• Tidak ada hasil yang ditemukan

Obyek Kajian

Dalam dokumen METODE PENELITIAN QUR AN DAN HADIS (Halaman 59-64)

PENELITIAN KONSEPTUAL ILMU AL-QURAN

D. Obyek Kajian

Terkait dengan ranah penelitian Al-Quran, Abdul Mustaqim mengutip pendapat Amin al-Khuli dalam kitabnya, Manahij Tajdid riset tentang Al-Quran memetakan kajian Al-Quran menjadi dua kategori besar, yaitu:30

Pertama, dirasah ma fil qur‟an an nafsih (kajian tentang apa yang

ada dalam Al-Quran itu sendiri). Penulis lalu menyebutnya dengan istilah kajian internal Al-Quran antara lain adalah kajian yang dimaksudkan mengungkap aspek makna dan pesan yang terkandung dalam Al-Quran, atau yang sering disebut kajian tafsir. Termasuk pula dalam hal ini adalah kajian yang berupaya mengungkap dimensi i‟jaz Al-Quran, kisah-kisah Al-Quran,

Aqsam Al-Quran, Majaz fil Al-Qurandan sebagainya.

Kedua, dirasah ma hawl Quran (kajian di seputar

Al-Quran). Yang disebut dengan istilah kajian eksternal Al-Quran. Yang termasuk kajian eksternal misalnya, tentang sejarah teks Al-Quran, konteks sosio-historis Al-Al-Quran, aspek asbabun nuzul, sejarah kodifikasi Al-Quran, dan sebagainya. Bahkan kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kajianAl-Quran merambah kepada kajian tentang respon dan resepsi masyarakat terhadap kehadiran Al-Quran itu sendiri, yang sering disebut dengan istilah

living qur‟an, atau a;-ur‟an yang hidup di masyarakat. Neal

Robinson dalam bukunya, Discovering The Qur‟an; A Contempoary

Approah to Veiled Text menybutnya dengan istilah “al-Quran in

everyday life, yakni bagaimana Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari umat Islam, bagamaa Al-Quran dipraktikkan oleh umat Islam

30Ibid., h. 26. Lihat: Amin al-Khulli, Manahij Tajdid fi al-Nahwi wal

(Al-Quran as experienced by Muslims), mulai dari praktek pembelajaran, pembacaan, dan penghafalan Al-Quran, hingga mendengarkan dan menghayatinya dengan berbagai keunikan fenomenanya. Yaitu, kajian internal Al-Quran dan kajian eksternal Al-Quran, penulis mencoba memetakan kajian Al-Quran menjadi tiga ranah, dengan meminjam teori resepsi (reception theory) dalam ilmu sastra yang di gagas oleh Hans-Robert Jauss, seseorang ilmuan Jerman. Tiga ranah kajian Al-Quran itu adalah, yaitu pertama, ranah hermeneutis yang menekankan pada aspek pemaknaan dan tafsir, yang kemudian melahirkan berbagai produk karya tafsir dan terjemahan Al-Quran. Kedua, ranah estetis yang menekankan pada aspek keindahan yang dapat berupa karya tulisan (rasm) dan suara dengan munculnya lagu-lagu cara tilawah Al-Quran. Dan, ketiga, ranah sosio-kultural, yang menekankan aspek tradisi dan budaya yang hidup di masyarakat terkait dengan respon dan resepsi mereka terhadap Al-Quran.

Berdasarkan pemetaan dua kategori besar tersebut, Mustaqim memetakan kajian Al-Quran menjadi tiga ranah, dengan meminjam teori resepsi dalam ilmu sastra yang digagas oleh Hans-Robert Jauss, seorang ilmuan Jerman. Tiga ranah kajian Al-Quran tersebut yaitu: Pertama, ranah hermenuitis yang nenekankan pada aspek pemaknaaan tafsir, yang kemudian melahirkan berbagai produk karya tafsir dan terjemahan Al-Quran.Kedua, ranah estetis yang menekankan pada aspek keindahan yang dapat berupa karya tulisan (rasm) dan suara dengan munculnya lagu-lagu cara tilawah Al-Quran. Ketiga, ranah sosio-kultular, yang menekankan pada aspek tradisi dan budaya yang hidup di masyarakat terkait dngan respon dan resepsi mereka terhadap Al-Quran.31Dengan demikian dapat disimpulkan bahwah kajian Al-Quran secara umum adalah Al-Quran itu sendiri dan cabang-cabang ilmunya, termasuk di dalamnya ilmu tafsir, tilawah Al-Quran dan lain sebagainya.

Adapun pengetian teori resepsi adalah sebagai berikut:

reception theory is a version of reader response literary theory that emphasizes the reader‟s reception of a literary text. It is more generally called audience reception in the analysis of communications models. Artimya, teori resepsi

adalah sebuah versi dari teori sastra tentang respon pembaca yang menekankan pada resepsi atau penerimaan pembaca pada sebuah teks sastra. Secara umum teori itu di sebut juga resepsi audien dalam analisis model komunikasi. Jadi teori resepsi adalah salah satu teori sastra yang menekankanperan pembaca dalam menyambut sebuah kehadiran karya sastra. Teori tersebut juga merupakan proses hermeneutis yang memberikan peluang kepada pembaca untuk memaknai teks. Pendekatan teori resepsi berfokus pada ruang lingkup “negosiasi” dan “oposisi”. Ini bearti bahwa “teks” baik itu buku, film, atau kerja yang kreatif lainnya tidak hanya secara pasif diterima oleh masyarakat muslim. Jusru Al-Quran dalam ruang-ruang sosial terasa sangat dinamis diapresiasikan dan diresepsi oleh masyarakat.

Berikut ini beberapa contoh riset Al-Quran yang sudah sering dilakukan oleh para peneliti:

1. Penelitian Tafsir yaitu melakukan penelitian terhadap karya seorang mufassir yang menekankan pada sitematika penulisan kitabnya, corak penafsiran dan metode penafsirannya

2. Penelitian tokoh (dirasat fi rijal al-mufassirin wal

musytasyriqin), yaitu pemikiran tokoh-tokoh yang mengkaji

Al-Quran dan atau Tafsir, baik dari sarjana muslim atau orientalis, baik individual atau kolektif.

3. Penelitian kawasan (dirasat „an al-manthiqah), yaitu kajian pada aspek kawasan yang memiliki kekhasan dalam kajian Al-Quran atau tafsir.

4. Penelitian Living Qur‟an (dirasat fi Al-Quran al-hayy), yaitu kajian yang memotret fenomena sosial masyarakat berupa prakatek keagamaan yang didasarkan ataspemahamannya terhadap Al-Quran. Dengan kata lain, praktek-praktek

ritualkeagamaan berupa pembacaan surat atau ayat tertentu, misalnya, yang dilakukan oleh suatu masyarakat berdasarkan keyakinan mereka yang bersumber dari hasil interaksi mereka dengan Al-Quran.

Daftar Pustaka

Abdul Jalal, Urgensi Tafsir Madhui Pada Masa Kini, (Jakarta: KalamMulia, 1990). Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir (Yogyakarta: CV. Idea

Sejahtera, 2015).

Abu al-Hayy Al-Farmawy, ALBidayah Fi alaTafsir al-maudhu‟iy, (Mesir: Maktabah al-Jumhuriyyah, 1977).

Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‟jam Maqayis Lughah, Juz 11 (Mesir: Isa al-Babiy al-Halabiy, 1990).

Al-Farmawy, AL Bidayah Fi ala Tafsir al-maudhu‟iy.,

Ali Hasan Al Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992). Ali Yafie, Kata Pengantar dalam, Sejarah dan MetodologiTafsir, (Jakarta: Rajawali

Pers, 1992).

Anton, M. et. al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1990). As-Suyuthi, Al-Itqânfî 'Ulûm al-Qur`ân (Dar al-Fikr).

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta; Raja Grapindo Persada: 2006).

Hasbi Ash-Shidieqi, Sejarah dan pengantar Ilmu Al-Qur‟an Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), Cet. VII.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010).

Muhammad Ali Ash-Shabuuniy, StudiIlmuAlquran, terj, Amiudin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999).

Muin Salim, Beberapa Aspek Metodologi Tafsir al-Qur‟an, (Ujung Pandang: LSKI,1990).

Mustaqim, MetodePenelitianAlqurandanTafsir.,

Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Supriana, dan M. Karman, Ulumul Qur‟an dan Pengenalan Metodologi Tafsir, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002).

https://fadhlilawang.com/2re-orientasi-metodologi-penelitian-al-quran-belajar-dari-pengalaman-studi-indonesia-jerman/

55

PENELITIAN TOKOH TAFSIR

Dalam dokumen METODE PENELITIAN QUR AN DAN HADIS (Halaman 59-64)

Dokumen terkait