• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.2.2. Profil Informan Profil Informan 1

Seorang perempuan tinggi, berbadan tegap dengan raut muka yang manis dan berambut pendek menyambut kedatangan peneliti di rumahnya dengan ramah. Ia adalah ibu Sri Rahayu biasa dipanggil Ayu, perempuan berkulit sawo matang kelahiran Medan tiga puluh tujuh tahun silam, seorang ibu rumah tangga yang telah dikaruniai dua orang anak.

Gambar 4.5. Ibu Sri Rahayu Beserta Kedua Anaknya

Anak-anak Ibu Sri yang lucu sangat gembira melihat peneliti dan kader, seolah-olah hari itu mereka kedatangan teman untuk bermain. Anaknya yang

pertama, perempuan mungil bernama Nazwa berumur 4 tahun bersekolah di TK A, sedangkan adiknya laki-laki bernama Fazrul berumur 2,5 tahun belum sekolah. Hari itu di rumah hanya ada mereka bertiga karena sang ayah sedang bekerja di satu instansi pemerintah sebagai pegawai negeri, sehingga praktis peneliti bisa leluasa melakukan wawancara mendalam.

Diceritakannya bahwa pada awal pernikahan mereka, ibu Sri dan suaminya tinggal di rumah mertua yang serba terbatas dan tidak bebas melakukan banyak hal, di samping itu mertuanya juga cerewet. Sejak 3,5 tahun silam mereka memutuskan tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana di Gang Lampu 1 No. 22 Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Sebuah rumah mungil yang meskipun nampak sederhana tetapi kelihatan bersih serta ditata rapi oleh penghuninya.

Ibu Sri tampak senang ketika peneliti menyampaikan niat untuk melakukan wawancara mendalam dengannya dan membutuhkan waktu panjang serta kemungkinan akan dikunjungi beberapa kali. Ibu Sri yang berpendidikan SLTA tidak keberatan berapa kalipun peneliti mengunjungi rumahnya asalkan tidak hari Sabtu dan Minggu karena suaminya berada di rumah. Kebetulan siang itu tugas utamanya beres-beres rumah serta memasak sudah selesai dilakukan sehingga kami bisa memulai wawancara mendalam dengannya.

Profil Informan 2

Siang itu waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB ketika kami bertemu dengan seorang ibu yang lumayan gemuk, berbaju merah muda dengan rambut pendek terikat. ”Oh Bu Inun dengan kak Bertha ...” σαπανψα mεmπερσιλαηκαν καmι mασυκ.

Saat itu adalah kunjungan kedua kami, setelah sebelumnya kami berkenalan dan membuat janji pertemuan terlebih dulu.

Yunina boru Sitanggang biasa dipanggil Bu Nina, perempuan kelahiran Tapanuli 31 tahun silam yang telah dikarunia lima orang anak. Paling besar berusia 12 tahun, berikutnya 10 tahun, 6 tahun, 2 tahun dan si kecil baru 5 bulan. ”Iya nih,

laki-laki semua....”katanya mengenai jenis kelamin anaknya.

Suami bu Yunina bekerja sebagai pedagang sedangkan ia sendiri adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurusi lima orang anaknya yang masih kecil-kecil. Sudah tujuh tahun mereka mengontrak sebuah rumah tua bekas pabrik di Jl. Brigjen Katamso, Gang Lampu 1 No. 174, Kampung Baru, Kota Medan.

Sewaktu menikah ibu Yunina masih sangat muda, baru berumur 18 tahun. Saat itu tidak terpikirkan olehnya betapa susahnya membina rumah tangga dan mengurusi anak dengan penghasilan suami yang pas-pasan, sementara ia sendiri hanya lulusan SLTA yang juga sulit mendapatkan pekerjaan.

Saat peneliti memulai wawancara mendalam, si kecil sedang tertidur di dalam ayunan. Dua anaknya yang besar bersekolah, anaknya yang lain sedang bermain di luar, praktis tinggal satu orang anaknya yang menemani peneliti dan ibu Nina sehingga peneliti bisa memulai wawancara mendalam dengan tenang.

Profil Informan 3

Perempuan berbaju putih, mengenakan rok berwarna coklat itu

mempersilahkan peneliti masuk ke rumahnya yang sempit di sebuah gang yang berada di Lampu 1 No. 116, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Saat itu seorang bapak tua si pemilik rumah tersebut, baru saja memperbaiki atap rumah yang bocor. Melihat kedatangan peneliti, bapak itu pun berhenti mengetuk-ngetuk palu takut mengganggu pembicaraan.

Gambar 4.7. Ibu Nani Siswati Bersama si Kembar Anaknya

Namanya Nani Siswati, seorang ibu berusia 34 tahun yang sudah dikarunia empat orang anak. Dari namanya sudah diketahui bahwa dia adalah Pujakusuma alias putri Jawa kelahiran Sumatera. Saat kami datang si kembar yang berusia dua tahun lewat tiga bulan sedang bermain-main, si sulung ke sekolah, sedangkan anaknya yang nomor dua mengalami kelumpuhan sehingga hanya terbaring di tempat tidur.

Meskipun hanya lulusan SMP ibu Nani sangat mahir menggunakan mesin jahit untuk membuat tas, baju, ataupun celana. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, ia cekatan membantu suami yang penjahit konveksi

di rumahnya. Saat itu keluarga ini kebanjiran order membuat tas untuk TKI. ”Yah

lumayan bu, buat bayar sewa rumah” υϕαρ ιβυ Νανι τεντανγ ρυmαη κοντρακαν ψανγ

sudah lima tahun mereka tempati. Profil Informan 4

Saat itu seorang perempuan muda sedang mengepel ruang tamunya saat peneliti datang, namanya Nurhalimah Hasibuan yang biasa dipanggil Imah. ”Mari

masuk bu!” σαπανψα δενγαν ραmαη παδαηαλ δαηινψα βερκερινγατ καρενα σεηαριαν λελαη

bekerja di rumah.

Gambar 4.8. Bu Nurhalimah Bersama Dua Orang Anaknya

Imah adalah ibu muda berusia 23 tahun, berkulit putih, berbadan mungil dengan rambut diikat dan kelihatan masih seperti anak-anak. Rumahnya persis depan

parit anak Sungai Deli yang disebut warga sekitar Sungai Kecil, di Gang Bidan No. 33, Lingkungan VIII, Kelurahan Sei Mati, Kota Medan.

”Payah kali nih bu kalau hujan, semalam kami kebanjiran” κατανψα

melanjutkan negepelnya yang belum selesai. Imah yang imut itu, hanya bersekolah sampai SMP. Meskipun usianya masih terbilang muda, Imah sudah dikarunia dua orang anak, pertama perempuan berusia 5 tahun dan adiknya laki-laki berusia 2,5 tahun. Rumahnya yang sempit dan rawan banjir itu sudah enam tahun dikontraknya. Suaminya hanya penjual ban bekas, tidak sanggup membawa keluarganya pindah ke kontrakan lain yang lebih layak.

Imah tidak malu memperlihatkan rumahnya, malah ia senang dikunjungi banyak orang. Menurut pengakuannya sudah beberapa kali orang datang mewawancarainya tentang sabun, diterjen, makanan, dan lain-lain, makanya Imah tampak tidak canggung dan menyambut gembira kedatangan peneliti untuk wawancara mendalam dengannya.

Profil Informan 5

Yopa Andriani Nasution itulah nama lengkapnya, seorang ibu muda yang cukup gaya, gaul dan modis dibandingkan ibu-ibu lain di lingkungannya. Perempuan Mandailing yang berpendidikan SMA ini, biasa dipanggil Yopa berusia 27 tahun. Ibu Yopa memiliki 3 orang anak yang masing-masing berumur 10 tahun, 3 tahun dan si kecil 7 bulan.

Gambar 4.9. Ibu Yopa dan Bayinya

Suaminya bekerja sebagai pengumpul ban bekas yang kemudian dijual, kadang ada kerjaan kadang tak ada kerjaan alias serabutan. Ibu Yopa, suami dan anak-anaknya tinggal di rumah mertua yang berada di Jl. Brigjen Katamso Lingkungan VIII No. 32, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan.

Ibu Yopa tampak semangat menerima kedatangan peneliti meskipun saat itu ia kelihatan sibuk bolak-balik dari rumah orang tuanya kembali lagi menuju rumah mertuanya menyiapkan bumbu masakan untuk makan siang keluarga besarnya.

Profil Informan 6

Raut mukanya tampak sumringah saat peneliti temui. Namanya Melda Chaniago, perempuan kelahiran Medan asal Padang itu tinggal di salah satu lingkungan rawan banjir di Gang Mantri Lingkungan III, Kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan.

Gambar 4.10. Ibu Melda Bersama Bayinya yang Montok

Usianya 25 tahun. Pendidikannya tamatan SMA. Sejak lahir, besar, hingga punya anak, Melda tinggal di Jalan Brigjen Katamso, Gang Mantri No. 16, Kelurahan Aur. Salah seorang pemuda Aur yang masih tetangga melamarnya, kemudian Melda menikah dan sekarang sudah mempunyai 2 orang anak perempuan. Anaknya yang besar berusia 3 tahun dan yang kecil 4 bulan.

Sifatnya yang ramah dan mudah bergaul membuat pembicaraan mengalir dengan lancar. Melda menceritakan tentang kehidupannya di pondok mertua indah membuatnya harus pandai-pandai menjaga diri dan beradaptasi. Suaminya hanya

penarik becak mesin, kadang membawa uang kadang tidak. ”Maklum makanpun

masih disubsidi mertua, makanya lakiku jadi tidak rajin kerja” κατα Μελδα. Μελδα

berharap suatu hari nanti bisa mengontrak rumah supaya bisa hidup mandiri bersama keluarga intinya.

Profil Informan 7

Ibu ini baru saja melahirkan anak ketiganya beberapa hari lalu saat wawancara mendalam dengannya dilakukan. Namanya Nurhayati yang biasa dipanggil Yati, perempuan kelahiran Medan asal Padang itu tinggal di salah satu lingkungan rawan banjir di Lingkungan IV, Kampung Aur Dalam persis bantaran Sungai Deli. Usianya baru 25 tahun tetapi wajahnya tampak lebih tua dari umurnya, mungkin karena jarak ketiga anaknya yang berdekatan sehingga dia tidak punya cukup waktu mengurus diri.

Gambar 4.11. Ibu Nurhayati Bersama Dua Orang Anaknya

Nurhayati hanya lulus SLTP dan sejak menikah membantu suami menyiapkan bumbu maupun masakan yang akan dijual suaminya. Yati memiliki dua orang anak perempuan dan seorang anak laki-laki berumur 4,5 tahun, 3 tahun dan 15 hari, kesemuanya masih balita.

Yati agak pemalu namun ramah membuat pembicaraan mengalir dengan baik meski sesekali anak-anaknya datang minta digendong ibunya padahal peneliti sudah mengatur sedemikian rupa supaya wawancara berlangsung di luar rumah. Maklumlah Yati tinggal di sebuah rumah kecil berlantai dua tanpa kamar dengan penghuni terdiri dari mertua, kakak dan adik ipar, suami dan anak-anaknya.

BAB V PEMBAHASAN

Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang non refleksif. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme sedangkan perilaku non refleksif dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak. Perilaku ini merupakan perilaku yang dapat dibentuk dan dikendalikan karena dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses belajar.

Perilaku sebagai hasil proses belajar terjadi jika ada respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar karena adanya stimulus terhadap organisme dan selanjutnya organisme tersebut merespon (Skinner, 1991).

Gambar 5.1. Skema Stimulus Organisme Respon pada Ibu Balita Anjuran perilaku

higinitas ibu balita Nilai

Kepercayaan Norma

Pengetahuan Sikap

Melakukan perilaku

Perilaku ibu balita di bantaran Sungai Deli, Kota Medan dipengaruhi oleh:

5.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang yang muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan yang hanya didasarkan pada penekanan pengetahuan tapi tidak menekankan pada pengalaman biasanya akan mudah terlupakan.

Sumber informasi kebersihan dan kesehatan yang menjadi acuan informasi bagi ibu balita atau informan bervariasi mulai dari tatap muka langsung di posyandu, seperti yang diutarakan informan:

- …yah, dari posyandu.

- Dari sendirilah…Posyandu ada juga. Itu aja…

- Dari posyandu, dari dokter, kader posyandu…

Dari orang-orang yang ada di sekitar informan seperti masyarakat, tetangga, keluarga, kawan-kawan seperti pernyataan berikut:

- Yaaa, dari lingkungan kita inilah. Yaaa,

masyarakat-masyarakat…tetangga-tetangga kita…

- Yaaa, nengok-nengok. Yaaa, dari orang tua kita, trus nanti dari tetangga, trus nanti pengalaman-pengalaman tukar pikiran sama kawan-kawan.... Nengok orang yang lebih bersih dari kitakan...

Serta dari media cetak dan elektronik seperti dari buku, radio dan TV:

- Kadang nengok-nengok majalah…nengok TV…

Informan berada di pusat Kota Medan sehingga mudah memperoleh informasi baik dari tatap muka langsung misalnya kegiatan posyandu setiap bulannya maupun lewat media yang secara khusus didesain untuk masyarakat luas. Selain itu tingkat pendidikan informan (SLTP dan SLTA) juga memampukan informan memperoleh informasi khususnya media cetak.

Pengetahuan pencegahan diare pada informan berasal dari pengalaman informan pada balitanya. Perilaku higinitas pencegahan diare meliputi:

Dokumen terkait