• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan Proses Penyusunan Perda tentang PDRD

Dalam dokumen Materi Pelatihan PKD Pendapatan Daerah (Halaman 157-162)

LATIHAN PROSES PENYUSUNAN PERDA

11. Latihan Proses Penyusunan Perda tentang PDRD

11.1. Proses Penyusunan Peraturan Daerah PDRD

Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat harus berdasarkan Peraturan Daerah. Pemungutan Pajak Daerah yang bersifat memaksa, serta pemungutan retribusi atas pelayanan jasa yang disediakan Pemerintah Daerah tentu memerlukan keterlibatan DPRD sebagai wakil rakyat, yang akan menilai kelayakan tarif yang akan dikenakan kepada masyarakat. Pembentukan Peraturan Daerah mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.

Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah PDRD

Penyusunan Peraturan daerah PDRD diawali dengan tahap perencanaan yaitu penyusunan Program Legislatif Daerah (Prolegda). Dalam Prolegda dicantumkan judul Peraturan Daerah PDRD yang akan diproses, materi yang diatur serta keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Materi yang diatur dalam prolegda merupakan hasil dari pengkajian dan penyelerasan yang dituangkan dalam naskah akademik, yang memuat tentang latar belakang dan tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan jangkauan dan arah pengaturan. Penyusunan Peraturan Daerah PDRD

Rancangan Peraturan Daerah PDRD dapat disusun baik dari pihak Pemerintah Daerah maupun inisiatif dari DPRD. Rancangan Peraturan Daerah diajukan dengan menyertakan penjelasan atau keterangan, dan/atau Naskah Akademik. Apabila penyusunan Peraturan Daerah merupakan inisiatif dari DPRD, maka pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.

Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah, ketentuan minimal yang harus dimuat adalah mengenai:

1) nama, objek, dan subjek pajak;

2) dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak; 3) wilayah pemungutan;

4) masa pajak; 5) penetapan;

6) tata cara pembayaran dan penagihan; 7) kedaluwarsa;

8) sanksi administratif; dan 9) tanggal mulai berlakunya.

Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok pajak

dan/atau sanksinya;

2) tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa; dan/atau

3) asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman internasional.

Sedangkan pada Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah paling sedikit harus memuat ketentuan mengenai:

1) nama, objek, dan subjek retribusi; golongan retribusi; 2) cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;

3) prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi; 4) struktur dan besarnya tarif retribusi;

5) wilayah pemungutan;

6) penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran; 7) sanksi administratif;

8) penagihan;

9) penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa; dan 10) tanggal mulai berlakunya.

Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah dapat juga mengatur ketentuan mengenai: 1. masa retribusi;

2. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok 3. retribusi dan/atau sanksinya; dan/atau

4. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.

Selanjutnya Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dilakukan oleh DPRD bersama Pemerintah Daerah melalui beberapa kali pembahasan yang dilakukan melalui rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.

11.2. Pengawasan Penyusunan Peraturan Daerah tentang PDRD

1. Perda Pemerintah Provinsi

Sebelum ditetapkan, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang PDRD yang telah disetujui bersama oleh Gubernur dan DPRD Provinsi, harus disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud. Menteri Dalam Negeri melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah untuk menguji kesesuaian Rancangan

Latihan Proses Penyusunan Perda tentang PDRD

MATERI PELATIHAN PENDAPATAN DAERAH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Peraturan Daerah dengan ketentuan UU Nomor 28 Tahun 2009 dan peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi. Menteri Dalam Negeri dalam melakukan evaluasi berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.

Hasil evaluasi yang telah dikoordinasikan dengan Menteri Keuangan dapat berupa persetujuan atau penolakan. Selanjutnya hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernur dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dimaksud. Dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan, Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat langsung ditetapkan. Apabila hasil evaluasi berupa penolakan, maka penyampaian hasil evaluasi harus disertai alasan penolakan. Kemudian Rancangan Peraturan Daerah yang ditolak dapat diperbaiki oleh gubernur, untuk kemudian disampaikan kembali kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan untuk dievaluasi kembali..

2. Perda Pemerintah Kabupaten/Kota

Proses penetapan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota juga melalui tahapan evaluasi. Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/ kota tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah disetujui bersama oleh bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota, sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud. Gubernur melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah untuk menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan UU Nomor 28 Tahun 2009, kepentingan umum, dan/atau peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi. Gubernur dalam melakukan evaluasi berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dimaksud.

Hasil evaluasi yang telah dikoordinasikan dengan Menteri Keuangan dapat berupa persetujuan atau penolakan. Dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan, Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat langsung ditetapkan. Namun apabila hasil evaluasi berupa penolakan maka disampaikan dengan disertai alasan penolakan. Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan, Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat diperbaiki oleh bupati/walikota bersama DPRD Kabupaten/Kota yang bersangkutan, untuk kemudian disampaikan kembali kepada gubernur dan Menteri Keuangan.

3. Penetapan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui oleh Menteri Dalam Negeri atau Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Salinan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

4. Pembatalan Peraturan Daerah tentang PDRD

Dalam hal Peraturan Daerah bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Penyampaian rekomendasi pembatalan oleh Menteri Keuangan kepada Menteri Dalam Negeri dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal diterimanya Peraturan Daerah. Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden. Keputusan pembatalan Peraturan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak diterimanya Peraturan Daerah. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusan pembatalan, Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah mencabut Peraturan Daerah dimaksud.

Jika provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan Daerah dengan alasan-alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, Kepala Daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung. Putusan Mahkamah Agung dapat berupa menolak atau mengabulkan (sebagian atau seluruhnya) keberatan Kepala Daerah. Dalam hal keberatan diterima, putusan Mahkamah Agung dapat menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Jika Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan suatu Peraturan Daerah, maka Peraturan Daerah dimaksud dinyatakan berlaku.

5. Sanksi

Apabila terjadi pelanggaran atas ketentuan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah, maka daerah dapat dikenakan sanksi berupa penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi. Ketentuan mengenai sanksi atas pelanggaran peraturan di bidang PDRD diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/MK.07/2010 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi terhadap Pelanggaran Ketentuan di bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dengan pokok-pokok sebagai berikut:

1) Pengenaan sanksi berupa penundaan DAU atau Dana Bagi Hasil PPh bagi daerah yang melakukan pelanggaran Menetapkan Perda PDRD tanpa melalui proses evaluasi, menetapkan Perda PDRD tidak sejalan dengan hasil evaluasi, atau tidak menyampaikan Perda yang telah ditetapkan. Besaran penundaan DAU ditetapkan 10% alokasi DAU atau 10% DBH PPh bagi daerah yang tidak memperoleh DAU untuk setiap penyaluran.

2) Pengenaan sanksi berupa pemotongan DAU atau DBH PPh bagi Daerah yang tetap melaksanakan pemungutan atas dasar Perda yang telah dibatalkan. Besaran pemotongan DAU atau DBH PPh ditetapkan sejumlah perkiraan PDRD yang dipungut berdasarkan Perda yang telah dibatalkan. Apabila jumlah PDRD yang dipungut tidak dapat diperkirakan, maka pemotongan DAU ditetapkan sebesar 5% dari DAU atau DBH PPh (mana yang terbesar).

MATERI PELATIHAN PENDAPATAN DAERAH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten AB dalam menyusun Raperda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang memuat seluruh jenis Pajak Daerah dan sebagian Retribusi Daerah yang diperkenankan peraturan perundang-undangan dimulai pada awal tahun anggaran 2011.

1. Mempertimbangkan jangka waktu Perda lama yang diperkenankan berlaku hanya sampai dengan akhir tahun 2011, apa yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten AB dalam teknis penyusunan perda terkait dengan penggolongan pajak daerah dan Retribusi Daerah.

2. Apabila ada beberapa perda jenis pajak daerah yang tidak dapat ditetapkan sampai dengan akhir tahun 2011, apakah Pemda AB dapat tetap melakukan pemungutan dengan menggunakan perda PDRD yang lama?

STUDI KASUS

Dalam dokumen Materi Pelatihan PKD Pendapatan Daerah (Halaman 157-162)