BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, ALUR, LATAR,
2.3 Latar
2.3.3 Latar Sosial
Pada saat itu Yudhistira ingin menemui Antonia tanpa diketahui ayahnya.
(146)Yudhistira tidak dapat menikmati makan malamnya, namun ia tidak ingin ayahnya curiga dan berusaha makan secepatnya, kemudian mendesak ayahnya supaya segera membayar. Ia melirik gelisah pada jam tangannya.
Pukul sembilan adalah waktu Antonia untuk bermain kembali, setelah beristirahat selama satu jam, dan sekarang jam tangannya telah menunjukkan waktu pukul 21.01. (Yogyakarta, 2010:95).
Pada saat itu Gerson ada janji dengan temannya untuk pergi ke klub.
(147)Gerson bangun dari tidurnya dan melirik jamnya. Pukul tujuh. Ia cepat-cepat melirik penampilannya di cermin. ….
Hari ini hari Sabtu, dan ia akan pergi ke pesta di sebuah klub bersama teman-temannya. (Yogyakarta, 2010:185)
2.3.3 Latar sosial
Latar sosial berhubungan dengan perlaku kehidupan masyarakat. Latar
sosial berupa tingkatan struktur sosial dan adat istiadat atau tradisi dalam
dan bawah. Tokoh–tokoh dalam novel ini mewakili struktur sosial masyarakat golongan atas. Golongan menegah dan bawah dalam novel ini tidak dianalisis.
Struktur sosial masyarakat golongan atas yang pertama diawali tokoh
Yudhistira. Yudhistira adalah anak keturunan bangsawan. Seorang keturunan
bangsawan atau darah biru termasuk dalam golongan atas.
(148)Yudhistira memanggilkan becak di depan alun-alun. Tukang becak itu
segera mengenali Yudhistira dan mengangguk hormat,”Den bagus.” “Pulang ya, Mas,” katanya pada tukang becak. (Yogyakarta, 2010:
133)
Struktur sosial masyarakat golongan atas selanjutnya diwakili tokoh
Ananda. Ananda yang notabene adalah ibu Yudhistira, tentulah seorang keturunan
bangsawan.
(149)Setelah mereka selesai makan, Mbok Sekar berjalan dengan tergopoh-gopoh, menyingkapkan kain panjangnya, menampilkan tulang kering-nya yang kurus, dan tersenyum pada sang nyokering-nya.
“Ada tamu, Kanjeng Putri.”
Mbok Sekar mengangguk. ”Nggih, Ndoro.” “Suruh dia ke sini.” (Yogyakarta, 2010:8)
Tokoh Olivia juga mewakili struktur sosial masyarakat golongan atas.
Olivia adalah anak seorang pengusaha furnitur yang kaya raya. Hal ini terlihat
pada kutipan (34). Selain itu, masih ada Gerson, Karta, Yahya, dan Tarjo yang
juga termasuk masyarakat golongan atas.
Gerson, Yahya, dan Tarjo digambarkan memiliki mobil, Karta adalah anak
seorang koloneral keturunan Belanda yang gagah. Gerson mengendarai mobil saat
pergi bersama Olivia, seperti terlihat pada kutipan berikut.
(150)Saat mobil Gerson berhenti di pagar lingkungan keraton, temannya yang mabuk di belakang membuka pintu dan melompat keluar, memuntahkan minumamanya. (Yogyakarta, 2019:191)
Sedangkan Yahya, meskipun ibunya tidak mengizinkan Yahya
mengguna-kan fasilitas mewah, kakeknya pemilik lahan di Pontianak. Hal ini terlihat seperti
kutipan (77). Tarjo, seperti sudah ditulis di awal, adalah anak seorang kiai kaya di
Madura, seperti dalam kutipan (87).
Berdasarkan analisis di atas dapat, dapat disimpulkan novel Yogyakarta
terdiri dari latar tempat, latar waktu, latar sosial. Latar waktu terdapat tujuh kota
terdiri kota Ambon, Madura, Pontianak, Medan, Jakarta, New York, dan
Yogyakarta.
Kota Ambon, Madura, Medan, Pontianak, dan Jakarta adalah tempat asal
Gerson, Tarjo, Karta, Yahya, dan Olivia. Tempat pemunculan masalah mereka.
Sedangkan New York adalah tempat terjadinya peristiwa masa kecil Yudhistira
dan Yogyakarta adalah tempat bertemunya semua tokoh tersebut.
Sedangkan latar waktu terjadi antara tahun 1966-2009. Wakyu yang terjadi
pada tahun 1966 mengisahkan tentang masa lalu Ananda. Tahun 1986 yang
mengisahkan tentang Yudhistira berlibur ke New York dan bertemu Antonia.
Sedangkan tahun-tahun berikutnya adalah latar waktu tokoh-tokoh lainnya.
Selain itu, juga dibedakan antara latar waktu pada pagi, sore, dan malam. Pagi
hari saat semua anak–anak kos berkumpul waktu sarapan pagi. Sore hari saat Yudhistira menunggu Antonia memainkan flute-nya. Sedangkan malam hari saat
Yudhistira tidak bisa tidur memikirkan Antonia. Malam hari juga adalah waktu
ketika Geson mengajak Olivia pergi ke klub.
Sedangkan latar sosial dalam novel ini hanya dianalisis dari struktur
dilihat dari materi atau kekayaan yang dimiliki, namun juga dari darah
kebangsawanan, seperti Yudhistira dan Ananda yang adalah keturunan
bangsawan.
2.4 Tema
Tema utama novel Yogyakarta adalah cinta tumbuh dalam perbedaan ras,
agama, suku dan budaya. Saat usianya lima belas tahun, Yudhistira yang
berkebangsaan Indonesia dan bersuku Jawa serta beragama Islam jatuh cinta pada
seorang gadis bernama Antonia, seorang gadis Negro beragama Kristen yang
tinggal di New York-Amerika Serikat. Akan tetapi, perjalanan cintanya tidak
berjalan mulus. Sehari sebelum Yudhistira kembali ke Indonesia, Antonia
meninggal karena dipukul oleh ibu asrama. Antonia dituduh mencuri, tetapi
sebenarnya Antonia hanya ingin mengambil kertas lagu untuk Yudhistira.
Yudhistira terpukul dan selama dua puluh tahun dia tidak pernah mendekati
perempuan lagi. Yudhistira tidak menyadari bahwa ia telah mengulang ingatan itu
kembali untuk kesekian kalinya. Sudah dua puluh tahun. Gadis itu masih
membekas dalam ingatannya, sekalipun sakit itu tidak terasa lagi.
Setelah kejadian itu Yudhistira tidak pernah jatuh cinta lagi. Yudhistira
tidak pernah punya perasaan kepada siapa pun selama dua puluh tahun. Perasaan
itu timbul pada saat Yudhistira berkenalan dengan Olivia. Awalnya Yudhistira
tidak menyukai Olivia karena Yudhistira tidak mau tersakiti lagi.
Akan tetapi, perasaan Yudhistira (beragama Islam dan bersuku Jawa) tidak
Cina-Jerman-Jawa) pergi bersama Gerson ke klub malam. Bukan hanya Gerson saja
yang mendekati Olivia tetapi juga Karta, Yahya, Tarjo. Rasa cemburu itu timbul.
(151)Yudhistira menatap Olivia. “Kenapa kamu pergi sama laki-laki lain?”
tanyanya.
Dan ia pingsan di pelukan Olivia. (Yogyakarta, 2010:194)
Setelah mengungkapkan isi hati pada Olivia dan Olivia menerima cinta
Yudhistira, masalah lain timbul. Olivia cemburu pada Antonia karena saat Olivia
hampir terluka, Yudhistira menyebut nama Antonia. Yudhistira tidak mau
membahasnya, tetapi karena dirayu Olivia dia mau menceritakan pada Olivia
bahwa Antonia adalah gadis pertama yang dia cintai. Gadis itu meninggal karena
dituduh mencuri oleh ibu asrama.
(152)Bibir Yudhistira terbuka, bergerak, dadanya naik turun, dan dengan hanya diterangi senter yang ditinggalnya di bawah, ia berkata pelan,
”Aku pernah diam-diam cinta sama dia waktu umurku lima belas di New York. Anak Afrika-Amerika, pemain flute di jalanan. Dia mati karena berusaha ngambil kertas... kertas musik untuk dimainin ke aku... pada hari terakhir aku di sana.” (Yogyakarta, 2010:234)
Bukan hanya masalah itu saja yang timbul dari perjuangan cinta Yudhistira.
Ternyata Olivia sudah dijodohkan dengan Bernard Wibowo. Yudhistira terpukul
dan setelah tahu bahwa Olivia kembali ke Jakarta, Yudhistira merindukannya dan
dia tidak bisa berbuat apa-apa. Yudhistira hanya menunggu kabar Olivia.
(153)Yudhistira menatap ibunya dan duduk dengan perasaan hampa.
”Tidak. Aku tidak akan menyusulnya. Kalau ia tidak ingin kembali ke
Yogyakarta, aku tidak akan pergi ke Jakarta,” kata Yudhistira, bangkit
berdiri dan berjalan ke kamarnya. (Yogyakarta, 2010:244)
Berdasarkan kutipan tersebut, semakin menguatkan pendapat bahwa cinta
ini. Olivia kembali ke Yogyakarta untuk memilih Yudhistira menjadi pendamping
hidupnya. Mereka berjanji untuk tidak berpisah lagi.
Selain itu ada tokoh yang lain, yaitu Karta yang mempunyai mimpi untuk
menjadi seorang penyanyi terkenal. Karena kesombongannya, dia gagal. Pada
akhirnya, Karta berubah menjadi orang yang tidak sombong. Dia berjanji pada
Ananda, ibu kosnya, untuk berubah. Karena Karta bersedia berubah, Ananda mau
membantu dengan mengenalkan Karta pada temannya yang bernama Pak Nurul
pemilik studio rekaman Bar Suara Record. Berdasarkan analisis di atas, semakin
menguatkan pendapat bahwa tema tambahan novel ini adalah kesombongan tidak
akan membuat kesuksesan seseorang.
Selain Karta ada tokoh yang lain, yaitu Gerson yang trauama akan masa
lalunya. Saat di Ambon, dia kehilangan ayahnya dan ibunya menjadi gila karena
kejadian kerusuhan antar-umat beragama. Hal ini membuat Gerson benci pada
orang Kristen tapi juga berterima kasih pada orang Kristen karena Gerson
ditolong orang Kristen bernama Yesaya. Pada akhirnya Gerson menerima
kematian ayahnya karena nasihat ibu kosnya yang bernama Ananda. Hal tersebut
menunjukkan tema tambahan, yaitu pertentangan antar-umat beragama.
Selain Gerson ada tokoh, lain yaitu Tarjo yang tidak tahu tujuan hidupnya.
Tarjo yang disuruh masuk pesantren, malah memilih akuntansi. Pada akhirnya,
Tarjo memilih menyelesaikan kuliahnya dan masuk pesantren setelah bertemu
sesosok laki-laki di Candi Boko. Oleh karena itu, tema tambahan dari novel ini
Tokoh yang lain adalah Yahya yang selalu bertengkar dengan ibunya.
Pertengkaran terjadi antara lain tentang masalah jurusan kuliah diambil. Yahya
ingin menjadi dokter, ibunya ingin Yahya masuk ekonomi. Akan tetapi, akhirnya
Yahya masuk jurusan kedokteran. Hubungannya dengan Monalisa juga tidak
direstui karena Monalisa dianggap sebagai pelacur. Selanjutnya, hubungan
Monalisa dan Yahya direstui karena keberanian Monalisa yang menemui Sannie,
ibu Yahya untuk mengatakan bahwa dia mencintai anaknya. Akhirnya Monalisa
dan Yahya bersatu. Oleh karena itu, tema tambahan novel ini adalah kasih sayang
meliputi kasih sayang ibu dan anak serta kasih sayang laki-laki dan perempuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tema utama adalah cinta
tumbuh dalam perbedaan ras, agama, suku, dan budaya. Sedangkan tema
tambahan ada beberapa. (1) Kesombongan tidak akan membuat kesuksesan
seseorang. Kesombongan membuat Karta gagal masuk rekaman. Setelah Karta
berubah, pintu kesuksesan pun mulai terbuka. (2) Pertentangan antar-umat
beragama mengakibatkan trauma yang mendalam. Tema ini dituturkan lewat
kisah Gerson saat mengalami kerusuhan di Ambon. (3) Pencarian tujuan hidup
manusia. Tema ini dituturkan lewat kisah Tarjo, yang awalnya tidak tahu tujuan
hidup antara kuliah atau mengikuti pendapat ayahnya masuk pesantren. Hatinya
bimbang, tetapi akhirnya Tarjo memutuskan langkahnya setelah bertemu seorang
laki-laki di Candi Boko. (4) Kasih sayang, meliputi kasih sayang ibu dan anak
serta kasih sayang laki-laki dan perempuan, yang dituturkan lewat cerita Yahya.
BAB III