• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang preferensi konsumen ini dilakukan di Objek Wisata Cangkuang Garut, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Objek Wisata tersebut merupakan tempat wisata yang bernuansa alam dan memiliki nilai budaya. Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2005.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara sengaja yaitu pengumpulan data atas dasar tujuan tertentu sehingga memenuhi keinginan dan kepentingan peneliti sesuai dengan alat analisis yang digunakan. Untuk melakukan pengolahan data dilakukan pengambilan sampel sebanyak 100 konsumen

berdasarkan perhitungan rumus Slovin ( n = N / ( 1 + Ne2 ), dimana jumlah populasi konsumen sebesar 41.763 (N) orang per tahun dengan nilai kritis yang digunakan adalah 10 persen ( error = e ). Dalam penelitian ini yang dijadikan konsumen adalah

para pengunjung Objek Wisata Cangkuang dan wawancara langsung dengan pihak pengelola Objek Wisata Cangkuang Garut.

4.3 Model dan Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif, yaitu data disusun dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan Importance Performance Analysis dan Indeks Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index). Data primer yang telah diperoleh melalui penyebaran quisioner dan wawancara yang telah dipersiapkan, kemudian dianalisis untuk melihat karakteristik pengunjung dan setelah itu dilihat pula perilaku dan persepsi pengunjung. Data sekunder yang diperoleh dari data yang terdapat dalam dokumen–dokumen yang dimiliki oleh dinas pariwisata Kabupaten Garut, penelitian terdahulu, literatur, data dari BPS, media massa, internet, maupun sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

4.3.1 Analisis deskriptif

Analisis deskriptif yaitu untuk melihat karakteristik pengunjung Wisata Cangkuang dan identifikasi perilaku pembelian jasa Wisata Cangkuang yang meliputi Pengenalan Kebutuhan, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Proses Pembelian dan Proses Hasil.

4.3.2 Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen (Importance Performance Analysis)

Menurut Martila and James (1977) dalam Usman (2003) menjelaskan bahwa untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen dilakukan dengan membandingkan antara kinerja dan tingkat kepentingan yang dapat diketahui dengan menggunakan skala Likert.

Untuk kinerja atau penampilan diberi lima penilaian dengan bobot sebagai berikut :

a. Jawaban sangat baik di beri bobot 5, berarti pelanggan sangat puas.

b. Jawaban baik di beri bobot 4, berarti pelanggan puas.

c. Jawaban cukup baik di beri bobot 3, berarti pelanggan cukup puas.

d. Jawaban kurang baik di beri bobot 2, berarti pelanggan kurang puas.

e. Jawaban tidak baik di beri bobot 1, berarti pelanggan tidak puas.

Tingkat kepentingan yang dimaksud yaitu seberapa penting atribut produk bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja atribut.

Kinerja disini berarti aktual atribut yang dirasakan oleh konsumen atau kinerja yang erat kaitannya dengan penilaian konsumen. Terdapat dua variabel yang digunakan yaitu yang diwakili X (tingkat kinerja) dan Y (Tingkat kepentingan).

Tki = x 100 % Xi Yi

Keterangan : Tki = Tingkat kesesuaian konsumen Xi = Bobot penilaian kinerja Pengelola

Yi = Bobot penilaian tingkat kepentingan pelanggan

Bila Tki ≥ 100 % artinya kinerja atribut produk telah memenuhi kepuasan konsumen, sebaliknya bila Tki < 100 % artinya kinerja atribut produk belum dapat memenuhi kepuasan konsumen. Kemudian bobot penilaian kinerja dan selanjutnya dilakukan pembagian jumlah bobot dengan banyaknya konsumen, hasilnya berupa rata-rata bobot (X) untuk kinerja dan rata-rata bobot (Y) untuk kepentingan, dengan rumus sebagai berikut :

X = dan Y =

Keterangan : X = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja perusahaan Y = Bobot rata-rata penilaian kepentingan konsumen n = Jumlah konsumen

Penggunaan diagram kartesius dalam penjabaran-penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuaian kepentingan dan kepuasaan pelanggan pada mutu pelayanan, dilakukan dengan melalui suatu bagan yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik ( X, Y ), dan titik-titik tersebut diperoleh dengan rumus :

X = dan Y =

X = skor rata-rata dari rata-rata tingkat pelaksaan atau kinerja (kepuasan) seluruh atribut komponen mutu pelayanan.

Y = skor rata-rata dari rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut komponen mutu pelayanan.

K = banyaknya atribut dari komponen mutu pelayanan yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Berikut diagram kartesius yang digunakan :

Gambar 2. Diagram Kartesius Kepuasan Pelanggan Sumber : Supranto, J, 2001

Keterangan :

1. Kuadran A menunjukan, bahwa unsur-unsur jasa atau produk yang sangat penting bagi pelanggan, akan tetapi pihak perusahaan belum melaksanakan sesuai keinginan pelanggan, sehingga menimbulkan kekecewaan rasa tidak puas.

2. Kuadran B menunjukan bahwa, unsur- unsur jasa atau produk pokok yang dianggap penting oleh pelanggan telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan pelanggan, maka kini kewajiban dari perusahaan adalah mempertahankan kinerjanya.

3. Kuadran C menunjukan, bahwa unsur-unsur yang memang dianggap kurang penting oleh pelanggan dimana sebaiknya perusahaan menjalankannya secara sedang saja.

4. Kuadran D menunjukan, bahwa unsur- unsur jasa yang dianggap kurang penting, tetapi telah dijalankan dengan sangat baik oleh perusahaan atau sangat memuaskan. Hal ini, dianggap berlebihan.

4.3.3. Pengukuran Tingkat Kinerja

Pengukuran tingkat Kinerja dimaksudkan untuk mengetahui seberapa puas konsumen terhadap suatu produk/jasa (tingkat kepuasan). Dalam hal ini konsumen diminta untuk merangking atribut-atribut mana yang dianggap penting untuk ditingkatkan oleh pengelola Wisata Cangkuang (Performance/kinerjanya) agar pelanggan puas. Tingkat kinerja hasil penelitian tersebut dihitung dan disusun berdasarkan mean (rata-rata). Data hasil perhitungan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja digunakan sebagai dasar dalam perhitungan Indek Kepuasan Pelanggan (IKP–Customer Satisfaction Index).

4.3.4. Indek Kepuasan Konsumen (IKP - Customer Satisfaction Index)

Indek Kepuasan Konsumen (IKP-Customer Satisfaction Index) diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk/jasa tersebut. Adapun cara untuk mengukur indeks ini dilakukan melalui 4 (empat) tahap yaitu menghitung :

Langkah Penghitungan CSI :

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS).

Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan tiap konsumen :

Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

=

3. Membuat Weight Score (WS).

Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan (X) (Mean Satisfaction Score = MSS).

WSi = WFi x MSSi

4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) yaitu

%

HS = ( Highest Scale )Skala maksimum yang digunakan (skala 7) Kriteria indek kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas hingga sangat puas), yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (Indeks Kepuasan Konsumen)

Nilai CSI Kriteria CSI 0,81 - 1,00 Sangat Puas

0,66 - 0,80 Puas

0,51 - 0,65 Cukup Puas 0,35 - 0,50 Kurang puas 0,00 - 0,34 Tidak Puas

Sumber: Panduan Survey Kepuasan Konsumen PT. SUCOFINDO. Seperti yang dikutip oleh Suhadi, 2004.

BAB V

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Objek Wisata di Garut

Kabupaten Garut mempunyai potensi yang sangat strategis untuk pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. Letaknya yang tidak begitu jauh dari Ibukota Propinsi Jawa Barat yaitu lebih kurang 25 km (Terdapat pada lampiran 1a-b Peta Wilayah Garut). Selain itu, dengan adanya berbagai macam objek wisata di Kabupaten Garut yang merupakan tujuan wisata masyarakat Jawa Barat dan sekitarnya, merupakan suatu potensi bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut.

Kabupaten Garut mempunyai luas wilayah 3.066,88 km2. Kabupaten ini berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Bandung dan Sumedang, sebelah Timur dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Cianjur. Kabupaten ini terbagi menjadi 9 Wilayah Pembantu Bupati, 37 Kecamatan, 8 Kemantren, 407 Desa, dan 11 Kelurahan, yang terdiri atas 3.355 Rukun Warga (RW) dan 12.240 Rukun Tetangga (RT).

Curah hujan yang terjadi di Kabupaten Garut bagian selatan sangat berbeda dengan bagian di utara. Daerah sepanjang Pantai Selatan memiliki curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun sedangkan daerah–daerah disebelah utara

mencapai lebih dari 4.000 mm/tahun. Daerah yang memiliki rata-rata curah hujan terbesar adalah di Kecamatan Cikajang yaitu 4.228 mm/tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2004 sebesar 2.173.623 jiwa (Terdapat pada lampiran 2. Data Penduduk Kabupaten Garut), terdiri dari 1.106.473 (50,9%) jiwa laki- laki dan 1.067.150 (49,1%) jiwa perempuan. Dengan demikian sex ratio penduduk Kabupaten Garut adalah 103.68 yang artinya setiap 103.68 penduduk laki- laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan, dengan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Garut Kota sebesar 120.044 jiwa dan terendah di Kecamatan Mekarmukti sebesar 14.211 jiwa. Hal ini menunjukan jumlah penduduk laki- laki relatif seimbang dengan jumlah penduduk perempuan.

Di bidang ekonomi, struktur mata pecaharian Kabupaten Garut masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2000 sektor pertanian memberikan kontribusi 40,08% terhadap pendapatan daerah. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami kenaikan terus- menerus dengan rata-rata kenaikan 0,66%. Sektor-sektor penyumbang PDRB yang mengalami kenaikan ini adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan serta listrik dan air minum.

5.2 Gambaran Umum Objek Wisata Cangkuang

Lokasi objek wisata Cangkuang bisa ditempuh dengan naik kendaraan umum atau bus dari Bandung–Garut dengan biaya Rp 10.000,-. Perjalanan dari Garut menuju Kecamatan Leles terdapat angkutan kota (angkot). Objek Wisata

Cangkuang dari jalan raya Bandung Garut berjarak 3 Km dengan kondisi jalan beraspal dan dapat dilalui dengan kendaraan pribadi atau berjalan kaki selama 30 menit atau naik kendaraan tradisional delman dengan biaya Rp 2.000,-/orang.

Untuk dapat menyebrang menuju pulau Cangkuang dapat dilakukan dengan menggunakan rakit dengan tarif Rp 2.000,-/orang.

5.2.1 Lingkungan Alam Fisik

Objek wisata Cangkuang memiliki luas kawasan 340,755 Ha. Situ dan Candi terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Candi Cangkuang mulai ditemukan kembali oleh Tim Sejarah Leles pada tanggal 9 Desember 1966, Pemugaran Candi Cangkuang (Terdapat pada lampiran 3a-b.

Candi Cangkuang) dilaksanakan pada tahun 1974–1976 oleh Proyek Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional (Munawar, 2002). Batas administrasi sebagai berikut :

Utara : Desa Naglasari

Selatan : Desa Margaluyu dan Desa Sukarame Timur : Desa Karang Anyar dan Desa Tambak Sari Barat : Desa Talagasari dan Desa Leles

Pola tata ruang objek wisata ini terkonsentrasi pada satu tempat yang kepemilikannya dikuasai oleh adat dengan penggunaan sebagai pemukiman, lahan pertanian, perkebunan, pariwisata dan konservasi. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di kawasan Objek Wisata Cangkuang antara lain piknik, melihat pemandangan, memancing, berziarah (Terdapat pada lampiran 4a. Lokasi Makam) dan melakukan penelitian kebudayaan.

5.2.2 Aspek Khusus

Nama Cagar budaya Candi Cangkuang berasal dari nama desa yang menjadi lokasi candi, yaitu Desa Cangkuang. Adapun nama Desa Cangkuang berasal dari nama sebuah pohon yang bernama pohon cangkuang (Pandanus furcatus) yang banyak terdapat di daerah tersebut. Kawasan Candi Cangkuang memiliki beberapa fasilitas wisata, diantaranya 15 buah kios makanan dan cinderamata dengan kondisi bangunan cukup baik dan bersih, tempat parkir yang memiliki daya tampung 25 kendaraan pribadi dengan kondisi jalan yang baik dan dilapisi aspal.

Terdapat pula pos tiket dan pintu masuk di depan kawasan denga n kondisi yang cukup baik. Untuk memasuki kawasan ini pengunjung dikenai biaya masuk khusus untuk dewasa Rp 1.000,- dan anak-anak Rp 500,-.

Fasilitas lain adalah 6 buah toilet umum yang terdapat dalam kawasan dengan kondisi kurang baik karena kurang terawat kebersihannya, terdapat juga 15 buah tempat sampah dengan kondisi cukup baik, terdapat 24 buah rakit yang terbentuk didalam suatu wadah usaha yang diberi nama Paguyuban Usaha Tukang Rakit (PUTRA) Cangkuang (Lampiran 4b. Situ Cangkuang dan Rakit). Alat angkut tradisional ini adalah alat angkutan aman dan nyaman bagi pengunjung.

Infrastruktur yang terdapat di kawasan Candi Cangkuang meliputi sumberdaya listrik yang berasal dari PLN dan sumberdaya air bersih yang berasal dari sumur dan air danau dengan kualitas air yang jernih, rasa yang tawar dan bau air yang normal.

Selain itu terdapat juga sebuah pusat informasi yang terletak di Musium depan candi (Lampiran 5. Musium Cangkuang), dan sebuah masjid adat Kampung Pulo beserta enam buah rumah adat yang dihuni oleh enam kepala keluarga. Keadaan demikian itu bukan hanya sekarang melainkan sejak dulu dan sudah merupakan

ketentuan adat bahwa jumlah rumah dan kepala keluarga harus enam. Oleh karena itu bagi Kampung Pulo Desa Cangkuang sukar atau relatif lama untuk

berkembang, baik rumah atau penduduknya dari keenam keluarga itu.

5.3 Karakteristik Umum Konsumen

Konsumen yang dihimpun dalam penelitian di Garut berjumlah 100 orang.

Karakteritik umum konsumen Objek Wisata Cangkuang dalam penelitian ini dapat dilihat dari usia, agama, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga (Terdapat pada lampiran 6).

Berdasarkan hasil analisis konsumen kebanyakan adalah pengunjung yang berusia 21–39 tahun yaitu sebesar 53% dengan tujuan untuk berekreasi menikmati pemandangan alam yang masih asri. Pengunjung yang berusia 13–20 tahun pada umumnya berkunjung ke Wisata Cangkuang untuk keperluan ilmu pengetahuan serta melihat situs budaya Candi Cangkuang. Selebihnya tujuh persen konsume n yang berusia diantara 40–60 tahun secara umum memiliki tingkat kesibukan yang tinggi sehingga hanya pada waktu-waktu tertentu saja pergi berkunjung ke tempat wisata.

Sebagian besar dari konsumen berstatus sebagai pelajar dan wiraswasta yaitu sebesar 28 persen dan 26 persen. Hal ini sesuai dengan usia dominan konsumen yaitu 13–20 tahun. Umumnya pada usia tersebut pekerjaanya adalah pelajar/mahasiswa. Konsumen yang bekerja sebagai karyawan baik itu pegawai swasta ataupun pegawai negeri sipil sebanyak 26 persen.

Total jumlah laki- laki lebih besar dari jumlah total perempuan di Kabupaten Garut yaitu jumlah laki- laki 1.106.473 jiwa dan perempuan 1.067.150 jiwa.

Sehingga jumlah konsumen laki- laki lebih besar dari jumlah konsumen perempun yaitu 57 persen dan 43 persen. Kabupaten Garut merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka konsumen yang beragama Islam memiliki persentase yang sangat besar yaitu 85 persen dibanding dengan agama lainnya seperti Kristen 12 persen dan Hindu 3 persen.

Tingkat pendidikan konsumen didominasi oleh mereka yang berpendidikan SMU dan Sarjana yaitu masing- masing sebesar 54 persen dan 19 persen.

Sedangkan yang berpendidikan SMP 16 persen dan sisanya adalah Diploma sebesar 11 persen. Kebanyakan dari konsumen memiliki status belum menikah sebesar 70 persen dan yang sudah menikah sebesar 30 persen. Jika dilihat dari tingkat pendapatan rata-rata konsumen berpendapatan sebesar < Rp 1.500.000,- perbulan perorang yaitu 68 persen. Konsumen yang berpendapatan antara Rp 1,5 –3 juta hanya sebesar 25 persen, dan yang berpendapatan Rp 3–5 juta hanya sebesar 5 persen sedangkan sisanya 2 persen berpendapatan sebesar > Rp 5 juta.

Jumlah anggota keluarga konsumen yang paling banyak adalah tiga dan lima orang yaitu masing- masing 23 persen, sedangkan yang paling sedikit adalah sembilan orang sebesar 2 persen. Keluarga yang hanya memiliki 3–5 orang cenderung adalah pelajar dan mahasiswa. Sehingga mereka lebih memilih berkunjung ke Objek Wisata Cangkuang bersama teman dibanding dengan keluarganya.

BAB VI

PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN JASA WISATA CANGKUANG GARUT

6.1 Proses Pengambilan Keputusan

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja melainkan melalui suatu tahapan tertentu. Menurut Engel, Blackwel dan Miniard ada lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan konsumen yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan perilaku pascapembelian.

Gambar 3. Proses Pembelian Model Lima Tahap Kotler 2002 6.1.1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian jasa Wisata Cangkuang oleh konsumen dimulai ketika mereka mulai merasakan dan mengenali kebutuhan akan jasa tersebut. Kesadaran akan kebutuhan yang akan di penuhi tersebut membuat konsumen berusaha

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pascapembelian

mencari jasa yang dapat mengatasi masalah yang mereka rasakan. Kebutuhan akan jasa wisata membuat konsumen datang ke Cangkuang Garut.

Kebutuhan akan jasa wisata dimulai pada kesadaran akan manfaat yang didapat bila mengkonsumsi jasa tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat dan alasan yang dicari oleh konsumen berkunjung ke wisata Cangkuang pertama ditentukan oleh rekreasi/hiburan sebesar 49 persen karena wisata Cangkuang menawarkan keindahan alam, lokasi untuk bersantai dengan pemandangan yang indah. Selain itu juga alasan lainnya seperti pengetahuan sebesar 41 persen karena objek wisata Cangkuang merupakan wisata budaya candi Cangkuang, dan sisanya 10 persen alasan konsumen adalah karena tempatnya nyaman. Secara lengkap alasan yang dicari konsumen disajikan pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Alasan Konsumen dalam Pembelian Produk Wisata Cangkuang, Garut, 2005

Konsumen Alasan

Jumlah ( Orang ) Kenyamanan

Hiburan ( Rekreasi ) Pengetahuan

10 49 41

Total 100

Setelah diketahui alasan, maka motivasi yang mendorong konsumen untuk datang ke wisata Cangkuang adalah untuk rekreasi dan pengetahuan serta menikmati pemandangan alamnya yang masih asri. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.

6.1.2. Pencarian Informasi

Setelah memahami manfaat dari mengkonsumsi jasa wisata dan termotivasi untuk mengkonsumsinya maka konsumen akan mencari informasi mengenai jasa wisata yang akan mereka konsumsi. Pada umumnya konsumen menerima sebagian besar informasi dari sumber niaga, yakni sumber-sumber yang dikuasai oleh pemasar yang salah satunya adalah iklan. Tetapi hal yang menarik justru terjadi pada pembelian jasa wisata Cangkuang karena sebagian besar konsumen memperoleh informasi tentang wisata Cangkuang dari keluarga dan teman yang masing- masing berjumlah 37 persen dan 31 persen.

Sedangkan sumber informasi dari media cetak sebesar 23 persen, dan sumber informasi lainnya seperti internet sangat kecil sekali menjadi sumber informasi bagi konsumen. Hal ini wajar mengingat objek wisata Cangkuang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah objek wisata yang dikelola oleh Pemda dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut yang sangat kecil sekali menggunakan media cetak sebagai sarana promosi mereka. Data selengkapnya mengenai sumber informasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Sumber Informasi mengenai keberadaan Objek Wisata Cangkuang Garut, 2005

Selain sumber informasi yang didapat oleh konsumen maka konsumen juga dapat terpengaruh oleh sumber informasi untuk mengkonsumsi jasa wisata Cangkuang Garut. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar konsumen datang ke lokasi wisata bersama teman sebesar 54 persen dari keseluruhan konsumen. Teman merupakan kelompok acuan yang dapat dipercaya sehingga besar pengaruhnya dalam pembelian jasa wisata Cangkuang Garut. Sedangkan bersama keluarga sebesar 23 persen dan sisanya berkunjung sebagian kecil bersama rekan kerja dan pasangan. Data selengkapnya tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Sumber Informasi untuk mengkonsumsi Jasa Wisata Cangkuang Garut, 2005

Dalam berkunjung sebagian besar yang menentukan adalah keluarga dengan nilai sebesar 47 persen karena keluarga merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya konsumen. Anak mendapat nilai sebesar 33 persen dari seluruh konsumen dan ayah serta ibu mendapat nilai masing- masing sebesar 16 persen dan 4 persen.

Tabel 7. Sumber Informasi yang menentukan tujuan berkunjung ke Wisata Cangkuang Garut, 2005

Konsumen

6.1.3. Evaluasi Alternatif

Setelah memiliki informasi yang cukup tentang hal- hal yang berkaitan jasa yang akan dibeli, konsumen akan melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu alternatif dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsmen. Pada tahap ini konsumen menentukan kriteria-kriteria yang relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang dirasa paling bermanfaat untuk memecahkan masalahnya. Banyak hal yang menjadi kriteria konsumen sebagai alasan memilih lokasi ini, sebagian besar mereka menyatakan bahwa mereka memilih jasa tersebut dengan alasan lokasi yang mudah dicapai dan tempatnya terkenal, karena sebagian besar konsumen adalah yang bertempat tinggal di daerah sekitar wilayah Jawa Barat.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa alternatif selain wisata Cangkuang konsumen juga berkunjung ke objek wisata Cipanas dengan nilai sebesar 41 persen dari seluruh reponden. Hal ini dilakukan karena lokasi wisata tersebut tidak jauh dari lokasi wisata Cangkuang, selain itu juga alternatif konsumen yang lain adalah lokasi wisata Kamojang sebesar 29 persen dan wisata Bagendit sebesar 20 persen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Alternatif Daerah Wisata selain Wisata Cangkuang Garut, 2005

6.1.4. Proses pembelian

Berkaitan dengan proses keputusan pembelian, sumberdaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Besarnya pengeluaran pengunjung selama berada di objek wisata cukup bervariasi dan dipengaruhi oleh jumlah konsumen yang ikut baik itu keluarga, teman atau pasangan. Sebagian besar konsumen yang datang bersama keluarga atau rombongan mengeluarkan pengeluaran yang lebih banyak di objek wisata tersebut. Pengeluaran konsumen terbanyak yaitu kurang dari Rp 100.000,- digunakan untuk membeli tiket masuk, biaya naik rakit dan delman serta membeli makanan disekitar lokasi wisata dengan jumlah persentase sebesar 46 persen.

Berikut ini disajikan secara lengkap pengeluaran konsumen di objek wisata Cangkuang.

Tabel 9. Sebaran Konsumen Berdasarkan Pengeluaran di lokasi Wisata Cangkuang Garut, 2005

Konsumen

Total 100

Wisata Cangkuang merupakan jasa yang dipertimbangkan konsumen. Ini ditunjukan oleh jawaban konsumen yang sebagian besar menyatakan bahwa mereka mengunjungi wisata tersebut dengan merencanakan terlebih dahulu dari rumah sebanyak 55 persen sedangkan konsumen yang merencanakan secara mendadak karena kebetulan lewat adalah sebanyak 45 persen yang ditunjukan pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Sebaran Konsumen Berdasarkan Cara Memutuskan Pembelian,Garut 2005

Konsumen Cara Memutuskan pembelian

Jumlah ( Orang )

Frekuensi yang paling sering berkunjung ke Objek Wisata Cangkuang adalah 2 sampai 4 kali dalam satu tahun terakhir yaitu sebesar 47 persen, hal ini mereka lakukan karena menurut mereka berwisata bertujuan untuk mencari hiburan dan menemani keluarga pada liburan sekolah.

Tabel 11. Frekuensi Kunjungan Konsumen ke Wisata Cangkuang Garut, 2005

> 5 kali 15

Total 100

Konsumen yang melakukan kunjungan pada hari libur sekolah sebanyak 45 persen. Besarnya persentase konsumen yang melakukan kunjungan pada hari libur sekolah disebabkan oleh aktivitas sekolah yang padat sehingga mendorong

Konsumen yang melakukan kunjungan pada hari libur sekolah sebanyak 45 persen. Besarnya persentase konsumen yang melakukan kunjungan pada hari libur sekolah disebabkan oleh aktivitas sekolah yang padat sehingga mendorong