• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah

Dalam dokumen Materi Pelatihan PKD Pendapatan Daerah (Halaman 182-187)

SUMBER PENDAPATAN TAHUN %

2008 2009 2010 PAD 10.386.672.250 3.751.479.100 7.326.422.075 26,00% Pajak Hotel 8.750.000 10.000.000 12.000.000 20,00% Pajak Restoran/Rumah Makan 37.109.750 42.000.000 50.000.000 19,05% Pajak Hiburan 8.000.000 10.750.000 15.000.000 39,53% Pajak Reklame 200.000.000 300.000.000 380.000.000 26,67% Pajak Pengambilan Bahan

Galian Gol C/ Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

280.000.000 310.000.000 310.000.000 0,00%

Retribusi Pemakaian

Kekayaan Daerah 47.812.500 101.479.100 104.603.500 3,08% Laba Penyertaan modal pada

BUMD 2.680.000.000 4.000.000.000 5.242.500.000 31,06%

Lain-lain Pendapatan 3.125.000.000 5.176.000.000 5.412.500.000 4,57%

PPJ 4.000.000.000 4.800.000.000 5.800.000.000 20,83%

Sumber: APBD Gunung Kidul 2008-2010

MATERI PELATIHAN PENDAPATAN DAERAH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

walau jumlahnya hanya sedikit. Sedangkan untuk pendapatan terbesar diperoleh dari Pajak Penerangan Jalan yang mencapai 5.800.000.000,-.

Target kenaikan untuk Pajak Hotel, Restoran, Hiburan dan Reklame mengindikasikan bahwa ada perkembangan dibidang pariwisata maupun hiburan. Perkembangan jumlah losmen dan hotel mempunyai dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari perkembangan hotel dan losmen akan mendukung bidang pariwisata, namun adanya orentasi pemilik hotel dan losmen hanya sekedar untuk mencari keuntungan, tidak dipungkiri bahwa ada beberapa pengelola hotel dan losmen yang melanggar aturan yang ada.

Penyertaan modal pada BUMD yang ditargetkan mengalami kenaikan sebesar 31,36%, ini lebih kecil dari tahun sebelumnya yang mengalami kenaikan mencapai 59,25%. Pemerintah Daerah perlu melakukan upaya-upaya nyata untuk mendorong perkembangan BUMD, karena perkembangan BUMD tidak hanya akan meningkatkan PAD, tetapi juga akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.

12.2. Penutup

Secara keseluruhan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2010 mengalami kenaikan 24,43% dibanding tahun 2009. Hanya saja jumlah pendapatan yang mengalami peningkatan cukup signifikan justru dari Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD yang mencapai 2,5 M. Dengan diberlakukannya Perda Nomor 6 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Wonosari dan Perda Nomor 7 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di PUSKESMAS justru menambah kerentanan masyarakat. Pemerintah Daerah seharusnya memperhatikan mana saja sumber-sumber pendapatan yang apabila dinaikan akan menambah kapasitas masyarakat. Jangan sampai pendapatan yang digali akan berdampak pada pengeluaran yang jauh lebih banyak karena munculnya berbagai persoalan baru. Apabila dilihat dari kebijakan tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kebijakan yang terbaru adalah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD dan PUSKESMAS, Sedangkan kebijakan-kebijakan yang lain dikeluarkan antara tahun 2000 – 2003. Bahkan untuk kebijakan tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian C, Pajak Reklame, Pajak Hotel dan Restoran dan Retribusi Penggunaan Alat-Alat Berat Milik Pemerintah dikeluarkan pada tahun 1997 dan 1998. Tentunya tarif yang ditentukan padatahun 1997 atau tahun 1998 sudah tidak sesuai lagi diberlakukan pada tahun sekarang. Kebijakan tarif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang disesuaikan dengan nilai tukar rupiah dan laju inflasi akan meningkatkan PAD.

Selama ini sepertinya pihak-pihak pengambil kebijakan perencanaan pembangunan dan penganggaran masih memprioritaskan anggaran belanja. Begitu juga dengan pihak-pihak diluar Pemerintah masih

Studi Kasus Optimalisasi PAD

terfokus untuk menyoroti dari sisi belanja, namun masih sangat sedikit atau malah belum ada yang mengkritisi masalah pendapatannya. Menginngat anggaran belanja tergantung pada pendapatan, maka disisi pendapatan daerah perlu mendapatkan perhatian bersama.

Kedepan, dengan kebijakan baru di bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Kabupaten Gunung Kidul telah mempersiapkan beberapa instrumen pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang lebih baik dan menyesuaikan dengan ketentuan yang baru.

Beberapa Perda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru akan menggantikan Perda-Perda lama yang sudah usang, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah; mengatur Pajak Hotel,Pajak Restoran,Pajak Hiburan,Pajak Reklame,Pajak Penerangan Jalan,Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,Pajak Parkir,Pajak Air Tanah,Pajak Sarang Burung Walet, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB).

2. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 16 Tahun 2010 tentang Retribusi Izin Gangguan;

3. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 18 Tahun 2010tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil;

4. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 2 Tahun 2011 tentangRetribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 5. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 8 Tahun 2011 tentangRetribusi Pelayanan Pasar;

6. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 7. Perda Kabupaten Gunung Kidul No. 10 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan

Umum.

12.3. Analisa

1) Adanya kenaikan penerimaan dari beberapa jenis pelayanan kesehatan baik di RSUD, Puskesmas termasuk layanan rawat inap dan rawat jalan, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah pasien. Apabila memang diprediksikan terjadi kenaikan jumlah pasien, hal ini ada 2 kemungkinan, yang pertama adalah masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya menjaga kesehatan, sehingga sebelum mereka jatuh sakit sudah memeriksakan ke rumah sakit, dokter atau sarana kesehatan yang lain. Yang kedua bisa juga dikarenakan memang jumlah masyarakat yang sakit semakin banyak, jika demikian yang terjadi, maka upaya Pemerintah Daerah dalam MATERI PELATIHAN PENDAPATAN DAERAH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

membangun masyarakat dibidang kesehatan tidak berhasil. Bagaimana menyikapi hal ini?

2) Pajak Penerangan Jalan (PPJ) yang diberlakukan kepada semua konsumen pelanggan listrik (PLN) terkadang masih menyisakan persoalan di tingkat masyarakat. Penerangan jalan umum sebenarnya tidak hanya kebutuhan bagi masyarakat kota, karena warga desa yang menjadi konsumen pelanggan listrik juga harus membayar PPJ yang telah menjadi satu dengan tagihan rekening listrik. Sampai saat ini pengadaan penerangan jalan umum masih sebatas pada jalan kabupaten, jalan propinsi dan jalan nasional. Sedangkan untuk jalan desa belum mendapatkan fasilitas penerangan jalan umum.

Untuk memberikan rasa keadilan kepada seluruh warga masyarakat sebagai pembayar Pajak, kiranya Pemerintah Daerah harus mencari langkah-langkah strategis. Anda bisa memberikan beberapa alternatif langkah strategis yang bisa ditempuh, atau Anda lebih memilih “Do Nothing” dengan menganggap bahwa hal tersebut sudah sesuai prinsip “Pajak Daerah” sebagai pungutan wajib tanpa adanya imbalan langsung kepada pembayar pajak.

3) Tarif Retribusi Parkir, kebijakan tarif parkir seringkali tidak ditaati oleh petugas parkir, contohnya, berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir, tarif parkir untuk sepeda motor 200,- mobil 500,- dan bus/truck 1.000,-/sekali parkir. Kenyataan dilapangan, parkir untuk sepeda motor antara 500 – 1.000,-/sekali parkir, dan untuk mobil juga jauh diatas tarif yang ditetapkan. Dengan demikian pengutan retribusi parkir beotensi besar terhadap praktek korupsi, karena selain petugas parkir menentukan tarif sendiri, seringkali konsumen tidak diberikan kartu parkir atau kartu parkir digunakan berkali-kali.

Apa yang seharusnya dilakukan untuk menghindari hal tersebut berlarut-larut terjadi?

4) Pendapatan dari Pajak Bahan Galian Golongan C atau yang sekarang menjadi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, pada tahun 2010 tidak mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Jika dapat disimpulkan, hal Ini berarti Pemerintah Gunung Kidul tidak lagi mengembangkan daerah pertambangan maupun membuka izin baru untuk usaha penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan. Apabila hal ini yang terjadi, berarti sudah ada kesadaran Pemerintah Daerah untuk memperhatikan masalah kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Bagaimana pendapat Saudara?

5) Kawasan wisata Gua Cerme, sejak tahun 2009 sudah tidak ditargetkan lagi sebagai salah satu sumber PAD, hal ini dikarenakan pintu masuk Gua Cerme berada di wilayah Kabupaten Bantul, namun sepanjang gua tersebut merupakan wilayah Gunung Kidul. Bagi pengunjung yang bermaksud menelusuri gua tersebut, berarti akan masuk dari wilayah Bantul dan keluar di wilayah Gunung Kidul. Keberadaan sungai didalam gua yang jernih akan sangat tergantung pada kondisi alam diatasnya, dimana wilayah tersebut merupakan wilayah Kabupaten Gunung Kidul, sehingga pengelolaan kelestarian hutan disekitar gua tersebut yang akan mendukung keberadaan kawasan wisata

Studi Kasus Optimalisasi PAD

Gua Cerme agar tetap diminati oleh wisatawan sedikit banyak juga merupakan tanggungjawab Pemerintah Gunung Kidul, dengan alokasi dana yang tidak sedikit.

Apa yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah Gunung Kidul untuk dapat memperoleh PAD dari Kawasan Wisata Gua Cerme?

12.4. Soal Latihan

1. Jelaskan definisi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Tidak Dipisahkan! 2. Jelaskan jenis-jenis Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Tidak Dipisahkan!

3. Jelaskan penyajian Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang tidak Dipisahkan dalam Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 Tahun 2010!

4. Jelaskan penyajian Lain-lain PAD Yang Sah dalam Laporan Realisasi Anggaran! 5. Jelaskan komponen Lain-lain PAD Yang Sah!

6. Jelaskan definisi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Tidak Dipisahkan! 7. Jelaskan jenis-jenis Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Tidak Dipisahkan!

8. Jelaskan penyajian Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang tidak Dipisahkan dalam Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 Tahun 2010!

9. Jelaskan penyajian Lain-lain PAD Yang Sah dalam Laporan Realisasi Anggaran! 10. Jelaskan komponen Lain-lain PAD Yang Sah!

MATERI PELATIHAN PENDAPATAN DAERAH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

KONSEP, PERANAN, DAN

Dalam dokumen Materi Pelatihan PKD Pendapatan Daerah (Halaman 182-187)