyatan semisal kisah-kisah, kurafat, mitos, peribahasa dll.15 Pemikirannya juga banyak sekali mengambil literatur dari tokoh idolanya, Karl Mark dan yang menjadi landasan pemikirannya adalah para pemikir dari perancis seperti Michel

13Yusdani, Nalar Politik Kenegaraan Dalam Islam, Jurnal Analisis, I (Volume XI, Juni 2011 ), h. 131.

14 Ahmad Baso (pengumpul dan alih bahasa), Post Tradisonalisme

Islam, (Yogyakarta: LkiS, 2000 ), h. vii.

15Muhammad Abed al Jabiri, Formasi Nalar Arab, alih bahasa oleh Imam khoiri (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 21.

Fochault, Levi Strauss, Regic Debray, A. Lalande, Louis Althusser juga mempengaruhi akan metodologinya dalam penafsiran.

Didalam karya-karyanya yang menjadikan inspirasi penulisan penelitian ini adalah penafsiran dengan sistematis berdasarkan kronologi pewahyuan.16 Walaupun latar belakang beliau bukanlah seorang dari ahli teologi, ataupun mufasir akan tetapi beliau adalah seorang filsuf, salah satu yang menjadikannya harus terjun kedunia pemikiran keagamaan dikarenakan hal itu adalah suatu ajakan agar berfikir kritis terhadap apa yang kita jadikan sebagai rujukan dan cara merujuknya, dengan analisis-kritik wacana agar kita tidak tertipu akan manipulasi sejarah yang dijadikan sebagai kepentingan seseorang.

Pemikiran Muhammad al Jabiri yang menjadikan berbeda dengan berbagai pemikiran modernis lainnya adalah yang tidak mudah akan terpesona dengan pemikiran barat. Beliau tidak dengan mudah terjebak pada pemikiran kaum ortodoksi, tradisionalis, ataupun kaum fundamentalis lainnya. Beliau juga berani dalam membuat sebuah pemikiran demi kebangkitan islam, yang masih dalam perdebatan adalah wacana rekontruksi tradisi arab dan pembacaan teks beliau dalam kajian Alquran, dimana menjadikan Alquran kontemporer sepanjang masa.

Dalam dokumen METODE PENELITIAN QUR AN DAN HADIS (Halaman 74-78)

Dokumen terkait