• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

4.3. Model dan Metode Analisis Data

4.3.3. Pengukuran Tingkat Kinerja

Pengukuran tingkat Kinerja dimaksudkan untuk mengetahui seberapa puas konsumen terhadap suatu produk/jasa (tingkat kepuasan). Dalam hal ini konsumen diminta untuk merangking atribut-atribut mana yang dianggap penting untuk ditingkatkan oleh pengelola Wisata Cangkuang (Performance/kinerjanya) agar pelanggan puas. Tingkat kinerja hasil penelitian tersebut dihitung dan disusun berdasarkan mean (rata-rata). Data hasil perhitungan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja digunakan sebagai dasar dalam perhitungan Indek Kepuasan Pelanggan (IKP–Customer Satisfaction Index).

4.3.4. Indek Kepuasan Konsumen (IKP - Customer Satisfaction Index)

Indek Kepuasan Konsumen (IKP-Customer Satisfaction Index) diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk/jasa tersebut. Adapun cara untuk mengukur indeks ini dilakukan melalui 4 (empat) tahap yaitu menghitung :

Langkah Penghitungan CSI :

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS).

Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan tiap konsumen :

Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.

=

3. Membuat Weight Score (WS).

Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan (X) (Mean Satisfaction Score = MSS).

WSi = WFi x MSSi

4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) yaitu

%

HS = ( Highest Scale )Skala maksimum yang digunakan (skala 7) Kriteria indek kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas hingga sangat puas), yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (Indeks Kepuasan Konsumen)

Nilai CSI Kriteria CSI 0,81 - 1,00 Sangat Puas

0,66 - 0,80 Puas

0,51 - 0,65 Cukup Puas 0,35 - 0,50 Kurang puas 0,00 - 0,34 Tidak Puas

Sumber: Panduan Survey Kepuasan Konsumen PT. SUCOFINDO. Seperti yang dikutip oleh Suhadi, 2004.

BAB V

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Objek Wisata di Garut

Kabupaten Garut mempunyai potensi yang sangat strategis untuk pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. Letaknya yang tidak begitu jauh dari Ibukota Propinsi Jawa Barat yaitu lebih kurang 25 km (Terdapat pada lampiran 1a-b Peta Wilayah Garut). Selain itu, dengan adanya berbagai macam objek wisata di Kabupaten Garut yang merupakan tujuan wisata masyarakat Jawa Barat dan sekitarnya, merupakan suatu potensi bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut.

Kabupaten Garut mempunyai luas wilayah 3.066,88 km2. Kabupaten ini berbatasan di sebelah Utara dengan Kabupaten Bandung dan Sumedang, sebelah Timur dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Cianjur. Kabupaten ini terbagi menjadi 9 Wilayah Pembantu Bupati, 37 Kecamatan, 8 Kemantren, 407 Desa, dan 11 Kelurahan, yang terdiri atas 3.355 Rukun Warga (RW) dan 12.240 Rukun Tetangga (RT).

Curah hujan yang terjadi di Kabupaten Garut bagian selatan sangat berbeda dengan bagian di utara. Daerah sepanjang Pantai Selatan memiliki curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun sedangkan daerah–daerah disebelah utara

mencapai lebih dari 4.000 mm/tahun. Daerah yang memiliki rata-rata curah hujan terbesar adalah di Kecamatan Cikajang yaitu 4.228 mm/tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2004 sebesar 2.173.623 jiwa (Terdapat pada lampiran 2. Data Penduduk Kabupaten Garut), terdiri dari 1.106.473 (50,9%) jiwa laki- laki dan 1.067.150 (49,1%) jiwa perempuan. Dengan demikian sex ratio penduduk Kabupaten Garut adalah 103.68 yang artinya setiap 103.68 penduduk laki- laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan, dengan jumlah penduduk tertinggi terdapat di Garut Kota sebesar 120.044 jiwa dan terendah di Kecamatan Mekarmukti sebesar 14.211 jiwa. Hal ini menunjukan jumlah penduduk laki- laki relatif seimbang dengan jumlah penduduk perempuan.

Di bidang ekonomi, struktur mata pecaharian Kabupaten Garut masih didominasi oleh sektor pertanian. Pada tahun 2000 sektor pertanian memberikan kontribusi 40,08% terhadap pendapatan daerah. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami kenaikan terus- menerus dengan rata-rata kenaikan 0,66%. Sektor-sektor penyumbang PDRB yang mengalami kenaikan ini adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan serta listrik dan air minum.

5.2 Gambaran Umum Objek Wisata Cangkuang

Lokasi objek wisata Cangkuang bisa ditempuh dengan naik kendaraan umum atau bus dari Bandung–Garut dengan biaya Rp 10.000,-. Perjalanan dari Garut menuju Kecamatan Leles terdapat angkutan kota (angkot). Objek Wisata

Cangkuang dari jalan raya Bandung Garut berjarak 3 Km dengan kondisi jalan beraspal dan dapat dilalui dengan kendaraan pribadi atau berjalan kaki selama 30 menit atau naik kendaraan tradisional delman dengan biaya Rp 2.000,-/orang.

Untuk dapat menyebrang menuju pulau Cangkuang dapat dilakukan dengan menggunakan rakit dengan tarif Rp 2.000,-/orang.

5.2.1 Lingkungan Alam Fisik

Objek wisata Cangkuang memiliki luas kawasan 340,755 Ha. Situ dan Candi terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Candi Cangkuang mulai ditemukan kembali oleh Tim Sejarah Leles pada tanggal 9 Desember 1966, Pemugaran Candi Cangkuang (Terdapat pada lampiran 3a-b.

Candi Cangkuang) dilaksanakan pada tahun 1974–1976 oleh Proyek Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional (Munawar, 2002). Batas administrasi sebagai berikut :

Utara : Desa Naglasari

Selatan : Desa Margaluyu dan Desa Sukarame Timur : Desa Karang Anyar dan Desa Tambak Sari Barat : Desa Talagasari dan Desa Leles

Pola tata ruang objek wisata ini terkonsentrasi pada satu tempat yang kepemilikannya dikuasai oleh adat dengan penggunaan sebagai pemukiman, lahan pertanian, perkebunan, pariwisata dan konservasi. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan di kawasan Objek Wisata Cangkuang antara lain piknik, melihat pemandangan, memancing, berziarah (Terdapat pada lampiran 4a. Lokasi Makam) dan melakukan penelitian kebudayaan.

5.2.2 Aspek Khusus

Nama Cagar budaya Candi Cangkuang berasal dari nama desa yang menjadi lokasi candi, yaitu Desa Cangkuang. Adapun nama Desa Cangkuang berasal dari nama sebuah pohon yang bernama pohon cangkuang (Pandanus furcatus) yang banyak terdapat di daerah tersebut. Kawasan Candi Cangkuang memiliki beberapa fasilitas wisata, diantaranya 15 buah kios makanan dan cinderamata dengan kondisi bangunan cukup baik dan bersih, tempat parkir yang memiliki daya tampung 25 kendaraan pribadi dengan kondisi jalan yang baik dan dilapisi aspal.

Terdapat pula pos tiket dan pintu masuk di depan kawasan denga n kondisi yang cukup baik. Untuk memasuki kawasan ini pengunjung dikenai biaya masuk khusus untuk dewasa Rp 1.000,- dan anak-anak Rp 500,-.

Fasilitas lain adalah 6 buah toilet umum yang terdapat dalam kawasan dengan kondisi kurang baik karena kurang terawat kebersihannya, terdapat juga 15 buah tempat sampah dengan kondisi cukup baik, terdapat 24 buah rakit yang terbentuk didalam suatu wadah usaha yang diberi nama Paguyuban Usaha Tukang Rakit (PUTRA) Cangkuang (Lampiran 4b. Situ Cangkuang dan Rakit). Alat angkut tradisional ini adalah alat angkutan aman dan nyaman bagi pengunjung.

Infrastruktur yang terdapat di kawasan Candi Cangkuang meliputi sumberdaya listrik yang berasal dari PLN dan sumberdaya air bersih yang berasal dari sumur dan air danau dengan kualitas air yang jernih, rasa yang tawar dan bau air yang normal.

Selain itu terdapat juga sebuah pusat informasi yang terletak di Musium depan candi (Lampiran 5. Musium Cangkuang), dan sebuah masjid adat Kampung Pulo beserta enam buah rumah adat yang dihuni oleh enam kepala keluarga. Keadaan demikian itu bukan hanya sekarang melainkan sejak dulu dan sudah merupakan

ketentuan adat bahwa jumlah rumah dan kepala keluarga harus enam. Oleh karena itu bagi Kampung Pulo Desa Cangkuang sukar atau relatif lama untuk

berkembang, baik rumah atau penduduknya dari keenam keluarga itu.

5.3 Karakteristik Umum Konsumen

Konsumen yang dihimpun dalam penelitian di Garut berjumlah 100 orang.

Karakteritik umum konsumen Objek Wisata Cangkuang dalam penelitian ini dapat dilihat dari usia, agama, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga (Terdapat pada lampiran 6).

Berdasarkan hasil analisis konsumen kebanyakan adalah pengunjung yang berusia 21–39 tahun yaitu sebesar 53% dengan tujuan untuk berekreasi menikmati pemandangan alam yang masih asri. Pengunjung yang berusia 13–20 tahun pada umumnya berkunjung ke Wisata Cangkuang untuk keperluan ilmu pengetahuan serta melihat situs budaya Candi Cangkuang. Selebihnya tujuh persen konsume n yang berusia diantara 40–60 tahun secara umum memiliki tingkat kesibukan yang tinggi sehingga hanya pada waktu-waktu tertentu saja pergi berkunjung ke tempat wisata.

Sebagian besar dari konsumen berstatus sebagai pelajar dan wiraswasta yaitu sebesar 28 persen dan 26 persen. Hal ini sesuai dengan usia dominan konsumen yaitu 13–20 tahun. Umumnya pada usia tersebut pekerjaanya adalah pelajar/mahasiswa. Konsumen yang bekerja sebagai karyawan baik itu pegawai swasta ataupun pegawai negeri sipil sebanyak 26 persen.

Total jumlah laki- laki lebih besar dari jumlah total perempuan di Kabupaten Garut yaitu jumlah laki- laki 1.106.473 jiwa dan perempuan 1.067.150 jiwa.

Sehingga jumlah konsumen laki- laki lebih besar dari jumlah konsumen perempun yaitu 57 persen dan 43 persen. Kabupaten Garut merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka konsumen yang beragama Islam memiliki persentase yang sangat besar yaitu 85 persen dibanding dengan agama lainnya seperti Kristen 12 persen dan Hindu 3 persen.

Tingkat pendidikan konsumen didominasi oleh mereka yang berpendidikan SMU dan Sarjana yaitu masing- masing sebesar 54 persen dan 19 persen.

Sedangkan yang berpendidikan SMP 16 persen dan sisanya adalah Diploma sebesar 11 persen. Kebanyakan dari konsumen memiliki status belum menikah sebesar 70 persen dan yang sudah menikah sebesar 30 persen. Jika dilihat dari tingkat pendapatan rata-rata konsumen berpendapatan sebesar < Rp 1.500.000,- perbulan perorang yaitu 68 persen. Konsumen yang berpendapatan antara Rp 1,5 –3 juta hanya sebesar 25 persen, dan yang berpendapatan Rp 3–5 juta hanya sebesar 5 persen sedangkan sisanya 2 persen berpendapatan sebesar > Rp 5 juta.

Jumlah anggota keluarga konsumen yang paling banyak adalah tiga dan lima orang yaitu masing- masing 23 persen, sedangkan yang paling sedikit adalah sembilan orang sebesar 2 persen. Keluarga yang hanya memiliki 3–5 orang cenderung adalah pelajar dan mahasiswa. Sehingga mereka lebih memilih berkunjung ke Objek Wisata Cangkuang bersama teman dibanding dengan keluarganya.

BAB VI

PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN JASA WISATA CANGKUANG GARUT

6.1 Proses Pengambilan Keputusan

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja melainkan melalui suatu tahapan tertentu. Menurut Engel, Blackwel dan Miniard ada lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan konsumen yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan perilaku pascapembelian.

Gambar 3. Proses Pembelian Model Lima Tahap Kotler 2002 6.1.1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian jasa Wisata Cangkuang oleh konsumen dimulai ketika mereka mulai merasakan dan mengenali kebutuhan akan jasa tersebut. Kesadaran akan kebutuhan yang akan di penuhi tersebut membuat konsumen berusaha

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pascapembelian

mencari jasa yang dapat mengatasi masalah yang mereka rasakan. Kebutuhan akan jasa wisata membuat konsumen datang ke Cangkuang Garut.

Kebutuhan akan jasa wisata dimulai pada kesadaran akan manfaat yang didapat bila mengkonsumsi jasa tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat dan alasan yang dicari oleh konsumen berkunjung ke wisata Cangkuang pertama ditentukan oleh rekreasi/hiburan sebesar 49 persen karena wisata Cangkuang menawarkan keindahan alam, lokasi untuk bersantai dengan pemandangan yang indah. Selain itu juga alasan lainnya seperti pengetahuan sebesar 41 persen karena objek wisata Cangkuang merupakan wisata budaya candi Cangkuang, dan sisanya 10 persen alasan konsumen adalah karena tempatnya nyaman. Secara lengkap alasan yang dicari konsumen disajikan pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Alasan Konsumen dalam Pembelian Produk Wisata Cangkuang, Garut, 2005

Konsumen Alasan

Jumlah ( Orang ) Kenyamanan

Hiburan ( Rekreasi ) Pengetahuan

10 49 41

Total 100

Setelah diketahui alasan, maka motivasi yang mendorong konsumen untuk datang ke wisata Cangkuang adalah untuk rekreasi dan pengetahuan serta menikmati pemandangan alamnya yang masih asri. Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.

6.1.2. Pencarian Informasi

Setelah memahami manfaat dari mengkonsumsi jasa wisata dan termotivasi untuk mengkonsumsinya maka konsumen akan mencari informasi mengenai jasa wisata yang akan mereka konsumsi. Pada umumnya konsumen menerima sebagian besar informasi dari sumber niaga, yakni sumber-sumber yang dikuasai oleh pemasar yang salah satunya adalah iklan. Tetapi hal yang menarik justru terjadi pada pembelian jasa wisata Cangkuang karena sebagian besar konsumen memperoleh informasi tentang wisata Cangkuang dari keluarga dan teman yang masing- masing berjumlah 37 persen dan 31 persen.

Sedangkan sumber informasi dari media cetak sebesar 23 persen, dan sumber informasi lainnya seperti internet sangat kecil sekali menjadi sumber informasi bagi konsumen. Hal ini wajar mengingat objek wisata Cangkuang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah objek wisata yang dikelola oleh Pemda dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut yang sangat kecil sekali menggunakan media cetak sebagai sarana promosi mereka. Data selengkapnya mengenai sumber informasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Sumber Informasi mengenai keberadaan Objek Wisata Cangkuang Garut, 2005

Selain sumber informasi yang didapat oleh konsumen maka konsumen juga dapat terpengaruh oleh sumber informasi untuk mengkonsumsi jasa wisata Cangkuang Garut. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar konsumen datang ke lokasi wisata bersama teman sebesar 54 persen dari keseluruhan konsumen. Teman merupakan kelompok acuan yang dapat dipercaya sehingga besar pengaruhnya dalam pembelian jasa wisata Cangkuang Garut. Sedangkan bersama keluarga sebesar 23 persen dan sisanya berkunjung sebagian kecil bersama rekan kerja dan pasangan. Data selengkapnya tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Sumber Informasi untuk mengkonsumsi Jasa Wisata Cangkuang Garut, 2005

Dalam berkunjung sebagian besar yang menentukan adalah keluarga dengan nilai sebesar 47 persen karena keluarga merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya konsumen. Anak mendapat nilai sebesar 33 persen dari seluruh konsumen dan ayah serta ibu mendapat nilai masing- masing sebesar 16 persen dan 4 persen.

Tabel 7. Sumber Informasi yang menentukan tujuan berkunjung ke Wisata Cangkuang Garut, 2005

Konsumen

6.1.3. Evaluasi Alternatif

Setelah memiliki informasi yang cukup tentang hal- hal yang berkaitan jasa yang akan dibeli, konsumen akan melakukan evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu alternatif dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsmen. Pada tahap ini konsumen menentukan kriteria-kriteria yang relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang dirasa paling bermanfaat untuk memecahkan masalahnya. Banyak hal yang menjadi kriteria konsumen sebagai alasan memilih lokasi ini, sebagian besar mereka menyatakan bahwa mereka memilih jasa tersebut dengan alasan lokasi yang mudah dicapai dan tempatnya terkenal, karena sebagian besar konsumen adalah yang bertempat tinggal di daerah sekitar wilayah Jawa Barat.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa alternatif selain wisata Cangkuang konsumen juga berkunjung ke objek wisata Cipanas dengan nilai sebesar 41 persen dari seluruh reponden. Hal ini dilakukan karena lokasi wisata tersebut tidak jauh dari lokasi wisata Cangkuang, selain itu juga alternatif konsumen yang lain adalah lokasi wisata Kamojang sebesar 29 persen dan wisata Bagendit sebesar 20 persen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Alternatif Daerah Wisata selain Wisata Cangkuang Garut, 2005

6.1.4. Proses pembelian

Berkaitan dengan proses keputusan pembelian, sumberdaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Besarnya pengeluaran pengunjung selama berada di objek wisata cukup bervariasi dan dipengaruhi oleh jumlah konsumen yang ikut baik itu keluarga, teman atau pasangan. Sebagian besar konsumen yang datang bersama keluarga atau rombongan mengeluarkan pengeluaran yang lebih banyak di objek wisata tersebut. Pengeluaran konsumen terbanyak yaitu kurang dari Rp 100.000,- digunakan untuk membeli tiket masuk, biaya naik rakit dan delman serta membeli makanan disekitar lokasi wisata dengan jumlah persentase sebesar 46 persen.

Berikut ini disajikan secara lengkap pengeluaran konsumen di objek wisata Cangkuang.

Tabel 9. Sebaran Konsumen Berdasarkan Pengeluaran di lokasi Wisata Cangkuang Garut, 2005

Konsumen

Total 100

Wisata Cangkuang merupakan jasa yang dipertimbangkan konsumen. Ini ditunjukan oleh jawaban konsumen yang sebagian besar menyatakan bahwa mereka mengunjungi wisata tersebut dengan merencanakan terlebih dahulu dari rumah sebanyak 55 persen sedangkan konsumen yang merencanakan secara mendadak karena kebetulan lewat adalah sebanyak 45 persen yang ditunjukan pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Sebaran Konsumen Berdasarkan Cara Memutuskan Pembelian,Garut 2005

Konsumen Cara Memutuskan pembelian

Jumlah ( Orang )

Frekuensi yang paling sering berkunjung ke Objek Wisata Cangkuang adalah 2 sampai 4 kali dalam satu tahun terakhir yaitu sebesar 47 persen, hal ini mereka lakukan karena menurut mereka berwisata bertujuan untuk mencari hiburan dan menemani keluarga pada liburan sekolah.

Tabel 11. Frekuensi Kunjungan Konsumen ke Wisata Cangkuang Garut, 2005

> 5 kali 15

Total 100

Konsumen yang melakukan kunjungan pada hari libur sekolah sebanyak 45 persen. Besarnya persentase konsumen yang melakukan kunjungan pada hari libur sekolah disebabkan oleh aktivitas sekolah yang padat sehingga mendorong mereka untuk melakukan kunjungan ketempat-tempat objek wisata, termasuk ke Objek Wisata Cangkuang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Waktu Konsumen Berkunjung ke tempat Wisata Cangkuang Garut, 2005

Konsumen Waktu Berkunjung

Jumlah ( Orang ) Hari Libur Sekolah

Libur Nasional Akhir Minggu Hari Kerja

45 7 32 16

Total 100

6.1.5. Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku proses keputusan tidak berhenti pada tahap pembelian. Selanjutnya, konsumen akan mengevaluasi apakah pembelian yang dilakukan sesuai dengan yang mereka harapkan. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini akan mempengaruhi niat pembelian dimasa yang akan datang.

Keputusan pembelian oleh konsumen juga ditentukan oleh ketersediaan fasilitas jasa di lokasi wisata Cangkuang. Hal ini terlihat dari konsumen yang

menyatakan bahwa mereka akan menggunakan fasilitas lain yang tersedia seandainya fasilitas yang diinginkan tidak ada yaitu sebanyak 74 persen sementara itu ada sebanyak 26 persen akan mencari ketempat lain jika fasilitas yang diinginkan tidak tersedia. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Sebaran Konsumen Berdasarkan Tindakan yang dilakukan jika Fasilitas yang diinginkan Tidak Tersedia, Garut 2005

Konsumen Yang dilakukan bila fasilitas tidak

tersedia Jumlah ( Orang ) Mencari Ketempat Lain

Menggunakan Fasilitas lain yang tersedia

26 74

Total 100

Tingkat kepuasan dapat menumbuhkan loyalitas konsumen terhadap produk jasa wisata. Hal ini dapat dilihat dari tindakan konsumen ketika menghadapi masalah jika harga tiket mengalami peningkatan. Sebanyak 88 persen dari total konsumen akan tetap membeli produk jasa wisata. Sedangkan sisanya sebanyak 12 persen tidak melakukan kunjungan lagi. Bagi konsumen yang melakukan kunjungan walaupun harga mengalami peningkatan dapat disebabkan karena konsumen merasa bahwa harga bukan merupakan pertimbangan awal dalam melakukan kunjungan tetapi lebih kepada kepuasan dalam mengkonsumsi jasa wisata tersebut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Tabel 14. Tindakan konsumen jika harga tiket jasa wisata Cangkuang mengalami peningkatan, Garut 2005

Konsumen Tindakan konsumen

Jumlah ( Orang ) Tetap melakukan kunjungan

Tidak melakukan kunjungan lagi

88 12

Total 100

Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa proses keputusan kunjungan yang pertama dilakukan oleh konsumen wisata Cangkuang melalui kelima tahap proses keputusan. Tetapi untuk konsumen yang sering melakukan kunjungan wisata Cangkuang kemungkinan tahap proses keputusan kunjungan tidak semua dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menitikberatkan pada upaya mengidentifikasi faktor- faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam setiap proses keputusan kunjungan wisata Cangkuang. Tujuan konsumen mempertimbangkan berbagai faktor di dalam proses keputusan adalah untuk mendapat hasil yang sesuai dengan harapan mereka sehingga mereka merasa puas terhadap produk jasa wisata Cangkuang Garut.

BAB VII

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT OBJEK WISATA

7.1. Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk jasa wisata Cangkuang Garut

Pada analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap lokasi wisata Cangkuang dapat diketahui sampai sejauh mana tingkat kinerja atau pelaksaan variabel yang dibahas dapat memenuhi kebutuhan atau harapan dari konsumen. Variabel yang dibahas ada sepuluh variabel. Variabel tersebut adalah lokasi wisata, harga tiket yang berlaku, pelayanan wisata yang diberikan, keamanan, promosi, manfaat yang diperoleh, kenyamanan, pemandu wisata, kelengkapan fasilitas dan kebersihan.

7.1.1 Lokasi Wisata

Berdasarkan hasil analisis dari 100 konsumen diperoleh 56 persen menyatakan bahwa lokasi wisata adalah sangat penting sedangkan atas dasar penilaian kinerja hanya 36 persen yang menyatakan bahwa lokasi wisata Cangkuang sangat baik. Hal tersebut terjadi karena akses transportasi menuju

lokasi wisata kurang mendukung. Hasil penelitian mengenai lokasi wisata berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dapat dilihat pada Tabel 15.

Total skor kepentingan 441 yang menunjukan bahwa lokasi wisata sangat penting, total skor kinerja 400 yang berarti lokasi wisata kurang baik. Terlihat dari total skor kinerja lokasi wisata Cangkuang tersebut lebih kecil dari total skor kepentingan. Lokasi wisata Cangkuang memang berada di pedesaan yang memiliki akses jalan yang kurang baik, serta keterbatasan sarana transportasi seperti hanya tersedianya andong dan ojek untuk menuju lokasi wisata Cangkuang dari pusat kota Leles.

7.1.2 Harga Tiket yang Berlaku

Hasil analisis dari 100 konsumen, diperoleh sebesar 24 persen menyatakan bahwa harga tiket merupakan faktor yang sangat penting bagi mereka. Kinerja wisata Cangkuang dalam hal harga hanya ada sebesar 12 persen saja yang menyatakan harga sangat baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 15. Lokasi wisata berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, Garut 2005

Keterangan :

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Tingkat Penilaian Tingkat Penilaian SP P CP KP TP SB B CB KB TB

SP:Sangat Penting KP:Kurang Pent ing B:Baik TB:Tidak Baik P:Penting TP:Tidak Penting CB:Cukup Baik CP:Cukup Penting SB:Sangat Baik KB:Kurang Baik

Total skor tingkat kepentingan sebesar 391 ini menunjukan bahwa harga

Total skor tingkat kepentingan sebesar 391 ini menunjukan bahwa harga