• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Di negara agraris, pertanian memiliki peranan yang penting baik di sector perkonomian ataupun pemenuhan kebutuhan pokok atau kebutuhan lainnya. Sector pertanian dan perkebunan memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan social masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani dan perkebunan, sehingga sektor-sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di Indonesia.

Perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Menurut kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Tanaman karet adalah salah satu jenis tanaman perkebunan. Daerah yang paling banyak memiliki lahan untuk penanaman pohon karet adalah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

Riau dan berbagai kawasan di luar pulau Jawa. Pohon karet memberikan manfaat dalam kehidupan, beberapa manfaat tanaman karet adalah sebagai bahan utama pembuatan ban,mengurangi emisi rumah kaca, mendukung kinerja industri sintetis, bahan untuk industri mebel, menjaga iklim lingkungan, dan sebagai produk untuk obat-obatan.K

Karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki potensial. Namun dalam budidaya karet terdapat beberapa permasalahan seperti teknis budidaya. Sementara itu dari segi pengelolaan (maintenance) selama fase vegetatif jarang sekali diperhatikan, sehingga produktivitas hingga kualitas tanaman karet Indonesia sangat jauh dari yang diharapkan. Banyak petani yang tidak melakukan perawatan kebunnya sebagaimana mestinya, sebagai contoh adalah masalah dosis pemupukan. Petani juga cenderung tidak tahu SNI tentang produk Bahan Olah Karet (Bokar) yang dihasilkan.

aret juga dimanfaatkan untuk beberapa alat kesehatan, alat yang memerlukan kelenturan dan tahan goncangan.

Perkebunan karet di Indonesia menjadi salah satu andalan ekspor yang kuat. Kinerja ekspor perkebunan karet tercatat sebesar US$ 634,26juta. Posisi ini merupakan posisi kedua setelah ekspor kelapa sawit. Kondisi ini didukung dengan luasnya areal perkebunan karet di Indonesia.yang merupakan lahan karet terluas di dunia, yaitu 3.435.270 ha pada tahun 2010. Dan secara berturut-turut pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 3.456.128 ha, tahun 2012 meningkat 0,81% menjadi 3.484.073 ha. Kondisi ini menjadikan Indonesia bersama dengan Thailand dan Malaysia dikenal dengan

International Tripartite Rubber Council karena ketiga negara tersebut menjadi penghasil karet alam terbesar. Thailand menjadi negara penghasil karet alam terbesardengan produksi karet pada tahun 2012 sebesar 3,5 juta ton, sementara Indonesia di peringkat kedua dengan produksi karet pada periode yang sama sebesar 3 juta ton kemudian disusul oleh Malaysia dengan produksi 946.000 ton pada periode yang sama.

Untuk dapat bersaing dengan negara-negara tersebut maka perlu ditingkatkan daya saing produk. Meningkatkan daya saing produk adalah upaya untuk mengembangkan usaha di bidang perkebunan ini. Meningkatkan daya saing produk dalam kondisi ekonomi yang hiperkompetitif dan pembeli yang semakin lama semakin rasional hanya bisa dimenangkan dengan menciptakan dan memberikan nilai yang lebih unggul. Hal ini memerlukan lima kemampuan, yaitu memahami nilai pelanggan, menciptakan nilai pelanggan, memberikan nilai pelanggan, memenangkan nilai pelanggan, dan mempertahankan nilai pelanggan. Agar berhasil, perusahaan perlu mempergunakan konsep rantai nilai dan jaringan penyerahan nilai (rantai pasok) (Kotler, 2004).

Tabel 1.Luas Lahan dan Produksi Karet di Sumatera Utara

2010 2011 2012 2013 2014

LuasLahan (Ha) 565.844 575.083 575.236 582.428 591.262 Produksi (ton) 444.253 459.460 468.668 487.882 541.236

Sumber :Dinas Perkebunan Sumatera Utara

Menurut data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, luas lahan dan jumlah produksi komoditas karet meningkat dari tahun 2010-2014.Jumlah produksi karet di Sumatera Utara pada tahun 2014 sebanyak 541.236 ton. Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu sentra produksi komoditas karet di Sumatera Utara karena menyumbang 18% dari total produksi di Sumatera Utara tahun 2014.

Tabel 2.Luas Lahan Perkebunan Karet di Sumatera Utara

2012 2013 2014 2015

Rakyat

Luas Lahan (ha) Produksi (ton) 390.951,68 310.266,17 394.113,57 321.099,05 395.017,00 332.675,82 392.259,00 333.922,00 PTPN II,III,IV

Luas Lahan (ha) Produksi (ton) 42.028,0 38.303,00 39.642,64 35.659,85 38.565,90 36.215,00 38.578,55 35.191,00 Perusahaan lainnya

Luas Lahan (ha) Produksi (ton) 142.256,32 114.098,83 148.673,79 131.123,01 157.679,01 172.345,16 -

Berdasarkan data yang disajikan padaTabel 2 dapat dilihat bahwa PTPN II,III,IV pada tahun 2014 menyumbangkan hasil produksi karet sebesar 6% bagi Sumatera Utara. Dibandingkan dengan perusahaan perkebunan karetlainnya, PTPN II,III,IV menyumbangkan 21% bagi Sumatera Utara pada tahun 2014.

PTPN III merupakan penghasil karet terbesar jika dibandingkan dengan PTPN II dan IV.Selain melakukan budidaya tanamankaret, PTPN III juga melakukan proses pengolahan karet. Data Pabrik Pengolahan Karet (PPK) PTPN III disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Pabrik Pengolahan Karet (PPK) PTPN III di Sumatera Utara Pabrik Pengolah Karet (PPK) Mutu Produk

Kapasitas Olah (Ton Karet Kering

/Hari)

PPK Gunung Para Ribbed Smoked Sheet 16.8

Crumb Rubber 30

PPK Sarang Giting Ribbed Smoked Sheet 11

PPK Mambang Muda Lateks Pekat 30

Crumb Rubber 30

PPK Rantau Prapat Ribbed Smoked Sheet 12

PPK Sei Silau Ribbed Smoked Sheet 12

PPK Bandar Betsy Ribbed Smoked Sheet 16

PPK Rambutan Lateks Pekat 30

PPK Hapesong Ribbed Smoked Sheet 12

Jumlah Kapasitas Ribbed Smoked Sheet 79.8

Crumb Rubber 60

Lateks Pekat 60

PPK Membang Muda merupakan pabrik yang memiliki kapasitas terbesar. Maka dari itu peneliti memilih PPK Kebun Membang Muda yang terletak di Kebun Membang Muda, Kabupaten Labuhanbatu Utara sebagai sampel penelitian. Data luas lahan, produksi dan produktivitas Kebun Membang Muda PTPN III disajikan padaTabel 4.

Tabel 4. Data Luas Lahan, Produksi &Produktivitas Karet Kebun Membang Muda Tahun 2013-2015

Tahun 2013 2014 2015

Luas lahan (ha) 728,65 891,90 1.130,15

Produksi (ton) 1.489 2.068 2.103

Produktivitas (ton/ha) 2,04 2,32 1,86

Tabel 5.Data Konsumen Crumb Rubber PTPN III Kebun Membang Muda

Sumber : PTPN III

No. Konsumen Jumlah (Kg)

2013 2014 2015

1 Jaya Tropical PTE LTD 302.400 241.920 645.120

2 PT. Bitung Guna Sejahtera 645.120 963.640 1.834.560 3 PT. Wilson Tunggal Perkasa 1.028.160 2.157.120 1.532.160 4 Wilson Global 1.229.760 1.149.120 221.760 Jumlah 3.105.440 4.511.800 5.765.760 Sumber: PTPN III

Tabel 6.Data Konsumen Lateks PTPN III Kebun Membang Muda

No. Konsumen Jumlah (Kg)

2013 2014 2015

1 PT. Latexindo

Tobaperkasa 1.472.717 1.593.335 1.471.365

2 PT. Sri Global Abadi 360.947 421.297 691.887

3 PT. Mulyo Sakti 132.227 48.084 82.587

4 PT. Mitra Abadi Mulya 11.870 24.218 -

Jumlah 1.977.761 2.086.934 2.245.839

Sumber: PTPN III

Berdasarkan Tabel 5 dan 6, jumlah permintaankonsumen PTPN III Kebun Membang Muda tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi, bahkan ada yang mengalami penurunan. Tetapi jika dilihat secara keseluruhan, permintaan konsumen mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Supply Chain Management(SCM) atau manajemen rantai pasokmerupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu rantai pasok secara efisien. SCM padaproduk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen (Marimin & Nurul, 2011).

SCM membentuk sebuah sistem terpadu setiap pihak saling mendukung satu sama lain.SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Maka dari itu analisis supply chain dalam agribisnis bukan hanya untuk meningkatkan satu

perusahaan saja, melainkan untuk meningkatkan kinerja seluruh perusahaan yang terlibat dari hulu ke hilir.