• Tidak ada hasil yang ditemukan

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

8.1.1 Segi Nonbahasa

Majas dapat digolongkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut.

(1) Pengarang yaitu gaya bahasa sesuai dengan nama pengarang, misalnya gaya Chairil, gaya Takdir, dan sebagainya.

(2) Waktu yaitu gaya bahasa sesuai waktu, gaya lama, gaya menengah, gaya modern, dan sebagainya.

(3) Medium, yaitu gaya bahasa sesuai dengan bahasa yang dipakai, misalnya gaya Jerman, gaya Sunda, gaya Indonesia, dan sebagainya.

(4) Subjek, yaitu gaya bahasa sesuai dengan pokok pembicaraan, misalnya: filsafat, ilmiah, popular, didaktik, dan sebagainya.

(5) Tempat, yaitu gaya bahasa sesuai dengan lokasi dan geografis, misalnya: gaya Bandung, gaya Jakarta, dan sebagainya.

(6) Hadirin, yaitu gaya bahasa sesuai dengan hadirin atau pesapa, misalnya: gaya demagog (rakyat), gaya familiar (keluarga), dan sebagainya.

(7) Tujuan, yaitu gaya bahasa sesuai dnegan maksudnya, misalnya: gaya sentimental, gaya sarkastik, gaya diplomatis, gaya informasional, dan sebagainya.

8.1.2 Segi Bahasa

Majas dapat digolong-golongkan menjadi:

(1) Pilihan kata, meliputi gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan.

(2) Nadanya, meliputi gaya bahasa sederhana, gaya bahasa menengah, dan gaya bahasa vitalitas.

(3) Struktur kalimat, meliputi gaya bahasa klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, repetisi.

(4) Hubungan maknanya, yang meliputi:

(a) Gaya bahasa retoris: aliterasi, asonansi, preterisio, apostrof, asyndeton, polisindeton, kiasmus, ellipsis, eufimisme, litotes, hyperbaton,

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

pleonasme, periphrasis, antisipasi, erotesis, silepsis, koreksio, hiperbol, paradox dan oksimoron.

(b) Gaya bahasa kiasan: persamaan, metafora, sindiran, personifikasi, alusi, eponym, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, innuendo, antifrasis, paronomasia. (Keraf, 1985:115-145).

8.2 Majas Perbandingan

Majas perbandingan meliputi: majas perumpamaan, kiasan, penginsanan, sindiran, antitesis.

8.2.1 Majas Perumpamaan (Simile)

Perumpamaan ialah majas yang mengandung pertentangan dengan fakta yang ada. Misalnya: Musuh sering menjadi teman yang akrab.

8.2.2 Majas Kiasan

Majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolaholah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.

Misalnya:

- Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.

- Kata-katanya tajam seperti mata pisau.

8.2.3 Majas Penginsanan / Personifikasi

Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda mati dengan manusia seolah-olah bernyawa. Misalnya: Matahari baru saja kembali ke

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

8.2.4 Majas Sindiran

Majas ini ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.

Misalnya:

- Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!

- Kamu datang sangat tepat waktu, sudah 5 mobil tujuan kita melintas.

8.2.5 Majas Antitesis

Antitesis adalah majas yang mengadakan perbandingan antara dua kata

yang berantonim. Misalnya:

- Dia bersuka cita atas kegagalanku dalam ujian itu.

- Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil semuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa dan negara

8.3 Majas Pertentangan

Majas pertentangan meliputi majas hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, zeugma.

8.3.1 Majas Hiperbola

Hiperbola ialah majas yang berupa ungkapan yang berlebih-lebihan dari

yang dimaksudkan. Misalnya:

- Tangisannya menyayat-nyayat hati.

- Pertemuan itu sungguh sejuta kenangan indah.

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

Litotes ialah majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan

merendahkan diri. Misalnya: Silahkan mampir ke gubuk reyot.

8.3.3 Majas Ironi

Ironi ialah majas yang menyatakan makna sebaliknya atau dengan maksud

berolok-olok. Misalnya: Saya percaya seratus persen kepadamu, tak pernah kau

tepati janjimu.

8.3.4 Majas Oksimoron

Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya

mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.

Misalnya:

- Olahraga mendaki gunung memang menarik walaupun sangat membahayakan.

8.3.5 Majas Paronomosia

Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi

penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya. Misalnya:

- Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.

8.3.6 Majas Paralipsis

Paralipsis adalah sejenis majas yang merupakan suatu formula yang

dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.

Misalnya:

- Henry mempersunting seorang gadis cantik. (maksudnya seorang janda cantik)

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

- Bukankah negeri tercinta ini masih terjajah? (maksudnya sudah merdeka) - Saya tidak suka pada orang yang jujur. (maksudnya orang munafik)

8.3.7 Majas Zeugma dan Silepsis

Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan

dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu daripadanya.

Misalnya:

- Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.

Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain. Misalnya:

- Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

8.4 Majas Pertautan

Majas pertautan meliputi: majas metonimia, sinekdoke, alusi, eufimisme, ellipsis, inversi, gradasi.

8.4.1 Majas Metonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal,

atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri. Misalnya:

- Parker jauh lebih mahal daripada pilot.

8.4.2 Majas Sinekdoke

Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai

nama pengganti barang sendiri. Misalnya:

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

- Sinekdoke pars pro toto

Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu. - Sinekdoke totem pro parte

Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.

8.4.3 Majas Alusi

Alusi atau kilatan ialah majas yang menunjuk suatu peristiwa secara tidak

langsung berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki penyapa dan pesapa. Misalnya:

- Bandung adalah Paris di Jawa.

- Tugu ini mengenangkan kita ke peristiwa Bandung Selatan.

8.4.4 Majas Eufimisme

Eufimisme ialah majas yang berisi ungkapan yang lebih halus untuk

menggantikan ungkapan yang dianggap kasar.

Misalnya: Ibunya telah berpulang ke Rahmatullah (meninggal).

8.4.5 Majas Elipsis

Elipsis ialah majas yang menghilangkan kata atau frase yang menjadi

unsur penting dalam konstruksi sintaksis atau kalimat yang lengkap. Misalnya: Mereka ke pasar. (Penghilangan predikat pergi).

8.4.6 Majas Inversi

Inversi adalah majas yang berwujud pembalikan susunan kata yang biasa

dalam kalimat. Misalnya:

- Diceraikannya istrinya tanpa setahu sanak saudaranya. - Kucium pipinya dengan mesra.

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

Gradasi ialah majas yang menggunakan kata atau frase secara bertahap

karena memiliki ciri semantik yang umum.

Misalnya:

Kita malah bermegah dalam kesengsaraan kita karena kita tahu

kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan harapann, dan mengharapkan tidak

mengecewakan.

8.5 Majas Perulangan

Majas perulangan meliputi majas aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi.

8.5.1 Majas Aliterasi

Aliterasi ialah majas yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada

awal kata. Misalnya:

- Takut titik lalu tunpah.

- Keras-keras kerak kena air lembut juga.

8.5.2 Majas Antanaklasis

Antanaklasis ialah majas yang mengandung pengulangan kata atau frase

yang sama dengan makna yang berbeda. Misalnya:

- Giginya tanggal dua pada tanggal dua bulan ini.

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

8.5.3 Majas Kiasmus

Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus

merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat. Misalnya:

- Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.

8.5.4 Majas Repetisi

Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan. Misalnya:

- Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.

- Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

Pembagian majas ini berdasarkan Tarigan (1985:113-117) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Kosakata.

LATIHAN PEMAHAMAN MATERI

1. Jelaskan pengertian makna di dalam majas menurut Anda? 2. Sebutkan macam-macam majas perulangan yang Anda ketahui? 3. Carilah contoh majas litotes yang Anda ketahui!

Astri Widyaruli Anggraeni, S.S., M.A

Elearning Unmuh Jember

9.1 Pepatah

Pepatah didefiisikan sebagai: (1) peribahasa yang mengandung nasihat, peringatan, atau sindiran (KBBI, 1988:144), (2) berupa ajaran dari orang-orang tua (Poerwadarminta, 1976:714), (3) terkadang merupakan undang-undang dalam masyarakat (Zakaria dan Sofyan, 1975:35).

Misalnya:

1. Air tenang menghanyutkan

„orang yang pendiam tetapi berilmu banyak‟ 2. Mati-mati mandi biar basah

„melakukan sesuatu jangan tanggung-tanggung‟ 3. Nasi sudah menjadi bubur

„perbuatan yang salah dan sudah terlanjur‟ 4. Tiada rotan akar pun jadi.

„Jika tidak ada yang baik, yang jelek pun digunakan‟ 5. Rambut sama hitam, hati masing-masing.

„Kesukaan tiap orang berbeda-beda‟

9.2 Perumpamaan

Perumpamaan ialah peribahasa yang berisi perbandingan dari kehidupan manusia. Ciri utama dari perumpamaan ialah adanya kata-kata bagai, laksana,

seperti dan sebagainya.

Dokumen terkait