• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebuah karya akademik harus memiliki manfaat dan kontribusi dalam pengembangan keilmuan Islam, dalam konteks ini adalah studi al-Qur’an.

Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk mencari pengertian yang jelas tentang term ahli kitab dalam al-Qur’an dengan metode hermeneutika Fazlur Rahman. Secara terperinci manfaat dan kontribusi penelitian ini, sebagai berikut: 1. Memperluas kajian seputar metodologi penafsiran al-Qur’an sebagai

salah satu sarana untuk menjawab problematika di era kontemporer ini salah satunya dengan metode hermeneutika.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperbarui mindset umat Muslim mengenai term-term al-Qur’an yang masih menimbulkan kontroversi di antara pendapat para Ulama’.

3. Memberikan wawasan tentang double movement theory yang diaplikasikan pada term ahli kitab dalam al-Qur’an dan menemukan

8 E. Kajian Pustaka

Disertasi yang telah dibukukan karya Ahmad Syukri pada tahun 2007 dengan judul “Metodologi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Dalam Pemikiran

Fazlur Rahman” menjelaskan bahwa: pertama, metode tafsir Rahman muncul disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam menafsirkan al-Qur’an, metode klasik dan modern tidak lagi kondusif bagi kehidupan umat Islam dewasa ini. Para pakar modern belum mampu menawarkan metode tafsir yang sistematis dan setia pada ajaran al-Qur’an dalam menghadapi persoalan kontemporer. Maka dari itu, menurut Rahman perlunya rancangan sebuah metode tafsir yang dapat berlaku adil terhadap tuntunan intelektual dan integritas moral yang mengacu pada kritik sejarah dalam pengertian yang lebih luas. Metode yang diusulkannya berbeda dengan para mufasir sebelumnya, dimana ia mengusulkan pendekatan sejarah dan hermeneutika yang diserap dari sumber klasik dan modern Islam serta Barat kontemporer.

Kedua, proses perumusan metode ini berlangsung tidak kurang dari 12 tahun. Gagasan pertama dengan nama metode penafsiran sisitematis, kemudian disempurnakan dengan dua gerakan pemikiran hukum, yaitu pemikiran dengan berangka dari yang khusus kepada yang umum, kemudian dari umum ke khusus. Akhirnya, metode ini hadir dalam bentuknya yang final dengan nama gerakan ganda. Ketiga, gerakan ganda didefinisikan sebagai sebuah metode yang bertolak dari situasi sekarang menuju masa al-Qur’an diturunkan lalu kembali

pada masa sekarang. Keberadaan metode Rahman merupakan kontribusi yang sangat berarti dalam sejarah perkembangan al-Qur’an metode tafsir

9

kontemporer. Metode Rahman menjadikan asbab al-nuzul dan konteks historis-sosiologis masyarakat di mana al-Qur’an diturunkan sebagai pertimbangan dalam menggali prinsip-prinsip umum dan mengajukan model penafsiran yang memperlihatkan keterkaitan aspek teologi, etika, dan hukum yang merupakan manifestasi syariat Islam.7

Aplikasi Teori Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Doktrin Kewarisan Islam Klasik” artikel yang ditulis oleh Labib Muttaqin dalam jurnal

Al Manahij Vol. VII, No.2, Juli 2013 berisi tentang tawaran Rahman terhadap suatu metode penggalian hukum agar prinsip-prinsip umum dan semangat teks al-Qur’an tetap tertanam dalam suatu hukum. Metode yang dikembangkan oleh Rahman mengupayakan agar al-Qur’an tidak hanya dipahami sebagai doktrin normatif semata, tetapi juga harus dikembangkan menjadi konsepsi operatif, sehingga tetap adanya kesinambungan dan relevansi dari suatu teks al-Qur’an

dengan realitas sosial yang terus berlangsung. Berkembangnya suatu peradaban dan tatanan sosial adalah sebuah keniscayaan. Hal ini juga berlaku pada eksistensi dan peran perempuan pada saat ini baik dalam ranah publik maupun domestik. Realitas inilah yang kemudian dijadikan indikator bagi Rahman dalam menafsirkan kembali teks-teks kewarisan yang ada dalam al-Qur’an. Dalam re-interpretasinya, Rahman menggunakan teori double movement dengan pendekatan historis-kontekstual yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa

7 Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al Quran Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur Rahman, (Jakarta: badan Litbang dan Diklat Departemen Agama,2007), hlm.x-xi

10

ketentuan pembagian waris antara laki-laki dan perempuan yang tadinya dipahami 2:1 menjadi 1:1. 8

Dr. Sa’dullah Assa’idi dalam bukunya “Pemahaman Tematik Al-Qur’an menurut Fazlur Rahman” yang diterbitkan oleh Pustaka pelajar pada November 2013 memusatkan pembahasannya pada telaah metodologis atas Major Themes

of the Qur’an karya Fazlur Rahman. Metodologi yang dimaksud merupakan suatu analisis dan pengaturan yang sistemik mengenai prinsip dan proses rasional serta eksperimental, dan mengarah pada penyelidikan ilmiah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berlandaskan pada filsafat rasionalisme. Langkah yang ditempuh selalu dimulai dengan berfikir menggunakan rasio, karena yang menjadi objek penelitian itu berasal dari pemahaman intelektual yang dibangun di atas kemampuan argumentasi secara logis.

Studi tentang pemikiran tafsir atas Major Themes of the Qur’an karya Fazlur Rahman mempunyai muatan kontributif terhadap bidang keilmuan sumber ajaran Islam, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an (Ulum al-Qur’an) terutama ilmu tafsir al-Qur’an. Paradigma Rahman tentang pandangan al-Qur’an yang kohesif mengenai alam semesta dan kehidupan memberikan perluasan misi “tafsir”,

bukan sekedar berarti menjelaskan ayat al-Qur’an, akan tetapi justru

menafsirkannya dalam arti memberikan petunjuk. Studi tafsir al-Qur’an

menggunakan paradigma Rahman dapat memberikan kontribusi dalam

8 Labib Muttaqin, “Aplikasi Teori Double Movement Fazlur rahman Terhadap Doktrin Kewarisan Islam Klasik”, Al Manahij, (Vol.VII, No.2, 2013), hlm.195- 206

11

pengembangan ilmu-ilmu Islam. Jadi, buku ini merupakan book review karya Fazlur Rahman Major Themes of the Qur’an.

Tulisan Mawardi “Hermeneutika al-Qur’an Fazlur Rahman (Teori

Double Movement” dalam buku Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis yang diterbitkan oleh eLSAQ Press pada tahun 2010 berisi tentang teori double movement terdiri dari dua gerakan. Pertama, dari arti khusus (partikular) ke umum (general). Artinya sebelum seorang mufasir mengambil kesimpulan hukum, ia harus mengetahui terlebih dahulu arti yang dikehendaki secara tekstual dalam suatu ayat dengan meniliti alasan hukumnya, baik yang disebut eksplisit maupun implisit. Gambaran setting sosial masyarakat Arab baik yang berkenaan dengan adat kebiasaan, pranata sosial, maupun kehidupan keagamaan saat al-Quran diturunkan, juga harus diperhatikan secara serius oleh seorang mufasir. Setelah itu, dilakukan generalisasi terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh al-Qur’an. Adapun mengenai ayat-ayat teologis-metafisis, Rahman menawarkan sebuah pendekatan sintesis logis, yaitu pendekatan dengan mengevaluasi ayat-ayat yang berhubungan dengan tema yang akan dibahas dan yang berhubungan tidak selalu berbicara tentang tema yang sama.9

Artikel jurnal Al-Dzikra dengan judul “Konsep Ahlul al-kitab dalam

Al-Qur’an Menurut Penafsiran Muhammed Arkoun dan nurcholish Madjid” yang

ditulis oleh Andi Eka Putra Dosen Fakultas ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung diterbitkan pada Vol.X,No.1, Januari-Juni tahun 2016 ini menjelaskan

9

Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:eLSAQ Press, 2010),hlm. 59-82

12

tentang konsep ahli kitab dalam perspektif Arkoun dan Nurcholish Madjid. Keduanya melihat komunitas Ahli kitab tidak hanya pada agama Yahudi dan Nasrani saja akan tetapi bagi mereka yang menganut kitab suci berdasarkan keyakinan mereka masing-masing. Dalam hal ini Cak Nur dan Arkoun menawarkan model penafsiran baru dengan memasukkan pertimbangan relasi antar umat beragama yang semakin inklusif dan dialogis. Perbedaannya jika Cak Nur tetap menggunakan kata ahli kitab akan tetapi Arkoun mengubahnya menjadi masyarakat kitab. Implikasi dari tafsiran Cak Nur dan Arkoun mengenai ahli kitab dalam al-Qur’an memberikan wawasan baru seputar hubungan antar umat beragama. Keduanya menawarkan konsep yang bermuara pada rethinking Islam, memikirkan kembali Islam dalam menerima keberadaan agama lain. Konsep Ahli kitab dalam al-Qur’an pada prinsipnya mengajak umat beragama untuk saling menyapa, berdialog dan hidup dalam kedamaian dan ketentraman bersama.10

Waryono Abdul Ghafur menuliskan dalam bukunya yang berjudul

“Persaudaraan Agama-Agama, Millah Ibrahim dalam Tafsir Al Mizan”

diterbitkan oleh mizan pada November 2016 juga menjelaskan perihal ahli kitab dalam tafsir Al Mizan. Dia membagi Ahli kitab menjadi dua bagian yaitu ahli kitab yang mukmin dan Ahli kitab yang kafir. Dalam buku ini pembahasan ahli kitab hanya secara singkat dengan mencari ayat yang berhubungan dengan ahli

10Andi Eka Putra,”Konsep Ahlil al-Kitab dalam Al Quran Menurut Penafsiran Muhammed

13

kitab kemudian menafsirkannya dengan menggunakan tafsir Al Mizan karya

Thabathaba’i.11

Artikel Ali Masrur dengan judul “Ahli kitab Dalam Al-Qur’an (Model

Penafsiran Fazlur Rahman)”. Dalam tulisannya, Masrur menjelaskan keselamatan ahli kitab dalam perspektif Fazlur Rahman, yang pada akhir tulisannya tersebut, Masrur memberikan kritikan terhadap pemikiran Fazlur Rahman. Menurutnya, dalam menafsirkan ayat mengenai keselamatan ahli kitab Rahman lebih menekankan pada esensi dan substansi ajaran Islam. Masrur juga menyimpulkan dari pemikiran Rahman mengenai ahli kitab bahwa ahli kitab tidak hanya terbatas pada Yahudi dan Nasrani akan tetapi semua agama yang mempunyai seorang utusan pembawa berita.

Dengan adanya pencarian penelitian ataupun artikel sebelumnya, maka didapati bahwa penelitian ini mempunyai kesamaan pada pembahasan teori

double movement Fazlur Rahman dengan mengkonsentrasikan pembahasan

yang berbeda-beda. Ahmad Syukri dan Mawardi mengkonsentrasikan pembahasan secara mendalam pada metodologi teori double movement Fazlur Rahman. Dalam tulisannya, Labib Muttaqin menjelaskan aplikasi double movement pada problem kewarisan Islam. Kemudian, Dr. Sa’dullah yang

membahas tentang metode yang digunakan Fazlur Rahman dalam bukunya

Major Themes of the Quran. Artikel yang membahas tentang ahli kitab seperti Andi Eka dan Waryono akan tetapi memiliki perbedaan pada penggunaan

11

Waryono Abdul Ghofur, Persaudaraan Agama-Agama;Millah Ibrahim dalam Tafsir Al Mizan, (Bandung:PT. Mizan Pustaka,2016),hlm.191-120

14

metodenya. Penelitian Ali Masrur yang berfokus pada ahli kitab dengan metode penafsiran Fazlur Rahman sebenarnya mempunyai kesamaan yang signifikan, akan tetapi tulisan ini mengfokuskan pada aplikasi gerakan ganda Fazlur Rahman yang akan menghasilkan sebuah pembahasan mengenai ahli kitab masa sekarang, ahli kitab pra-Islam dan ahli kitab masa pewahyuan. Ketiga aspek ini merupakan tahapan-tahapan dalam teori double movement Fazlur Rahman, yang mana hal tersebut tidak tersentuh dalam artikel Ali Masrur. Meskipun telah banyak yang membahas mengenai double movement dan ahli kitab akan tetapi tidak ada kesamaan dengan tulisan ini.