• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

6.2. Manajemen Keuangan dan Audit

penggunaan dana PAKET yang diterimanya, dengan beban pendanaan berasal dari swadaya yang bersangkutan. Audit ini harus dilakukan oleh auditor indipenden dan hasilnya disebarluaskan kesemua pihak terkait sesuai ketentuan. Disamping itu, Para pihak terkait di lokasi PAKET dengan semua panitia kemitraan harus terbuka terhadap berbagai pemeriksaan, baik dari manajemen proyek, pemerintah maupun masyarakat.

6.2. MANAJEMEN KEUANGAN DAN AUDIT

6.2.1. Umum

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa pada dasarnya P2KP dalam penyediaan dana BLM maupun PAKET menganut sikap menu bebas (open menu), dimana masyarakat dapat bebas mengajukan usulan kegiatan apapun selama terkait langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, disepakati semua pihak, serta harus merupakan penjabaran dari PJM & Renta Pronangkis. Meskipun demikian, pengambilan keputusan masyarakat serta para pihak tingkat kelurahan tentang pilihan kegiatan yang akan dila-kukannya untuk menanggulangi kemiskinan harus senantiasa disertai kesadaran akan konsekuensi dari keputusan tersebut, yakni melakukan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dan proses persiapan yang harus dilakukan.

Apapun bentuk kegiatan, secara administrasi harus tetap menganut prinsip transparansi dan akuntabilitas yang tata cara pelaksanaannya dijelaskan di atas.

6.2.2. Pengelolaan Pinjaman Bergulir

Apabila masyarakat memutuskan bahwa sebagian dana BLM digunakan untuk pinjaman bergulir, maka pengelolaanya harus dilakukan

dengan memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman bergulir yang berorientasi pada masyarakat miskin. Pengelolaan pinjaman bergulir secara operasional ditangani oleh Unit Pengelola, sebagai gugus tugas dari BKM. BKM diperkenankan memperkuat kapasitas pelayanan kepada orang miskin dengan mengembangkan Unit Pengelola Ekonomi (UPE), Perusahaan Terbatas dan lain-lain, termasuk memfasilitasi pembentukan koperasi oleh KSM-KSM atau sekumpulan anggota KSM yang telah meningkat kesejahteraannya. (Ketentuan mengenai pengelolaan pinjaman bergulir dan pembentukan koperasi atau UPE dan PT akan ditetapkan lebih lanjut oleh PMU/ Pimpro P2KP)).

6.2.3. Penatabukuan

Dalam rangka mempersiapkan tertib adminis-trasi BKM, khususnya dalam masalah administrasi keuangan, maka KMW memberi-kan pelatihan tentang penatabukuan kepada BKM dan Unit-Unit Pengelola. Pelatihan seje-nis diberikan kepada Panitia-Panitia Kemitraan PAKET sebelum mereka melaksanakan kegiatan yang telah disetujui Pokja PAKET. Pada saat pelaksanaan P2KP, maka KMW melalui Tim Fasilitator dan Relawan masya-rakat akan membantu pihak BKM dalam memproses penatabukuan BKM, sehingga sesudah akhir tahun buku pihak BKM sudah siap dalam menerima audit yang akan dilakukan oleh akuntan independen. KMW melalui koordinator kota dan stafnya juga akan membantu Panitia-Panitia Kemitraan PAKET serta Para Pihak terkait dalam memproses penatabukuan sehingga siap diaudit.

Tiap kelompok (KSM) wajib menatabukukan kegiatannya maupun keuangannya dengan cara yang cukup sederhana yang akan di siapkan oleh KMW. Penatabukuan ini akan dijadikan bahan pelaporan kepada anggota BKM pada pertemuan bulanan, sekaligus menjadi alat pantau secara dini terhadap kedisiplinan pengembalian pinjaman anggota. Disamping itu, laporan tersebut juga dapat dipakai sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada UP/BKM yang

telah memberikan pinjaman kepada KSM. BKM dan relawan-relawan dapat membantu proses penatabukuan ini dalam kapasitas sebagai pendamping. Dengan kata lain, BKM dan relawan-relawan akan membantu KSM yang didampinginya dengan tujuan agar pengurus KSM tersebut pada masa berikutnya mampu mengerjakannya secara mandiri.

6.2.4. Audit

Selain pantauan partisipatif yang dilakukan sendiri oleh para pelaku di semua tingkatan, akan dilakukan pula audit oleh pihak-pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pendampingan. Ada tiga jenis audit dalam pelaksanaan P2KP.

a) Audit oleh Instansi Pemerintah untuk

Seluruh Pelaku

Sebagaimana semua proyek/program pemerintah lainnya, maka P2KP juga akan diaudit oleh BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan). Artinya bahwa pemerintah (proyek P2KP) mempercayakan pelaksanaan audit kepada BPKP. Audit dilakukan sekali setiap tahun terhadap KSM, BKM/UP, Panitia Kemitraan PAKET, PJOK, para konsultan pelaksana, serta kantor-kantor bank pemerintah yang ditunjuk sebagai penyalur dana. Lembaga-lembaga pemeriksa akan mengkoordi-nasikan kegiatan ini untuk menghindari duplikasi antar mereka.

Bagi instansi pemerintah pelaksana P2KP, Panitia Kemitraan PAKET, konsultan pelaksana, dan bank, titik berat pemerik-saan adalah pada ada atau tidaknya penyimpangan, sedangkan bagi KSM dan BKM/UP, lebih pada pendidikan dan pem-belajaran kepada masyarakat tentang penatabukuan yang sehat.

Audit BPKP terhadap BKM selama masa proyek P2KP lebih dititikberatkan pada aspek substantif. Sedangkan audit BPKP terhadap UP-UP (UPL, UPS dan UPK) difokuskan pada audit kegiatan, administrasi pembukuan, dan keuangan, yang dikelola oleh masing-masing UP.

Laporan pemeriksaan BPKP harus selesai pada setiap akhir bulan Maret bagi pengeluaran yang terjadi pada tahun fiskal sebelumnya. BKM/UP, KSM, Panitia Kemitraan PAKET, para konsultan pelaksana, dan bank yang ditunjuk harus mendokumentasikan catatan-catatan kegiatannya selama tiga tahun dan menyerahkannya kepada auditor independen bila diminta.

b) Audit Independen untuk Pelaksana Kegiatan P2KP

Masyarakat perlu menyadari pentingnya penilaian pihak luar untuk membuktikan telah dijalankannya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Untuk itu, setiap tahun semua lembaga yang langsung terkait sebagai pelaksana lapangan P2KP, khususnya Pokja PAKET, BKM, dan Para-pihak terkait harus mengauditkan diri kepada auditor independen. Biaya audit wajib dialokasikan oleh BKM dan Pokja PAKET sendiri sebagai bagian biaya operasional pelaksanaan (BOP).

Audit oleh auditor independent terhadap BKM selama masa proyek P2KP lebih dititikberatkan pada aspek penyerapan dan penyaluran dana BLM tahap 1 hingga tahap 3. Sedangkan audit terhadap UP-UP (UPL, UPS dan UPK) difokuskan pada audit administrasi pembukuan dan keuangan, yang dikelola oleh masing-masing UP. Ketentuan pokok mengenai audit independen adalah sebagai berikut: 1) Pokja PAKET dan BKM melalui

kesepakatan anggotanya menyewa auditor independen untuk melakukan audit di lembaga masing-masing dan pihak mitra kerja masing-masing, baik untuk aspek keuangan maupun untuk aspek manajemen.

2) Auditor independen harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• Akuntan Publik yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), atau Koperasi Jasa Audit, atau perguruan tinggi yang memiliki jurusan/program studi akuntansi (dengan syarat

tambahan: tim audit harus dipimpin seorang sarjana akuntansi dan hasil audit ditandatangani ketua tim audit). • bukan warga kelurahan di mana BKM yang akan diaudit berada; dan bukan anggota Panitia Kemitraan PAKET;

• bersedia mengikuti briefing atau pengarahan dari KMW tentang model kelembagaan “bkm”, Panitia Kemitraan, sistem pembukuan P2KP, dan cakupan audit (biaya pengarahan ditanggung oleh auditor);

• lulus pengujian yang dilakukan oleh KMW (pengujian hanya dilakukan atas: kesediaan mengikuti pengarahan dan melakukan audit sesuai isi pengarahan, calon auditor benar-benar bukan warga kelurahan di mana BKM yang akan diaudit berada, dan berijasah minimal S-1 akuntansi).

3) Audit independen harus dilakukan setiap tahun selambat-lambatnya satu bulan setelah tutup tahun buku. 4) Hasil audit diumumkan oleh BKM,

Pokja PAKET dan para pihak terkait kepada masyarakat baik dengan cara ditempelkan di papan pengumuman, penyebarlausan salinan hasil audit kepada masyarakat, disebarluaskan melalui media massa (untuk Panitia Kemitraan PAKET) dan dimasukkan ke dalam laporan tahunan dan laporan pertanggungjawaban BKM serta laporan pertanggungjawaban Pokja PAKET. 6.2.5.Monitoring Independen oleh Tim Khusus

Pemerintah atau perwakilan Bank Dunia dapat membentuk tim khusus di luar yang telah ada untuk melakukan monitoring independen atas pelaksanaan P2KP, terutama untuk memeriksa apakah proses pelembagaan di masyarakat dan proses pendampingan yang dilakukan instansi pemerintah pelaksana P2KP dan para konsultan pelaksana telah dilakukan sebagaimana mestinya. Tim khusus ini dapat dibentuk sewaktu-waktu tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu baik keberadaan maupun jadwal pemeriksaannya kepada para pelaku.

6.2.6. Kelompok Pemantau Independen P2KP

Disamping audit resmi tersebut, harus dibangun mekanisme pengendalian sosial (social control). Untuk itu, masyarakat kelurahan yang peduli pada P2KP dan memiliki komitmen terhadap penanggulangan kemiskinan dapat membentuk Kelompok pemantau independen P2KP atau sejenisnya. Inisiatif masyarakat untuk mengawasi pelaksanaan P2KP harus diakomodasi oleh BKM dan Pokja PAKET dengan memberikan kemudahan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan mereka. Meskipun demikian, Kelompok pemantau independen tetap tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan sanksi ataupun kebijakan terhadap BKM dan Pokja PAKET. Kelompok pemantau indepen-den dapat menyampaikan temuannya kepada rembug-rembug warga kelurahan atau instansi yang berwenang menangani, atau ke unit pengaduan masyarakat (UPM) yang ada. Untuk menyiapkan BKM (termasuk UP-UP-nya) dan Pokja PAKET (termasuk Panitia Kemitraan di wilayahnya) mengikuti berbagai macam audit tersebut, terutama audit manajemen dan audit pendanaan, KMW perlu terlebih dahulu mengadakan verifikasi manajemen dan pembukuan kepada semua BKM, Pokja PAKET dan Panitia Kemitraan di wilayah kerja masing-masing. Verifikasi dilakukan oleh tenaga ahli KMW untuk mengecek kesiapan BKM dan Pokja PAKET dalam menerima audit independen.

6.3. MEKANISME PENERAPAN SANKSI