• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1.1. Sungai Deli

Sungai Deli menyimpan legenda yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Sumatera Utara. Konon, sungai ini merupakan tempat para keluarga dan putri Sultan Deli tetirah4, bercengkrama di tengah jernih dan segarnya air sungai, jauh di Selatan Kota Medan dinaungi hamparan Bukit Barisan yang berjajar tak putus-putusnya dari Aceh hingga ke ujung Selatan Pulau Sumatera.

Sampai sekarang pun, bila kita menelusuri kawasan hilir Sungai Deli yang dulunya merupakan hutan rimba dan wilayah Kesultanan Deli, kita akan dapatkan mitos dan sejarah rakyat berbaur. Di sini ada dongeng Putri Hijau, masyur di kalangan masyarakat Deli bahkan juga dalam masyarakat Melayu Malaysia. Putri Hijau adalah seorang anak Sultan Deli yang sangat cantik sehingga memikat hati Sultan Aceh. Sayang, lamaran Sultan Aceh ditolak oleh saudara laki-laki Puteri Hijau. Penolakan itu dianggap sebagai penghinaan sehingga pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Deli. Kesultanan Deli mengalami kekalahan, karena kecewa pangeran menjelma menjadi meriam lalu meledak sebagian. Sisa meriam penjelmaan sang Pangeran dapat dilihat di halaman Istana Maimun sampai sekarang.

Maimun sendiri berasal dari nama Istana yang dibangun oleh Sultan Deli Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang menjadi salah satu ikon Kota Medan. Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 6 kelurahan meliputi Kampung Baru, Sukaraja, Sei Mati, Jati, Hamdan, dan Aur. 3 kelurahan yang dilalui Sungai Deli adalah Kampung Baru, Sei Mati dan Aur. Bila kita berjalan-jalan di pagi hari melintasi pemukiman penduduk di kecamatan tersebut akan kita dapati heterogenitas5 kesukuan mulai dari Melayu, Batak, Karo, Jawa, Padang, Cina, sampai keturunan India (Tamil) dengan total populasi sekitar 50.000 jiwa. Luasnya adalah 2,98 km″ δαν

kepadatan penduduknya adalah 16.441,28 jiwa/km″. Πεκερϕααν ωαργανψα σενδιρι

bervariasi mulai dari tukang becak sampai anggota dewan yang terhormat berdomisili di sana. Tak heran wilayah ini jadi incaran empuk makelar tanah serta developer

kelas kakap karena letaknya yang strategis di pusat kota serta nilai sejarahnya. Peneliti menelusuri Sungai Deli sejak pukul 10.30 WIB dimulai dari

Lingkungan XVI Kelurahan Kampung Baru didampingi kader dan ibu kepling. Di dalam perjalanan peneliti dihadapkan dengan sejumlah pemandangan tak sedap berupa tebaran sampah menumpuk yang bisa diketahui dari pendangkalan pada beberapa titik bagian pinggir sampai ke aliran sungai. Seorang ibu menceboki bayinya yang baru saja buang air besar dengan air sungai yang kotor serta lima pemuda berkulit gelap berkaos oblong dan ada yang bertelanjang dada sedang berkumpul dekat pinggiran sungai, mengira peneliti seorang wartawan yang meliput berita. Secara visual pencemaran Sungai Deli sudah bisa dirasakan melalui airnya

yang kecoklatan. Sungguh ironis memang dengan kondisi air yang jernih dan segar tempo dulu.

Gambar 4.1. Seorang Ibu yang Sedang Menceboki Bayinya

Perjalanan dilanjutkan ke Lingkungan VIII Kelurahan Sei Mati, kali ini didampingi oleh kader yang memang tinggal di sana. Saat itu waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB sehingga cuaca terasa sangat panas karena matahari tepat di atas kepala. Peneliti menyusuri Sungai Deli yang bercabang menjadi anak sungai yang disebut Sungai Kecil. Kerap perjalanan terhenti karena kerumunan warga yang membicarakan mayat seorang bayi yang sehari sebelumnya dibuang begitu saja tak jauh dari tepi sungai. Mungkin hasil hubungan gelap ataupun perselingkuhan sehingga sang ibu tega membiarkan begitu saja bayi itu teronggok seperti tumpukan

sampah di pinggiran Sungai Deli. Ketika memasuki lokasi pembuangan sedikit aroma tidak sedap muncul meskipun mayat bayi itu sudah tidak ada lagi di sana.

Gambar 4.2. Gambar Timbunan Sampah di Sungai Kecil

Memasuki perjalanan terakhir peneliti menuju Lingkungan III di Gang Mantri dilanjutkan ke Lingkungan IV Kelurahan Aur. Cuaca kali ini cukup mendukung karena sudah sore. Di tepian sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci pakaian, buang hajat dan mandi. Sebagian tak peduli dengan kedatangan peneliti tetapi sebagian menyambut dengan mempertanyakan perjalanan peneliti. Saat melintasi jembatan Jalan Mangkubumi, tumpukan sampah terlihat menggantung di tengah langit-langitnya, terbawa banjir beberapa hari sebelumnya. Anak-anak terlihat asyik mandi dengan bertelanjang dada, sebagian lainnya bugil. Beberapa

orang mendekati peneliti dengan ramah bertanya maksud dan tujuan peneliti datang, malah sudah ada yang kenal dan memanggil-manggil nama peneliti.

Gambar 4.3. Warga yang Melakukan Aktivitas MCK di Sungai Deli 4.1.2. Peta Lokasi Penelitian

Setelah peneliti memahami jalur-jalur Sungai Deli serta distribusi rumah tempat tinggal informan maka peneliti dibantu oleh seorang ahli GIS (General

Information System) mengukur titik kordinat masing-masing kelurahan. Lokasi

penelitian condong ke pemukiman kumuh bantaran Sungai Deli yang memang memiliki permasalahan kebersihan dan kesehatan serta kasus diare.

Lokasi penelitian sangatlah unik karena merupakan kantong-kantong pemukiman miskin kota (urban slum) dengan permasalahan kebersihan dan

kesehatan yang kompleks meskipun berada di pusat Kota Medan dengan waktu tempuh 10 – 15 menit dari Bandara Polonia sebagai pintu masuk Kota Medan.

Gambar 4.4. Peta Lokasi Penelitian di 3 Kelurahan yang Berbeda

4.2. Gambaran Umum Informan

4.2.1. Karakteristik Informan

Dari pengumpulan data primer terhadap tujuh informan diperoleh karakteristik tujuh informan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Informan No Nama Usia (tahun) Kelurahan Lama Tinggal

Agama Suku Satus Pddk Jumlah

Anak Umur Balita 1 Sri Rahayu 37 Kampung Baru 3,5 thn

(Kontrak) Islam Jawa

Menikah

(IRT) SLTA 2 orang

2 balita (4 th, 2.5th) 2 Yunina 31 Kampung Baru 7 thn

(Kontrak) Kristen Batak

Menikah (IRT) SLTP 5 orang 2 orang (2 th, 5 bln) 3 Nani Siswati 34 Kampung Baru 5 thn

(Kontrak) Islam Jawa

Menikah

(Konveksi) SLTP 4 orang

4 orang (2 th, 3 bln)

4 Nurhalimah

Hasibuan 23 Sei Mati

6 thn

(Kontrak) Islam Mandailing

Menikah

(IRT) SLTP 2 orang

2 orang (5 th, 2.5 th)

5 Yopa 28 Sei Mati

10 thn (Rumah mertua)

Islam Mandailing Menikah

(IRT) SLTA 3 orang

2 orang (3 th, 7 bln) 6 Melda Chaniago 27 Aur 25 thn (Rumah Keluarga)

Islam Padang Menikah

(IRT) SLTA 2 orang

2 orang (3 th, 4 bln)

7 Nurhayati 25 Aur 3 tahun

(Kontrak) Islam Padang

Menikah (Bantu jualan) SLTP 3 orang 3 orang (4.5 th, 3 th, 10 hr)

Tabel 4.1 menunjukkan umur informan berkisar antara 25 – 37 tahun dengan lokasi tempat tinggal di Kelurahan Kampung Baru tiga orang, Sei Mati dua orang dan Aur dua orang. Informan yang masih mengontrak rumah sebanyak lima orang dan tinggal di rumah mertua atau keluarga ada dua orang. Informan beragama Islam enam orang dan satu Kristen. Representasi suku terdiri atas dua Jawa, dua Mandailing, dua Padang dan satu Batak. Tingkat pendidikan informan, empat orang tamat SLTP dan tiga orang tamat SLTA. Jumlah anak yang dimiliki informan berkisar antara dua sampai lima orang dan rata-rata memiliki dua balita.

4.2.2. Profil Informan

Dokumen terkait