• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalam proses pengolahan limbah medis cair dan padat dalam hal peningkatan proses pengelolahan limbah agar lebih baik lagi.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat dalam rangka peningkatan proses pengelolahan limbah medis cair dan padat pada rumah sakit yang ada di Kabupaten Karo.

3. Memberikan pengalaman dan tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam waktu melaksanakan penelitian.

4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang ilmu kesehatan lingkungan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan keseahatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat mejadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).

Rumah sakit memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan sub spesialistik. Fungsi utamanya adalah menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersiat penyembuhan dan pemulihan pasien (Djojodibroto,1997).

Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (Depkes RI, 2009).

2.1.2 Misi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menkes RI No. 983/SK/MENKES/XI/1992, Rumah Sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan keseahatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat keseahtan masyarakat. Misi khusus rumah sakit umum adalah aspirasi yang ditetapkan dan ingin dicapai oleh pemilik rumah sakit. Rumah sakit khusus memberikan pelayanan sesuai dengan kekhususannya, rumah sakit perusahaan mempunyai keistimewaan sesuai dengan keperluan perusahaan yang mengusahakannya.

2.1.3 Karateristik Rumah Sakit

Organisasi rumah sakit mempunyai sejumlah sifat-sifat yang secara serentak tidak dipunyai organisasi lain pada umumnya. Sifat atau karateristik itu adalah :

1. Sebagaian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga professional.

2. Wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pwrusahaan.

3. Tugas-tugas kelompok professional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok manajerial.

4. Beban kerja tidak bisa diatur.

5. Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam.

6. Hampir semua kegiatan bersifat urgent.

7. Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistic. Setiap pasien harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultural, dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh.

8. Tugas memberikan pelayanannya bersifat pribadi, pelayanann ini harus cepat, tepat, kesalahan tidak bisa ditolerir.

9. Pelayanan berjalan terus menerus 24 jam (Djojodibroto, 1997).

2.1.4 Fungsi Rumah Sakit

Untuk menjalankan tugas Rumah Sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu 1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan dengan standar

pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya mansia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pegembnagan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan keseahtan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang keseahtan (Depkes RI, 2009).

2.2 Limbah Rumah Sakit

Limbah RS adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan RS dalam bentuk padat, cair pasta (gel) maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).

Menurut KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit ini harus ditangani dengan baik dan benar agar tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan mayarakat yang ada lingkungan rumah sakit.

2.2.1 Limbah Medis Padat

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruangan laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sebagai sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari :

1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruangan poliklinik, ruang perawatn, ruang bedah, atau ruang kebidanan seperti, misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya.

2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan atau ruang otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.

3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostic atau penelitian, misalnya sediaan media dan bangkai binatang percobaan (Chandra, 2007).

2.2.1.1 Sumber Limbah Padat Rumah Sakit

Limbah padat rumah sakit dapat digolongkan menurut jenis unit penghasilnya.

1. Kantor/administrasi menghasilkan limbah berupa kertas.

2. Unit obstetric dan ruang perawatan obstretric menghasilkan limbah berupa dressing, sponge, placenta, ampul, termasuk kapsul perak nirat, jarum syringe, masker disposable, disposable drapes, sanitary napkin, blood lancet disposable, disposable catheter disposable unit enema, disposable diaper dan underpad, sarung tangan disposable.

3. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawat menghasilkan limbah dressing, sponge, jaringan tubuh termasuk amputasi, ampul bekas, masker diposable, jarum dan syringe drapes, casb, sarung bedah.

4. Unit laboratorium, ruang mayat, patologi dan autopsy menghasilkan gelas terkontaminasi, termasuk pipet petridish, wadah specimen, side specimen, jaringan tubuh, organ, tulang.

5. Unit isolasi menghasilkan bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal dan sputum, dressing dan bandages, masker disposable, sisa makanan, perlengkapan makan.

6. Unit perawatan menghasilkan limbah ampul, jarum disposable dan syringe kertas dan lain-lain.

7. Unit pelayanan menghasilkan limbah karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan, buangan.

8. Unit gizi/dapur menghasilkan limbah sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain.

9. Halaman menghasilkan limbah berupa sisa pembungkung daun ranting, debu (Depkes RI, 2002).

Limbah layanan kesehatan dari berbagai sumber memiliki komposisi yang berbeda-beda, umumnya limbah tersebut memiliki komposisi sebagai berikut:

1. Layanan kesehatan yang dikelola oleh perawat sebagian besar limbah infeksius dan banyak benda tajam.

2. Praktik dokter banyak limbah infeksius dan sedikit benda tajam.

3. Klinik dan dokter gigi sebagian besar limbah infeksius dan benda tajam, dan limbah yang mengandung logam berat berkadar tinggi.

4. Asuhan kesehatan di rumah (misalnya, dialysis, injeksi insulin) umumnya limbah infeksius dan benda tajam (Pruss.A, 2005).

2.2.1.2 Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinis terbesar. Berbagai jenis limbah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan medis membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi penunggu dan terutama petugas yang menangani limbah tersebut.

Banyak sekali limbah yang dihasilkan di rumah sakit. Sebagian besar dapat membahayakan siapa saja yang kontak dengannya, karena itu perlu prosedur tertentu dalam pembuangannya. Tidak semua limbah klinis berbahaya, tetapi ada beberapa yang dapat menimbulkan ancaman pada saat penanganan, penampungan, pengangkutan dan atau pemusnahannya karena beberapa alasan seperti berikut:

a. Volume limbah yang dihasilkan melebihi kemampuan pembuangannya.

b. Beberapa diantara limbah berpotensi menimbulkan bahaya kepada yang terlibat dalam pembuangan, apabila tidak ditangani dengan baik.

c. Limbah ini juga menimbulkan pencemaran lingkungan bila mereka dibuang secara sembrono dan akhirnya membahayakan atau mengganggu kesehatan masyarakat.

Kebijaksanaan dalam pembuanagn limbah sering kali tergantung kepada keadaan lokal,ukuran, kekhususan, infrastruktur yang ada dan ketersediaan atau tidaknya insenerator.

A. Penanganan dan Penampungan 1. Pemisahan dan Pengurangan

Dalam pengembangan strategi pengelolaan limbah, alur limbah harus diindentifikasi dan dipilah-pilah. Reduksi keseluruhan volume limbah hendaknya merupakan proses yang kontinyu. Pemilahan dan reduksi volume limbah medis yang sejenis merupakan persyaratan keamanan yang penting untuk petugas pembuang sampah, petugas emergensi dan masyarakat.

Pemilahan dan reduksi volume limbah hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

a. Kelancaran penanganan dan penampungan limbah.

b. Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3.

c. Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kima non-B3.

d. Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.

Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil adalah kunci pembunagn yang baik. Dengan limbah berada dalam kantong atau container yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan dan pembuanagn akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan penaganannya.

2. Penampungan

Sarana penampungan untuk limbah harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman dan hygienis. Faktor-faktor tersebut perlu mendapatkan

perhatian dalam pengembangan seluruh strategi pembuangan limbah untuk rumah sakit.

Pemadatan adalah cara efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang dengan landfill.

Terdapat berbagai kantong yang digunakan untuk pembuangan limbah di rumah sakit dengan menggunakan bermacam-macam warna. Tidak hanya standarisasi dalam mengurangi kesalahan mausia dalam pemisahan sampah karena disana sering terjadi mutasi staf dalam antar rumah sakit atau dengan instansi lain. Karena itu perlu standar secara nasional tentang kode warna dan identifikasi kantong dan kontainer limbah. Keseragaman standar kantong dan container limbah mempunyai keuntungan sebagai berikut:

a. Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan antar instansi/unit.

b. Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada pekerjaan di lingkungan rumah sakit maupun pada penanganan limbah di rumah sakit.

c. Pengurangan biaya produksi kantong dan container.

Semula kode standar yang digunakan hanya untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya. Sampah infeksius kantong berwarna kuning dengan simbol biohazard yang telah dikenal secara internasional. Sampah sitotoksik kantong berwarna ungu dengan symbol limbah sitotoksik (berbentuk cell dalam telophase). Sampah radioaktif kantong berwarna merah dengan symbol radioaktif yang telah dikenas secara internasional.

Menurut KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adapun kode, lambang dan warna dalam pemilahan sampah adalah seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori No. Kategori Warna

B. Pengangkutan Limbah

Strategi pembuangan limbah rumah sakit hendaknya memasukkan prosedur pengangkutan limbah internal dan eksternal bila memungkinkan.

Pengangkutan limbah internal biasanya berasal dari titik penampungan awal ke tempat pembungan atau incinerator di dalam dengan menggunakan kereta dorong.

Peralatan-peralatan tersebut harus jelas dan diberi label, dibersihkan secara reguler dan hanya digunakan untuk mengangkut sampah. Setiap petugas hendaknya dilengkapi dengan proteksi dengan alat proteksi dan pakaian yang bagus.

Pengangkutan sampah klinis dan yang sejenis ke tempat pembuangan di luar memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus selalu diikuti oleh semua petugas yang terlibat. Bila limbah diangkut dengan container khusus, container harus kuat dan tidak bocor.

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah hendaknya mudah memuat dan membongkar serta mudah dibersihkan dan dilengkapi dengan alat

dan

pengumpul kebocoran. Desain kendaraan sedemikian rupa sehingga sopir dan masyarakat terlindung bila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan. Kendaraan juga harus dipasang tanda/kode. Sopir harus dilatih untuk prosedur pekerjaan ini.

Dalam hal ini limbah harus diberi label dengan jelas dan diidentifikasi dengan menggunakan container khusus bila memungkinkan dengan cara lain.

C. Metode Pembuangan

Sebagian besar limbah medis dan yang sejenis dibuang dengan incenarator atau landfill. Metode yang digunakan tergantung pada factor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi, peraturan yang berlaku, aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.

1. Perlakuan Sebelum Dibuang

Reklamasi dan daur ulang untuk limbah kimia berbahaya hendaknya dipertimbangkan untuk digunakan bilamana secara teknis dan ekonomis memungkinkan. Dalam beberapa hal perlu dilakukan autoclaving atau dengan desinfeksi menggunakan bahan kimia tertentu.

a. Autoclaving

Autoclaving sering digunakan untuk perlakuan limbah infeksius. Limbah dipanasi dengan uap dibawah tekanan. Dalam banyak hal sterilisasi bukanlah yang terpenting. Perlakuan dengan suhu yang tinggi pada periode singkat membunuh bakteri vegetative dan mikroorganisme lain yang membahayakan penjamah limbah. Kantong limbah plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Karena itu perlu digunakan kantong autoclaving.

b. Desinfeksi dengan bahan kimia

Limbah infeksius dalam jumlah kecil dapat didesinfeksi dengan bahan kimia seperti hypochlorite atau oermaganate. Cairan desinfeksi dapat diserap oleh limbah, akan menambah bobot dan karenanya menambah masalah penanganan.

2. Incenarator

Incenarator adalah istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan semua system pembakaran, walau hanya satu yang bisa dipandang efektif. Kotak api atau incenarator domestik adalah ruang tunggal dimana biasanya pembakaran tidak terjadi secara lengkap dan suhu tidak bisa dikendalikan. Residu incenarator bisa dibuang di landfill, namun bila residu mengandung pencemaran logam berat, peraturan yang berlaku untuk pembuangan logam berat harus diikuti.

Bila Incenerator akan digunakan di rumah sakit, maka beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam komplek rumah sakit dan jalur pembuangan abu, dan sarana gedung untuk melindungi incenarator dari bahaya kebakaran. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam menggunakan incenarator:

a. Memenuhi standar kualitas udara

Tergantung pada jenis limbah yang dibakar, emisi gas bisa berupa gas beracun seperti hydrogen klorida, nitrogen klorida dan belerang oksida. Karena itu pemeliharaan incenerator merupakan hal yang penting untuk efesiensi

pengoperasian. Hal ini akan menjamin bahwa persyaratan emisi dipenuhi sekaligus untuk jangka panjang menekan biaya pengoperasian.

b. Lokasi sarana incenarator

Lokasi incenarator di dalam rumah sakit tentu terbatas dalam halaman rumah sakit. Untuk ini disarankan lokasi sarana incenarator rumah sakit agar mempertimbahngkan segi ekonomis dan estetika. Standar emisi untuk incenarator harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku (Depkes RI, 2002).

2.2.2 Limbah Padat Non Medis

Limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti berikut :

a. Kantor dan administrasi b. Unit perlengkapan c. Ruang tunggu d. Ruang inap

e. Unit gizi dan dapur

f. Halaman parker dan taman g. Unit pelayanan

Sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa-sisa makanan, sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya.

2.2.3 Limbah Medis Cair

Limbah cair RS adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006).

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni buangan kamar dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif (Said, 1999).

Limbah medis cair adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta akan mencemari lingkungan sekitar (Chandra, 2007).

2.2.3.1 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit

Limbah cair rumah sakit bisa dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing limbah berasal dari kegiatan atau unit-unit yang berbedadi rumah sakit.

1. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain – lain.

2. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis yaitu berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain – lain.

3. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain – lain (Chandra, 2007).

3.2.3.2 Parameter Limbah Cair Rumah Sakit

Berbagai kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan padat terlarut (dissolved solid), kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen demand), Kebutuhan oksigen kimiawi (chemical Oxygen Demand ), pH (power Hidrogen), oksigen terlarut (Disolved Oxygen), kebutuhan klor (Chlorine demand).

1. Bahan Padat Tersuspensi

Bahan padat tersuspensi adalah bahan yang dihilangkan pada penyaringan (filtration) melalui media standar halus dengan diameter 1 mikron. Bahan padat tarsuspensi dikelompokkan lagi dalam bahan padat yang tetap (fixed solid) dan yang menguap (volatile solids). Bahan padat yang menguap merupakan bahan yang bersifat organic yang diharapkan dapat dihilangkan melalui penguraian secara biologis (biological degredation) atau pembakaran.

Fixed solids merupakan bahan padat yang bersifat tetap.

2. Bahan Padat Terlarut

Bahan padat terlarut adalah bahan padat yang terdapat dalam filtrate yang diperoleh setelah penghilangan bahan padat tersuspensi. Bahan ini mewakili garam-garam dalam larutan, termasuk garam-garam mineral dari penyediaan air. Bahan padat terlarut penting terutama apabila limbah cair akan digunakan kembali setelah pengolahan.

3. BOD

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk mencacah-mendegradasi-atau mengoksidasi limbah organik yang terdapat di air lingkungan(Sunu, 2001).

4. COD

COD menggambarkan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organic secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis maupun yang sukar didekomposisis secara biologis. Oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk megoksidasi air sampel(Soemirat,2007).

5. DO

DO adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan milligram per liter. Oksigen terlarut digunakan sebagai tanda serajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar oksigen terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang relative kecil. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air, kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya (Sumantri, 2010).

6. Ph

pH limbah cair adalah ukuran keasaman atau kebasaan limbah cair. pH menunjukkan perlu tidaknya penggolahan pendahuluan untuk mencegah

terjadinya gangguan pada proses pengolahan air limbah cair secara konvensional.

7. Kebutuhan klor

Pendesinfeksian terhadap efluen limbah cair yang diolah diperlukan angka kebutuhan klor yang merupakan parameter kualitas yang penting. Angka tersebut merupakan fungsi dari kekuatan limbah. Semakin tinggi derajat pengolahan, semakin kecil angka kebutuhan klor dari efluen (Suparmin,2002).

3.2.3.3 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

Tujuan utama pengolahan limbah cair secara konvensional adalah mengurangi kandungan BOD, SS dan organisme patogen. Selain itu pengolahan limbah cair dibutuhkan untuk menghilangkan kandungan nutrient, bahan kimia beracun, senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis dan padatan terlarut.

Proses pengolahan limbah cair umumnya dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

a. Pengolahan Pendahuluan

Kegunaan utama pengolahan pendahuluan antara lain untuk melindungi unit-unit pengolahan dari kegagalan operasi, serta mengurangi inefisiensi yang mungkin terjadi akibat proses awal yang salah.

1. Penyaringan

Proses penyaringan dibagi dalam saringan kasar dan saringan halus. Saringan halus terbuat dari kawat kasa, plat berlubang, bahan lain dengan lebar bukaan 5 m atau kurang. Saringan kasar terdiri dari batang berpenampang persegi atau bulat yang dipasang berjajar pada penampang aliran.

2. Penghilangan partikel padat

Partikel padat dalam limbah cair terdiri dari partikel pasir kasar, partikel kasar padat yang mengendap dari limbah ketika kecepatan aliran menurun. Unit ini berfungsi sebagai pengendapan partikel padat yang terkandung dalam air buangan untuk mencegah kerusakan peralatan mekanik, penyumbatan pada pipa atau saluran akibat adanya deposit partikel padat. Unit yang biasanya dipakai adalah penangkap partikel padat (grit chamber) yang direncanakan untuk menghilangkan partikel-pertikel padat (diameter 0,2 mm dengan gravitasi spesifik).

3. Pencacah

Fungsi pencacah yaitu sebagai penyaring dan pemotong secara otomatis padatan yang terkandung agar ukurannya menjadi lebih kecil tanpa penyisihan bahan padat itu dari aliranpencacahan terdiri dari drum cast iron atau bahan lain yang berlubang-lubang, berotasi pada sumbu vertical dengan motor penggerak dan reduction gearbox diatasnya. Drum tersebut mirip saringan dengan lubang horizontal 6-8 mm.

Padatan terbawa aliran masuk ke dalam drum, padatan yang berukuran lebih besar dari lubang terbawa putaran drum dan dipotong oleh gigi-gigi pemotong yang dipasang pada plat pemotong permanen dengan posisi vertical di bagian luar drum. Aliran yang masuk ke dalam drum tersebut kemudian turun mealui sifon menuju saluran unit berikutnya. Pemasangan pencacah bisa dilakukan sebelum dan sesudah penghilang partikel padat.

4. Parshall Flume

Fungsi parshal flume adalah sebagai pengontrol kecepatan aliran air dalam grit chamber agar terjadi kecepatan tetap sehingga terjadi pengendapan partikel padat dengan kadar organic terbatas sebagai pengukuran debit aliran.

b. Pengolahan Tahap Pertama 1. Tangki sedimentasi

Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengendapkan partikel yang terdapat dalam efluen pengolahan pendahuluan, sehingga pengolahan tahap pertama sering disebut proses sedimentasi. Pada proses ini limbah cair mengalir dalam tangki ataupun ke bak pengendap dengan kecepatan aliran sekitar 0,9 cm/detik sehingga padatan akan mengendap di dasar tangki secara gravitasi. Akibatnya limbah cair menjadi lebih jernih.

2. Tangki imhoff (Imhoff Tank)

Tangki imhoff berupa struktur bangunan yang terdiri atas dua ruang. Struktur bangunan tersebut mempunyai dua fungsi, yaitu pencernaan dan pengendapan.

Tangki Imhoff terdiri dari ruangan atas yang berfungsi untuk sedimentasi dan bersekat sehingga memungkinkan endapan lumpur mengalir masuk ke ruang

Tangki Imhoff terdiri dari ruangan atas yang berfungsi untuk sedimentasi dan bersekat sehingga memungkinkan endapan lumpur mengalir masuk ke ruang