• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR CERITA NOVEL DETIK TERAKHIR

2.2.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar waktu dalam novel Detik Terakhir hanya terbatas pada pagi, siang, malam dan pukul berapa peristiwa itu terjadi.

Setiap pagi, di rumah Arimbi, selalu menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(107) Sebab di rumah saya kerap ada pertunjukkan lenong di pagi hari. Lenong pertengkaran. Seperti suatu kali saya ingat. Dari arah kamar orang tua saya terdengar suara obrolan dengan suara cukup keras. Mula- mula hanya berupa obrolan, lama- lama pertengkaran, akhirnya cekcok hebat (hlm.32).

(108) Saya menjadi mual. Pagi-pagi berikutnya saya tak membalas senyum mama yang berbinar, dan semakin dibuat-buat ketika papa keluar dari kamar, dengan setelan kemeja (hlm.46).

(109) Saya mengumpat sarapan di pagi hari. Saya menyumpahi kecupan papa dikening mama. Saya mengisi roh diri sendiri (hlm.50).

Setiap dua hari sekali dan di sela-sela jam pelajaran sekolah, Rajib mengirim narkoba untuk Arimbi. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(110) Rajib mengirim barang di sela-sela jam pelajaran sekolah (hlm.69). (111) Sejak diberi gratis oleh Rajib, saya tak bisa mengatakan tidak. Dia

menyuplai putaw setiap dua hari sekali (hlm.69).

Malam itu terjadi pertengkaran antara Papa Arimbi dan Mama Arimbi akibatnya tidak bisa merayakan akhir tahun dengan bahagia. Berikut kutipannya :

(112) Malam itu tidak ada tahun baru. Papa mendekam dalam kamar. Menemani mama yang terbaring lemah. Tubuh mama dipenuhi perban(hlm.41).

(113) Pembantu yang menyediakan makan malam yang cuk up enak (hlm.42).

(114) Saya memandang jalan raya depan rumah, sepi. Hanya lampu- lampu menyala dari rumah seberang yang sama meganya dengan rumah saya, yang menandakan malam ini ada sesuatu yang hidup (hlm.66).

2.2.3 Latar Sosial

Latar sosial menunjuk pada hal- hal ya ng berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Cerita dalam novel Detik Terakhir menggunakan latar sosial status keluarga Arimbi.

Status sosial Arimbi yang terlahir dari keluarga terpandang, pengusaha dan sebagai aktivis sukses. Berikut kutipannya:

(115) Begitu mengerti kata-kata, saya langsung tahu ayah, saya panggil papa, adalah pemilik bisnis perkebunan kelapa sawit di Sumatra, dan usaha ritel di Jakarta (hlm.25).

(116) Mama punya kantor sendiri. Tak jauh dari rumah. Dia punya bisnis event organizer (hlm.30).

(117) Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kala u tahu kamu jadi seperti ini (hlm.96).

(118) Rajib sampai memberitahu saya latar belakang Arimbi, dan saya sangat kaget. Orang tuanya sangat popular. “Pasangan Ruslan Suwito dan Marini Ruslan. Pengusaha papan atas yang punya pamor sangat baik di mata khalayak (hlm.12).

Arimbi hidup dalam keluarga yang termasuk terpandang. Papanya seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak perusahaan. Dari banyaknya usaha, papanya sering tidak ada waktu untuk memperhatikan dirinya. Seperti pada kutipan berikut:

(119) Papa sering dinas luar. Bahkan, saya dengar dari mama, papa kini masuk klub eksekutif yang punya kegiatan rutin golf di Nirwana, Bali, jika sedang tidak ada acara lain. Saya semakin tak punya akhir pekan dengan keluarga yang lengkap. Papa juga semakin jarang menampilkan diri di ruang makan ketika saya menghabiskan nasi goreng setiap pagi. Papa mulai sering bangun kesiangan. Saya berangkat sekolah tanpa melihatnya. Dan pergi tidur sebelum papa kembali ke rumah (hlm.154).

Demikian juga pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi yang sebagian besar di daerah Jakarta dan sekitarnya. Berikut kutipannya:

(120) Saya menjadi ragu. Sebab tak saya dapati nafsu ketika melihat siswa pria paling baik di kelas. Tapi saya bisa sangat bernafsu pada lekuk seksi siswi paling memuakkan di dalam kelas (hlm.59). (121) Rajib sudah seminggu pergi ke Bali. Sudah tiga hari kami puasa

putaw. Saya coba membelinya dari seorang kenalan pengedar di belakang Kartika Candra. Mereka hanya memberi saya sejumput kecil (hlm.112).

(122) Di sebuah arena biliyar di bilangan Sudirman, saya pernah mabuk hebat setelah menenggak bergelas- gelas wiski (hlm.55).

(123) Ketika pertama kali berkeliling kesudut-sudut tempat ini, bayangan saya tentang panti rehabilitasi ini lenyap-nyap! Tak ada kamar kumuh dengan dipan tanpa kasur (hlm.119).

(124) Sebuah kafe di kawasan Kemang. Remang dan jalang. Helena memaksa saya mendatangi kafe itu pada malam yang sudah ditetapkan “peragaan busana Lingerie”. Angela ada. Papamu juga pasti ada. Kamu mesti datang biar percaya, katanya serius (hlm.47- 48).

(125) Tidak terlalu banyak yang saya bawa. Nilainya hanya belasan juta rupiah saja. Dengan volume ketergantungan orang-orang di diskotik itu yang sudah mencapai kadar super madat, barang di dalam tas saya paling hanya cukup untuk memenuhi sepuluh pembeli saja (hlm.175).

Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi, karena orang tua Arimbi termasuk kalangan atas, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan masalah Arimbi agar status mereka tidak turun dan tercemar. Maklum mereka adalah pengusaha dengan aktivis sukses. Berikut kutipannya:

(126) “Ari. Tolong kami untuk terakhir kalinya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin menolong kamu. Ke psikolog, ke panti, memanggil guru ke rumah. Membebaskan kamu dari penjara. Sekarang kamu sudah ada di rumah ini. Kami sudah menyiapkan program penyembuhan untukmu (hlm.196).

(127) Tak ada yang tahu selain kami, Ari. Nenek, kakek, oma, opa, sanak saudara tidak ada yang tahu. Dan jangan sampai ada yang tahu. Ini aib. Mau dikemanakan muka mama, muka papa! Ayahmu orang yang sukses, ibumu aktif di mana- mana. Apa kata orang, kalau tahu kamu jadi orang seperti ini? Sekarang suara mama sudah meninggi (hlm.196).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa latar ini menunjukkan pada situasi sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Misalnya kebiasaan hidup, status sosial, keyakinan, bersikap, berfikir atau pun tradisi (kutipan 115,

116, 117, 118, dan 119). Tokoh Arimbi dalam kehidupan sehari- harinya yang membuatnya terjerumus narkoba dan tertekan karena kondisi keluarganya yang tidak baik. Pengarang menggambarkan latar sosial di sekolah, diskotik atau bar, arena biliyar, dan panti rehabilitasi (kutipan 120, 121, 122, 123, 124, dan 125). Terdapat pula latar yang menyangkut status sosial yang dimiliki orang tua Arimbi (kutipan 126 dan 127).

2.2.4 Rangkuman

Dari análisis keseluruhan tokoh dan latar terlihat bahwa kedua unsur ini sangat intensif mengungkapan permasalahan tekanan batin tokoh Arimbi, karena kedua unsur tersebut merupakan unsur struktural yang saling mendukung dalam sebuah cerita. Melalui latar sifat seseorang akan dibentuk oleh keadaan dan penga ruh latar. Kesimpulan melalui uraian-uraian di atas dapat dilihat bagaimana watak dan keadaan tokoh Arimbi. Arimbi adalah seorang gadis yang mengalami tekanan batin akibat dari perbuatan orang tuanya yang tidak pernah memperhatikan Arimbi. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri. Akibat kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya mengakibatkan tokoh Arimbi terjerumus ke dalam dunia narkoba. Lebih lanjut dalam Bab III nanti akan mengkaji secara lebih dalam tekanan batin tokoh Arimbi dalam menghadapi permasalah hidup.

43 BAB III

TEKANAN BATIN TOKOH ARIMBI

Dokumen terkait