• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN, ALUR, LATAR,

2.1.1 Yudhistira Mangkubumi

Yudhistira adalah tokoh utama sekaligus tokoh bulat protagonis dalam

novel Yogyakarta karya Damien Dematra.

Secara penokohan, Yudhistira digambarkan sebagai pria berumur 35 tahun

dan tingginya 175 cm. Nama lengkap Yudhistira adalah Yudhistira Mangkubumi.

(1) Yudhistira Mangkubumi membuka matanya di tempat tidur besar berkelambu. Mungkin sudah tiga puluh lima tahun ia menatap benda-benda yang sama.

Yudhistira Mangkubumi bergeser pelan di tempat tidur kayu tua yang mengeluarkan bunyi protes. Yudhistira tersenyum. Seakan-akan tempat tidur itu mengeluh. Padahal ia tidak berat-berat amat. Hanya tujuh puluh dua kilogram dengan tinggi seratus tujuh puluh tiga dan angka-angka itu sudah lama tidak bergerak. Ia pergi ke gym dengan teratur seminggu dua kali keliling alun-alun setiap sore. (Yogyakarta, 2010:1-2).

Yudhistira bekerja sebagai seorang kolumnis untuk Indonesia dan Amerika.

Pekerjaannya sebagai kolumnis surat kabar Amerika sudah dimulainya sejak lulus

dari program master di Harvard University.

(2) Yudhistira menatap Olivia sejenak. ”Kolumnis,” katanya dengan

tenang. ”Aku nggak ngejar-ngejar berita. Aku baca berita dan menulis

pendapatku,” (Yogyakarta, 2010:81).

(3) Yudhistira bekerja sebagai kolumnis bagi dua negara. Indonesia dan juga Amerika, sebagai koresponden surat kabar luar negeri, pekerjaan yang ditekuninya sejak lulus dari progam master di Harvad University. Saat di Amerika, ia magang pada perusahaan cetak perusahaan itu, sedangkan sekarang ia dipindahkan ke bagian situs webnya dan mengomentari masalah-masalah yang terjadi di seputar kawasan Asia. (Yogyakarta, 2010:82).

Yudhistira adalah seorang pria yang pernah mengalami trauma di masa

mudanya. Pada saat berlibur di New York, Yudhistira bertemu Antonia. Mereka

berdua saling jatuh cinta. Akan tetapi, pada saat Yudhistira benar-benar

menyayanginya, Antonia meninggal karena dipukul ibu asrama pada saat

mengambil kertas lagu di ruangan ibu asrama. Ibu asrama berpikir Antonia

mencuri kertas lagu tersebut.

Secara penokohan, Yudhistira digambarkan sebagai seorang yang

mengetahui kematian Antonia dia tidak menceritakannya kepada kepada siapa

pun. Dia hanya pulang dengan wajah sedih.

(4) Puntadewa yang melihat wajah anaknya yang sembap tidak menanyakan sebabnya. Air mata berarti kesedihan dan kesedihan berarti perpisahan dan kekecewaan. Apa pun bentuknya. Dan Yudhistira pun tidak menceritakan pada ayahnya. Atau siapa pun. Yudhistira tidak menyadari bahwa ia telah mengulang ingatan itu kembali untuk kesekian ratus kalinya. Sudah dua puluh dua tahun. Gadis itu masih membekas dalam ingatan, sekalipun ia sudah tidak merasa sakit itu lagi. Hanya saja perasaan terluka itu demikian membekas dalam dirinya. (Yogyakarta, 2010:98-99).

Setelah pulang dari New York, Yudhistira berubah menjadi pria yang cuek

terhadap perempuan. Ia bersikap seolah-olah tidak ada wanita lain selain Antonia.

Hanya Antonia yang selalu ada di dalam hati dan pikirannya.

(5) Wajah Ananda seketika menjadi cerah. ”Ah, ini Yudith. Olivia cari tempat untuk internetan. Di depan kan ada. Kamu bisa anterin?”

Gerson menatap Yudhistira yang terlihat enggan. (Yogyakarta, 2010: 107).

Yudhistira adalah anak yang patuh pada ibunya, walaupun mereka tidak

dekat sebagaimana ibu dan anak yang selalu berbagai cerita. Waktu Olivia di

Yogyakarta, Ananda menyuruh Yudhistira untuk mengantarkan Olivia keliling

keraton. Awalnya, Yudhistira tidak mau mengantarkan Olivia. Akan tetapi,

Yudhistira tidak ingin mengecewakan ibunya. Akhirnya Yudhistira mau

mengantarkan Olivia untuk keliling keraton.

(6) Saat Ananda menoleh pada Olivia “Kamu selalu jalan-jalan ngeliat keraton sendirian?”

Olivia menggangguk. “Apa Bude mau nemenin aku?” godanya. “Ndak, tapi Yudith bisa,” katanya menatap anaknya.

“Ma, Mama masih ikut camping kita tiap tahun! Masak Mama mau

bilang keliling keraton aja udah nggak kuat?” kata Yudhistira menatap ibunya, namun ia segera menyesal telah bersikap membangkang. Ia menatap Ananda yang menatapnya dengan tatapan marah seorang

Pada hari yang ditentukan, Yudhistira mengantar Olivia keliling keraton.

Sikap Yudhistira mulai berubah. Ia tidak secuek biasanya. Ia mulai bersikap

lembut dan perhatian pada Olivia.

(7) Olivia mengangguk-angguk kemudian mengikuti langkah Yudhistira yang tegap. Dengan tenang laki-laki itu menerangkan satu per satu bagian keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. “Kita makan dulu, ya? tanyanya dengan lebih lembut dan gadis itu mengangguk. ”Oke.”

(Yogyakarta, 2010:133).

Seusai acara keliling keraton, Yudhistira mengajak Olivia makan. Mulai

saat itu, Yudhistira menyukai bahkan membuka hatinya untuk Olivia. Akan tetapi,

muncul pertentangan dalam dirinya. Ia memutuskan tidak menyukai siapa pun

lagi termasuk Olivia, karena takut akan kehilangan cintanya lagi.

(8) Yudhistira melirik Olivia. Tidak benar. Perasaan ini tidak benar, pikirnya resah. Aku tidak mungkin menyukai perempuan manapun dan seperti apa pun.

Apalagi anak kos Mama. Aku tidak akan pernah menyukai siapa pun lagi. Tidak! Tidak selamanya! (Yogyakarta, 2010:139).

Yudhistira juga digambarkan tidak memiliki kedekatan dengan ibunya. Hal

ini terlihat saat ibunya bertanya tentang hal yang terjadi antara Yudhistira dan

Olivia.

(9) Ananda berdiri dan mengerutkan kening, ”Apa sih yang terjadi sama

kamu? Apa kamu itu manusia dari batu? Bahkan ayahmu mengatakan hal itu padaku.

Yudhistira berdiri, MA! Jangan bawa-bawa Papa!” (Yogyakarta, 2010:140).

Yudhistira orang yang bertanggung jawab atas kesalahannya. Dia minta

maaf pada Olivia karena ia marah tanpa alasan pada saat makan berdua di restoran

(10) “Sori, aku kasar tadi siang tanpa alasan,” kata Yudhistira tiba-tiba. (Yogyakarta, 2010:147).

Setelah meminta maaf. Yudhistira menawarkan diri untuk mengantarkan

Olivia ke Taman Sari. Yudhistira merasa mulai menyukai Olivia.

(11) Ia tidak berkata apa-apa. Cukup apa yang dialami hari itu untuk mengatakan pada dirinya menyukai perempuan itu.

Ia menyukainya seperti ia pernah menyukai Antonia. (Yogyakarta, 2010:168).

Yudhistira digambarkan cemburu pada Gerson karena Olivia pergi ke klub

malam bersama Gerson. Sebelum Yudhistira pingsan karena luka akibat

membantu Olivia yang diganggu sekelompok orang, Yudhistira menunjukkan

perasaan cintanya dengan sebuah pertanyaan.

(12) Yudhistira menatap Olivia. ”Kenapa kamu pergi sama laki-laki lain?”

tanyanya. Dan ia pingsan dalam pelukan Olivia. (Yogyakarta, 2010: 194).

Perasaan cinta Yudhistira pada Olivia semakin nyata. Kejadian-kejadian

yang mereka alami menjadikan mereka semakin dekat. Puncaknya saat acara

camping bersama di Candi Boko, Yudhistira menyatakan cintanya pada Olivia.

(13) “Aku cinta kamu,” katanya pelan, menatap gadis itu. ”Olivia, aku

cinta kamu.” Ia tertawa sendiri-campuran antara kepahitan, ketegangan, bahagia, dan lega. (Yogyakarta, 2010:234-235).

Dokumen terkait