• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2. Hasil Analisis Data

4.2.2 Makna Gaya Bahasa Dalam Majas Perbandingan

Pada bagian ini peneliti akan menjabarkan makna-makna yang muncul dari gaya bahasa yang digunakan oleh Andrea Hirata pada novel yang berjudul Edensor.

Peneliti menemukan beberapa jenis makna pada setiap gaya bahasa dalam majas perbandingan yang digunakan oleh Andrea Hirata pada novel berjudul Edensor.

Makna-makna pada gaya bahasa dalam majas perbandingan dijabarkan sebagai berikut:

4.2.2.1 Makna Gaya Bahasa Perumpamaan a. Makna Perumpamaan Mengumpamakan

Analisis makna mengumpamakan dari gaya bahasa perumpamaan dalam majas perbandingan yang digunakan oleh Andrea Hirata pada novel yang berjudul Edensor. Berikut dipaparkan data-datanya:

1. Menara Eiffel laksana nyonya besar. (Hal.79) (S.5)

2. Arai bak Medusa, dewi berambut ular itu. (Hal.182) (S.14)

Kalimat (1) dengan kode (S.5) ini mengandung unsur makna mengumpamakan pada gaya bahasa perumpamaan. Perumpamaan antara “menara Eiffel” dan “nyonya besar” merupakan pandangan dari tokoh Ikal ketika melihat bangunan menara Eiffel. Menara Eiffel diumpamakan sebagai nyonya besar. Gaya bahasa perumpamaan ini mengandung makna mengumpamakan suatu hal yang dilihat, yaitu wujud menara Eiffel digambarkan seperti sosok nyonya besar.

Kalimat (2) dengan kode (S.14) terdapat makna mengumpamakan sesuatu pada tokoh. Andrea hirata menggunakan tokoh lain untuk mengumpamakan penampilan tokoh Arai dengan makhluk mitologi Yunani. Arti dari kata “Medusa”

adalah makhluk wanita mengerikan dalam mitologi Yunani, rambutnya berupa

ular-ular kecil, sinar matanya dapat membuat orang yang memandangnya berubah menjadi batu.

b. Makna Perumpamaan Membandingkan

Analisis makna membandingkan muncul dari gaya bahasa dalam majas perbandingan yang digunakan oleh Andrea Hirata pada novel yang berjudul Edensor. Berikut dipaparkan data-datanya:

1. Aku dan Arai sibuk seperti tupai mengumpulkan biji-biji pinang.

(Hal.148) (S.10)

2. Mereka seperti lebah yang membantu bunga-bunga bersemi.

(Hal 209 ) (S.15)

Kalimat (1) dengan kode (S.10) mengandung makna membandingkan.

Tokoh Aku dan Arai dibandingkan dengan hewan tupai secara tingkah laku.

Kalimat ini merupakan penggambaran kerja keras Ikal dan Arai untuk mengumpulkan uang yang akan digunakan untuk mewujudkan mimpi mereka yaitu berkeliling Eropa. Tupai merupakan hewan yang rajin terutama ketika mengumpulkan bahan makanan untuk menghadapi musim dingin. Kedua tokoh digambarkan sangat sibuk seperti hewan tupai saat mengumpulkan bahan makanan.

Kalimat (2) dengan kode (S.15) merupakan kalimat yang mengandung makna membandingkan. Perbandingan antara tokoh manusia dan hewan terletak pada kata “mereka” dan “lebah”. Kata “mereka” pada kalimat ini merujuk pada beberapa tokoh yang merupakan manusia sedangkan lebah merupakan hewan yang memiliki tingkah laku yang berbeda dari manusia namun keduanya dibandingkan dan digambarkan mampu melaksanakan kegiatan yang hampir serupa dengan skala yang berbeda.

c. Makna Perumpamaan Mendeskripsikan

Analisis makna mendeskripsikan muncul dari gaya bahasa perumpamaan dalam majas perbandingan yang digunakan oleh Andrea Hirata pada novel yang berjudul Edensor. Berikut dipaparkan data-datanya:

“Benar saja, seperti menggoda anjing beranak, wajah mereka merah padam.” (Hal.221) (S.17)

Kalimat contoh dengan kode (S.17) mendeskripsikan ekspresi seorang tokoh menurut gambaran tokoh lain. Andrea Hirata menggunakan kalimat untuk mendeskripsikan ciri fisik seseorang ketika sedang emosi. Andrea Hirata mendeskripsikan ciri fisik tokoh dengan wajah tokoh yang digambarkan berwarna merah seperti sedang menahan amarah dan tingkah laku yang terlihat emosi seperti hewan yang sedang mengandung dan akan melahirkan.

4.2.2.2. Makna Gaya Bahasa Metafora a. Makna Metafora Menegaskan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa metafora pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa metafora sebagai berikut:

“Ia telah menulis puluhan puisi untuk belahan hatinya itu, telah menyanyikan lagu dibawah jendela kamarnya, berhujan-hujanan mengejarnya, dan bersepeda puluhan kilometer hanya untuk menemui nya lima menit.” (Hal. 46) (M.8)

Kalimat contoh dengan kode (M.8) mengandung makna menegaskan sesuatu. Sesuatu yang ditegaskan pada kalimat ini adalah bukti cinta dari tokoh kepada tokoh lain. Penggambaran perjuangan tokoh Arai untuk menghubungi

“belahan hati” nya yang digambarkan oleh Andrea Hirata melalui tokoh Ikal.

Belahan hati dapat dimaknai sebagai “kekasih” yang memiliki makna yang sama karena berdasarkan konteks kalimat sebelumnya frasa “belahan hati” mengarah pada tokoh lain yaitu Zakiah Nurmala yang merupakan orang yang dikagumi oleh tokoh Arai namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Andrea Hirata menggunakan metafora untuk menggambarkan sosok penting bagi tokoh dalam novel.

b. Makna Metafora Menduga

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa metafora pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa metafora sebagai berikut:

“Dari cara menulis namanya, aku mendapat kesan pastilah Somers ini seorang ibu-ibu gemuk, atau lajang lapuk, pegawai yang tak penting, pengurus hal remeh temeh di bagian administrasi.” (Hal.182) (M.9) Kalimat contoh dengan kode (M.9) adalah bayangan dari tokoh Ikal tentang tulisan tangan tertentu merupakan milik dari seseorang dengan ciri fisik seperti ibu-ibu yang sudah tua dan belum memiliki pasangan. Frasa “lajang lapuk” berarti status belum berpasangan sampai usia tua. “Lajang lapuk” pada kalimat ini tidak diartikan secara langsung sebagai seorang lajang yang sudah mengalami pelapukan namun menggambarkan orang yang sudah lama membujang, saking lamanya disamakan dengan tumbuhan yang sudah mengalami pelapukan. Makna denotatif frasa “lajang lapuk” adalah orang yang tidak berpasangan dan mengalami pelapukan. Makna konotatif frasa “lajang lapuk” adalah tidak memiliki pasangan dalam waktu yang sangat lama.

4.2.2.3. Makna Gaya Bahasa Personifikasi a. Makna Personifikasi Mendeskripsikan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa personifikasi pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa personifikasi sebagai berikut:

“Dalam bingkai itu, aku menggambar gerbang desa Edensor berukir ayam jantan yang berputar seirama belaian angin.”(Hal. 274) (PE.5)

Kalimat contoh dengan kode (PE.5) adalah kalimat dengan makna mendeskripsikan bentuk gerbang desa dengan ukiran yang bisa bergerak jika terhembus angin. Andrea Hirata memberikan kata “belaian” dengan makna berupa gerakan hembusan angin karena angin adalah unsur benda mati yang tidak dapat membelai dengan maksud yang sama dengan membelai yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup. Makna dari kata “belaian” adalah elusan atau bujukan.

a. Makna Personifikasi Mengumpamakan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa personifikasi pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa personifikasi sebagai berikut:

1. Rombongan itu berjalan tenang, beriringan, jubahnya melambai-lambai.

(Hal.240) (PE.25)

2. Ayat demi ayat mengalir, membelai-belai dan aku tercabut dari masjid itu. (Hal.243) (PE.26)

Kalimat (1) dengan kode (PE.25) dengan makna mengumpamakan gerakan benda yang tertiup angin seperti “melambai-lambai” yang disematkan pada benda mati berupa jubah dari seseorang yang dilihat oleh tokoh. Suatu benda diumpamakan sebagai tangan yang sedang melambai-lambai sebenarnya merupakan jubah dari para pengelana timur tengah yang dijumpai oleh tokoh ketika sedang melakukan perjalanan keliling dunia. Andrea Hirata melukiskan gerakan melambai-lambai pada benda mati berupa jubah dapat diartikan sebagai gerakan jubah yang terkibaskan oleh angin bagaikan gerakan melambai-lambai. Makna kata

“melambai” adalah berkibar-kibar.

Kalimat (2) dengan kode (PE.26) adalah penggambaran rasa takjub dari tokoh Ikal ketika sedang beribadah dan mendengar lantunan doa dari imam masjid yang merdu. Lantunan doa diumpamakan seperti sentuhan dari makhluk hidup.

Dapat diketahui adanya unsur personifikasi dari kata “membelai-belai”. Andrea

Hirata menggambarkan keindahan ayat-ayat yang didengar tersebut mampu membuat tokoh tersentuh secara rohani dan merasa bagaikan sedang dibelai saat itu. Makna dari kata “membelai” adalah mengusap-usap disertai kata-kata manis untuk membujuk.

4.2.2.4. Makna Gaya Bahasa Depersonifikasi a. Makna Depersonifikasi Mengumpamakan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa depersonifikasi pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa depersonifikasi sebagai berikut:

“Aku melangkah seperti rangka kayu yang reot.” (Hal.35) (DE.5)

Makna mengumpamakan pada kalimat contoh dengan kode (DE.5) dapat ditemukan pada kata “seperti” diantara dua unsur yaitu “aku” sebagai perlambangan dari makhluk hidup diumpamakan seperti “rangka kayu” yang merupakan benda mati dan “reyot” sebagai sifat dari benda mati. Melalui kalimat ini Andrea Hirata menggambarkan tokoh Aku yang diberikan sifat benda mati jika dalam artian yang sesungguhnya. “Reyot” menurut KBBI memiliki arti sudah sangat rusak dan hampir roboh (tentang gubuk, kursi, meja). Makna “reyot” pada kalimat ini adalah tidak mampu berjalan bergerak atau berjalan lagi berdasarkan kalimat sebelumnya. Andrea Hirata menggunakan kalimat ini untuk menunjukan tokoh Aku yang sangat kelelahan karena harus berjalan dengan jarak yang jauh dalam keadaan matahari yang terik dan sedang melaksanakan puasa.

a. Makna Depersonifikasi Mendeskripsikan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa depersonifikasi pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata

atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa depersonifikasi sebagai berikut:

1. Paru-parunya disesaki gas–gas beracun, napas nya berat, tubuhnya keras seperti kayu. (Hal. 48) (DE.6)

2. Jika menari kepala, lehernya seperti engsel peluru: naik, turun, maju, mundur, patah-patah, menjulur-julur, dan berputar meliuk-liuk.

(Hal.105) (DE.8)

Makna mendeskripsikan kalimat (1) dengan kode (DE.6) yang merupakan deskripsi ciri fisik tokoh Ayah dari Ikal yang digambarkan dengan kiasan. Pada kalimat ini depersonifikasi atau pelekatan sifat benda mati terlihat dari “tubuh”

yang keras disamakan dengan benda mati yang berupa “kayu”. Makna sesungguhnya dari frasa “tubuh yang keras” adalah postur tubuh yang kokoh dan tidak terlihat lemah karena sudah sering melakukan pekerjaan berat di perusahaanya, bukan tubuh yang benar-benar keras seperti kayu atau batu.

Kalimat (2) dengan kode (DE.8) dengan makna medeskripsikan fisik dari tokoh. Penggambaran gerakan fisik seorang tokoh yang digambarkan oleh tokoh utama pada bagian “leher” tokoh yang merupakan makhluk hidup digambarkan dengan sifat benda mati yaitu “engsel peluru” karena gerakan lehernya yang menyerupai gerakan naik turun ketika engsel peluru digerakan. Andrea Hirata mendeskripsikan perilaku dan ciri fisik tokoh MVRC Manoj ketika sedang menari.

4.2.2.5. Makna Gaya Bahasa Antitesis a. Makna Antitesis Menjelaskan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa antitesis pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa antitesis sebagai berikut:

“Napasnya naik turun menahan rasa.” (Hal.93) (AN.1)

Makna menjelaskan pada kalimat contoh dengan kode (AN.1) ketika tokoh menjelaskan keadaan sesorang yang menangis karena sangat sedih hingga nafasnya tidak teratur seperti “naik turun” ketika idolanya meinggal dunia yang dilihat oleh tokoh. Kata naik menurut KBBI bermakna bergerak ke atas atau ke tempat yang lebih tinggi, sedangkan kata “turun” berarti bergerak kea rah bawah, bergerak ke tempat yang lebih rendah. Andrea hirata menggambarkan keadaan tokoh yang sedang sedih hingga mengakibatkan kesulitan saat menarik nafas.

b. Makna Antitesis Menyampaikan Pendapat

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa antitesis pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa antitesis sebagai berikut:

“Berkelana tidak hanya telah membawaku ke tempat- tempat yang spektakuler sehingga aku terpaku, tak pula memberiku tantangan ganas yang menghadapkanku pada keputusan hitam putih.” (Hal. 229) (AN.2) Makna menyampaikan pendapat pada kalimat contoh dengan kode (AN.2) adalah pendapat dari tokoh yang merasa bimbang untuk mengambil keputusan meskipun sudah memiliki pengalaman yang banyak. Kata “hitam” dan “putih pada kalimat ini saling berlawanan. Menurut KBBI “hitam putih” artinya keadaan (ketentuan,hal) yang sebenarnya. Pada kalimat ini kata “hitam” dan “putih”

disandingkan dengan kata “keputusan” atau dengan kata lain makna dari kalimat ini adalah adanya keputusan yang hitam putih. Andrea Hirata menggunakan frasa

“Hitam putih” pada tokoh untuk menyampaikan pendapat mengenai tokoh yang belum bisa mengambil keputusan meskipun sudah melakukan berbagai petualangan.

4.2.2.6. Makna Gaya Bahasa Perifrasis a. Makna Perifrasis Menduga

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa perifrasis pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa perifrasis sebagai berikut:

“Naluriku berbisik, ayah akan mengambil tindakan ekstrem untuk mengganjarku”. (Hal.23) (PR.1)

Makna menduga pada kalimat pada contoh (1) dengan kode (PR.1) merupakan perasaan dari tokoh aku yang menduga ayahnya akan memberikan hukuman akibat dari perbuatanya. Andrea Hirata menggambarkan tokoh Aku telah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain dengan menganggu dan warga khawatir jika ayahnya akan memberikan hukuman yang berat. Kata “menghukum”

dapat menggantikan kalimat “mengambil tindakan ekstrem untuk mengganjarku”.

Frasa “tindakan ekstrem” merujuk pada perbuatan yang keras karena berdasarkan definisi dari kata “ekstrem” yang bermakna sangat keras dan teguh, fanatik atau paling keras. Frasa “tindakan ekstrem” berarti tindakan paling keras, paling tinggi, dan paling dalam segala hal.

4.2.2.7. Makna Gaya Bahasa Antisipasi a. Makna Antisipasi Mengharapkan

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa antisipasi pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa antisipasi sebagai berikut:

“Dengan nama ini, kau pasti jadi santri teladan, Ikal.”. (Hal.21) (PR.1)

Kalimat data dengan kode (AI.1) mengandung makna mengharapkan karena kalimat ini merupakan harapan orang tua dari tokoh Ikal ketika memberikan nama kepada anaknya agar menjadi teladan dan rajin beribadah. Kalimat ini merupakan kalimat yang diungkapkan tokoh Ayah dari Ikal yang berharap dengan merubah nama anaknya kali ini (setelah beberapa kali melakukan perubahan nama) dapat membuat anaknya menjadi santri teladan yang rajin berdoa, menghormati orang tua, dan tidak membawa masalah bagi orang disekitarnya. Andrea Hirata menggunakan kalimat ini untuk menggambarkan harapan orangtua untuk melihat anaknya menjadi anak yang lebih baik, namun jika dilihat kembali pada rangkaian cerita pada novel Edensor ini tokoh Ikal tidak diarahkan oleh Andrea Hirata menjadi seorang santri teladan dalam artian yang sesungguhnya. Maksud dari

“Santri teladan” yang diinginkan oleh orang tua Ikal bukan dimaknai secara langsung sebagai seorang santri yang teladan, namun sebagai seseorang yang baik, rajin beribadah, dan tidak melupakan pesan orang tuanya.

Andrea Hirata mengungkapkan kejadian yang belum terjadi namun sudah dituturkan oleh tokoh Ayah dari Ikal sebagai harapan pada tingkah laku dan tutur kata anaknya. Saat kecil Ikal digambarkan sebagai anak yang sering membuat masalah bagi orang disekitar desa. Kenakalanya berimbas pada kehidupan keluarga khususnya orang tuanya. Dengan memberikan nama yang menggambarkan sifat yang penuh dengan kebaikan maka kedua orang tua dari tokoh Ikal berharap adanya perubahan pada anaknya ini.

4.4.2.8. Makna Gaya Bahasa Koreksio a. Makna Koreksio Menyangkal

Berikut pemaparan analisis makna gaya bahasa koreksio pada kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Edensor Karya Andrea Hirata. Data dalam bentuk kalimat yang mengandung kata atau frasa dalam majas perbandingan berdasarkan ciri dan pengertian gaya bahasa koreksio sebagai berikut:

“Katya menyukaiku?Ah, tidak real, tidak mungkin. (Hal.124) (PR.1)

Makna menyangkal ditemukan pada kalimat contoh dengan kode (K.1) pada gaya bahasa koreksio. Kalimat ini merupakan kalimat tokoh Ikal yang menyangkal jika ada tokoh lain yang tertarik dengan dia. Kalimat ini merupakan pikiran dari tokoh Ikal dengan mempertanyakan kebenaran pada dirinya sendiri dan kemudian berusaha memberikan perbaikan dalam bentuk menyangkal fakta tersebut. Andrea Hirata ingin menggambarkan tokoh Ikal yang masih merasa kalau hal tersebut tidak mungkin terjadi padanya karena Andrea Hirata juga menggambarkan tokoh Katya sebagai gadis yang paling cantik dalam kelas mereka, sedangkan Ikal hanya tokoh biasa yang tidak tampan maupun paling pintar diantara laki-laki lainya.

Berdasarkan kalimat selanjutnya dapat diketahui bahwa tokoh Ikal berusaha menanyakan kebenaran dari email pernyataan cinta tersebut pada Katya. Makna kata “menyukai” adalah menaruh minat pada sesuatu.

Dokumen terkait