• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Higinitas Ibu balita Dalam Penanggulangan Resiko Diare Pada Keluarga Di Bantaran Sungai Deli Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Higinitas Ibu balita Dalam Penanggulangan Resiko Diare Pada Keluarga Di Bantaran Sungai Deli Kota Medan"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU HIGINITAS IBU BALITA DALAM PENANGGULANGAN

RESIKO DIARE PADA KELUARGA DI BANTARAN SUNGAI DELI

(2)

PERILAKU HIGINITAS IBU BALITA DALAM PENANGGULANGAN

RESIKO DIARE PADA KELUARGA DI BANTARAN SUNGAI DELI

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Konsentrasi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BERTHA ULINA NABABAN

077033004/IKM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PERILAKU HIGINITAS IBU BALITA DALAM

PENANGGULANGAN RESIKO DIARE PADA

KELUARGA DI BANTARAN SUNGAI DELI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Bertha Ulina Nababan

Nomor Pokok : 077033004

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Konsentrasi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha Dalimunthe, MSi) (Dra. Syarifah, MS)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 2 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha Dalimunthe, MSi

Anggota : 1. Dra. Syarifah, MS

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

(5)

PERNYATAAN

PERILAKU HIGINITAS IBU BALITA DALAM PENANGGULANGAN

RESIKO DIARE PADA KELUARGA DI BANTARAN SUNGAI DELI

KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2009

(6)

ABSTRAK

Hidup di negeri yang berlimpah kekayaan alam serta keanekaragaman flora dan fauna serta diberkahi banyak mata air, tidak serta merta membuat Indonesia terbebas dari masalah lingkungan. Berada dalam kondisi yang nyaman seperti itu, membuat masyarakat kurang peduli terhadap masalah lingkungan terutama isu kebersihan dan kesehatan. Hal ini terlihat dari tingginya kasus penyakit terkait kebersihan dan kesehatan, salah satunya adalah Diare. Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan sebanyak tiga kali atau lebih dalam waktu 24 jam, memang dianggap sepele tetapi kasus ini menjadi penyumbang kematian anak terbesar kedua di dunia setelah ISPA. Sekitar 2,2 juta nyawa hilang tiap tahunnya akibat diare. Sementara UNICEF memperkirakan setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare.

Penelitian ini dilakukan untuk menggali dan menganalisa pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan norma terkait perilaku higinitas ibu balita dalam penanggulangan resiko diare pada keluarga di bantaran Sungai Deli Kota Medan meliputi konsep higinitas, cuci tangan pakai sabun, penanganan makanan dan pengolahan minuman, penanganan kotoran manusia serta sampah. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam kepada tujuh informan yang tinggal di Kelurahan Kampung Baru, Sei Mati dan Aur di Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan informan mempunyai cukup pengetahuan terkait perilaku higinitas dalam pencegahan resiko Diare. Sumber informasi berasal dari kader posyandu, bidan, dokter, orang-orang yang ada di sekitar informan serta media. Semua informan mempunyai sikap positif terhadap manfaat adopsi perilaku higinitas penanggulangan Diare. Nilai-nilai yang dianut informan mengenai apa yang baik dan buruk serta dirasakan manfaatnya memperkuat informan mengadopsi perilaku higinitas tersebut. Norma-norma yang lemah di lingkungan informan dalam hal buang sampah dan buang air besar ke sungai membuat informan menganggap biasa perilaku tersebut. Kepercayaan informan bersumber pada ilmu pengetahuan yang memiliki alasan pembenaran dan masuk akal daripada mitos-mitos. Pada diare tahap awal ibu balita memberikan pertolongan pertama dengan membeli obat di warung terdekat atau pengobatan tradisional seperti daun jambu atau teh basi. Pada tahap lanjut ibu membawa balitanya ke dokter, bidan atau puskesmas terdekat.

(7)

ABSTRACT

Living in a country with abundant of natural resources including flora and fauna biodiversity, does not necessarily mean communities in Indonesia are free of challenges related to environment. The roots of the problem could be various, but one of among them are ignorance of communities on environmental issues, especially

sanitation and health. The terminology “Diarrhea refers to frequent defecation

(three times or more) within 24 hours. Often this disease underestimated, although it is the second killer for children after upper respiratory tract diseases. WHO reported at least 2.2 millions death annually due to Diarrhea meanwhile UNICEF reported one death every 30 second globally due to diarrhea.

This research was conducted to explore and analyze knowledge, attitude, belief, values and norms related to hygiene and diarrhea mitigation, among mothers with children under five. It was conducted along Deli River bank and focused on hygiene behavior of mothers with children under five to prevent Diarrhea Risk in family. The behavior consist of hygiene concept, hand washing with soap, proper preparation of food and water, sewage and solid waste. The methodology used qualitative research with in depth interview to seven informants from Kampung Baru, Sei Mati and Aur Villages, Medan City.

The result of research revealed that generally informants have sufficient knowledge on hygiene practices on diarrhea prevention. Sources of information are primary health care (Posyandu) cadres, midwives, medical doctors, neighbors, family members as well as media (electronic and print). All informants showed positive behavior on the benefit of hygiene behavior adoption toward diarrhea mitigation efforts. Lack of norms and law enforcement regarding dumping waste to the river, and defecation on the edge of the river lead to high tolerant among informants toward both negative attitude stated above. Informant tends to follow the messages on diarrhea prevention after understanding knowledge behind it rather than myths or misconception. Mothers with children under five tend to buy medicine in the small shops in their surroundings, traditional medicine or herbal (guava leaves and stale tea) when their children get diarrhea at initial stage of the disease. If the diarrhea continues, they will consult with doctors, nurse or midwives in Public Health Center (Puskesmas). This attitude helps the mitigation efforts of diarrhea at family level.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi-Mu Tuhan yang penuh limpahan kasih-karunia

serta mujizat sehingga memampukan penulis menyelesaikan tesis ini. Tesis berjudul

“Περιλακυ Ηιγινιτασ Ιβυ Βαλιτα δαλαm Πενανγγυλανγαν Ρεσικο Dιαρε παδα Κελυαργα

di Bantaran Sungai Deli Kota Medan” αδαλαη ωυϕυd persembahan penulis atas proses

belajar yang dijalani selama di Sekolah Pascasarjana USU.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas kehadiran

orang-orang yang ditempatkan Tuhan di dalam kehidupan penulis seperti:

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU.

2. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi dan Dra. Syarifah, MS yang telah

membimbing penulis dengan penuh kasih dan kesabaran, layaknya seorang ibu

kepada anaknya.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan dr. Haslinda Lubis, MKKK yang telah

menguji penulis dengan masukan serta pemikiran yang kritis dan berguna bagi

penyempurnaan tesis sehingga menjadi lebih baik.

4. Dr. Russ Dilts sebagai Regional Advisor USAID ESP Sumut yang mengijinkan

penulis melanjutkan pendidikan S2, memberikan dukungan, nasihat serta teguran

yang berguna serta Patricia Poppe yang mengingatkan penulis untuk fokus pada

hal-hal penting.

5. M. Khairul Riza dan Dr. M. Hambal yang membantu dalam pemilihan lokasi

penelitian, pemetaan serta informasi terkait Sungai Deli.

6. dr. Ani dan staff Puskesmas Kampung Baru yang telah memberikan data-data

diare serta kader posyandu dalam pelaksanaan mini baseline selama ini.

7. Para Informan yang rela berbagi cerita dan pengalamannya kepada penulis serta

(9)

melakukan survei lapangan serta mendatangi rumah-rumah informan baik dalam

kondisi panas maupun hujan.

8. Seluruh teman-teman dan staf Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Konsentrasi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana USU

yang telah menolong, menjadi teman diskusi, mendukung dalam doa, tenaga dan

pemikiran, baik dari awal pengajuan proposal, kolokium, hasil penelitian sampai

penyelesaian tesis.

9. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu

proses penyelesaian tesis ini serta memberikan dukungan kepada penulis.

Pada kesempatan yang istimewa ini penulis juga mengucapkan syukur tak

terhingga atas keberadaan mami tercinta, kakakku Nona & Fatimah serta abangku

Ruy Nababan & Capt. Shadrach M. Nababan yang terus-menerus menyemangati,

mendukung dalam doa, memberikan perhatian serta nasehat yang berguna kepada

penulis.

Penulis berdoa semoga semua orang yang membaca tesis ini akan tertarik

kepada penelitian kualitatif, terinspirasi ide-ide baru, serta mendapatkan lebih banyak

pencerahan terkait promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Tuhan memberkati.

Medan, 2 Juli 2009

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Bertha Ulina Nababan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/22 Januari 1974

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Villa Pamulang Mas Blok: E-5/15, Tangerang 10520

Email : bertha_ulina@yahoo.com

Riwayat Pendidikan : 1. SD Dewi Sartika Jakarta, Tahun 1980-1986.

2. SMPN 30 Jakarta, Tahun 1986-1989.

3. SMAN 13 Jakarta, Tahun 1989-1992.

4. Biologi Lingkungan UGM, Tahun 1992-1999.

Riwayat Pekerjaan : 1. World Vision International Indonesia (WVII) based

Jakarta, Tahun 2000-2003.

2. Focus on the Family (FOF) Harvest Ministry based

Jakarta, Tahun 2003-2004.

3. International Catholic Migration Commission

(ICMC) based Aceh, Tahun 2004-2005.

4. Environmental Service Program (USAID ESP) based

(11)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

(12)

BAB III. METODE PENELITIAN………. 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN……… 35

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Bahan Kimia yang Terdapat dalam Air Minum... 18

3.1. Definisi Operasional... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Skema SOR (Stimulus Organisme Respon)... 7

2.2. Tahapan-tahapan Proses Difusi Inovasi... 15

2.3. Transmisi Kuman dari Kotoran Manusia Berpindah Kembali Ke dalam Tubuh Manusia... 20

2.4. Kerangka Pikir Perilaku Higinitas Ibu Balita dalam Penanggulangan Resiko Diare pada Keluarga di Bantaran Sungai Deli Kota Medan... 22

4.1. Seorang Ibu yang Sedang Menceboki Bayinya... 37

4.2. Gambar Timbunan Sampah di Sungai Kecil... 38

4.3. Warga yang Melakukan Aktivitas MCK di Sungai Deli... 39

4.4. Peta Lokasi Penelitian di 3 Kelurahan yang Berbeda... 40

4.5. Ibu Sri Rahayu Beserta Kedua Anaknya... 42

4.6. Bu Yunina Br Sitanggang dan Anak-Anaknya... 44

4.7. Ibu Nani Siswati Bersama Si Kembar Anaknya... 46

4.8. Bu Nurhalimah Bersama Kedua Orang Anaknya... 47

4.9. Ibu Yopa dan Bayinya... 49

4.10. Ibu Melda Bersama Bayinya yang Montok... 50

4.11. Ibu Nurhayati Bersama Dua Orang Anaknya... 52

5.1. Skema Stimulus Organisme Respon pada Ibu Balita... 53

(15)

5.3. Halaman Belakang Rumah yang Terawat Meskipun Tidak

Terlihat Orang Lain... 60

5.4. Tersedianya Air, Sabun, Gayung di Kamar Mandi untuk CTPS... 64

5.5. Orang Tua yang Mengajarkan Anaknya Cuci Tangan Pakai

Sabun... 65

5.6. WC Salah Seorang Informan... 66

5.7. Kotoran Anak yang Dibuang Ke Selokan Lalu Menuju

Ke Parit... 67

5.8. Tudung Saji atau Sangeh Sebagai Penutup Makanan... 70

5.9. Lemari Makan Salah Seorang Informan... 71

5.10. Membakar Sampah Menjadi Salah Satu Cara Penanganan

Sampah... 76

5.11. Sungai Menjadi Salah Satu Alternatif Pembuangan Sampah... 77

5.12. Suami Seorang Informan yang Mendukung Pentingnya CTPS

di Rumah... 80

5.13. Anak Informan yang Terbiasa Cuci Tangan Tanpa Disuruh Setelah Memegang Kotoran... 83

5.14. Kader Menunjukkan Sampah yang Tidak Ditangani Akibatnya

(16)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

1.1. Angka Kejadian Diare di Lokasi Monitoring Sepuluh Menit

(Februari 2007 – November 2008)... 4

2.1. Angka Kejadian Diare di Lokasi Monitoring Sepuluh Menit

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Jadwal Penelitian………. 111

2. Pedoman Wawancara Mendalam………. 112

3. Pernyataan Persetujuan... 118

4. Data Informan... 119

5. Peta Lokasi Penelitian di 3 Kelurahan Berbeda... 126

(18)

DAFTAR ISTILAH

1. Mengeksplorasi : Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh

pengetahuan lebih banyak tentang keadaan sesuatu.

2. ESP : Environmental Service Program adalah sebuah

program jasa lingkungan yang didanai oleh USAID bertujuan mempromosikan kesehatan yang lebih baik lewat peningkatan manajemen sumber daya air dan akses air bersih serta pelayanan sanitasi.

3. Pencegahan : Proses, cara mencegah atau menangkal agar sesuatu

tidak terjadi.

4. Penanggulangan : Proses, cara menghadapi atau mengatasai sesuatu

yang sudah terjadi.

5. Eicherencia coli : Bakteri yang terdapat pada air yang tercemar sebagai

indikator pencemar air yang berasal dari kotoran manusia maupun hewan.

6. Balita : Bawah lima tahun.

7. Pedoman Wawancara : Kumpulan pertanyaan untuk wawancara.

8. Cuci tangan : Proses membuang kotoran dan debu secara mekanis

dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.

9. Pengetahuan : Segala sesuatu yang diketahui oleh informan

mengenai perilaku higinitas terkait diare.

10. Sikap Perasaan seseorang tentang obyek, perilaku,

peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif atau netral) seseorang pada sesuatu.

11. Nilai-nilai : Nilai yang dianut oleh masyarakat mengenai apa

yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

12. Norma : Aturan atau ketentuan yang mengikat warga

kelompok dalam masyarakat yang dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah-laku.

13. Kepercayaan : Anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang

dipercayai itu benar atau nyata.

14. Focal Point : Seseorang yang dipandang mengetahui satu isu di

suatu wilayah.

15. Rapport : Membina hubungan.

16. Preview : Melihat ulang.

17. Tetirah : Pergi ke tempat lain dan tinggal sementara waktu

(19)

18. Heterogenitas : Keanekaragaman.

19. GIS : General Information System yaitu sistem informasi

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hidup di negeri yang berlimpah kekayaan alam serta keanekaragaman flora

dan fauna serta diberkahi banyak mata air, tidak serta merta membuat Indonesia

terbebas dari masalah lingkungan. Berada dalam kondisi yang nyaman seperti itu,

rupanya membuat masyarakat kurang punya kepedulian terhadap masalah

lingkungan, utamanya isu kebersihan dan kesehatan. Hal ini terlihat dari tingginya

kasus-kasus penyakit terkait kebersihan dan kesehatan, salah satunya adalah penyakit

diare.

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan sebanyak tiga kali atau lebih

dalam kurun waktu 24 jam. Sepele memang, tetapi kasus ini menjadi penyumbang

kematian anak terbesar kedua di dunia setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan

Atas). Sekitar 2,2 juta nyawa hilang tiap tahunnya akibat diare (WHO, 2005).

Sementara Data Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak atau

UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia

karena diare. Tak heran bila diare dinyatakan sebagai penyebab nomor satu kematian

balita di seluruh dunia sebagai monster pencabut nyawa paling menakutkan pada

balita (UNICEF, 2005).

Indonesia lewat program Indonesia Sehat 2010 merencanakan untuk

(21)

lingkungan yang bebas polusi, air bersih yang tersedia, sanitasi yang memadai,

pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta

masyarakat yang saling tolong-menolong. Semua ini akan terwujud, bila masyarakat

mampu bersikap proaktif dalam memelihara serta meningkatkan kesehatan,

mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan

berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2001).

Data nasional yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena

diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal dunia dengan sia-sia,

sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit

akibat diare (Depkes RI, 2007).

Sumatera Utara sendiri berada di lima propinsi besar kematian balita akibat

diare. Menurut Data Dinas Kesehatan Sumatera Utara tercatat 11 kabupaten/kota

pernah mengalami kejadian luar biasa (KLB) diare pada tahun 2005 dengan 926

kasus dan kematian 6 orang. Total keseluruhan kejadian adalah 168.072 orang dengan

kematian akibat diare 25 orang. Penderita terbanyak berada di Kota Medan dengan

jumlah 38.012 orang, kedua adalah Kabupaten Simalungun 22.438 orang, selanjutnya

Kabupaten Labuhan Batu 14.913 orang (Dinkespropsu, 2006).

Pemukiman kumuh terdapat di setiap kota di Indonesia yang sering disebut

slum area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan masalah perkotaan

karena sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang seperti kejahatan dan

(22)

kaum pendatang yang berpendidikan rendah, berpenghasilan rendah, tidak memiliki

ketrampilan, serta tempat tinggal seadanya termasuk tinggal di bantaran sungai yang

tidak memenuhi syarat kesehatan. Perhatian utama masyarakat bantaran sungai

adalah bekerja keras mencari nafkah atau sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pemerintah Daerah Kota Medan dalam hal ini pihak kecamatan, kelurahan

bekerjasama dengan puskesmas, posyandu, tokoh masyarakat, serta tokoh agama

telah melakukan berbagai kegiatan dan penyuluhan pada masyarakat bantaran sungai

untuk aktif terlibat menjaga kebersihan lingkungan termasuk bantaran sungai.

Fenomena di lapangan menunjukkan hingga akhir tahun 2008 setiap kali

terjadi hujan deras maupun pasang dari hulu, masyarakat bantaran sungai mengalami

rutin banjir minimal 2 kali seminggu karena air sungai meluap. Fenomena lainnya

menunjukkan adanya penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti diare, kulit,

demam, flu, batuk, dan pilek di musim penghujan akibat buruknya kondisi

lingkungan.

Hasil monitoring sepuluh menit atau disebut minibaseline yang dilakukan

Environmental Service Program (ESP) di Kota Medan sejak Desember 2006 sampai

November 2008 di Kelurahan Aur, Sei Mati dan Kampung Baru dengan melibatkan

kader posyandu, untuk memantau terjadinya perubahan perilaku higinitas serta

kejadian diare di tingkat rumah tangga menunjukkan adanya penurunan angka diare

(23)

Grafik 1.1. Angka Kejadian Diare di Lokasi Monitoring Sepuluh Menit (Februari 2007 – November 2008)

Monitoring tentang perilaku higinitas ini dilakukan dengan singkat dan cepat

dalam bentuk wawancara langsung kepada ibu rumah tangga pemilik balita setiap

enam bulan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada ibu balita seputar

lima perilaku higinitas yang terkait pencegahan diare yaitu: kebiasaan cuci tangan

pakai sabun, pengelolaan sampah, pengelolaan air minum dan penyimpanan

makanan, pembuangan kotoran anak atau tinja, serta kejadian diare pada anak.

Secara umum dari hasil monitoring menunjukkan adanya penurunan angka

diare akibat dampak intervensi kegiatan ESP terhadap perubahan perilaku higinitas

ibu balita. Tetapi data ESP kurang menjelaskan karakteristik psikososial ibu balita

Feb 08 4,6 7 4 3

Kota Mdn Aur Kp. Baru Sei Mati

(24)

terkait kepercayaan, nilai-nilai, serta norma tentang penting atau tidak pentingnya

perilaku higinitas, sehingga menimbulkan sikap tertentu terhadap penting atau

tidaknya perilaku tersebut, yang memotivasi mereka mampu atau tidak mampu

melakukannya.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, diperlukan penggalian lebih jauh

melalui penelitian kualitatif yang mampu menggali dan menganalisa perilaku

higinitas ibu balita dalam penanggulangan resiko diare pada keluarga di bantaran

Sungai Deli Kota Medan.

1.2. Permasalahan

Seberapa besar perilaku higinitas ibu balita dalam penanggulangan resiko

diare pada keluarga di bantaran Sungai Deli Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Menggali dan menganalisa perilaku higinitas ibu balita dalam

penanggulangan resiko diare pada keluarga di bantaran Sungai Deli Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah:

1. Digunakan sebagai masukan untuk mendesain ulang model intervensi perilaku

higinitas ibu balita dalam penanggulangan resiko diare pada keluarga

(25)

2. Menjadi bahan pembelajaran bagi peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku (PKIP-USU) dalam membuat model promosi kesehatan yang

bermanfaat bagi masyarakat umumnya, serta tingkat rumah tangga khususnya.

3. Bagi peneliti sendiri adalah pengalaman yang sangat berharga melakukan

penelitian perilaku higinitas ibu balita yang realistis dan aplikatif langsung

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup, baik yang dapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak lain. Perilaku

juga didefinisikan sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar, karena perilaku terjadi melalui adanya stimulus terhadap

organisme dan selanjutnya organisme tersebut merespon (Skinner, 1991).

Anjuran buang sampah pada tempatnya

Nilai

Kepercayaan Norma

Pengetahuan Ketrampilan

Membuang sampah pada tempatnya

STIMULUS

RESPON

(27)

Prosedur pembentukan perilaku menurut Skinner (1991) adalah:

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat disebut

reinforcer berupa hadiah atau rewards bagi perilaku baru yang terbentuk.

b. Melakukan analisa untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

membentuk perilaku yang dikehendaki kemudian disusun dalam urutan yang

tepat sehingga terbentuk perilaku yang dituju.

c. Secara urut komponen-komponen tersebut dijadikan tujuan sementara untuk

diidentifikasi faktor penguat untuk masing-masing komponen.

d. Melakukan pembentukan dengan menggunakan urutan komponen yang telah

tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan

dengan tujuan supaya komponen atau perilaku tersebut lebih sering dilakukan.

Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen perilaku

kedua, distimulus lagi dengan pemberian hadiah, demikian berulang-ulang.

Dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat dan seterusnya.

2.2. Domain Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Bloom membagi perilaku kedalam 3 domain yaitu: 1) Kognitif,

2) Afektif, 3) Psikomotor. Perkembangan selanjutnya domain tersebut dimodifikasi

untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan menjadi: 1) Pengetahuan dan

pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan, 2) Sikap atau tanggapan

(28)

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang karena dari beberapa penelitian disebutkan bahwa

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan

untuk menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya dan digunakan untuk

menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia.

Menurut Notoadmodjo (2003) unsur-unsur pengetahuan pada diri manusia

meliputi: a. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan, b. Keyakinan

dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang dilakukan, c. Sarana yang

diperlukan untuk melakukan, d. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi

oleh kebutuhan yang dirasakan.

Rogers (2003) menyatakan bahwa sebelum orang mengadopi perilaku baru,

di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan meliputi:

a. Kesadaran yaitu kesadaran akan adanya stimulus.

(29)

c. Evaluasi yaitu adanya pertimbangan terhadap baik tidaknya stimulus tersebut

terhadap dirinya.

d. Uji coba yaitu mulai melakukan sesuatu sesuai yang dikehendaki oleh

stimulus.

e. Adopsi yaitu berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikap terhadap stimulus.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a. Tahu

Merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu adalah apa yang telah dipelajari disebutkan,

diuraikan, didefinisikan, dinyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

obyek atau materi, dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi

Kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi

sebenarnya, misalnya penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan

(30)

d. Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau subyek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

yaitu menggambarkan, membedakan, memisahkan, atau mengelompokkan.

e. Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau obyek misalnya dengan membandingkan antara anak yang diare dengan yang

tidak, menafsirkan sebab-sebab diare dan sebagainya.

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan

cara-cara tertentu (Chave, 1928). Sementara Lapierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai

suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Atau secara sederhana sikap didefinisikan

sebagai respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek selalu berperan sebagai perantara antara

(31)

a. Respon Koginitif

Yaitu respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini.

b. Respon Afektif

Adalah respon syaraf simpatetik dan pernyatan afeksi.

c. Respon Konatif

Yaitu respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku.

Masing-masing klasifikasi respon berhubungan dengan ketiga komponen

sikapnya. Bahkan dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon

tersebut, sikap seseorang sudah dapat diketahui (Rosenberg dan Hovland dalam

Fishbein dan Ajzen, 1975).

2.2.3. Praktek atau Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam tindakan. Untuk terwujudnya sikap

menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkinkan hal itu terjadi. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

a. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagi obyek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar berdasarkan contoh

(32)

c. Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

sudah merupakan kebiasaan maka sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

d. Adaptasi

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya

tindakan sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

Praktek atau tindakan yang sudah dilakukan dengan baik dalam kenyataannya

bisa mengalami kemunduran atau bahkan terhenti dikarenakan kurangnya manfaat

dari apa yang sudah dilakukan (benefit) ataupun karena keterbatasan akses.

Sedangkan praktek atau tindakan yang sudah berkembang baik dan menjadi suatu

kebiasaan kemudian disebut dengan perilaku.

2.3. Perubahan Perilaku

Konsep perubahan perilaku merupakan suatu proses belajar yang memerlukan

informasi, pemahaman dan pengalaman. Proses perubahan perilaku bukanlah proses

yang terjadi sesaat, tidak berdiri sendiri, serta membutuhkan waktu dan tempat.

Ada tiga hal yang membuat orang mempertahankan perilaku baru yaitu:

komitmen pribadi untuk melakukan serta mempertahankan perilaku baru, ketrampilan

yang diperoleh untuk mempraktekkan perilaku baru, serta penciptaan lingkungan

(33)

Rogers (1983) membagi tahapan model individu dalam proses melakukan

sesuatu, sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Yaitu tahap menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku

baru.

2. Persuasi

Yaitu tahap mengenal lebih jauh tentang obyek atau perilaku baru. Tahapan ini

digunakan petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan motivasi.

3. Keputusan

Yaitu tahap mengambil keputusan terhadap perilaku baru yang ditawarkan.

4. Implementasi

Yaitu tahap di mana perilaku baru mulai dilakukan atau diimplementasikan.

5. Konfirmasi

Yaitu tahap penguatan di mana individu meminta dukungan dari lingkungan atas

keputusan yang telah diambilnya.

Tahapan individu melakukan sesuatu secara garis besar menurut Rogers (1983),

(34)

Individu yang sudah melakukan perilaku baru yang ditawarkan, dalam

perjalanannya bisa terus-menerus mengadopsi perilaku tersebut (tetap adopsi) tetapi

bisa saja berhenti (diskontiu) melakukannya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi,

mulai dari keterbatasan akses sampai kurangnya dukungan sosial dari lingkungannya.

2.4. Perilaku Higinitas

Higinitas berasal dari kata hygiene dari bahasa Yunani yang artinya bersih.

Kebersihan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perilaku higinitas dalam pencegah

Konfirmasi

(35)

diare adalah perilaku kebersihan dan kesehatan meliputi: cuci tangan pakai sabun,

pengelolaan sampah, sanitasi, pengolahan makanan serta minuman.

2.5. Perilaku Higinitas dalam Pencegahan Diare

2.5.1. Cuci Tangan Pakai Sabun

Tangan merupakan pembawa utama mikroorganisme yang berasal dari tinja.

Peran tangan terhadap penyebaran kuman bisa mencapai 47%, sehingga bila peran

tangan dapat dikendalikan, otomatis dapat mencegah terjadinya penyakit diare sampai

47%. Tujuan Cuci tangan pakai sabun adalah menghilangkan kotoran dan debu yang

melekat di permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.

Perilaku cuci tangan pakai sabun dengan cara yang benar dan di waktu-waktu yang

tepat sangatlah berperan dalam pengendalian kejadian diare pada balita.

2.5.2. Penanganan Makanan

Penanganan makanan meliputi pengolahan dan penyimpanan makanan yang

bertujuan menjaga makanan agar tetap bersih, sehat dan nilai gizinya tetap dengan

menghilangkan atau mengurangi kontaminasi baik dari debu atau kotoran, kuman,

maupun lalat dan serangga yang hinggap pada makanan. Perilaku mencuci

bahan-bahan makanan sebelum diolah atau dikomsumsi serta menutup dan menyimpan

(36)

2.5.3. Sanitasi

Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman

menyebabkan permasalah terkait pembuangan kotoran manusia. Berdasarkan hasil

penelitian, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 330

gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Bila penduduk Indonesia saat ini

berjumlah 200 juta jiwa maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 ton.

Selain itu perilaku buang air besar sembarangan atau tidak pada tempatnya seperti

di sungai, ladang, kebun, ataupun dibungkus plastik biasa yang biasa disebut WC

terbang menjadi potensi sumber penyakit ke manusia.

2.5.4. Pengolahan Sampah

Sampah bagi sebagian besar masyarakat kita adalah benda yang semestinya

segera dienyahkan dari pandangan, tidak dipakai lagi serta tidak disenangi.

Celakanya, sampah dibuang tidak pada tempat yang benar sehingga menimbulkan

masalah baru yaitu potensi terjadinya penyakit. Pengaruh sampah sendiri terhadap

kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung adalah

karena kontak langsung, misalnya dengan jenis sampah beracun. Pengaruh tidak

langsung dapat ditimbulkan akibat proses pembusukan ataupun pembakaran. Perilaku

buang sampah sembarangan adalah refleksi perilaku masyarakat, khususnya

perlakuan terhadap sampah yang masih tidak baik.

2.5.5. Penanganan Air Minum

Kebutuhan manusia akan air sangatlah kompleks antara lain untuk masak,

(37)

maju tiap orang memerlukan air sekitar 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara

berkembang termasuk Indonesia tiap orang memerlukan 30-60 liter per hari.

Salah satu yang sangat penting adalah kebutuhan untuk air minum yang

diperlukan adanya persyaratan khusus agar tidak menimbulkan penyakit bagi

manusia. Syarat-syarat air minum yang sehat yaitu:

a) Secara Fisik

Persyaratan fisik adalah bening (tak berwarna), tidak berasa dan biasanya suhu air

berada di bawah suhu udara di luarnya.

b) Secara Bakteriologis

Air minum yang sehat adalah air yag bebas dari segala bakteri terutama bakteri

patogen.

c) Secara Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah yang

tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air minum

akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan kimia yang terdapat

dalam air antara lain:

Tabel 2.1. Bahan Kimia yang Terdapat dalam Air Minum

Jenis Bahan Kadar yang Dibenarkan (mg/liter)

(38)

Air minum yang berasal dari mata air, sumur, dan PDAM adalah sumber air

yang dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut

diatas, asalkan tidak tercemar oleh kotoran baik yang berasal dari manusia maupun

hewan.

Ada berbagai macam cara pengolahan air minum secara sederhana, yaitu:

merebus air sampai mendidih, pemanasan matahari (sodis), menggunakan filter

keramik (cheramics filter) dan pemberian klorin (chlorinase). Perilaku terkait

pengolahan air minum serta penyimpanannya menjadi salah satu perilaku kunci

pencegah penyebaran Eicherencia coli ke dalam tubuh manusia.

2.6. Faktor Lingkungan dalam Pencegahan Diare

Diare juga tidak bisa terlepas dari faktor lingkungan yang memungkinkan

berkembang-biaknya bakteria Eicherencia coli hingga sampai ke manusia. Faktor

lingkungan ini meliputi persoalan sanitasi yang tidak tertata dengan baik, rendahnya

aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas jamban, terutama di daerah kumuh

bantaran sungai serta minimnya ketersediaan air bersih. Kondisi ini membuat

masyarakat sangat rentan terkena diare terutama anak-anak dan balita. Secara garis

(39)

Gambar 3.3. Transmisi Kuman dari Kotoran Manusia Berpindah Kembali Ke dalam Tubuh Manusia

Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat

misalnya air bersih, tempat sampah, MCK termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit juga menjadi faktor pendukung praktek

atau tindakan perilaku higinitas di dalam masyarakat.

Hasil monitoring sepuluh menit atau disebut minibaseline yang dilakukan

Environmental Service Program (ESP) di Kota Medan sejak Februari 2007 sampai

November 2008 di Kelurahan Aur, Sei Mati dan Kampung Baru dengan melibatkan

P

Peenncceeggaahh ppeennyyeebbaarraann

(40)

kader posyandu, untuk memantau terjadinya perubahan perilaku higinitas serta

kejadian diare di tingkat rumah tangga menunjukkan adanya penurunan angka diare

seperti pada Grafik 2.1 di bawah ini.

Grafik 2.1. Angka Kejadian Diare di Lokasi Monitoring Sepuluh Menit (Februari 2007 – November 2008)

Secara umum dari hasil monitoring menunjukkan adanya penurunan angka

diare akibat dampak intervensi kegiatan ESP terhadap perubahan perilaku higinitas

ibu balita. Tetapi data ESP kurang menjelakan karakteristik psikososial ibu balita

terkait nilai-nilai, norma serta kepercayaan tentang penting atau tidak pentingnya

perilaku higinitas, sehingga menimbulkan sikap tertentu terhadap penting atau

tidaknya perilaku tersebut, yang memotivasi mereka mampu atau tidak mampu

melakukannya.

Kota Mdn Aur Kp. Baru Sei Mati

(41)

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, diperlukan penggalian lebih jauh

melalui penelitian kualitatif yang mampu mengeksplorasi perilaku higinitas ibu balita

dalam penanggulangan resiko diare pada keluarga di bantaran Sungai Deli Kota

Medan.

2.7. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4. Kerangka Pikir Perilaku Higinitas Ibu Balita dalam Penanggulangan Resiko Diare pada Keluarga di Bantaran Sungai Deli Kota Medan

Pengetahuan Sikap

Nilai Norma Kepercayaan

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

eksploratif yang berupaya mengkaji sedalam mungkin fenomena yang terjadi

di masyarakat. Fenomena yang akan digali dalam penelitian ini adalah fenomena

terkait perilaku higinitas ibu balita dalam penanggulangan resiko diare pada keluarga

di bantaran Sungai Deli, Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pemukiman kumuh bantaran Sungai Deli Kota Medan

pada Kecamatan Medan Maimun berdasarkan pertimbangan bahwa pada kecamatan

ini terdapat tiga kelurahan dengan penduduk miskin kota yang tinggi yaitu Aur, Sei

Mati dan Kampung Baru, berada di sepanjang hilir Sungai Deli, adanya permasalahan

kebersihan dan kesehatan, heterogenitas kesukuan, jumlah balita, serta kasus diare.

Wilayah ini sangatlah unik karena meskipun berada di pusat Kota Medan

dengan waktu tempuh 10 – 15 menit dari Bandara Polonia sebagai pintu masuk Kota

Medan tetapi merupakan kantong-kantong pemukiman miskin kota dengan

(43)

Adapun pelaksanaan penelitian pengumpulan data lewat observasi dan

wawancara mendalam dilakukan sejak Januari sampai Mei 2009.

Pada saat survey lokasi dan mengunjungi rumah informan peneliti merasa

perlu didampingi oleh kader yang memang tinggal di wilayah tersebut yang mengenal

kondisi lapangan serta mengenal informan. Hal ini dilakukan supaya peneliti tidak

salah memilih lingkungan yang benar-benar berada di bantaran Sungai Deli, selain itu

kader juga mengenal informan yang selama ini adalah responden monitoring 10 menit

yang sudah beberapa kali mereka datangi sehingga menjadi focal point1 untuk

memulai pembicaraan dan wawancara mendalam.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada minggu I Januari 2009 sampai minggu ke IV

Mei 2009, jauh lebih lama dari jadwal yang direncanakan sebelumnya.

3.3. Proses Pemilihan Informan

Informan adalah ibu-ibu balita yang menjadi responden monitoring 10 menit

(mini baseline) yang tinggal di Kelurahan Aur, Sei Mati dan Kampung Baru. Setelah

itu dipilih beberapa informan berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan kader

posyandu yang selama ini melakukan monitoring 10 menit, setelah itu dilakukan

kunjungan awal ke rumah-rumah informan (screening) oleh peneliti.

(44)

Pertimbangan memilih ibu pemilik balita sebagai informan adalah:

1. Ibu pemilik balita itu adalah responden monitoring 10 menit (mini baseline)

yang dilakukan oleh Program Jasa Lingkungan ESP.

2. Ibu pemilik balita itu setidaknya mewakili suku dominan yang ada

di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Baru, Sei Mati dan Aur, mau

berbagi cerita dan terbuka (aktif), serta secara sukarela mau diwawancara

secara mendalam oleh peneliti.

Peneliti langsung mendatangi informan ke lingkungannya untuk melihat

secara langsung kondisi rumah serta keadaan ibu pemilik balita sesungguhnya, lalu

meminta kesediaan ibu pemilik balita menjadi informan. Ketika awal diminta untuk

menjadi informan dan membuat janjian pertemuan, para informan bersedia dengan

senang hati meskipun awalnya informan kaget karena terpilih.

Rencana wawancara mendalam disambut para informan dengan tangan

terbuka dan informan bersedia memberikan informasi terkait perilaku informan yang

ditanyakan sesuai dengan keadaan tanpa dibuat-buat. Hal ini perlu ditanyakan

di tahap awal supaya proses wawancara mendalam tidak mengalami kesulitan untuk

menggali sangat dalam kondisi perilaku higinitas informan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder dengan mengumpulkan

informasi dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera (Dinkespropsu), Dinas Kesehatan

(45)

dengan cara observasi ke lokasi, pemilihan informan, membuat jadwal, setelah itu

melakukan wawancara mendalam berdasarkan pedoman wawancara yang telah

disusun, dengan tatap muka langsung kepada informan.

Peneliti memilih memulai penelusuran lokasi dari Kelurahan Kampung Baru

dulu yaitu Lingkungan XVI dilanjutkan Lingkungan VIII Kelurahan Sei Mati dan

terakhir Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur. Lokasi jalan yang sempit, kadang

becek dan menurun, melewati jalan-jalan tikus serta rumah yang berdempetan

membuat perjalanan menjadi mengasyikkan. Kadang kami berjumpa tiga, empat

orang ibu yang saling mencari kutu dan ngerumpi. Kadang berjumpa para lansia yang

duduk di depan rumah dan menanyakan maksud kedatangan peneliti ke lokasi

mereka.

Keakraban kader dengan masyarakat membuat peneliti tidak canggung dan

was-was memasuki pemukiman yang berada di bantaran sungai. Ternyata sangat

mengasyikkan melintasi lokasi pemukiman yang padat penduduk dan berdempetan,

di sepanjang bantaran Sungai Deli tetapi masih berada di pusat Kota Medan serta

mudah diakses dengan angkutan umum berupa angkot maupun becak.

Ketika peneliti masuk ke rumah informan untuk berkenalan dan membina

rapport2 kebanyakan informan menerima dengan tangan terbuka meskipun peneliti

datang pada saat mereka masak, membersihkan rumah, menggendong bayi ataupun

(46)

pekerjaan lain yang mereka lakukan. Biasanya peneliti hanya berkenalan dan

membuat janjian pertemuan pada hari yang disepakati bersama.

Pada waktu yang sudah disepakati peneliti kembali datang lalu masuk ke

rumah informan untuk memulai wawancara mendalam, menanyakan bagaimana

keadaannya saat itu serta keadaan keluarganya. Ketika informan sudah siap barulah

peneliti memulai wawancara mendalam dengan terlebih dulu meminta izin untuk

merekam pembicaraan selama diskusi berlangsung dan umumnya informan tidak

keberatan. Alasan yang disampaikan peneliti mengapa perlu direkam adalah

keterbatasan peneliti untuk mengingat semua percakapan selama wawancara dan

untuk keperluan penelitian, bukan komersil.

Ada banyak hal menarik selama wawancara mendalam berlangsung misalnya

saat informan pertama, kedua orang anaknya penasaran dengan alat perekam dan

berusaha menjangkau dan memencetnya. Pada informan kedua, peneliti terpaksa

berkali-kali mematikan rekaman karena anak balitanya menangis, kemudian anaknya

yang besar minta makan, lalu yang balita menangis lagi. Pada saat wawancara kereta

lewat berkali-kali, kemudian anak informan yang paling besar pulang sekolah

sehingga praktis wawancara mendalam saat itu kurang efektif. Pada informan ketiga

terlihat kalau suami informan kurang suka dengan kedatangan peneliti dan kader

entah karena takut istrinya salah bicara atau memang tidak suka peneliti terlalu

banyak tahu tentang keadaan keluarga serta ekonominya. Semua terlihat dari

gerak-gerik suaminya yang mondar mandir dan menunjukkan bahasa tubuh yang tidak

(47)

Pada informan keempat justru tetangga-tetangganya penasaran dan ingin tahu

apa maksud kedatangan peneliti sehingga mereka mengintip lewat jendela tanpa

malu-malu, malah ada yang ikutan masuk kedalam rumah dan ikutan menjawab

pertanyaan. Mereka malah berharap rumahnya didatangi dan ditanyai. Saat peneliti

dan kader mendatangi informan kelima, ternyata informan tidak ada di tempat tetapi

berada di rumah orang tuanya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pada saat itu

anak-anak kecil yang adalah tetangga informan ikutan membantu mencari informan

dan menemani menunggu kedatangan informan. Pada informan keenam, peneliti

berfikir akan lebih efektif bila wawancara mendalam dilakukan di luar rumah karena

informan tinggal di rumah mertuanya yang kecil tetapi jumlah anggota keluarganya

banyak yaitu cucu, anak, mantu, kakek, nenek sehingga kurang efektif bila

wawancara diadakan di sana. Terakhir untuk informan yang ketujuh wawancara

pertama di rumah kader yang tak jauh dari rumahnya setelah itu dilanjutkan di sebuah

madrasah yang lokasinya berada tidak jauh dari rumah informan yang siang itu

kosong karena murid-murid sudah pulang.

Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dari

seluruh peristiwa yang dijalani peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif. Hal ini

dilakukan agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam.

Hambatan-hambatan yang Dialami Selama Penelitian

Proses penelitian secara keseluruhan berlangsung lebih lama dari jadwal yang

diharapkan yaitu sekitar 5 bulanan tetapi tetap saja dirasakan adanya

(48)

yang sempurna. Dalam kunjungan ke lapangan dan rumah, peneliti merasa perlu

ditemani oleh kader mini baseline yang memang berdomisili di Kelurahan Kampung

Baru, Sei Mati dan Aur. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam

terkait kondisi lingkungan, perumahan, masyarakat serta karakteristik sosial budaya

setempat.

Ketika peneliti berjalan bersama kader di lingkungan yang telah dipilih, warga

yang kebetulan sedang duduk-duduk di depan rumahnya ataupun yang berpapasan

di sepanjang jalan, menyapa sambil menanyakan maksud tujuan kedatangan peneliti.

Kebetulan peneliti juga sering berkeliling di lingkungan tersebut dan mengenal

beberapa warga dalam kegiatan baik di posyandu, puskesmas maupun kelurahan

sehingga tidak sulit bagi peneliti untuk terlibat dalam percakapan. Pada saat yang

bersamaan, kesempatan tersebut juga dipakai oleh kader untuk menyampaikan

informasi terbaru terkait kesehatan, kerohanian, ekonomi dan lainnya.

Saat masuk ke rumah informan, maka tetangga informan ada yang penasaran

dan ingin tahu maksud kedatangan peneliti sehingga mereka pun segera berdatangan

dan ikut berdiskusi dengan peneliti dan informan. Tetapi dengan sigap kader

menghalangi tetangga yang penasaran dengan berdiri di luar rumah sambil

mengalihkan perhatian tetangga sehingga peneliti bisa lebih konsentrasi untuk

berkenalan, berbincang-bincang, selanjutnya wawancara mendalam dengan informan.

Begitulah suasana di pemukiman kumuh dengan kondisi rumah yang padat dan rapat

(49)

yang bukan warga setempat. Seperti biasanya, ceritapun segera tersebar dengan cepat

dan meluas ke tetangga yang lain.

Keingintahuan dan keinginan untuk ikut berdiskusi bukan saja datang dari

tetangga peneliti yang dewasa maupun yang masih anak-anak, tetapi juga datang dari

anak-anak informan yang cukup banyak. Kalau tetangga sudah pulang, maka

sekarang giliran anak-anak informan yang mengambil bagian untuk ikut bergabung.

Jika anak informan masih kecil, maka mereka pun akan bermain di sekitar informan

dan peneliti. Ada yang bolak-balik bertanya, ada yang merengek minta jajan, ada

yang berkelahi berebutan makanan, ada yang menangis dan bahkan ada yang selalu

berusaha menarik perhatian peneliti. Sehingga penelitipun harus juga menanggapi

anak-anak informan bahkan sampai membujuknya bila menangis dengan cemilan dan

permen yang sudah dipersiapkan lebih dulu oleh peneliti.

Kehadiran alat perekam dan kamera sebagai alat bantu dalam penelitian ini

juga menarik perhatian informan, anak-anak informan, serta tetangga. Untuk

informan dan tetangga dewasa dapat segera diatasi dengan menjelaskan manfaat alat

perekam tersebut bagi peneliti. Selain itu kamera yang digunakan untuk

mendokumentasikan informan, keluarganya, kondisi dalam rumah, maupun sekitar

rumah, membuat anak-anak informan tertarik dan mengikuti kemana saja peneliti

pergi. Anak-anak selalu ingin difoto dan penasaran melihat hasil pemotretan yang

telah dilakukan oleh peneliti sehingga lewat preview3 foto, peneliti memperlihatkan

kepada anak-anak hasil foto yang ada. Biasanya anak-anak itu akan tertawa gembira

(50)

bila mendapati wajahnya ataupun wajah anggota keluarga lain terdapat dalam kamera

tersebut.

Setelah anak-anak puas melihat foto maka peneliti memohon kepada mereka

untuk memberikan waktu kepada peneliti berbicara dengan ibu mereka lalu peneliti

akan memberikan kode kepada kader untuk mengambil-alih tugas mengurusi

anak-anak. Selanjutnya kader akan memberikan kertas gambar dan pensil warna untuk

diwarnai ataupun memberikan permen-permen yang memang sudah disiapkan

peneliti sebelum kunjungan.

Suasana pemukiman yang ribut dengan suara pedagang yang

sebentar-sebentar lewat, suasana gaduh dari sekitar rumah informan ataupun suara anak-anak

yang bermain sambil teriak-teriak, jelas terdengar karena dinding rumah yang

menyatu membuat konsentrasi peneliti maupun informan terpecah sehingga peneliti

harus benar-benar mematikan alat perekam dan memberhentikan sementara waktu

proses wawancara.

Ada beberapa pertanyaan yang harus diulang apalagi diawal-awal wawancara

mendalam karena informan kurang memahami sehingga peneliti harus mencari

alternatif pertanyaan lain supaya mudah dipahami. Perasaan takut, grogi dan minder

di sepuluh sampai lima belas menit pertama juga membuat peneliti harus

menenangkan informan terlebih dulu dengan membuat lelucon, menanyakan kabar

keluarganya ataupun memasak apa hari itu. Begitu juga dengan keterbatasan peneliti

dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pengertian dan

(51)

ketika informan balik bertanya atas ketidakmengertiannya. Bahkan kadang informan

diam saja sambil menatap peneliti dan tidak segera menjawab pertanyaan yang

diajukan. Biasanya peneliti akan memberikan contoh-contoh atau fakta-fakta yang

terjadi di sekitarnya supaya informan memahami pertanyaan tersebut. Ada juga

informan yang menjawab dengan ketus dan sepotong-sepotong meskipun sudah

digali berulang-ulang.

Wawancara dilakukan peneliti berdasarkan Pedoman Wawancara dan dalam

pelaksanaannya peneliti menggunakan alat bantu tulis dan alat perekam. Proses

penelitian berjalan lancar didahului dengan membangun relasi dengan informan

di pertemuan pertama, dilanjutkan wawancara mendalam di hari-hari berikutnya, lalu

cek ulang bila ada informasi yang belum lengkap atau jelas.

Selama wawancara peneliti membawa kelengkapan wawancara seperti

pedoman wawancara, alat perekam, kamera dan alat bantu tulis. Setelah melakukan

wawancara mendalam kepada beberapa informan sampai tidak didapatkan lagi

informasi yang baru, peneliti merasa informasi yang diperoleh sudah memadai

(52)

3.5. Definisi Operasional

Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Materi

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh informan mengenai

perilaku higinitas terkait diare.

2 Sikap Perasaan seseorang tentang obyek, perilaku, peristiwa

dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif atau netral) seseorang pada sesuatu.

3 Nilai-nilai Nilai yang dianut oleh masyarakat mengenai apa yang

dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

4 Norma Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok

dalam masyarakat yang dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah-laku.

5 Kepercayaan Anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai

itu benar atau nyata.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan membuat catatan lapangan (field notes)

serta temuan terbanyak (top line finding) untuk memudahkan peneliti merekam serta

menganalisa jawaban-jawaban yang diberikan informan.

Penganalisisan data dilakukan dengan analisa kualitatif berdasarkan data-data

yang telah diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap informan dan kemudian

(53)

Analisis akan dilakukan setiap kali wawancara diperoleh dan dibandingkan

dengan hasil wawancara sebelumnya untuk mengkaji tingkat kematangan data

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Sungai Deli

Sungai Deli menyimpan legenda yang mengakar kuat dalam budaya

masyarakat Sumatera Utara. Konon, sungai ini merupakan tempat para keluarga dan

putri Sultan Deli tetirah4, bercengkrama di tengah jernih dan segarnya air sungai,

jauh di Selatan Kota Medan dinaungi hamparan Bukit Barisan yang berjajar tak

putus-putusnya dari Aceh hingga ke ujung Selatan Pulau Sumatera.

Sampai sekarang pun, bila kita menelusuri kawasan hilir Sungai Deli yang

dulunya merupakan hutan rimba dan wilayah Kesultanan Deli, kita akan dapatkan

mitos dan sejarah rakyat berbaur. Di sini ada dongeng Putri Hijau, masyur

di kalangan masyarakat Deli bahkan juga dalam masyarakat Melayu Malaysia. Putri

Hijau adalah seorang anak Sultan Deli yang sangat cantik sehingga memikat hati

Sultan Aceh. Sayang, lamaran Sultan Aceh ditolak oleh saudara laki-laki Puteri

Hijau. Penolakan itu dianggap sebagai penghinaan sehingga pecahlah perang antara

Kesultanan Aceh dan Kesultanan Deli. Kesultanan Deli mengalami kekalahan, karena

kecewa pangeran menjelma menjadi meriam lalu meledak sebagian. Sisa meriam

penjelmaan sang Pangeran dapat dilihat di halaman Istana Maimun sampai sekarang.

(55)

Maimun sendiri berasal dari nama Istana yang dibangun oleh Sultan Deli

Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang menjadi salah satu ikon Kota Medan.

Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 6 kelurahan meliputi Kampung Baru,

Sukaraja, Sei Mati, Jati, Hamdan, dan Aur. 3 kelurahan yang dilalui Sungai Deli

adalah Kampung Baru, Sei Mati dan Aur. Bila kita berjalan-jalan di pagi hari

melintasi pemukiman penduduk di kecamatan tersebut akan kita dapati heterogenitas5

kesukuan mulai dari Melayu, Batak, Karo, Jawa, Padang, Cina, sampai keturunan

India (Tamil) dengan total populasi sekitar 50.000 jiwa. Luasnya adalah 2,98 km″ δαν

kepadatan penduduknya adalah 16.441,28 jiwa/km″. Πεκερϕααν ωαργανψα σενδιρι

bervariasi mulai dari tukang becak sampai anggota dewan yang terhormat berdomisili

di sana. Tak heran wilayah ini jadi incaran empuk makelar tanah serta developer

kelas kakap karena letaknya yang strategis di pusat kota serta nilai sejarahnya.

Peneliti menelusuri Sungai Deli sejak pukul 10.30 WIB dimulai dari

Lingkungan XVI Kelurahan Kampung Baru didampingi kader dan ibu kepling.

Di dalam perjalanan peneliti dihadapkan dengan sejumlah pemandangan tak sedap

berupa tebaran sampah menumpuk yang bisa diketahui dari pendangkalan pada

beberapa titik bagian pinggir sampai ke aliran sungai. Seorang ibu menceboki

bayinya yang baru saja buang air besar dengan air sungai yang kotor serta lima

pemuda berkulit gelap berkaos oblong dan ada yang bertelanjang dada sedang

berkumpul dekat pinggiran sungai, mengira peneliti seorang wartawan yang meliput

berita. Secara visual pencemaran Sungai Deli sudah bisa dirasakan melalui airnya

(56)

yang kecoklatan. Sungguh ironis memang dengan kondisi air yang jernih dan segar

tempo dulu.

Gambar 4.1. Seorang Ibu yang Sedang Menceboki Bayinya

Perjalanan dilanjutkan ke Lingkungan VIII Kelurahan Sei Mati, kali ini

didampingi oleh kader yang memang tinggal di sana. Saat itu waktu menunjukkan

pukul 13.00 WIB sehingga cuaca terasa sangat panas karena matahari tepat di atas

kepala. Peneliti menyusuri Sungai Deli yang bercabang menjadi anak sungai yang

disebut Sungai Kecil. Kerap perjalanan terhenti karena kerumunan warga yang

membicarakan mayat seorang bayi yang sehari sebelumnya dibuang begitu saja tak

jauh dari tepi sungai. Mungkin hasil hubungan gelap ataupun perselingkuhan

(57)

sampah di pinggiran Sungai Deli. Ketika memasuki lokasi pembuangan sedikit aroma

tidak sedap muncul meskipun mayat bayi itu sudah tidak ada lagi di sana.

Gambar 4.2. Gambar Timbunan Sampah di Sungai Kecil

Memasuki perjalanan terakhir peneliti menuju Lingkungan III di Gang Mantri

dilanjutkan ke Lingkungan IV Kelurahan Aur. Cuaca kali ini cukup mendukung

karena sudah sore. Di tepian sejumlah warga melakukan aktivitas seperti mencuci

pakaian, buang hajat dan mandi. Sebagian tak peduli dengan kedatangan peneliti

tetapi sebagian menyambut dengan mempertanyakan perjalanan peneliti. Saat

melintasi jembatan Jalan Mangkubumi, tumpukan sampah terlihat menggantung

di tengah langit-langitnya, terbawa banjir beberapa hari sebelumnya. Anak-anak

(58)

orang mendekati peneliti dengan ramah bertanya maksud dan tujuan peneliti datang,

malah sudah ada yang kenal dan memanggil-manggil nama peneliti.

Gambar 4.3. Warga yang Melakukan Aktivitas MCK di Sungai Deli

4.1.2. Peta Lokasi Penelitian

Setelah peneliti memahami jalur-jalur Sungai Deli serta distribusi rumah

tempat tinggal informan maka peneliti dibantu oleh seorang ahli GIS (General

Information System) mengukur titik kordinat masing-masing kelurahan. Lokasi

penelitian condong ke pemukiman kumuh bantaran Sungai Deli yang memang

memiliki permasalahan kebersihan dan kesehatan serta kasus diare.

Lokasi penelitian sangatlah unik karena merupakan kantong-kantong

(59)

kesehatan yang kompleks meskipun berada di pusat Kota Medan dengan waktu

tempuh 10 – 15 menit dari Bandara Polonia sebagai pintu masuk Kota Medan.

Gambar 4.4. Peta Lokasi Penelitian di 3 Kelurahan yang Berbeda

4.2. Gambaran Umum Informan

4.2.1. Karakteristik Informan

Dari pengumpulan data primer terhadap tujuh informan diperoleh

(60)

Tabel 4.1. Karakteristik Informan

Tabel 4.1 menunjukkan umur informan berkisar antara 25 – 37 tahun dengan

lokasi tempat tinggal di Kelurahan Kampung Baru tiga orang, Sei Mati dua orang dan

Aur dua orang. Informan yang masih mengontrak rumah sebanyak lima orang dan

tinggal di rumah mertua atau keluarga ada dua orang. Informan beragama Islam enam

orang dan satu Kristen. Representasi suku terdiri atas dua Jawa, dua Mandailing, dua

Padang dan satu Batak. Tingkat pendidikan informan, empat orang tamat SLTP dan

tiga orang tamat SLTA. Jumlah anak yang dimiliki informan berkisar antara dua

(61)

4.2.2. Profil Informan

Profil Informan 1

Seorang perempuan tinggi, berbadan tegap dengan raut muka yang manis dan

berambut pendek menyambut kedatangan peneliti di rumahnya dengan ramah. Ia

adalah ibu Sri Rahayu biasa dipanggil Ayu, perempuan berkulit sawo matang

kelahiran Medan tiga puluh tujuh tahun silam, seorang ibu rumah tangga yang telah

dikaruniai dua orang anak.

Gambar 4.5. Ibu Sri Rahayu Beserta Kedua Anaknya

Anak-anak Ibu Sri yang lucu sangat gembira melihat peneliti dan kader,

(62)

pertama, perempuan mungil bernama Nazwa berumur 4 tahun bersekolah di TK A,

sedangkan adiknya laki-laki bernama Fazrul berumur 2,5 tahun belum sekolah. Hari

itu di rumah hanya ada mereka bertiga karena sang ayah sedang bekerja di satu

instansi pemerintah sebagai pegawai negeri, sehingga praktis peneliti bisa leluasa

melakukan wawancara mendalam.

Diceritakannya bahwa pada awal pernikahan mereka, ibu Sri dan suaminya

tinggal di rumah mertua yang serba terbatas dan tidak bebas melakukan banyak hal,

di samping itu mertuanya juga cerewet. Sejak 3,5 tahun silam mereka memutuskan

tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana di Gang Lampu 1 No. 22 Kelurahan

Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Sebuah rumah mungil

yang meskipun nampak sederhana tetapi kelihatan bersih serta ditata rapi oleh

penghuninya.

Ibu Sri tampak senang ketika peneliti menyampaikan niat untuk melakukan

wawancara mendalam dengannya dan membutuhkan waktu panjang serta

kemungkinan akan dikunjungi beberapa kali. Ibu Sri yang berpendidikan SLTA tidak

keberatan berapa kalipun peneliti mengunjungi rumahnya asalkan tidak hari Sabtu

dan Minggu karena suaminya berada di rumah. Kebetulan siang itu tugas utamanya

beres-beres rumah serta memasak sudah selesai dilakukan sehingga kami bisa

Gambar

Gambar Timbunan Sampah di Sungai Kecil.................................. Warga yang Melakukan Aktivitas MCK di Sungai Deli...............
Grafik 1.1. Angka Kejadian Diare di Lokasi Monitoring Sepuluh Menit                             (Februari 2007 – November 2008)
Gambar 2.2. Tahapan-tahapan Proses Difusi Inovasi
Tabel 2.1. Bahan Kimia yang Terdapat dalam Air Minum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil interpretasi tanda yang ada pada iklan korporat Dove “Real Beauty” versi global ke lokal menunjukkan pergeseran standar kecantikan (definisi baru kecantikan) hanya

Perubahan Warna Pada Ekor Benih Ikan Koki Peningkatan warna pada ekor ikan koki selama 40 hari perlakuan terdapat fluktuasi pada perlakuan D (penambahan 10% TKU)

Yang dimaksud dengan “pengaturan dan pengendalian ketersediaan cadangan pangan bagi masyarakat” adalah pengaturan ketersediaan dan cadangan pangan yang dimiliki

ditumbuhkan pada substrat heksadekan ……… 36 Gambar 5.7 Aktivitas enzim naftalen dioksigenase Bacillus subtilis 3KP yang.. ditumbuhkan pada

Tahap yang keempat yaitu tahap reduksi, pada proses ini peneliti tidak melakukan tahap reduksi, karena konsep yang terdapat dalam buku pengayaan pencemaran logam

Perlakuan jenis aplikasi formula bakteri tidak berbeda nyata namun perlakuan dengan pengaruh tertinggi yaitu aplikasi formula bakteri balitkabi (F2) sebesar 5,68 g tanaman -1 hal

Kertas 298 77,60 Sangat Baik Menurut tabel 4 yang berisikan lingkup perkembangan motorik halus dalam melipat pada anak Kelompok Bermain di Kecamatan Umbulharjo

(2) Pangkat awal yang ditetapkan bagi Pegawai PNS Kemhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama dengan pangkat yang dimilikinya, sedangkan jenjang jabatan Assessor