• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden

BAB V PEMBAHASAN

5.5 Perilaku Petugas Pengolah Limbah Medis Padat dan Cair di RSU

5.5.2 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa untuk petugas pengolah limbah medis padat, kedua responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

Menurut Notoadamojo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia namun bukan hanya sekedar tahu tapi juga dapat memahami, mengaplikasikan, menganalisis, merangkum dan melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Satu orang responden mengetahui bahwa tong sampah limbah itu harus dilapisi oleh kantong plastik, hal ini agar memudahkan proses pemindahan. Tetapi kedua responden tidak mengetahui bahwa seharusnya ada perbedaan warna antara penampung limbah medis padat dengan limbah non medis.

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa kedua responden mengetahui apa itu limbah medis padat dan jenis-jenis limbah medis padat. Responden juga mengetahui bahwa limbah medis padat harus mendapatkan pengelolaan khusus dimana harus dimusnahkan di incinerator (Depkes RI, 2004) . Kedua responden juga telah mengetahui bahwa pengangkutan limbah medis padat harus dipisah dengan limbah non medis dan alat pengangkut yang digunakan adalah troli tertutup. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004. Kedua

responden mengetahui bahwa limbah padat medis dapat menimbulkan penyakit.

Menurut Pruss. A (2005) limbah padat rumah sakit dapat menimbulkan penyakit berdasarkan jenis limbahnya, untuk limbah infeksius dan benda taham dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen dan dapat memasuki tubuh manusia sehingga manusia bisa sakit.

Pengetahuan responden tidak baik dalam hal warna wadah limbah harus sesuai dengan jenis limbahnya dan wadah penampung harus dilapisi oleh kantong plastik, hal ini karena tingkat pendidikan petugas adalah SMA, dan mereka tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang limbah medis dari pihak rumah sakit.

Pihak rumah sakit tidak menyediakan kantong plastik dan wadah penampung dengan warna yang sesuai dengan jenis limbahnya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kesalahan penempatan pembuangan sampah dan akan mempersulit dalam proses pengangkutan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa untuk pengolah limbah medis padat, kedua responden memiliki sikap yang baik. Tingginya sikap responden ini sejalan dengan tingkat pengetahuan responden, dimana kedua responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap responden yang baik ini dapat disebabkan karena pengaruh sosial dan keadaan disekitarnya. Sesuai dengan pernyataan Bimo Walgito dalam Dayakisni (2003) bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentuan oleh dua faktor, yaitu cara individu menaggapi

atau ditolak, dan keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk sikap.

Secara teoritis, sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoadmojo, 2003). Menurut Witodjo (1990), sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan, dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan petugas pengolah limbah padat berada pada kategori buruk. Kedua responden tersebut memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik. Tingkat pengetahuan dan sikap yang sudah baik ternyata tidak diikuti dengan tindakan yang baik dari responden.

Menurut Notoadmojo (2003), secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang simetris. Dalam penerapannya sikap terkadang tidak sejalan dengan tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Pada tabel 4.16 diketahui bahwa kedua responden tidak melakukan pemilahan limbah padat medis dengan non medis. Dalam Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2015 diwajibkan diadakan pemilahan antara limbah padat medis dengan non medis. Kedua responden tidak pernah mendapatkan teguran dari atasan jika melakukan kesalahan dalam bekerja, ini menunjukkan kurangnya monitoring dari

atasan. Kedua responden juga tidak pernah mengikuti pelatihan tentang pengolahan limbah medis padat. Ada satu orang responden pernah mengalami cedera pada saat bekerja, kecelakaan yang mungkin terjadi adalah tertusuk jarum, petugas memang menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja seperti sepatu boot, masker dan sarung tangan. Alat pelindung diri tidak disediakan oleh pihak rumah sakit, petugas membeli sendiri, mereka menggunakan alat pelindung karena kesadaran mereka sendiri karena di rumah sakit tidak ada peraturan khusus tentang pengelolaan limbah medis. Kedua responden mencuci tangan dengan sabun setelah menangani limbah medis padat, mereka melakukan pembakaran di incinerator dan melakukan pengangkutan limbah medis padat. Setiap unit pelayanan dan kelas rawat inap memiliki tempat limbah medis tetapi tidak ada petugas khusus yang menangani limbah medis tersebut.

Untuk petugas pengolah limbah medis cair kedua petugas juga memiliki tingkat pengetahuan yang baik, responden mengetahui bahwa limbah cair itu adalah segala buangan dari kegiatan rumah sakit yang berupa cair. Limbah cair rumah sakit perlu pengelolaan khusus yaitu di IPAL. Dalam melakukan pengelolaan di IPAL maka perlu pemantauan dan pemeriksaan secara berkala terhadap alat-alat agar bisa dipelihara keadaannya. Kedua petugas telah mengetahui bahwa effluent air limbah harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui berapa kadar BOD, COD, TSS dan pH yang merupakan baku mutu limbah cair rumah sakit sesuai dengan KepMenLH No. 58 tahun 1995.

Menurut peneliti, semua responden mempunyai pengetahuan yang baik karena pengalaman bekerja masing-masing responden sudah lama di bidang

pengolahan limbah medis padat maupun cair, walaupun responden belum pernah mendapatkan pengarahan dari pihak rumah sakit tentang pengelolaan limbah medis padat dan cair.

Untuk pengolah limbah medis cair, kedua responden juga memiliki sikap yang baik. Hal ini juga sejalan dengan pengetahuan kedua responden.

Berdasarkan tabel 4.14 kedua responden memiliki sikap yang baik bahwa dalam bekerja petugas harus menggunakan alat pelindung diri dan mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit. Ada satu responden menyatakan sikap tidak setuju jika ada mesin yang rusak melapor ke bagian yang berwenang, dan dalam bekerja perlu instruksi dari atasan. Kedua responden menyatakan sikap yang baik dalam penanganan limbah medis cair harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada yaitu Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Untuk limbah medis cair kedua responden memiliki tindakan yang baik, kedua responden melakukan pemantauan dan pemeriksaan secara berkala terhadap proses pengelolaan air limbah dan mesin IPAL. Mereka juga aktif mengikuti pelatihan atau penyuluhan tentang pengelolaan air limbah. Kedua responden tidak pernah mengalami cedera dalam bekerja. Mereka juga melakukan perbaikan mesin jika ada yang rusak serta perawatan terhadap alat-alat. Petugas pengolah limbah membuat pelaporan secara berkala kepada atasan mengenai pengolahan limbah cair. Kedua responden tidak menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja, juga tidak melakukan pemeriksaan terhadap effluent sebelum dibuang ke lingkungan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengelolaan limbah medis padat dan cair di RSU Kabanjahe tidak memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan rumah Sakit, RSU Kabanjahe mendapatkan skor 1.180.

2. Sarana penampung limbah medis padat terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak bocor dan memiliki tutup, tetapi tidak dilengkapi oleh kantong plastik dan warna wadah tidak sesuai dengan jenis limbahnya.

3. Sarana pengangkutan terbuat dari bahan yang kuat, tidak bocor, mudah dibersihkan tetapi trolli yang digunakan tidak tertutup.

4. Limbah medis cair diolah di IPAL dengan sistem Up Flow Filter dengan prinsip kerjanya berdasarkan lumpur aktif, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan kualitas effluent sebelum dibuang ke lingkungan.

6.2 Saran

1. Disarankan kepada pemerintah setempat agar melakukan pengawasan secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis padat dan cair di seluruh rumah sakit yang ada di Kabupaten Karo.

2. Disarankan kepada pihak rumah sakit supaya membuat pelatihan kepada para staf rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah

medis padat dan cair serta petugas pengolah limbah. Melakukan pembenahan pada wadah penampungan dan sarana pengangkutan limbah medis padat serta melaksanakan pengukuran kualitas effluent limbah medis cair sebelum dibuang ke lingkungan. Menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja pengolah limbah medis padat dan cair, dan menerapkan pedoman atau prosedur tetap yang sesuai dengan standar penanganan limbah medis padat dan cair serta melaksanakan manajemen dan monitoring yang baik untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan limbah.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W., 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Adisasmito, W., 2008. Audit Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Rajawali Pers.

Arifin, M., 2009. Sanitasi lingkungan. http://inspeksisanitasi.

blogspot.com/sanitasi-lingkungan.html. Diakses pada 13 Maret 2012.

Arfan, H.H., Ahmad Zubair, Alpryono. 2013. Studi Instalasi Pengolahan Air Limbah RSUP.Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal Penelitian Teknik Sipil.

Bungin, H.M.B., 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Chandra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : ECG.

Dayakisni, T., 2003. Psikoogi Sosial. Malang: UMM Press. Malang.

Depkes R.I, 1993. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah sakit, Jakarta : Bakti Husada.

_________,2002. Pedoman Sanitasi RS di Indonesia, Bakti Husada, Jakarta.

________ ,2006. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat dan cair di Rumah Sakit, Bakti Husada, Jakarta.

_________,2004. Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta.

_________,2009. Undang–Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Jakarta.

_________,2009. Undang–Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Jakarta.

Djadja, I.M., Maniksulistya, D., Gambaran Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit X Jakarta Februaru 2006, Makara Kesehatan, Vol.

10, No. 2, Desember 2006 hal 60-63.

Djojodibroto, R. D.,1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit, Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Hapsari, 2010. Tesis Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD dr. Moewardi Surakarta , UNDIP, Semarang.

Kemenkes RI, 2011, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Koentjaraningrat, 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia.

Habsari, T., Lilis, S., Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Limbah Cair RSUD Wangaya Depasar. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 3, No. 2, Januaru 2007 hlm 149-158.

Notoadmojo, S., 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Paramita, N., 2007, Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Jurnal Presipitasi Volume 2, No. 1, Maret 2007.

Pratiwi, D., 2013. Skripsi Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas Kabupaten Pati. Fakutas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pruss.A., E.Giroult, P. Rushbrook, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I Penerbit EGC, Jakarta.

Sabarguna, B. S., dan Agus, K. R., 2011, Sanitasi Air dan Limbah Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika.

Sumantri, A., 2010. Kesehatan Lingkungan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair Suatu Pengantar, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Soemirat, Juli, 2007. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjamada University Press.

Sunu,P., 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.

Jakarta: PT.Grasindo.

Wungo, M.M.Y, Eni,M., Eko,H., Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Petugas Sanitasi dengan Praktik Pengelolaan Sampah di

RSUD Kabupaten Kebumen Tahun 2013. Artikel Ilmiah Fakultas Kesehatan Unuversitas Dian Nuswanto.

Yulvizar, C., 2011. Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Dalam Menurunkan Kadar Fenol di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Volume 3, Nomer 2, Desember 2011, hlm 9-15.

Zan, H., Namora, L., 2010. Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Medan:

Kencana

Lampiran 1. Kuesioner untuk Limbah Medis Padat Kuesioner Peneitian

SIKAP, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PENGOLAH LIMBAH DAN PETUGAS KEBERSIHAN TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DAN CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM

KABANJAHE TAHUN 2015 I. Identitas Responden

1. Nomor Responden : 2. Nama :

3. Junis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

4. Umur :

5. Pendidikan : a. Tidak Tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

e. Perguruan Tinggi 6. Masa bekerja :

II. Pengetahuan

1. Benarkah jarum suntik, perban dan botol impus termasuk sampah medis?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

2. Benarkah warna tong sampah limbah padat medis berwarna kuning?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

3. Benarkah warna tong sampah non medis berwarna hitam?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

4. Benarkah tong sampah dilapisi oleh plastik sesuai dengan jenis limbah padat medis?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

5. Benarkah limbah medis padat perlu dilakukan pengelolaan khusus?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

6. Benarkah limbah padat medis dimusnahkan di insinerator?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

7. Benarkah limbah medis padat menimbukan penyakit?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

8. Benarkah terdapat peraturan khusus untuk pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

9. Benarkah pengangkutan limbah medis dipisahkan antara limbah padat medis dengan limbah padat non medis?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

10. Benarkah troli tertutup digunakan untuk mengangkut limbah medis padat?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

III. Sikap

No. Pertanyaan S TS

1. Setiap petugas yang langsung menangani limbah padat medis dalam bekerja harus menggunakan pakaian pelindung?

2. Dalam melakukan pengolahan limbah petugas kebersiha/pengolah limbah perlu mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit.

3. Untuk mengurangi penyebaran bahaya yang disebabkan oleh sampah medis khususnya bekas jarum suntik, botol bekas, obat-obatan, bekas selang infus dan lain-lain perlu di desinfeksi sebelum di musnahkan?

4. Kebiasaan membuang limbah medis di sembarang tempat bukanlah kebiasaan yang baik dan harus ada upaya untuk menghentikan kebiasaan tersebut? .

5. Penggunaan kantong plastik untuk penampungan limbah padat medis sangatlah memudahkan petugas dalam pemeliharaan tempat penampungan l;imbah?

6. Limbah padat medis yang bercampur baur pada tempat penampungan limbah padat non medis akan menimbulkan penyakit?

7. Setiap kali pengosongan tempat sampah penampungan limbah medis teermasuk penampungan sementara (TPS) perlu di lakukan pembersihan atau pencucian?

8. Dalam penanganan limbah padat medis di rumah sakit diperlukan instruksi dari atasan?

9. Petugas cleaning servis yang langsung mengelolah limbah medis perlu di berikan pelatihan khusus mengenai pengelolaan limbah padat medis yang sehat?

10. Setiap kali pengosongan tempat sampah penampungan limbah medis teermasuk penampungan sementara (TPS) perlu di lakukan pembersihan atau pencucian?

Keterangan :

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

IV. Tindakan

No. Tindakan Ya Tidak

1. Apakah saudara pernah memisahkan limbah padat medis dan limbah padat non medis?

2. Setelah menangani limbah padat medis apakah saudara selalu mencuci tangan dengan sabun?

3. Apakah saudara pernah mengalami cidera akibat menangani pengelolaan limbah padat medis?

4. Apakah saudara aktif mengikuti penyuluhan dan bimbiungan dalam penanganan pengelolaan limbah padat medis?

5. Apakah saudara pernah mendapat teguran dari atasan/pimpinan pada saat melakukan kesalahan dalam penanganan limbah medis?

6. Apakah atasan/pimpinan ada menerapkan peraturan-peraturan tentang penanganan limbah padat medis di rumah sakit?

7. Apakah setiap ruangan memiliki tempah sampah medis?

8. Apakah ada petugas khusus yang menangani limbah padat medis tersebut?

9. Kapankan limbah padat medis yang ada di ruang perawatan di angkut oleh petugas?

10. Membakar limbah medis secara manual?

Lampiran 2. Kuesioner untuk Limbah Medis Cair Kuesioner Peneitian

SIKAP, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PENGOLAH LIMBAH DAN PETUGAS KEBERSIHAN TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DAN CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM

KABANJAHE TAHUN 2015

I. Identitas Responden 1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Junis kelamin : a. Laki-laki b.Perempuan

c. Umur :

d. Pendidikan : a. Tidak Tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

e. Perguruan Tinggi e. Masa bekerja :

II. Pengetahuan

1. Apakah yang dimaksud dengan limbha medis cair?

a. Segala buangan dari kegiatan rumah sakit yang berupa cair.

b. Air yang tidak bisa dipakai lagi.

c. Tidak tahu

2. Benarkah limbah medis cair perlu dilakukan pengelolaan khusus?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

3. Benarkah proses pengelolaan limbah medis cair secara umumterdiri dari pengolahan pendahuluan, primer, sekunder dan tersier?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

4. Benarkah limbah medis cair menyebabkan penyakit?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

5. Benarkah perlu pemantauan secara berkala terhadap mesin pengelolaan limbah cair?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

6. Benarkah perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap mesin pengelolaan limbah medis cair?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

7. Benarkah perlu pengawasan dari atasan untuk proses pengelolaan limbah medis cair?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

8. Benarkah perlu pemeriksaan limbah cair sebelum dibuang ke sungai/badan penerima?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

9. Benarkan BOD, COD, TSS dan pH parameter yang menjadi baku mutu limbah cair rumah sakit?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu.

10. Benarkah petugas pengolah limbah sebaiknya mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit?

a. Benar b. Salah c. Tidak tahu

III. Sikap cair medis dalam bekerja harus menggunakan alat pelindung diri?

2. Dalam melakukan pengolahan limbah petugas kebersiha/pengolah limbah perlu mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit.

3. Petugas melakukan pemantauansecara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis cair.

4. Petugas melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap mesin-mesin pengolah limbah cair.

5. Pihak RS melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap air limbah sebelum dinuang ke sungai.

6. Jika ada kerusakan mesin, petugas melapor ke bagian yang berwenang.

7. Pengolahan perlu dilakukan agar air limbah tidak berbahaya ketika dibuang ke sungai.

8. Dalam penanganan limbah cair medis di rumah sakit diperlukan instruksi dari atasan?

9. Dalam penanganan limbah medis cair harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang ada.

10. Petugas pengolah limbah sebaiknya mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit.

IV. Tindakan

No. Tindakan Ya Tidak

1. Apakah saudara melakukan pemantauan secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis cair.

2. Apakah saudara melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap mesin pengolah limbah.

3. Apakah saudara pernah mengalami cidera akibat menangani pengelolaan limbah cair medis?

4. Apakah saudara aktif mengikuti penyuluhan dan bimbingan dalam penanganan pengelolaan limbah cair medis?

5. Apakah saudara menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja?

6. Apakah atasan/pimpinan ada menerapkan peraturan-peraturan tentang penanganan limbah cair medis di rumah sakit?

7. Apakah saudara melakukan perbaikan jika mesin rusak?

8. Apakah pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan terhadap air limbah sebelum dibuang ke sungai?

9. Apakah saudara membuat pelaporan secara berkala kepada atasan.

10. Apakah saudara melaukan perawatan terhadap mesin pengolah limbah?

Lampiran 3. Lembar Observasi Penelitian

Lembar Observasi Penelitian

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DAN CAIR SERTA SIKAP, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PETUGAS KEBERSIHAN DAN PETUGAS PENGOLAH LIMBAH DI RUMAH

SAKIT UMUM KABANJAHE KABUPATEN KARO TAHUN 2015 No VARIABEL UPAYA

KESLING

BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI

NILAI SKOR

V. PENGELOLAAN LIMBAH

1. Pengelolaan Limbah Padat

padat kuat, tahan

melalui instalasi pengolahan limbah b. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air, dan lancer

20

3. Kualitas effluent yang dibuang ke dalam lingkungan

2 Memenuhi

persyaratan

Kepmen LH

Nomor 58 Tahun 1995 atau Perda setempat

100

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Septic tank di Rumah Sakit

Gambar Lampiran 2. Screen IPAL Rumah Sakit

Gambar Lampiran 3. Bak penampung awal/buffer basin

Gambar Lampiran 4. Bak penyaringan

Gambar Lampiran 5. Bak penyaring

Gambar Lampiran 6. Bak Pengendap

Gambar Lampiran 7. Bak penampung air terolah

Gambar Lampiran 8. Bak desinfektan

Gambar Lampiran 9. Bak penyaringan akhir

Gambar Lampiran 10. Dewatering treatment

Gambar Lampiran 11. Wadah penampung limbah medis

Gambar Lampiran 12. Wadah penampung limbah non medis

Gambar Lampiran 13. Tempat penampungan limbah medis sementara

Gambar Lampiran 14. Incinerator