• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.1.1. Perilaku Higinitas (Bersih)

Higinitas berasal dari kata hygiene dari bahasa Yunani yang berarti bersih. Bersih adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk dari debu, sampah maupun bau. Ada beberapa cara dilakukan untuk kebersihan dan kesehatan, mulai dari usaha perorangan sampai prakarsa bersama dalam bentuk kerja bakti atau gotong-royong.

Mandi merupakan salah satu usaha sanitasi tubuh agar lebih sehat. Pada wawancara mendalam keseluruhan informan menjawab mandi sebagai ciri orang bersih sebagai usaha membersihkan badan seperti ungkapan berikut:

- Rajin mandi…Sebelum makan cuci tangan…

- Mmmm, orang bersih itu yah mandi…

- Yah tengoknya yah kemana (tertawa)… Yaaa orangnya disiplin pagi

mandi, apa bersihkan badan...

- Rajin mandi…Menjaga kebersihan biar gak sakit…

- Rapi…Bersih…Rajin mandi dia…

- Orangnya segar…Rambutnya rapi…Mandi, sebanyak 3 kali…Pagi,

Fakta ini menunjukkan pengetahuan tentang orang bersih masih belum tersosialisasi secara meluas di masyarakat padahal ciri orang bersih selain mandi teratur adalah sikat gigi serta perawatan kuku. Karena pada kuku yang tidak terawat dapat menyebabkan radang bawah atau pinggir kuku serta jamur kuku (Notoadmodjo, 1997).

Ada satu informan yang mengatakan orang bersih bukan hanya dari penampilan fisik saja tetapi juga dari hal non fisik, seperti:

- Kalo orang bersih itu kan dari mukanya nampak…dari gayanya dia

kan nampak…senang rasanya...dari badan dia kan nampak…Kalo

orang bersih itu cantik aja dia. Iya kalo orang bersih itu kan dia walaupun cemana buruk pun, kalo dia bersih kalo dilihat orang kan cantik...orang pun senang liat dia.

Dikaitkan dengan definisi WHO bahwa sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental, sosial yang sejahtera, bukan hanya ketiadaan penyakit dan lemah maka pernyataan di atas sangatlah relevan meskipun definisi WHO dianggap terlalu ideal.

Pengetahuan informan mengenai rumah bersih dan sehat adalah rumah yang terawat baik seperti jawaban informan berikut:

- Rumah yang...Kita sapu… Kita pel…Kita rapi-rapiin…

- Bersihin rumah…(tertawa)

- Halamannya bersih…rumahnya bersih…lingkungannya bersih..

- Yang rapi…Yang gak ada sampah…Apa yaaa, tempat tidurnya

bersih…

Rumah yang bersih bila ditriangulasi dengan kondisi rumah informan adalah rumah yang terawat baik, rutin dibersihkan baik di dalam maupun di luar rumah serta tidak harus yang mewah/mahal.

Gambar 5.2. Rumah Bersih yang Dirawat Penghuninya

Ada juga informan yang menyampaikan bahwa rumah bersih dan sehat menimbulkan kenyamanan, hal ini terjadi karena orang akan mengalami perasaan senang bila melihat sesuatu yang indah seperti ungkapan berikut:

- Rumah bersih sehat yaaa, bersihnya enak dilihat terus…Indah kek

mana…Yaaa, enak dilihat….. kita berfikir pun enak gitu…nengoknya

gak suntuk (tertawa)… Lagi kita kerja pun enak…

- Rumah bersih itu….cemana gak pande mbilanginnya (tertawa)…Kita

Perilaku higinitas didefinisikan sebagai suatu tindakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis yang disengaja dalam pembudayaan hidup bersih. Keseluruhan informan menyebutkan manfaat besar yang diperoleh dari perilaku higinitas yang dilakukannya yaitu:

- Yaaa, manfaatnya itu banyaaaaak. Kita jadi sehat… Badan jadi

sehat.

- Eee…manfaatnya…senanglah..awakpun bersih kan, anak awak pun

sehat rasa awak, jarang sakit-sakitan…

- Manfaatnya, yaaa enak…trus nyaman gitu…Yaaa, jadi rasanya enak

sehat gitu aja.

- Bersih pun untuk kita sendiri. Rajin pun untuk kita sendiri... Jadi pandai nengok mana yang jorok mana yang bersih...

- Anak awak sehat, gitu kan…Sehat…Bersih…Gak kotor…

- Manfaatnya bersihlah… Menjaga kesehatan lingkungan…Sehat...

- Untuk diri sendiri… kita sehatlah. Indah dilihat orang... Anak-anak

juga sehat...banyaklah...

Menurut Curtis (1999), masyarakat akan terdorong melakukan perilaku higinitas bila mereka tahu manfaat besar dari perilaku yang dilakukannya. Oleh sebab itu perlu terus-menerus disampaikan manfaat perilaku higinitas kepada masyarakat supaya mereka mau mengadopsinya.

Menurut Gerungan (1964), motivasi memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku manusia. Motivasi apa yang mendorong seseorang melakukan perilaku hignitas sangat mempengaruhi tindakan yang dilakukannya. Informan melakukan perilaku bersih dengan motivasi untuk kesehatan seperti ungkapan berikut:

- Kalau bersih itu kita sehat… Kalo jorok-jorok yah banyak penyakit…

- Untuk kesehatan kitalah… Kalo awak jorokkan anak awak yang

- Yaaa, biar sehat, lingkungan pun enak, udara pun mungkin enak, yaaa dihirup, gitu kan...yaaa debu-debu mungkin biar gak mengganggu kesehatan kita.

- Perlulah…untuk kesehatan…

- Sehat, bersih, liat orang bersih…gak kotor.

- Bersih itu kan sehat…Lebih baguslah bersih…Sehat, segar…

- Supaya bagus…biar sehat…enak dilihat…

Informan menyatakan bahwa praktek perilaku higinitas perlu dilakukan setiap hari hal ini sesuai dengan pendapat Werner (2000) bahwa praktek perilaku higinitas akan memberikan dampak yang signifikan bila dilakukan secara berkelanjutan atau terus-menerus, seperti penuturan informan berikut:

- Yaaaa, Setiap hari lah!!!

- Aaaa, ntah pigi orang itu semua…situlah awak bisa kerja

bersih-bersih…Tiap hari begitu…

- Yaaa dari pagi sampe malam…yaaa, terutama pagi, bangun tidur

gitu yaa kan…

- Setiap harilah…

- Setiap hari…

- Pagi, siang, sore…Tiap hari…

- Pagi…Siang…Sore…

Informan mengatakan praktek-praktek higinitas perlu dilakukan terutama di rumah baik di depan, belakang, samping maupun tiap ruangan dalam rumah seperti ungkapan informan berikut:

- Terutama di rumah… Apalagi kamar mandi, dapur, halaman…

- Yaaa, kadang sebelah…depan rumah kita…samping atau luar rumah.

- Di rumah pastinya, satu di rumah, orang gak pernah keluar (tertawa).

- Di halaman, di rumah, di kamar mandi, di kamar, di ruang TV…Di

dalam rumah, di luar rumah iya juga…

Gambar 5.3. Halaman Belakang Rumah yang Terawat Meskipun Tidak Terlihat Orang Lain

Sementara ada juga informan yang mengatakan di mana saja,

- Di semua tempat.

- Ya, dimana aja kita, kalo bisa kitalah... Yah, misalnya di rumah kita

sendiri… Misalnya kita entah di rumah ibu kita, yah kan?

5.1.2. Cuci Tangan Pakai Sabun

Seseorang akan berubah perilakunya bila dia memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan perilaku tersebut. Pengetahuan dan ketrampilan seluruh informan tentang cara cuci tangan pakai sabun yang benar sudah sangat baik seperti diutarakan informan berikut:

- Basahin tangan, cuci tangan pakai sabun, digosok-gosok semua tangan sampai kotoran dan lengket-lengket hilang, dibilas

air..dilap…

- Yaa, airnya kan harus mengalir…basahin tangan…lalu kita sabuni,

sela-sela jari, telapak tangan, kuku-kuku, telapak tangan baru dibilas, kemudian baru dilap sama kain bersih.

- Siram tangan pake air, trus ambil sabun…gosok-gosok,

digosok-gosok tangan, didigosok-gosok-digosok-gosok dicuci pake air yang mengalir

gitu…laplah pake handuk gitu.

- Di rumah pake gayung ajalah cuci tangannya..diambil dulu airnya, siram tang awak kan, sabuni, siram pakai gayung lagi, ambil

lagi…Anak-anak juga gitu.

- Eeee apalah, air mengalir…eee tempat air yang mengalir pake

gayung trus pake sabun digosok-gosok….di sela-sela jarinya…

- Yah udah, hidupin kran kita cuci pake sabun…cuci lagi…udah bersih,

lap kering…

- Basahin dulu…Baru digosok pake sabun…sela-sela…ini

jari…dibersihkan lagi pake air.. dilap…Pakai kain yang untuk lap

tangan…

Menurut panduan cara cuci tangan pakai sabun yang benar adalah membasuh tangan dengan air mengalir lalu menggosok kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata serta sela-sela jari dan ujung kuku, lalu dibilas sampai bersih dengan air mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih (UNICEF, 1999).

Dari wawancara mendalam didapatkan hanya dua waktu penting mencuci tangan pakai sabun yang sering dilakukan informan sehari-hari yaitu pada waktu sebelum makan dan setelah buang air besar seperti ungkapan informan berikut ini:

- Mau makan, mau apa, mau apalah…Pokoknya, entah kita sebelum

sarapan… Pokonya sebelum ada kegiatan.

- Kalo makan…eee…Kalo maen-maen…Mau tidur…Itulah..

- Yaaa maunya, terutama yaaa…mau makan, terus mau yaa…

megang-megang yang…seperti apalah…yaaa, terutama mau makanlah. Mau

- Setiap apalah, mau makan…kalo buang air besar…pas siap nyapu

halaman…megang-megang sampah…baru masak…

- ...supaya bersih untuk mau makan..yaa kan?...sesudah makan...pake

sabun…habis nyebokin anak pake sabun juga air bersih, biar tidak

bau jugalah…

- Sebaiknya mau makan…siap ngerjain ntah apa-apa yang

dikerjakan…kadang mau masak, cuci tangan…mau makan…siap

makan…

- Sebelum makan…setelah buang air besar…

Perilaku cuci tangan pakai sabun dengan cara yang benar dan di waktu-waktu yang tepat sangatlah berperan dalam pengendalian kejadian diare pada balita. Ada lima waktu penting cuci tangan pakai sabun menurut panduan pencegahan diare yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegangi bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan. Sehingga perlu penguatan (reinforce) pada informan untuk tiga waktu penting pencegahan diare lainnya yaitu setelah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memegang bayi bagi informan yang mempunyai bayi (EHP, 1999).

Sebagian besar informan mengatakan memperoleh informasi cuci tangan pakai sabun dari kader posyandu dan puskesmas yang diperkuat secara tidak langsung oleh media elektronik (radio dan TV) maupun cetak (majalah).

- Pengarahan-pengarahan di Posyandu…sering juganya awak

dengar-dengar dari radio kan…

- …ada juga dari posyandu…

- Dari puskesmas…dari posyandu…TV…majalah...

- Dari posyandu…dari TV…orang tua…

- Dari tukang cuci tangan…Kader posyandu…

- Yaaa, informasi itu pasti ajaran dari orang tua…biasanya

mamak…trus kita biasakan. Udah dibiasakan dari kecil, trus kita

selalu inget kalo hal-hal gitu...diajarin lagi di posyandu jadi tambah ingetlah...(tertawa)

- Liat-liat di TV..

Selain itu sekolah juga menjadi tempat strategis penyampai pesan pentingnya cuci tangan pakai sabun menurut salah seorang informan karena anak adalah entry

point yang efektif penyampai informasi kebersihan dan kesehatan dalam keluarga

seperti ungkapan informan berikut:

- Ditengoknya pula, anakku kan sekolah dua orang, jadi di sekolah

kami mak kayak gini caranya cuci tangan... Di sekolah dia

dapat…Diajarinya semua adiknya… bapaknya juga dikasihtau…

Perilaku bersih bisa diterapkan bila ketersediaan fasilitas mendukung. Air dan sabun ternyata bukanlah hambatan praktek cuci tangan pakai sabun menurut informan. Umumnya tempat informan melakukan cuci tangan pakai sabun di kamar mandi seperti pernyataan informan berikut ini:

- Pake air ledeng gitu aja….di kamar mandi…

- Ntah, di kamar mandi…Disangkutkanlah nanti diapa… di di apa

itu...paku (maksudnya selang air) ...Di kamar mandi.

- Karena kita pun, yaaa...keadaanya memang begini, yaaa pakai gayung...di kamar mandi.

- Di rumah pake gayung ajalah...kan airnya di kamar mandi.. - Di belakang, dibawa anak awak ke kamar mandi...

- Di kamar mandi belakang...Kadang di tempat pencuci piring... - Gak ada khusus...Air itu aja kak, dari kran...di Kamar mandi...

Gambar 5.4. Tersedianya Air, Sabun, Gayung di Kamar Mandi untuk CTPS

Informan mengatakan perlunya bimbingan pada anak tentang cuci tangan pakai sabun, alasannya supaya sedari kecil anak-anak terbiasa cuci tangan pakai sabun seperti pernyataan berikut ini:

- Supaya dari kecil dia mengerti kebersihan.

- Ngajarilah…Biar bersih biar tahu bersih orang itu…Perlu dari kecil.

- Yaaa, ngajari anak saya siram…terus saya tampung dulu...yaaa, dia

sendiri kadang-kadang melakukan sendiri... Yaaa, kan yaa...sama kita istilahnya buat masa depan dia juga, Biar terbiasa bersihlah. Mudah-mudahan udah besar sampai tua nanti, dia pun menjaga kebersihan dirinya sendiri.

- Perlu…Perlu diajarin dari kecil..

- Perlulah dari kecil...supaya biasa dia...

- Diajarin…Supaya anak bersih, supaya anak sehat, supaya biasa dia..

Menurut Pavlov (1997), perilaku dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan seperti apa yang diajarkan orang tua sedari kecil pada anaknya untuk mencuci tangan pakai sabun dan disebut dengan teori belajar asosiatif.

Gambar 5.5. Orang Tua yang Mengajarkan Anaknya Cuci Tangan Pakai Sabun

5.1.3. Buang Air Besar (BAB)

WC atau kamar mandi bukan lagi sebagai barang mahal dan langka terutama di kota besar seperti Medan sehingga keberadaan WC untuk membuang kotoran (buang air besar) mutlak diperlukan. Sebagian besar informan mengatakan WC atau kamar mandi adalah tempat mereka buang air besar.

- di WC…. - di Kamar mandi…. - di WC…. - di kamar mandi.... - di kamar mandi…WC - di WC...

Gambar 5.6. WC Salah Seorang Informan

Begitu juga dalam penanganan kotoran anak sebagian informan mengajarkan anaknya untuk buang air besar ke WC atau kamar mandi seperti pernyataan berikut:

- Anak saya, uda mulai berjalan uda saya ajarkan di lubang WC. Jadi jarang berak-berak di celana.

- Kamar mandilah, semua…Yang bayi inilah, ntah di kain cucian

celananya kan, terpaksa awak sikat di kamar mandilah, langsung ke

paret…itu ke sungai.

- Kamar mandi, cuman yaa kami apa jugalah…buang disitu…Kalo

kiranya dia ntah…maaf yah, mencret atau agak-agak apa…yaaa kita

bersihkan..heeh, cuman kalo dia bagus diajarkan buang ke WC... Kadang-kadang anak segini kalo mau bilang-bilang, nanti bilangnya kadang kalo uda keluar (tertawa)...

Ada juga informan yang menggunakan alternatif lain untuk pembuangan kotoran anaknya yaitu langsung ke paret atau sungai khususnya pada informan yang posisi rumahnya langsung membelakangi paret atau sungai.

- Langsung aja ke paret…setelah itu di siram..

- Buang ke sungai...

- …ke WC juga…kadang lari ke paret atau ke sungai…Yang masih bayi

pake popok yang kain..dicuci lagi..

Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman menyebabkan permasalahan terkait pembuangan kotoran manusia. Bila seorang yang normal diperkirakan menghasilkan kotoran rata-rata sehari 330 gram dan menghasilkan air seni 970 gram, bisa dibayangkan kotoran manusia akan menjadi permasalahan sangat besar bagi kesehatan (Depkes RI, 2001).

Informan menyatakan alasan mengapa buang air besar harus pada tempatnya karena berbahaya, sumber penyakit dan jorok, seperti pernyataan:

- Berbahayalah, penyakit…Apa, kuman-kuman pun… Berbahayalah,

itulah kita bilang kena penyakit.

- Yaaa Berbahayalah… Kan kotoran… Berbahayalah itu, kalo gitu kan

kotoran kita itu dimakan lalat-lalat itu, lalat itu kan masuk lagi ke

rumah...hinggap di makanan awak, itulah jadinya sakit…

- Yaaa berbahaya bu…Yaa kan, bisa menyebabkan penyakit...yaaa

namanya dari baunya udah gak sedap.

- Kan kotoran…udah itu bau...dapat menimbulkan penyakit...

- Karna berkumpullah lalat-lalat jorok, penyakit, lain-lain di kotoran

itu…

- Berbahayalah, kan jorok…Gak segar itu…jadi sumber penyakit..

Menurut UNICEF (1999) perilaku buang air besar sembarangan atau tidak pada tempatnya seperti di sungai, ladang, kebun, ataupun dibungkus plastik yang biasa disebut WC terbang menjadi potensi sumber penyakit ke manusia karena di dalam kotoran terdapat berjuta-juta mikroorganisme.

Sebagian informan menganggap tidak ada beda kotoran orang dewasa dan anak dengan mengatakan:

- Sama aja ajalah. Kecuali bayi, Cuma minum susu. Taianya pun masih tai kayak bubur itu. Lebih gak gitu bau dan apa-apanya pula.Tapi kalo anak-anak dan orang dewasa sama.

- Sama...namanya kotoran...yaa sama.. - Enggak, sama aja...

Sementara sebagian informan lain mengatakan ada beda baik dari bau dan bentuk kotoran anak dibandingkan kotoran orang dewasa, seperti jawaban berikut:

- Kalo anak-anak kan gak bau kali terasa tapi kalo orang dewasa menyengatlah baunya (Tertawa besar)

- Pasti beda. Mungkin dari baunya, kalo dari apanya kurang tahu, membedakan yang lain-lain mungkin kurang tahu (tertawa)...

- Kalo dewasa kan kotorannya keras (tertawa)...udah itu, baunya pun lebih menyengat...anak-anak kan dia mencret, beolnya keraspun gak kecium kali baunya.

- Bedalah...Kalo macam anak-anak kan belum apa...belum kotor kali...kalo kita kan dah kotor kali...karna semua makanan kan masuk, anak-anak kan belum...

Menurut Soemitra (1996), bau khas dari kotoran atau tinja disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, thiol (senyawa yang mengandung belerang) dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau dan kepadatan kotoran atau tinja.

5.1.4. Penanganan Makanan

Penanganan makanan meliputi kebersihan makanan dan penyimpanan makanan. Pengetahuan informan tentang pentingnya kebersihan makanan dilakukan dengan mencuci makanan sebelum diolah dan dimakan seperti pada respon berikut:

- Yah sebelum dimasak dicuci bersih dulu lah...Kalo buah sebelum dimakan dicuci dulu. Sebelum diolah seperti sayuran, ikan-ikan, cabe-cabe, yah seperti-sepeti itu.

- Biasanya yah dicuci... Kalo gak gak bersih yah dicuci dulu...Buang kotoran jugalah, entah kayak mana-mana kan? Kayak beras itu, nanti dijemur gitu aja, ntah kena kotoran-kotoran itu. Sayur-sayuran, cabe, bawang...dicucilah.

- Yang belum dimasak...yaaa, awal-awalnya kita bersihkan. Trus sebelum dimasak, ini kan kita bersihkan potong-potong, bis itu kalo mo masak kita cuci dulu. Semuanya, kecuali tempe...tempe kan dia udah ditutup...

- Cuci pakai air dulu, kalo uda potong-potong sayurannya, direndam pake air...waktu masak baru tiriskan airnya...Ikan pun disiang bersih-bersih sampe kotorannya keluar...cabe, tomat, sayuran disiangi dulu...harus dicuci...

- Dicuci dulu...sayuran, ikan, cabe, tomat..hah, beraslah paling..supaya bersih...

- Kalo sayur kan dicuci dulu baru dipotong...kalo ikan dipotong dulu baru dicuci...

- Dicuci dulu, buah-buahan dan sayur-sayuran dicuci.

Mencuci makanan bertujuan menjaga makanan agar tetap bersih, sehat dan nilai gizinya tetap dengan menghilangkan atau mengurangi kontaminasi baik dari debu, kotoran, kuman, lalat dan serangga yang hinggap pada makanan (EHP, 1999).

Menutup makanan adalah hal umum yang dilakukan pada masyarakat. Salah satu tindakan informan dalam hal menutup makanan adalah menggunakan tudung saji atau sangeh seperti diutarakan informan berikut:

- Ditutup seperti pake sangeh…Kalo uda disangeh, tutup lagi pake

serbet..

- …..dalam tudung, yah tempat tertutuplah…

Informan lainnya menyimpan makanan dengan menaruh makanan kedalam lemari meskipun lemari yang digunakan tidak harus yang mahal harganya.

- Di taruh di lemari…. Tapi biasanya juga di meja ditutup pake

tutupnya atau tudung saji.

- Yah, disimpan di lemari…Yah di kulkaslah, kalo misalnya

mendinginkan…Yaa ditutup pake baskom lah…

- Disimpan, ditutup dengan lemari…ditutup dengan tudung saji..

- Di lemari..Semua masuk lemari makan…ikan, sambal, nasi,

semualah..

Gambar 5.9. Lemari Makan Salah Seorang Informan

Ada juga satu informan yang menggunakan peralatan apa saja yang bisa dipakai untuk menutup makanan seperti dandang atau piring seperti pernyataan informan berikut:

- Kami gak ada lemari makan, jadi awak tutup aja pakai dandang

itu…tutup pake piring di alas ganjal pake batu.

Hampir semua informan mengatakan mencuci bahan makanan bertujuan menghilangkan kuman-kuman supaya makanan menjadi bersih seperti ungkapan berikut:

- ...Supaya bersih..Kuman-kuman yang ada dalam sayuran jadi bersih... - Biar terhindar dari penyakit jugalah... Bisa bodohlah anak-anak

makannya...(tertawa).. Kotoran itu termakan dia kan, jadi otaknya pun gak... Gak itu berfikir, gak apa namanya...Susah berfikir, gak jernih istilahnya....

- Yaaa pastinya dia kena debu kan...kita bersihkan kuman-kumannya itu di luar yah...terkadang sebelah dalam pun, mungkin dah kena juga yah kan?...

- Kalo makan gak dicuci dulu kan jorok…Kalo langsung dimasak kan

gak enak, jadi dibersihkan dululah…

- Yah, supaya bersihlah...Kalo dibersihkan kan, mudah-mudahan kumannya hilang...

- Supaya gak mengandung kuman...

- Pentinglah untuk kebersihan diri kita sendiri...supaya bersih...kuman-kuman hilang kena air...

Waktu yang dipilih oleh keseluruhan informan saat menutup makanan adalah sesudah dimasak atau siap diolah seperti pernyataan berikut:

- Dah siap masaklah, kalo gak dah siap makan orang itu ada sisanya

ditutup…

- Sesudah masaklah, sesudah masak sesudah makan siang, kalo

makanan dikeluarkan sudah makan dimasukkan lagi…

- Sesudah masak…makanan sudah siap semua..

- Siap kita masak ditutuplah makanan…

- Siap masak langsung ditutup…

- Siap masak, langsung..

- Kalo dah siap masak, mau makan baru kita buka sangehnya, kalo gak yah kita tutup baliklah...

Seorang informan menceritakan pengalamannya lupa menutup makanan setelah menggoreng ikan. Tak lama kemudian informan mendapati ikan-ikan yang

Dokumen terkait