• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pemukiman kumuh bantaran Sungai Deli Kota Medan pada Kecamatan Medan Maimun berdasarkan pertimbangan bahwa pada kecamatan ini terdapat tiga kelurahan dengan penduduk miskin kota yang tinggi yaitu Aur, Sei Mati dan Kampung Baru, berada di sepanjang hilir Sungai Deli, adanya permasalahan kebersihan dan kesehatan, heterogenitas kesukuan, jumlah balita, serta kasus diare.

Wilayah ini sangatlah unik karena meskipun berada di pusat Kota Medan dengan waktu tempuh 10 – 15 menit dari Bandara Polonia sebagai pintu masuk Kota Medan tetapi merupakan kantong-kantong pemukiman miskin kota dengan permasalahan kebersihan dan kesehatan yang kompleks.

Adapun pelaksanaan penelitian pengumpulan data lewat observasi dan wawancara mendalam dilakukan sejak Januari sampai Mei 2009.

Pada saat survey lokasi dan mengunjungi rumah informan peneliti merasa perlu didampingi oleh kader yang memang tinggal di wilayah tersebut yang mengenal kondisi lapangan serta mengenal informan. Hal ini dilakukan supaya peneliti tidak salah memilih lingkungan yang benar-benar berada di bantaran Sungai Deli, selain itu kader juga mengenal informan yang selama ini adalah responden monitoring 10 menit yang sudah beberapa kali mereka datangi sehingga menjadi focal point1 untuk memulai pembicaraan dan wawancara mendalam.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada minggu I Januari 2009 sampai minggu ke IV Mei 2009, jauh lebih lama dari jadwal yang direncanakan sebelumnya.

3.3. Proses Pemilihan Informan

Informan adalah ibu-ibu balita yang menjadi responden monitoring 10 menit (mini baseline) yang tinggal di Kelurahan Aur, Sei Mati dan Kampung Baru. Setelah itu dipilih beberapa informan berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan kader posyandu yang selama ini melakukan monitoring 10 menit, setelah itu dilakukan kunjungan awal ke rumah-rumah informan (screening) oleh peneliti.

Pertimbangan memilih ibu pemilik balita sebagai informan adalah:

1. Ibu pemilik balita itu adalah responden monitoring 10 menit (mini baseline) yang dilakukan oleh Program Jasa Lingkungan ESP.

2. Ibu pemilik balita itu setidaknya mewakili suku dominan yang ada di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Baru, Sei Mati dan Aur, mau berbagi cerita dan terbuka (aktif), serta secara sukarela mau diwawancara secara mendalam oleh peneliti.

Peneliti langsung mendatangi informan ke lingkungannya untuk melihat secara langsung kondisi rumah serta keadaan ibu pemilik balita sesungguhnya, lalu meminta kesediaan ibu pemilik balita menjadi informan. Ketika awal diminta untuk menjadi informan dan membuat janjian pertemuan, para informan bersedia dengan senang hati meskipun awalnya informan kaget karena terpilih.

Rencana wawancara mendalam disambut para informan dengan tangan terbuka dan informan bersedia memberikan informasi terkait perilaku informan yang ditanyakan sesuai dengan keadaan tanpa dibuat-buat. Hal ini perlu ditanyakan di tahap awal supaya proses wawancara mendalam tidak mengalami kesulitan untuk menggali sangat dalam kondisi perilaku higinitas informan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder dengan mengumpulkan informasi dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera (Dinkespropsu), Dinas Kesehatan Kota Medan (DKK), puskesmas, posyandu. Sedangkan pengumpulan data primer,

dengan cara observasi ke lokasi, pemilihan informan, membuat jadwal, setelah itu melakukan wawancara mendalam berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun, dengan tatap muka langsung kepada informan.

Peneliti memilih memulai penelusuran lokasi dari Kelurahan Kampung Baru dulu yaitu Lingkungan XVI dilanjutkan Lingkungan VIII Kelurahan Sei Mati dan terakhir Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur. Lokasi jalan yang sempit, kadang becek dan menurun, melewati jalan-jalan tikus serta rumah yang berdempetan membuat perjalanan menjadi mengasyikkan. Kadang kami berjumpa tiga, empat orang ibu yang saling mencari kutu dan ngerumpi. Kadang berjumpa para lansia yang duduk di depan rumah dan menanyakan maksud kedatangan peneliti ke lokasi mereka.

Keakraban kader dengan masyarakat membuat peneliti tidak canggung dan was-was memasuki pemukiman yang berada di bantaran sungai. Ternyata sangat mengasyikkan melintasi lokasi pemukiman yang padat penduduk dan berdempetan, di sepanjang bantaran Sungai Deli tetapi masih berada di pusat Kota Medan serta mudah diakses dengan angkutan umum berupa angkot maupun becak.

Ketika peneliti masuk ke rumah informan untuk berkenalan dan membina

rapport2 kebanyakan informan menerima dengan tangan terbuka meskipun peneliti

datang pada saat mereka masak, membersihkan rumah, menggendong bayi ataupun

pekerjaan lain yang mereka lakukan. Biasanya peneliti hanya berkenalan dan membuat janjian pertemuan pada hari yang disepakati bersama.

Pada waktu yang sudah disepakati peneliti kembali datang lalu masuk ke rumah informan untuk memulai wawancara mendalam, menanyakan bagaimana keadaannya saat itu serta keadaan keluarganya. Ketika informan sudah siap barulah peneliti memulai wawancara mendalam dengan terlebih dulu meminta izin untuk merekam pembicaraan selama diskusi berlangsung dan umumnya informan tidak keberatan. Alasan yang disampaikan peneliti mengapa perlu direkam adalah keterbatasan peneliti untuk mengingat semua percakapan selama wawancara dan untuk keperluan penelitian, bukan komersil.

Ada banyak hal menarik selama wawancara mendalam berlangsung misalnya saat informan pertama, kedua orang anaknya penasaran dengan alat perekam dan berusaha menjangkau dan memencetnya. Pada informan kedua, peneliti terpaksa berkali-kali mematikan rekaman karena anak balitanya menangis, kemudian anaknya yang besar minta makan, lalu yang balita menangis lagi. Pada saat wawancara kereta lewat berkali-kali, kemudian anak informan yang paling besar pulang sekolah sehingga praktis wawancara mendalam saat itu kurang efektif. Pada informan ketiga terlihat kalau suami informan kurang suka dengan kedatangan peneliti dan kader entah karena takut istrinya salah bicara atau memang tidak suka peneliti terlalu banyak tahu tentang keadaan keluarga serta ekonominya. Semua terlihat dari gerak-gerik suaminya yang mondar mandir dan menunjukkan bahasa tubuh yang tidak bersahabat ataupun tidak suka, bahkan sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya.

Pada informan keempat justru tetangga-tetangganya penasaran dan ingin tahu apa maksud kedatangan peneliti sehingga mereka mengintip lewat jendela tanpa malu-malu, malah ada yang ikutan masuk kedalam rumah dan ikutan menjawab pertanyaan. Mereka malah berharap rumahnya didatangi dan ditanyai. Saat peneliti dan kader mendatangi informan kelima, ternyata informan tidak ada di tempat tetapi berada di rumah orang tuanya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada saat itu anak-anak kecil yang adalah tetangga informan ikutan membantu mencari informan dan menemani menunggu kedatangan informan. Pada informan keenam, peneliti berfikir akan lebih efektif bila wawancara mendalam dilakukan di luar rumah karena informan tinggal di rumah mertuanya yang kecil tetapi jumlah anggota keluarganya banyak yaitu cucu, anak, mantu, kakek, nenek sehingga kurang efektif bila wawancara diadakan di sana. Terakhir untuk informan yang ketujuh wawancara pertama di rumah kader yang tak jauh dari rumahnya setelah itu dilanjutkan di sebuah madrasah yang lokasinya berada tidak jauh dari rumah informan yang siang itu kosong karena murid-murid sudah pulang.

Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dari seluruh peristiwa yang dijalani peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam.

Hambatan-hambatan yang Dialami Selama Penelitian

Proses penelitian secara keseluruhan berlangsung lebih lama dari jadwal yang diharapkan yaitu sekitar 5 bulanan tetapi tetap saja dirasakan adanya hambatan-hambatan dan kekurangan yang membuat peneliti sadar bahwa tidak ada satu apapun

yang sempurna. Dalam kunjungan ke lapangan dan rumah, peneliti merasa perlu ditemani oleh kader mini baseline yang memang berdomisili di Kelurahan Kampung Baru, Sei Mati dan Aur. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam terkait kondisi lingkungan, perumahan, masyarakat serta karakteristik sosial budaya setempat.

Ketika peneliti berjalan bersama kader di lingkungan yang telah dipilih, warga yang kebetulan sedang duduk-duduk di depan rumahnya ataupun yang berpapasan di sepanjang jalan, menyapa sambil menanyakan maksud tujuan kedatangan peneliti. Kebetulan peneliti juga sering berkeliling di lingkungan tersebut dan mengenal beberapa warga dalam kegiatan baik di posyandu, puskesmas maupun kelurahan sehingga tidak sulit bagi peneliti untuk terlibat dalam percakapan. Pada saat yang bersamaan, kesempatan tersebut juga dipakai oleh kader untuk menyampaikan informasi terbaru terkait kesehatan, kerohanian, ekonomi dan lainnya.

Saat masuk ke rumah informan, maka tetangga informan ada yang penasaran dan ingin tahu maksud kedatangan peneliti sehingga mereka pun segera berdatangan dan ikut berdiskusi dengan peneliti dan informan. Tetapi dengan sigap kader menghalangi tetangga yang penasaran dengan berdiri di luar rumah sambil mengalihkan perhatian tetangga sehingga peneliti bisa lebih konsentrasi untuk berkenalan, berbincang-bincang, selanjutnya wawancara mendalam dengan informan. Begitulah suasana di pemukiman kumuh dengan kondisi rumah yang padat dan rapat serta keingintahuan penduduk yang besar apabila daerahnya dimasuki oleh orang

yang bukan warga setempat. Seperti biasanya, ceritapun segera tersebar dengan cepat dan meluas ke tetangga yang lain.

Keingintahuan dan keinginan untuk ikut berdiskusi bukan saja datang dari tetangga peneliti yang dewasa maupun yang masih anak-anak, tetapi juga datang dari anak-anak informan yang cukup banyak. Kalau tetangga sudah pulang, maka sekarang giliran anak-anak informan yang mengambil bagian untuk ikut bergabung. Jika anak informan masih kecil, maka mereka pun akan bermain di sekitar informan dan peneliti. Ada yang bolak-balik bertanya, ada yang merengek minta jajan, ada yang berkelahi berebutan makanan, ada yang menangis dan bahkan ada yang selalu berusaha menarik perhatian peneliti. Sehingga penelitipun harus juga menanggapi anak-anak informan bahkan sampai membujuknya bila menangis dengan cemilan dan permen yang sudah dipersiapkan lebih dulu oleh peneliti.

Kehadiran alat perekam dan kamera sebagai alat bantu dalam penelitian ini juga menarik perhatian informan, anak-anak informan, serta tetangga. Untuk informan dan tetangga dewasa dapat segera diatasi dengan menjelaskan manfaat alat perekam tersebut bagi peneliti. Selain itu kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan informan, keluarganya, kondisi dalam rumah, maupun sekitar rumah, membuat anak-anak informan tertarik dan mengikuti kemana saja peneliti pergi. Anak-anak selalu ingin difoto dan penasaran melihat hasil pemotretan yang telah dilakukan oleh peneliti sehingga lewat preview3 foto, peneliti memperlihatkan kepada anak-anak hasil foto yang ada. Biasanya anak-anak itu akan tertawa gembira

bila mendapati wajahnya ataupun wajah anggota keluarga lain terdapat dalam kamera tersebut.

Setelah anak-anak puas melihat foto maka peneliti memohon kepada mereka untuk memberikan waktu kepada peneliti berbicara dengan ibu mereka lalu peneliti akan memberikan kode kepada kader untuk mengambil-alih tugas mengurusi anak-anak. Selanjutnya kader akan memberikan kertas gambar dan pensil warna untuk diwarnai ataupun memberikan permen-permen yang memang sudah disiapkan peneliti sebelum kunjungan.

Suasana pemukiman yang ribut dengan suara pedagang yang sebentar-sebentar lewat, suasana gaduh dari sekitar rumah informan ataupun suara anak-anak yang bermain sambil teriak-teriak, jelas terdengar karena dinding rumah yang menyatu membuat konsentrasi peneliti maupun informan terpecah sehingga peneliti harus benar-benar mematikan alat perekam dan memberhentikan sementara waktu proses wawancara.

Ada beberapa pertanyaan yang harus diulang apalagi diawal-awal wawancara mendalam karena informan kurang memahami sehingga peneliti harus mencari alternatif pertanyaan lain supaya mudah dipahami. Perasaan takut, grogi dan minder di sepuluh sampai lima belas menit pertama juga membuat peneliti harus menenangkan informan terlebih dulu dengan membuat lelucon, menanyakan kabar keluarganya ataupun memasak apa hari itu. Begitu juga dengan keterbatasan peneliti dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pengertian dan pemahaman informan akan suatu kata ataupun kalimat sehingga tidak mengherankan

ketika informan balik bertanya atas ketidakmengertiannya. Bahkan kadang informan diam saja sambil menatap peneliti dan tidak segera menjawab pertanyaan yang diajukan. Biasanya peneliti akan memberikan contoh-contoh atau fakta-fakta yang terjadi di sekitarnya supaya informan memahami pertanyaan tersebut. Ada juga informan yang menjawab dengan ketus dan sepotong-sepotong meskipun sudah digali berulang-ulang.

Wawancara dilakukan peneliti berdasarkan Pedoman Wawancara dan dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan alat bantu tulis dan alat perekam. Proses penelitian berjalan lancar didahului dengan membangun relasi dengan informan di pertemuan pertama, dilanjutkan wawancara mendalam di hari-hari berikutnya, lalu cek ulang bila ada informasi yang belum lengkap atau jelas.

Selama wawancara peneliti membawa kelengkapan wawancara seperti pedoman wawancara, alat perekam, kamera dan alat bantu tulis. Setelah melakukan wawancara mendalam kepada beberapa informan sampai tidak didapatkan lagi informasi yang baru, peneliti merasa informasi yang diperoleh sudah memadai sampai informan yang ketujuh berdasarkan azas kesesuaian dan kecukupan data.

Dokumen terkait