BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Kerangka Konsep
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei yang bersifat deskriptif dengan melihat gambaran Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair serta faktor-faktor yang berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat dan cair di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo.
Alasan pemilihan lokasi ini karena:
1. Lokasi penelitian merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang ada di Kabupaten Karo sehingga mempunyai pasien yang banyak.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang sikap pengetahuan dan tindakan pengolah limbah dan petugas kebersihan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2015.
3.3 Objek dan Sampel Penelitian 3.3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah unit pengelolaan limbah medis padat dan cair di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
3.3.2 Sampel Penelitian
Adapun sampel penelitian ini adalah petugas pengolah limbah medis padat dan cair yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Petugas pengolah limbah medis padat ada 2 orang dan petugas pengolah limbah medis cair ada 2 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan melalui kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.
3.4.1.1 Pengamatan (Observation)
Pengamatan (observation) adalah pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi merupakan kemampuan untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya(Bungin, 2011).
3.4.1.2 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pengelolaan limbah medis padat dan cair yang ada di rumah sakit yang nantinya akan membantu penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan pihak Rumah Sakit Umum Kabanjahe, khususnya Kepala Instalasi Sanitasi, Petugas Pengolah Limbah dan Petugas Kebersihan yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
3.4.1.3 Kuesioner
Kuesioner akan diberikan kepada Petugas Pengolah Limbah yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe untuk mengetahui sikap, pengetahuan dan tindakan mereka dalam pengelilaan limbah.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dan informasi yang diperoleh dari Instansi Sanitasi Rumah Sakit Umum Kabanjahe, buku, penelitian sebelumnya dan literatur-literatur yang dapat mendukung dalam pengamatan pengelolaan limbah medis padat dan cair serta bagaimana sikap pegetahuan dan tindakan pengolah limbah dan petugas kebersihan.
3.5 Defenisi Operasional
1. Kebijakan rumah sakit adalah ketentuan yang dibuat pihak rumah sakit untuk mencapai kondisi yang sesuai tujuan.
2. Sumber daya manusia adalah tenaga manusia yang digunakan pihak rumah sakit untuk melakukan pengawasan dan pengolahan limbah medis padat dan cair.
3. Dana adalah alat yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pengelolaan limbah medis padat dan cair di rumah sakit.
4. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang mendukung terlaksananya pengelolaan limbah medis padat dan cair.
5. Metode adalah tata cara yang digunakan pihak rumah sakit untuk mendukung terlaksananya pengelolaan limbah medis padat dan cair.
6. Pengolahan limbah medis padat adalah upaya yang dilakukan pihak rumah sakit untuk mengurangi atau memusnahkan limbah padat.
7. Pengolahan limbah medis cair adalah upaya yang dilakukan pihak rumah sakit untuk mencapai kadar BOD, COD, TSS, dan pH agar sesuai dengan peraturan pemerintah.
8. Sikap adalah tanggapan responden tentang pengelolaan limbah medis padat dan cair.
9. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam hal pemahamannya tentang terlaksananya pengelolaan limbah medis padat dan cair.
10. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktifitas nyata dari responden tentang terlaksananya pengelolaan limbah medis padat dan cair.
11. Memenuhi syarat adalah jika skor yang didapat yaitu 80 % dari total skor yang ditetapkan atau mendapat nilai 1.280 dari 1.600 total nilai yang ditetapkan.
12. Tidak memenuhi syarat adalah jika skor yang didapatkan <80% atau <1.280 dari total nilai yang ditetapkan.
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair
Pengelolaan limbah medis padat dan cair diukur berdasarkan penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
a. Memenuhi syarat jika skor yang didapat minimal 80 % dari total skor, atau mendapat nilai 1.280 dari 1.600 nilai yang ditetapkan.
b. Tidak memenuhi syarat jika skor yang didapat dibawah 80 %, atau mendapat nilai dibawah 1.280.
3.6.2 Pengetahuan
Pengetahuan responden di ukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20.
Adapun ketentuan pemberian skor yaitu : jika responden menjawab „a‟ diberi skor
= 2, jika menjawab „b‟ diberi skor = 1, dan jika menjawab „c‟ diberi skor = 0 Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkat pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :
1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 15 .
2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 sampai 15.
3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 9.
3.6.3 Sikap
Pengukuran sikap responden dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan alternatif jawaban “setuju” dan “tidak setuju” . Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20.
Adapun ketentuan pemberian skor yaitu : jika responden menjawab setuju diberi skor = 2 dan jika menjawab tidak setuju diberi skor = 0.
Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkatan sikap responden dikategorikan sebagai berikut :
1. Baik, apabila skor yang diperoleh >75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 15.
2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 sampai 15.
3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 9.
3.6.4 Tindakan
Tindakan dari responden diukur berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pertanyaan berjumlah 10 dengan total skor 20, jika responden menjawab ya diberi skor = 2 dan jika menjawab tidak diberi skor = 0.
Berdasarkan jumlah skor, selanjutnya tingkatan tindakan responden dikategorikan sebagai berikut :
1. Baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperoleh skor lebih dari 15.
2. Sedang, apabila skor yang diperoleh 45-75% dari total skor atau memperoleh skor 9 samapi 15.
3. Buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperoleh skor kurang dari 9.
3.7 Metode Analisis Data
Untuk pengelolaan limbah medis padat dan cair digunakan aspek pengukuran sesuai dengan KepMenKes RI No 1204/MENKES/SK/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dalam penilaian pemeriksaan
kesehatan lingkungan (inspeksi sanitasi) Rumah Sakit variabel ke V tentang pengelolaan limbah dimana untuk Rumah Sakit type kelas C syarat pengelolaan limbah padat dan cair RS dikatakan memenuhi syarat jika skore yang didapat yaitu 80 % dari total skore yang diperoleh atau 1.280 skor dari 1.600 skor yang ditetapkan. Dan tidak memenuhi syarat jika skore yang didapatkan <80% atau
<1.600 dari skor yang ditetapkan.
Untuk sikap, pengetahuan dan tindakan data yang terkumpul diedit terlebih dahulu dan diolah secara manual, kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Rumah Sakit Umum Kabanjahe 4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Rumah Sakit Umum Kabanjahe terletak di tengah Kota Kabanjahe yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Karo dan merupakan unit pelayanan kesehatan yang didirikan oleh Pemerintah Hindi-Belanda pada Tahun 1921 dengan nama Bataks Institute. Pada tahun 1923 RSU ini diserahkan kepada Nederlands Zending Genotschap, selanjutnya pada tahun 1945 setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, RSU diserahkan kepada pemerintah dan pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo.
Sejak pengelolaan Rumah Sakit Umum Kabanjahe diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, terdapat beberapa pimpinan yang telah memimpin jalannya pelayanan RSU Kabanjahe sampai saat ini.
RSU Kabanjahe adalah Rumah Sakit tipe C non pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karo dengan penataan organisasi yang dibentuk sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karo No. 19 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Karo. Pelayanan kesehatan RSU Kabanjahe merupakan pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi penyembuhan dan pemulihan penyakit penderita melalui usaha pelayanan kesehatan masyarakat yang memadai dan terjangkau. Pada tanggal 23 Desember 2009 RSU Kabanjahe menjadi rumah sakit yang terakreditasi penuh untuk 5 jenis kegiatan pelayanan dasar atas penilaian Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), yakni :
1. Pelayanan administrasi dan manajemen 2. Pelayanan medis
3. Pelayanan keperawatan 4. Pelayanan gawat darurat 5. Rekam medis
RSU Kabanjahe telah ditetapkan sebagai SKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Layanan Umum Daerah (PPL-BLUD) dengan status BLUD penuh sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Karo No.900/192/RSU/Tahun 2014 tanggal 19 Juli 2014.
4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe 4.2.2.1 Visi
Visi Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah menjadi Rumah Sakit Umum Kabupaten yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara.
4.2.2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi RSU Kabanjahe yang selaras dengan visi misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Karo, maka ditetapkan misi RSU Kabanjahe sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan rumah sakit yang prima
2. Melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit secara bertahap 3. Meningkatkan profesionalisme pegawai
4. Melaksanakan akreditasi dan sertifikasi
4.1.3 Ketenagaan
Jumlah SDM per Desember 2014 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi RSU Kabanjahe adalah sebanyak 253 orang. Komposisi SDM RSU Kabanjahe dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 4.1 Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Kabanjahe berdasarkan Pendidikan Tahun 2014
NO PENDIDIKAN JUMLAH
PNS
8. Dokter Spesialis Patologi Klinik
3 1 2
9. Dokter Spesialis Radiologi 1 - 1
10 Dokter Spesialis Penyakit Kulit&Kelamin
2 - 2
11. Dokter Spesialis Patologi Anatomi
No. PENDIDIKAN JUMLAH
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2015
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah dokter spesialis yang ada di RSU Kabanjahe sebanyak 20 orang, dokter umum sebanyak 12 orang, dokter gigi sebanyak 3 orang, apoteker sebanyak 2 orang, S1 keperawatan ada 28 orang, SKM ada 21 orang, ATRO ada 5 orang, akademi gizi ada 4 orang, akademi perawat ada 32 orang, bidan ada 11 orang, rekam medis ada 2 orang, farmasi ada 1 orang, analis ada 5 orang, perawat gigi ada 6 orang, pelaksana gizi sebanyak 5 orang, fisioterapi ada 3 orang.
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Fasilitas RSU Kabanjahe saat ini antara lain:
Tabel 4.2 Jenis Pelayanan Rawat Jalan yang Ada di RSU Kabanjahe No. JENIS PELAYANAN
1. Unit Gawat Darurat 2. Poliklinik Umum
3. Poliklinik Penyakit Dalam 4. Poliklinik THT
5. Poliklinik Kulit & Kelamin 6. Poliklinik Mata
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Tahun 2015
Dari tabel 4.2 menunjukkan jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RSU Kabanjahe adalah Unit Gawat Darurat, Poliklinik Umum, Penyakit Dalam, THT, Kulit & Kelamin, Mata, Bedah, Gigi, Fisioterafi, Neurologi, Paru, PKBRS/BKIA.
Tabel 4.3 Jenis Pelayanan Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur yang Ada di RSU Kabanjahe
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2015
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada sebanyak 135 tempat tidur di RSU Kabanjahe, meliputi Ruang I sebanyak 18 buah, Ruang Paviliun sebanyak 12 buah, Ruang VIP sebanyak 11 buah, Ruang VI/Bedah sebanyak 18 buah, Ruang V sebanyak 36 buah, Ruang IV (Anak) sebanyak 14 buah, Ruang Kelas 16 buah, Ruang ICU sebanyak 4 buah, Ruang Hemodialisa sebanyak 3 buah, dan Ruang Isolasi Flu Burung sebanyak 3 buah.
Tabel 4.4 Jenis Instalasi Penunjang Medis/Non Medis yang Ada di RSU 8. Instalasi Bedah Sentral 9. Instalasi Gawat Darurat 10. Kamar Jenazah
11. Penunjang Diagnostik (Endoscopy, Bronscopy, Colonoscopy, USG, EKG, EEG, Laser Kulit, TCD)
12. Mobil Ambulance
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2015
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ada 12 Instalasi penunjang medis dan non medis di RSU Kabanjahe. IPAL dan Incinerator termasuk ke dalam instalasi sarana/prasarana. Selain IPAL dan Incinerator yang ada di bawah sarana/prasarana adalah air bersih dan listrik.
4.2 Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair di RSU Kabanjahe
4.2.1 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Pelakasanaan Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair di RSU Kabanjahe
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan untuk pelayanan umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat memungkinkan terjadinya pencemaran penyakit, gangguan kesehatan dan terjadinya penularan penyakit. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, institusi RS secara langsung menghasilkan limbah buangan berbentuk padat, cair dan gas yang berasal dari pelayanan medis. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka lingkungan rumah sakit perlu dipelihara dengan baik agar lingkungan rumah sakit tidak dapat merugikan manusia. Untuk mencapai lingkungan rumah sakit yang sehat, perlu dilaksanakan pengelolaan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada. Dalam melaksanakan pengelolaan limbah ada berbagai faktor yang mendukung terlaksananya pengelolaan limbah tersebut. Factor-faktor ini terdiri dari kebijakan rumah sakit, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dana juga
4.2.1.1 Kebijakan Rumah Sakit
Dalam mengelola limbah medis padat dan cair pihak Rumah Sakit Umum Kabanjahe tidak membuat kebijakan sendiri. Kebijakan yang dipakai merujuk kepada KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ 2004 bahwa untuk pembuangan limbah cair rumah sakit disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Rumah Sakit Umum Kabanjahe menggunakan IPAL dengan sisyem Up Flow Filter dimana prinsip kerjanya menggunakan lumpur aktif. Sedangkan untuk limbah medis padat dibakar di Incinerator, RSU Kabanjahe mempunyai
incinerator sendiri dengan ukuran 40 kg/jam. Untuk limbah padat nonmedis dibuang ke TPA.
Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi penyembuhan dan pemulihan penyakit penderita, melalui usaha pemberian pelayanan kesehatan masyarakat yang memadai dan terjangkau.
Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, kegiatan di rumah sakit akan menghasilkan limbah medis baik itu limbah medis padat maupun limbah medis cair.
4.2.1.2 Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengelolaan limbah medis padat dan cair di RSU Kabanjahe berada di bawah KA Seksi Sarana/Prasarana. Kepala KA Sarana/Prasarana merupakan tamatan SMK, dimana lama bekerjanya adalah 1,5 tahun. Adapun tugas dari Kepala KA Sarana/Prasarana adalah sebagai berikut:
1. Mengawasi kinerja petuga IPAL 2. Mengawasi kinerja petugas Incinerator
3. Mengawasi penyediaan air bersih di rumah sakit 4. Mengawasi keadaan listrik di rumah sakit.
Hasil penelitiann tentang petugas pengolah limbah padat dan cair di RSU Kabanjahe dapat dilihat sebagai berikut :
1. Petugas pengelolaan limbah padat di RSU Kabanjahe tahun 2015
Di RSU Kabanjahe untuk penanganan limbah medis padat ada 2 orang, yaitu:
a. Satu orang berpendidikan S1, belum pernah mengikuti pelatihan tentang pengelolaan limbah padat, lama bekerja 4 tahun bertugas membakar limbah medis padat dalam incinerator.
b. Satu orang berpendidikan SMA, tidak pernah mendapatkan pelatihan, lama bekerja 1 bulan bertugas mengangkut limbah medis padat dari ruangan ke Incinerator dan memasukkannya ke dalam Incinerator.
2. Petugas pengelolaan limbah cair di RSU Kabanjahe tahun 2015
Di RSU Kabanjahe untuk penanganan limbah medis cair ada 2 orang, yaitu satu orang berpendidikan SMA, tidak pernah mendapatkan pelatihan, lama bekerja 6 bulan. Satu orang tamatan STM, tidak pernah mendapatkan pelatihan, lama bekerja 4 bulan. Ke dua petugas ini mempunyai tugas yang sama yaitu, menghidupkan mesin IPAL, mengecek kerusakan yang ada, memantau setiap proses pengelolaan dan melaksankan perbaikan jika ada alat/mesin yang rusak.
4.2.1.3 Dana
Dana yang tersedia dalam penanganan limbah medis padat dan cair di RSU Kabanjahe disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengelolaan limbah medis padat dan cair yang belum terperinci. Setiap tahun untuk pengelolaan limbah medis padat dan cair mempunyai anggaran khusus yang dikelola oleh bagian keuangan Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Dana ini dialokasikan untuk IPAL yang terdiri pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin IPAL, untuk incinerator yang terdiri dari pemeliharaan dan biaya operasional.
4.2.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di RSU Kabanjahe untuk pengelolaan limbah padat dan cair adalah:
1. Limbah Padat Medis
a. Wadah/ember bertutup bertuliskan limbah padat medis sebanyak 30 buah, tetapi ada beberapa wadah/ ember tidak lagi memiliki tutup. Wadah/ember tersebut juga tidak dilapisi oleh kantong plastik.
b. Incinerator sebagai pembakar limbah medis padat dengan ukuran 40 kg/jam.
c. Gerobak dorong sebagai alat angkut limbah medis padat.
Untuk limbah padat non medis terdapat wadah/ember sekitar 40 buah, dimana wadah/ember tersebut berada di dalam ruangan dan di luar ruangan tetapi tidak ada pemisahan antara sampah organik dan nonorganik.
2. Limbah Medis Cair
Untuk pengolahan limbah medis cair, limbah cair akan ditampung terlebih dahulu dalam septic tank yang berada di masing-masing ruangan dan yang nantinya akan dialirkan langsung ke IPAL dan di olah dengan system Up Flow Filter yang prinsip kerjanya dengan lumpur aktif.
4.2.1.5 Pedoman Teknis
Pada pengolahan limbah medis padat dan cair, limbah medis padat dikumpulkan dalam ember bertutup yang bertuliskan limbah medis, tetapi ada juga ember yang tidak mempunyai tutup lagi. Ember tersebut tidak dilengkapi dengan plastik, kemudian diangkut meggunakan gerobak dorong yang selanjutnya
dibawa ke tempat incinerator untuk dibakar dalam incinerator. Abu sisa pembakaran limbah akan dibuang langsung ke lahan yang ada di belakang Incinerator. Untuk limbah padat non medis dikumpulkan pada wadah yang tidak mempunyai tutup dan tidak dilapisi plastik, selanjutnya akan diangkut menggunakan gerobak dorong dan dibuang ke TPS yang selanjutnya akan diambil oleh petugas dinas kebersihan dan dibuang ke TPA.
Pengaturan pengelolaan limbah padat RSU Kabanjahe berpedoman pada:
1. Buku pedoman sanitasi Rumah Sakit Indonesia
2. KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit.
4.2.2 Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe 4.2.2.1 Penampungan
Penampungan dibedakan dalam dua wadah, yaitu limbah padat medis berupa ember berwarna abu-abu bertutup yang bertuliskan limbah medis tanpa dilapisi kantong plastik yang diletakkan di masing-masing instalasi pelayanan dan di setiap kelas ruang pelayanan rawat inap.
Untuk limbah padat non medis berupa ember, tong dan keranjang sampah yang tidak dilengkapi oleh kantong plastik. Tempat sampah ini diletakkan di luar ruangan.
Pada kenyataannya masih didapati limbah medis padat berada di wadah limbah padat non medis dan limbah padat non medis berada diwadah limbah padat medis. Hal ini dikarenakan perilaku petugas dari masing-masing unit, para
mahasiswa yang praktek juga penunggu pasien kurang peduli dan kurang memperhatikan label yang ada di wadah tersebut.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada tempat sampah yang memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204 tahun 2014. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada tempat sampah yang dilapisi kantong plastik, dan ada beberapa wadah yang tidak lagi memiliki tutup.
Pada pengelolaan limbah medis padat di RSU Kabanjahe, tidak ada kegiatan pemilahan khusus yang dilakukan. Pemilahan hanya terjadi saat petugas pelayanan kesehatan membuang limbah medis ke dalam wadah yang bertuliskan limbah medis, hal ini dikarenakan hanya petugas pelayanan kesehatan yang ada di masing-masing unit yang bisa memegang limbah medis. Rata-rata limbah medis padat yang dihasilkan di RSU Kabanjahe adalah sebanyak 120 kg per minggu.
Adapun jenis limbah padat yang masuk kategori medis adalah seperti berikut.
Tabel 4.5 Jenis-jenis Limbah Padat di Ruangan RSU Kabanjahe No. Sumber Limbah Padat Jenis Limbah 1. Ruang rawat inap/ruang
rawat jalan. IGD dan ICU
Ampulvial, disposable syringe/spuit catheter, infuse set, urinebag, blood set, scalpel blade, kasa, kapas, dan sisa tindakan medis
2. Ruang operasi, ruang laboratorium
Ampulvial, disposable syringe/spuit catheter, infuse set, urinebag, blood set, scalpel blade, kasa, kapas, dan sisa tindakan medis, jaringan tubuh manusia/amputasi, masker disposable 3. Laundry,CSSD, Kamar
Jenazah
Kapas, kasa, sisa instrument, sisa apecimen, disposable syringe/spuit, pedruman otopsi.
Untuk limbah non medis, biasanya limbah ini dihasilkan oleh penunggu pasien, dimana wadah diletakkan di luar ruangan, maka setiap limbah non medis akan di buang ke wadah yang ada di luar ruangan. Limbah padat non medis tidak ada pemilahan antara limbah organik dan non organik.
Pada kenyataannya masih terdapat limbah non medis padat pada wadah limbah medis padat yang nantinya akan ikut dibakar di incinerator karena tidak ada lagi proses pemilahan yang dilakukan. Juga sebaliknya masih terdapat limbah medis di wadah limbah non medis yang nantinya akan di buang ke TPA.
4.2.2.2 Pengangkutan
Pengangkutan limbah medis padat di RSU Kabanjahe dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong terbuka menuju tempat incinerator. Limbah medis yang sudah terkumpul pada wadah penampung diangkat keatas gerobak dorong dan akan diantar ke tempat incinerator dan langsung di masukkan ke dalam incinerator. Pengangkutan limbah medis padat dilakukan 2 kali seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis pukul 11.00 WIB. Proses pengangkutan ini dilaksankan 2 kali seminggu karena itu jadwal yang sudah ditetapkan rumah sakit, hal ini dikarenakan jumlah limbah yang tidak banyak sehingga petugas menunggu sampai wadah penuh. Pengangkutan ini tidak terkecuali untuk semua ruangan.
Jalur yang digunakan oleh petugas dalam mengangkut limbah ini adalah jalur umum yang biasa digunakan untuk pasien, pengunjung, makanan diantarkan kepada pasien, dan lain-lain.
Pengangkutan limbah padat non medis juga menggunakan gerobak dorong, limbah ini diangkut 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Pengangkutan limbah padat non medis juga menggunakan gerobak dorong, limbah ini diangkut 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari.