• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerintah Indonesia bertanggung jawab untuk mengawasi operasi agen tenaga kerja swasta/PPTKIS, menyediakan informasi bagi para pekerja, serta melakukan seleksi dan memberikan persetujuan bagi para pekerja yang berangkat ke luar negeri. Fungsi kunci pemerintah dilakukan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di tingkat nasional dan Kementerian Luar Negeri, serta badan nasional khusus, BNP2TKI. Karena besarnya ukuran geografis dan jumlah penduduk Indonesia, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah juga ikut dilibatkan.

Bagian ini menetapkan fungsi mendasar dari kementerian dan badan pemerintah. Fungsi ini seringkali berjalan tumpang tindih, terutama antara Kementerian Tenaga Kerja dan BNP2TKI serta mitra lokal mereka. Misalnya, pejabat Kementerian Tenaga Kerja tingkat provinsi banyak melakukan verifikasi dokumentasi dan memberikan persetujuan perekrutan di daerah mereka, namun BP3TKI dapat memberikan persetujuan ulang dokumen atau meminta persyaratan tambahan. Ketika diwawancarai untuk penelitian ini, pejabat Kementerian Tenaga Kerja setempat dan pejabat BP3TKI mengakui kurang jelas tentang peran masing-masing. Perwakilan OMS dan para pekerja sendiri sama-sama kurang jelas tentang gambaran yang tepat dari tanggung jawab antara Dinas Kementerian Tenaga Kerja dan kantor dinas BP3TKI – masalah yang dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi maupun kesenjangan akuntabilitas.

Lembaga Nasional (Jakarta)

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kementerian Tenaga Kerja atau

Kemenaker)

Kementerian Tenaga Kerja memiliki tanggung jawab untuk mengelola migrasi tenaga kerja ke luar negeri di Indonesia berdasarkan UU No 39/2004. Peran Kementerian Tenaga Kerja adalah untuk menetapkan standar serta mengembangkan aturan dan peraturan bagi pelaksanaan hukum dan penegakan hukum. Tanggung jawab khusus di bawah UU No 39/2004 mencakup perijinan serta pengawasan PPTKIS dan perusahaan asuransi

(Pasal 12–26, Pasal 68), mengurus ‘Surat Ijin Pengerahan (SIP)’ (Pasal 28–40), menentukan standar untuk semua proses pra-keberangkatan dan dokumen (Pasal 41–47, 62–63), dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan pelindungan migran di luar negeri (Pasal 92–93). Kementerian juga bertanggung jawab atas pengembangan kerjasama internasional dalam rangka perlindungan migran, misalnya negosiasi perjanjian bilateral, serta menentukan negara mana yang dapat menerima buruh migran Indonesia (Pasal 90).

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI)

Untuk mendukung Kementerian Tenaga Kerja yang bertanggungjawab untuk mengawasi masalah ketenagakerjaan dalam negeri serta tenaga kerja migran, Presiden Indonesia membentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) pada tahun 2006.54 Badan Nasional ini bertanggungjawab langsung kepada Presiden (bukan kepada Kementerian Tenaga Kerja) dan terdiri dari wakil-wakil dari semua departemen, badan dan lembaga yang terkait dengan urusan pekerjaan di luar negeri, yang bertugas untuk mengkoordinasikan fungsi migrasi tenaga kerja mereka melalui BNP2TKI.55

BNP2TKI bertanggung jawab untuk “pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan buruh migran di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi,” termasuk melakukan pemeriksaan dokumen, memberikan pembekalan akhir pemberangkatan (PAP), memberikan informasi kepada calon dan buruh migran saat ini, mengelola keberangkatan dan kepulangan para buruh migran melalui pelabuhan Indonesia, serta melakukan “penyelesaian masalah.”56 BNP2TKI juga menempatkan buruh migran yang direkrut melalui program rekrutmen antara pemerintah-ke-pemerintah. Berbeda dengan Kemenakertrans, BNP2TKI tidak memiliki wewenang penegakan hukum terhadap PPTKIS atau aktor-aktor lainnya. Dalam wawancara, para pakar berulang kali menekankan adanya tumpang tindih antara fungsi Kemenaker dan BNP2TKI di Jakarta, dan kurangnya kejelasan tentang peran dan tanggung jawab masing-masing pihak.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)

Kemenlu bertanggungjawab atas warga negara Indonesia di luar negeri, yang dilaksanakan terutama melalui kedutaan dan konsulat di negara tujuan. Berdasarkan UU No 39 Tahun 2004, tanggung jawab khusus kedutaan bagi pekerja migran mencakup:

Melakukan penilaian terhadap kualitas majikan dan Mitra Usaha tenaga kerja di negara tujuan yang mencari tenaga kerja Indonesia, serta melakukan akreditasi lembaga mitra (lihat keterangan di bawah);

– Berdasarkan penilaian ini, memberikan persetujuan dokumen yang dipersyaratkan dalam penempatan (termasuk Perjanjian Penempatan dan Perjanjian Kerja) sebelum memberikan ijin kepada pekerja untuk melakukan perjalanan ke negara tujuan (Pasal 25 ayat 2).

– Mendokumentasikan kedatangan pekerja migran di negara tujuan, alamat, dan tanggal keberangkatan, setelah pekerja melaporkan kehadirannya di negara tersebut (Pasal 9(d)).

– Penilaian mitra usaha tenaga kerja didasarkan pada apakah agen tenaga kerja mitra itu berbentuk badan hukum yang didirikan sesuai dengan UU di negara tujuan (Pasal 24-Pasal 25 ayat 1). Perwakilan RI harus menetapkan dan mengumumkan daftar mitra usaha yang bermasalah setiap tiga bulan (Pasal 25 ayat 3–4).

Menurut peraturan tahun 2013, untuk memperoleh akreditasi mitra usaha yang akan melakukan kerja sama dengan PPTKIS juga harus menunjukkan sarana memadai, sumberdaya manusia, rencana kerja selama minimal dua tahun, dan menyajikan neraca keuangan terakhir. Mitra usaha juga harus memiliki riwayat kinerja sebagai agen yang tidak memiliki buruh migran bermasalah.57 Tanpa penyelidikan atau kriteria lebih lanjut untuk dimasukkan ke dalam daftar mungkin tidak cukup mencerminkan perlakuan agen terhadap buruh migran, tetapi hal ini mungkin dapat diatasi dalam pelaksanaan peraturan tahun 2013.

Lembaga dan Badan Regional

Sejumlah kantor yang berbeda beroperasi di tingkat regional di seluruh Indonesia, sesuai dengan urutan kewenangannya:

– Dinas Tenaga Kerja tingkat provinsi, di bawah wewenang Gubernur; – BP3TKI (Balai Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia);

– Dinas Tenaga Kerja tingkat kabupaten/kota, di bawah wewenang yang setara dengan walikota.

Dinas Tenaga Kerja Tingkat Propinsi (Disnaker) dan BP3TKI

Baik Dinas Tenaga Kerja Propinsi dan BP3TKI (kantor BNP2TKI tingkat propinsi) beroperasi pada tingkat propinsi dan fungsi masing-masing pihak tidak digambarkan secara jelas dalam peraturan (lihat Bagian 6.b tentang Penyelesaian Sengketa Fungsi Instansi Pemerintah di bawah untuk pembahasan lebih lanjut). Disnaker umumnya bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan semua aktivitas dan aktor yang terkait dengan penempatan dan perlindungan buruh migran yang berasal dari propinsi, termasuk mengkoordinasikan kerja BP3TKI.58 Disnaker juga memberikan ijin kepada PPTKIS untuk merekrut calon buruh migran di propinsi tersebut.59

BP3TKI ini bertugas untuk melakukan implementasi, yaitu “memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen penempatan ” pada provinsi ini.60 Setelah PPTKIS dan Disnaker setempat melakukan seleksi penempatan pekerja, salinan dari semua Perjanjian Penempatan yang telah ditandatangani dikirim ke BP3TKI (Permen No. 14/2010, Pasal 19 ayat 3) dan BP3TKI “melakukan pelayanan penempatan buruh migran di luar negeri” (Pasal 20). Layanan ini tidak didefinisikan dalam peraturan tersebut. BP3TKI juga menyediakan pembekalan akhir pemberangkatan atau “PAP” bagi para buruh migran yang difasilitasi oleh Disnaker.

Dinas Tenaga Kerja Tingkat Kabupaten/Kota

Kementerian Tenaga Kerja memiliki dinas tenaga kerja yang berada dalam administrasi pemerintahan daerah. Kantor dinas ini secara geografis berada paling dekat dengan masyarakat dan dengan demikian merupakan persinggahan pertama bagi individu untuk mencari informasi (seperti yang dijelaskan Penyelesaian Sengketa Administratif di bawah).

Berdasarkan undang-undang, staf Dinas Tenaga Kerja bertanggung jawab untuk menangani semua interaksi pemerintah dengan calon buruh migran hingga seseorang secara resmi dipilih oleh PPTKIS. Pertama, mereka memeriksa calon buruh migran, (lihat Kotak pada “Siapa Yang Bisa Menjadi Buruh Migran”) dan menyediakan “kartu kuning” atau kartu tanda pencari kerja.61 Mereka kemudian bertugas melakukan seleksi terhadap calon pekerja dengan PPTKIS yang berada dalam yurisdiksi mereka.62 Setelah pekerja dipilih, Dinas Tenaga Kerja setempat memberikan persetujuan untuk persiapan pembuatan paspor, BP3TKI kemudian akan mempersiapkan dokumen yang relevan di tingkat provinsi.63 Namun dalam prakteknya, tidak jelas apakah semua langkah ini akan dilalui oleh semua buruh migran; pada umumnya semua langkah ini tidak dilalui oleh buruh migran yang pergi ke

Timur Tengah dimana perantara atau calo lokal lokal menangani tahapan awal migrasi dan menghubungkan calon buruh migran secara langsung dengan PPTKIS di Jakarta.

BNP2TKI juga berada di sejumlah lokasi melalui Pos Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan TKI (P4TKI), yang didirikan untuk kelancaran keberangkatan dan kembalinya pekerja migran dari pelabuhan-pelabuhan utama.64 Hingga saat ini, kantor P4TKI telah berada di titik-titik transit, daripada di komunitas perumahan kecil buruh migran, meskipun baru-baru ini beberapa kantor telah dibuka di daerah pengirim buruh migran.65 Tak satu pun dari masyarakat peserta diskusi kelompok terarah yang memiliki Pos Pelayanan di daerah, dan studi pada masa depan diperlukan untuk memahami potensi P4TKI untuk menyelesaikan perselisian antara para TKI dan PPTKIS.