• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Pemeriksaan Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Penilaian Pemeriksaan Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair

Hasil penilaian kesehatan lingkungan RSU Kabanjahe untuk pengelolaan limbha medis padat dan cair sesuai dengan KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ 2004 adalah seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Penilaian Skoring Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair di

farmasi dengan incinerator (suhu

>1000ᵒC).

10 25 25 250

2. Bagi yang tidak punya incinerator ada MoU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah medis.

10 20 20 200

3. Tempat limbah padat kuat, tahan air, kedap air, dengan penutup, dengan warna yang sesuai dengan pedoman. Minimal satu buah tiap radius 20 pada ruang tunggu/terbuka

10 20 15 150

4. Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara segera didesinfeksi setelah dikosongkan.

7. Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku.

10 10 10 100

8. Dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolahan limbah

4 80 80 320

9. Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancar.

4 20 15 60

10 Kualitas effluent memenuhi persyaratan Kepmen LH No.58 Tahun 1995 atau Perda setempat.

2 100 0 0

Total Skor 1.180

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa pengelolaan limbah padat dan cair di RSU Kabanjahe mempunyai skor 1.180. Sesuai dengan KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, untuk pengelolaan limbah medis padat dan cair di RSU Kabanjahe belum

memenuhi syarat. Untuk Rumah Sakit Kelas C total skor minimal untuk pengelolaan limbah padat dan cair adalah 80 % dari total skor. Skor minimalnya adalah 1.280 dari 1.600 total skor. Rumah Sakit Umum Kabanjahe mempunyai skor 1.180, skor ini masih dibawah 1.280 yang merupakan skor minimal.

Pengelolaan limbah medis padat dan cair di RSU Kabanjahe, ada komponen yang tidak memenuhi persayaratan, yaitu warna tempat sampah tidak sesuai dengan pedoman, tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara tidak didesinfeksi setelah dikosongkan, saluran air limbah cair tidak seluruhnya tertutup dan effluent air limbah tidak dieperiksa terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.

4.3 Sikap Pengetahuan dan Tindakan Petugas Pengolah Limbah Medis Padat dan Cair di RSU Kabanjahe

4.3.1 Karateristik Responden

Karateristik responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan masa bekerja.

Tabel 4.7 Distribusi Responden berdasarkan Karateristik Petugas Pengolah Limbah Medis Padat dan Cair Tahun 2015

No. Karateristik Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Umur (tahun)

No. Karateristik Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Kabanjahe adalah berumur 21-30 tahun. Keseluruhan petugas berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar (75%) petugas tamatan SMA/SMK dan hanya 1 orang (25%) yang tamatan perguruan tinggi yaitu tamatan elektromedik dimana ia bertugas membakar limbah medis padat di incinerator. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa 75 % responden masa bekerjanya kurang dari 1 tahun.

4.3.2 Pengetahuan Petugas Pengolah Limbah Medis Padat dan Cair

Pengetahuan pengolah limbah medis padat yang diamati meliputi: jenis-jenis limbah medis padat, warna wadah penampung limbah medis padat, penggunaan kantong plastik pada wadah penampung, limbah medis padat perlu penanganan khusus dan harus dimusnahkan di incinerator, limbah medis padat menimbukan penyakit, ada perturan khusus di rumah sakit untuk pengelolaan limbah padat medis serta pengangkutan limbah medis dipisah dengan limbah padat non medis dan menggunakan troli tertutup.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengolahan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe Tahun 2015 No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Jarum suntik, perban dan botol impus

No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

sesuai dengan jenis limbah padat medis

a. Benar 1 50

No. Sikap Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 9. Pengangkutan limbah medis dipisahkan

dengan limbah padat non medis

a. Benar 2 100

b. Salah 0 0

c. Tidak tahu 0 0

Jumlah 2 100

10. Troli tertutup digunakan untuk mengangkut limbah medis padat

a. Benar 2 100

b. Salah 0 0

c. Tidak tahu 0 0

Jumlah 2 100

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kedua responden mengetahui jenis-jenis limbah medis padat, mengetahui bahwa limbah medis padat harus dilakukan pengelolaan khusus yaitu bahwa limbah padat medis harus dimusnahkan di incinerator. Mereka juga mengetahui limbah medis dapat menimbulkan penyakit.

Terdapat peraturan khusus untuk pengelolaan limbah padat di rumah sakit. Dalam mengangkut limbah harus menggunakan trolli tertutup dan harus dipisahkan antara limbah medis padat dan non medis. Kedua responden tidak mengetahui jika warna tong sampah untuk limbah medis padat adalah kuning sedangkan warna tong sampah non medis adalah hitam. Mereka tidak tahu bahwa tong sampah harus dilapisi kantong pastik. Kantong plastik akan memeprmudah petugas dalam melakukan pengangkutan.

Penilaian terhadap tingkat pengetahuan dilakukan dengan menghitung jumlah total skor jawaban responden.

Tabel 4.9 Distribui Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Pengolahan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe Tahun 2015 Kategori Pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 2 100

2. Sedang 0 0

3. Buruk 0 0

Jumlah 2 100

Berdasarkan skoring yang dilakukan, diketahui pengetahuan kedua responden adalah baik.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pengolahan Limbah Medis Cair di RSU Kabanjahe Tahun 2015 No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Pengertian limbah medis cair

a. Segala buangan dari pengolahan pendahuluan, primer, sekunder dan tersier

No. Pengetahuan Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

6. Perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap mesin-mesin IPAL 7. Perlu pengawasan dari atasan untuk

proses pengelolaan limbah

10. Petugas pengolah limbah sebaiknya mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit

a. Benar 2 100

b. Salah 0 0

c. Tidak tahu 0 0

Jumlah 2 100

Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa kedua responden mengetahui limbah medis cair adalah segala buangan dari kegiatan rumah sakit yang berupa cair, bahwa limbah medis cair perlu dilakukan pengolahan khusus karena jika tidak diolah bisa menimbulkan penyakit dan berbahaya bagi lingkungan. Kedua responden mengetahui bahwa selama proses pengelolaan limbah medis cair perlu pemantauan secara berkala dan pemeriksaan air limbah (effluent) sebelum dibuang ke lingkungan. Satu dari dua orang responden tidak mengetahui apakah dalam proses pengelolaan limbah medis cair perlu pengawasan dari atasan.

Sebenarnya hal itu perlu karena dengan adanya pantauan atau monitoring dari atasan dia bisa mengetahui apa-apa saja kekurangan dalam proses pengelolaan limbah medis cair tersebut.

Penilaian terhadap tingkat pengetahuan dilakukan dengan menghitung jumlah total skor jawaban responden.

Tabel 4.11 Distribui Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Pengolahan Limbah Medis Cair di RSU Kabanjahe Tahun 2015 No. Kategori Pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 2 100

2. Sedang 0 0

3. Buruk 0 0

Jumlah 2 100

Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa semua responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang limbah medis cair.

4.3.3 Sikap Petugas Pengolah Limbah Medis Padat dan Cair di RSU Kabanjahe

Gambaran mengenai sikap responden tentang pengolahan limbah medis padat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12 Distribusi Rsponden Berdasarkan Sikap Tentang Pengolahan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe Tahun 2015

No. Sikap Responden Setuju Tidak setuju Jumlah

N % N % N %

1. Setiap petugas menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja

2 100 0 0 2 100

2. Petugas pengolah limbah perlu mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit

2 100 0 0 2 100

3. Limbah padat medis seperti jarum suntik, botol bekas, obat-obatan, slenag infuse dan lain-lain perlu

5 Penggunaan kantong plastik memudahkan petugas dalam penampungan limbah padat

non medis akan

menimbulkan penyakit

2 100 0 0 2 100

7. Setiap kali pengosongan tempat sampah penampung limbah medis perlu dilakukan pembersihan atau pencucian.

2 100 0 0 2 100

8. Dalam penanganan limbah padat medis perlu instruksi dari atasan.

2 100 0 0 2 100

No. Sikap Responden N % N % N % 9. Petugas cleaning service

yang langsung mengelolah limbah perlu diberikan pelatihan khusus.

2 100 0 0 2 100

10. Setiap kali pengosongan tempat sampah penampung limbah medis perlu dilakukan pembersihan atau pencucian.

2 100 0 0 2 100

Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dari 10 pernyataan, kedua responden mempunyai sikap yang baik dalam hal penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja, petugas pengolah limbah perlu mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit, limbah padat medis perlu didesinfeksi sebelum dimusnahkan, tidak membuang limbah medis di sembarang tempat, penggunaan kantong plastik memudahkan petugas dalam pemeliharaan tempat penampungan limbah, limbah padat medis yang bercampur baur pada tempat penampungan limbah padat non medis akan menimbulkan penyakit. Setiap kali pengosongan tempat sampah penampung limbah medis perlu dilakukan pembersihan atau pencucian, dalam penanganan limbah padat medis perlu instruksi dari atasan dan petugas cleaning service yang langsung mengelolah limbah perlu diberikan pelatihan khusus.

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang Pengolahan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe Tahun 2015

No. Kategori Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 2 100

2. Sedang 0 0

3. Buruk 0 0

Jumlah 2 100

Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa semua responden memiliki sikap yang baik tentang pengolahan limbah medis padat.

Gambaran mengenai sikap responden tentang pengolahan limbah medis cair dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pengolahan Limbah Medis Cair di RSU Kabanjahe Tahun 2015

No. Sikap Responden Setuju Tidak Setuju Jumlah

N (%) N (%) N (%)

1. Setiap petugas menggunakan alat pelindung diri.

2 100 0 0 2 100

2. Petugas pengolah limbah perlu mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit

2 100 0 0 2 100

3. Petugas melakukan pemantauan secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis cair.

2 100 0 0 2 100

4 Petugas melakukan

pemeriksaan secara berkala terhadap mesin-mesin/alat pengolah limbah.

2 100 0 0 2 100

5. Pihak RS melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap effluent air limbah.

7. Pengelolaan perlu dilakukan agar tidak berahaya ketika

Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa dari 10 pernyataan, kedua responden mempunyai sikap yang baik dalam penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja, petugas pengolah limbah perlu mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit, petugas melakukan pemantauan secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis cair, petugas melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap mesin-mesin/alat pengolah limbah, pihak RS melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap effluent air limbah, pengelolaan perlu dilakukan agar tidak berbahaya ketika dibuang ke lingkungan, dalam penanganan limbah medis cair harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang ada, petugas pengolah limbah sebaiknya mendapatkan pelatihan dari pihak rumah sakit. Satu dari dua orang responden tidak memiliki sikap baik dalam hal mesin yang rusak perlu melapor ke bagian yang berwenang dan dalam bekerja harus ada instruksi dari atasan.

Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Tentang Pengolahan Limbah Medis Cair di RSU Kabanjahe Tahun 2015 No. Kategori Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 2 100

2. Sedang 0 0

3. Buruk 0 0

Jumlah 2 100

Tabel 4.15 diatas menunjukkan semua responden memiliki sikap yang baik tentang pengolahan limbah medis cair.

4.3.4 Tindakan Petugas Pengolah Limbah Medis Padat dan Cair di RSU Kabanjahe

Gambaran mengenai tindakan responden tentang pengolahan limbah medis padat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Pengolahan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe Tahun 2015 akibat menangani pengolahan limbah medis padat.

1 50 1 50 2 100

4. Aktif mengikuti penyuluhan dan bimbingan dalam pengelolaan limbah medis padat.

0 0 2 100 2 100

5. Mendapat teguran dari atasan pada saat melakukan kesalahan dalam penanganan limbah medis padat.

0 0 2 100 2 100

6. Atasan menerapkan peraturan tentang penanganan limbah medis padat di rumah sakit.

0 0 2 100 2 100

7. Setiap ruangan memiliki tempat sampah medis.

2 100 0 0 2 100 8. Ada petugas khusus

menangani limbah medis padat.

Tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa kedua responden mempunyai tindakan yang baik dalam mencuci tangan setelah menangani limbah medis padat, di setiap ruangan mempunyai wadah tersendiri dan limbah medis padat akan diangkut oleh petugas.

Kedua responden mempunyai tindakan yang buruk dalam hal pemilahan antara limbah medis dan non medis, mereka tidak melakukan pemilahan.

Responden tidak aktif mengikuti penyuluhan dan tidak mendapatkan teguran dari atasan jika melakukan kesalahan dalam bekerja. Atasan tidak menerapkan peraturan khusus dalam pengelolaan limbah medis padat di RSU Kabanjahe.

Petugas membakar limbah secara manual karena incinerator dalam keadaan rusak.

Penilaian tindakan tentang pengolahan limbah medis padat dilakukan berdasarkan perhitungan total skor tindakan responden yang diamati. Tingkatan tindakan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu tindakan baik, sedang dan buruk.

Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Tentang Pengolahan Limbah Medis Padat di RSU Kabanjahe tahun 2015 No. Kategori Tindakan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 0 0

2. Sedang 0 0

3. Buruk 2 100

Jumlah 2 100

Tabel 4.17 diatas menunjukkan kedua responden memiliki tindakan yang buruk dalam pengelolaan limbah medis padat.

Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Pengolahan Limbah Medis Cair di RSU Kabanjahe

No. Tindakan Responden Ya Tidak Jumlah

N (%) N (%) N (%)

1. Melakukan pemantauan secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis cair

2 100 0 0 2 100

2. Melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap mesin IPAL. 5. Menggunakan alat pelindung

diri dalam bekerja.

0 0 2 100 2 100

6. Atasan menerapkan peraturan 2 100 0 0 2 100

No. Tindakan Responden N % N % N % 7. Melakukan perbaikan jika

mesin IPAL rusak.

2 100 0 0 2 100

8. Melakukan pemeriksaan effluent sebelum dibuang ke lingkungan.

0 0 2 100 2 100

9. Membuat pelaporan secara berkala.

2 100 0 0 2 100

10. Melakukan perawatan terhadap mesin pengolah limbah.

2 100 0 0 2 100

Tabel 4.18 diatas menunjukkan kedua responden memiliki tindakan yang baik dalam hal melakukan pemantauan secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah medis cair, melakukan pemeriksaan terhadap mesin-mesin IPAL, melakukan perbaikan jika mesin rusak, membuat pelaporan secara berkala kepada atasan, dan melakukan perawatan terhadap mesin pengolah limbah, aktif mengikuti penyuluhan dan bimbingan dalam pengelolaan limbah medis cair.

Kedua responden tidak pernah mengalami cedera selama menangani pengelolaan limbah cair. Kedua responden memiliki tindakan yang buruk dalam penggunaan alat pelindung diri, dimana mereka tidak menggunakan APD dalam bekerja, dan tidak pernah melakukan pemeriksaan effluent sebelum dibuang ke lingkungan.

Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Tentang Pengolahan Limbah Medis Cair di RSU Kabanjahe Tahun 2015 No. Kategori Tindakan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Baik 2 100

2. Sedang 0 0

3. Buruk 0 0

Jumlah 2 100

Tabel 4.19 diatas menunjukkan kedua responden memiliki tindakan yang baik dalam pengelolaan limbah medis cair.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Limbah Medis Padat

5.1.1 Penampungan

Proses penampungan limbah medis padat di RSU Kabanjahe masih ada kekurangan yang ditemukan. Wadah yang digunakan dalam menampung limbah padat medis tidak memenuhi syarat sesuai dengan KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dimana di RSU Kabanjahe wadah penampung limbah medis padat ini tidak dilengkapi dengan kantong plastik, juga ada beberapa wadah yang tidak lagi mempunyai tutup, tetapi wadah penampung terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan tidak bocor.

Penempatan penampungan limbah sudah baik, pada masing-masing ruangan pelayanan rawat jalan dan rawat inap terdapat 1 buah wadah penampung.

Untuk ruang terbuka dalam radius 20 m terdapat 1 buah. Pada proses penampungan ini limbah medis dan non medis akan dipisahkan karena memiliki wadah yang berbeda. Proses pemilahan secara terkhusus tidak diaksanakan, dimana seharusnya itu dilakuakan oleh petugas.

Dalam penampungan limbah medis padat, wadah yang tersedia sudah memadai hanya saja keadaan wadah yang tidak baik dan tidak dilengkapi oleh kantong plastik. Petugas pengolah limbah medis padat mengetahui bahwa tempat penampung limbah seharusnya dilapisi kantong plastik dan harus mempunyai tutup. Tetapi pihak rumah sakit tidak menyediakan kantong plastik. Hal ini menjelaskan bahwa staf rumah sakit belum memeahami tentang bagaimana wadah

penampung limbah medis padat dan syarat-syaratnya sesuai dengan peraturan pemerintah.

5.1.2 Pengangkutan

Sarana pengangkutan limbah medis padat di RSU Kabanjahe belum dalam keadaan baik, sarana yang digunakan adalah gerobak dorong yang sebagian terbuka. Petugas pengolah limbah medis padat mengetahui bahwa seharusnya alat angkut limbah adalah trolli tertutup. Tetapi pihak rumah sakit hanya menyediakan gerobak terbuka. Hal ini menjelaskan bahwa staf rumah sakit belum memahami tentang bagaimana sarana pengangkutan yang selayaknya digunakan dalam mengangkut limbah medis padat.

Gerobak ini digunakan untuk mengangkut limbah medis padat dan non medis, tetapi proses pengangkutannya dilaksanakan secara terpisah. Proses pengangkutan dimulai ketia petugas cleaning service melakukan pengangkutan dari masing-masing unit penghasil limbah. Wadah penampung diletakkan di gerobak dorong dan kemudian langsung diantar ke tempat incinerator. Jalur yang digunakan dalam pengangkutan ini adalah jalur yang biasa digunakan oleh pengunjung pasien dan petugas pelayanan kesehatan berlalu lalang.

Proses pengangkutan dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan yang ada dimana limbah medis padat minimal 1 kali sehari harus dibuang. Proses pengangkutan ini dilakukan 2 kali seminggu karena tidak banyak limbah medis padat yang dihasilkan dan juga petugas pengangkut limbah hanya ada satu orang dan petugas ini juga bertugas untuk megangkut limbah padat non medis.

Petugas pengangkut limbah medis padat sudah menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sepatu boot, sarung tangan serta pakaian berlengan tangan panjang dan celana panjang hal ini sudah sesuai dengan KepMenKes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Hal ini bisa mengurangi terjadinya kecelakaan pada saat melakukan pengangkutan limbah medis padat.

Alat pelindung diri yang dipakai oleh petugas dibeli sendiri oleh petugas, memakai alat pelindung diri karena kesadaran mereka sendiri. Pihak rumah sakit tidak menyediakan alat pelindung diri. Dalam hal ini menunjukkan staf rumah sakit belum memahami apa saja alat pelindung diri yang harus digunakan oleh petugas dalam bekerja. Alat pelindung diri dapat disediakan dan dilengkapi oleh pihak rumah sakit dan mewajibkan petugas pengelolaan limbah menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja. Apabila telah disiapkan dan disediakan, terlebih dahulu diberikan penjelasan dan pengarahan akan pentingnya penggunaan alat pelindung diri. Dengan demikian petugas akan selalu menggunakan alat pelindung diri dalm bekerja sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja.

5.1.3 Penyimpanan Sementara

Penyimpanan sementara tidak dilaksanakan di RSU Kabanjahe. Tempat penyimpanan sementara memang disediakan yang berada di belakang incinerator.

Dari wawancara yang dilakukan dengan petugas incinerator, bahwa tempat tersebut tidak digunakan, ketika limbah medis padat diangkut dari ruangan, limbah tersebut langsung dimasukkan ke dalam incinerator. Hal ini sesuai dengan KepMenKes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 dimana ditetapkan bahwa

penyimpanan limbah medis padat tidak boleh lebih dari 24 jam setelah diangkut dari masing-masing unit penghasil limbah.

5.1.4 Pemusnahan Limbah Padat dan Pembuangan Akhir

Proses pemusnahan limbah medis padat, dilaksanakan melalui limbah medis padat dibakar di incinerator dan limbah padat non medis diambil oleh Dinas Kebersihan Kota untuk dibuang ke TPA. Proses pembakaran limbah sepenuhnya dilakukan di dalam incinerator. Proses pemusnahan ini dilakukan dua kali dalam seminggu, ketika limbah medis padat diangkut pada pagi hari, sore hari limbah tersebut akan dibakar, dan ini menunjukkan bahwa limbah tersebut dibakar selambat-lambatnya 24 jam setelah diangkut. Hal ini sudah sesuai dengan KepMenKes RI No 1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Pada saat penelitian dilaksanakan, incinerator rumah sakit dalam keadaan rusak sehingga limbah medis padat di bakar secara manual di dalam incinerator.

Keadaan incinerator seperti ini sudah 4 bulan, tetapi pihak rumah sakit belum melakukan perbaikan. Proses perbaikan ini terhambat karena bagian dari incinerator yang rusak tidak ada gantinya, tetapi pihak rumah sakit tetap berusaha agar incinerator ini bisa segera diperbaiki. Ketika incinerator dalam keadaan baik, limbah medis padat dibakar dengan suhu 1000ᵒC, dan limbah ini akan habis setelah 2-3 jam pembakaran. Jika dibakar dengan manual, limbah ini dibakar selama semalaman, walaupun sudah dibakar semalaman, limbah medis padat ini tidak terbakar sampai habis, masih banyak limbah medis padat yang masih dalam keadaan utuh.

Untuk menunjang terlaksananya pengelolaan limbah medis padat ini berjalan dan berakhir dengan baik serta memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, harus didukung dengan tenaga yang professional dan terdidik dalam segi kesehatan lingkungan. Jika tenaga belum sepenuhnya memahami tentang aturan dan cara kerja dari penggunaan incinerator perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga-tenaga tersebut, sehingga penggunaan incinerator di rumah sakit dapat dimanfaatkan dengan baik, dengan adanya pelatihan maka diharapkan petugas akan mampu menyusun prosedur dan tata cara, sistem pengawasan, sistem pemeliharaan, evalusai dan system pelaporan pengelolaan limbah medis padat.

Abu hasil akhir pembakaran limbah medis padat ini dibuang ke lahan yang ada di belakang incinerator. Abu bakar ini dibiarkan menumpuk di lahan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Hal ini belum sesuai dengan Permenkes RI No.1204 tahun 2004 karena pada kenyataannya di lahan tersebut ditanami tanaman sayur mayur yang ditanam oleh cleaning service.

5.2 Pengelolaan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair di RSU Kabanjahe menggunakan system Up Flow Filter yang prinsip kerjanya berdasarkan lumpur aktif. Pengolahan limbah ini juga menggunakan zat kimia berupa feriklorida untuk menjadi koagulan dalam proses koagulasi.

5.2.1 Saluran Air Limbah

Dari hasil penelitian yang dilakukan air limbah dialirkan melalui saluran yang tertutup dan kedap air yang tertanam di dalam tanah yang kemudian

dialirkan secara lancar ke septic tank. Air limbah dari masing-masing ruangan dialirkan kedalam bak penampung yang ada dibawah tanah pada beberapa titik di rumah sakit, dan ketika bak itu penuh maka air akan dialirkan ke dalam septic tank.

Untuk drainase air hujan, salurannya juga kedap air tetapi tidak tertutup.

Air yang mengalir juga lancar dan air ini langsung mengalir ke saluran pembunagan air limbah kota. Untuk saluran air limbah setelah diolah juga kedap air, tetapi tidak tertutup. Air limbah juga mengalir dengan lancar.

5.2.2 Pengolahan Air Limbah

Pada tahap awal pengolahan limbah cair dimulai dari air limbah dari masing-masing bak penampung yang ada di beberapa titik di rumah sakit dialirkan ke septic tank. Septic tank ini merupakan tempat berkumpulnya air limbah sebelum diolah. Kemudian air limbah dialirkan ke screen untuk menyaring

Pada tahap awal pengolahan limbah cair dimulai dari air limbah dari masing-masing bak penampung yang ada di beberapa titik di rumah sakit dialirkan ke septic tank. Septic tank ini merupakan tempat berkumpulnya air limbah sebelum diolah. Kemudian air limbah dialirkan ke screen untuk menyaring