BAB I PENDAHULUAN
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peserta didik
Sebagai latihan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik
2. Bagi Guru
Instrumen tes keterampilan berpikir kritis ini dapat dijadikan suatu alternatif alat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis peserta didik pada konsep sistem reproduksi.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengalaman serta memberi gambaran tentang keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep sistem reproduksi sebagai salah satu upaya dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan reproduksi bagi remaja.
4. Bagi Prodi Tadris Biologi
Memberi informasi kepada Program Studi Tadris Biologi mengenai database keterampilan berpikir kritis siswa terhadap konsep sistem reproduksi sehingga dapat diteliti selanjutnya metode apa yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada konsep sistem reproduks.
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis
1. Definisi Berpikir Kritis
Belajar merupakan suatu kebutuhan mendasar setiap orang. Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakteristik intelektual setiap orang. Setiap orang memiliki kemampuan untuk memikirkan suatu hal sehingga meningkatkan suatu kemampuan berpikir yang selain memperbaiki diri, kemampuan ini dapat memperbaiki keadaan sekelilingnya. Berpikir sendiri merupakan suatu aktivitas menggunakan akal untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu melalui penyelidikan untuk menyimpulkan.1 Dalam proses terdapat kegiatan menafsirkan terhadap rangsangan-rangsangan, seperti tulisan, gambar, ataupun suara. Kemudian, membaca, mendengar dan selanjutnya memahami. Berpikir termuat juga kegiatan meragukan, memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, menggolongkan, memilah-milah dan membedakan.2
Secara garis besar berpikir dapat diartikan sebagai proses dalam penarikan kesimpulan. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya didasarkan pada berpikir realistik yang terbagi menjadi tiga macam berpikir realistik, yaitu berpikir deduktif, berpikir induktif dan berpikir evaluatif. Berpikir deduktif merupakan proses pengambilan kesimpulan dari dua pernyataan atau dua premis. Pertama adalah pernyataan umum dan kedua adalah pernyataan khusus. Berdasarkan hal tersebut, berpikir deduktif berlangsung dari hal yang umum menuju ke hal yang khusus.
Berpikir induktif sebaliknya dari berpikir deduktif, yaitu dimulai dari
1 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2020), h.1.
2 Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Berpikir kritis Kreatif, (Sumedang: UPI Sumedang, 2017), h. 3.
9
hal khusus kemudian mengambil kesimpulan umum. Oleh karena itu, berpikir induktif adalah pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang ada. Sedangkan, berpikir evaluatif disebut dengan berpikir kritis, yaitu menilai baik buruk, tepat atau tidak tepat suatu gagasan berdasarkan kriteria tertentu.3
Kritis berasal dari bahasa Yunani yang berarti memisahkan, menapis, mempertimbangkan, menilai dan sebagainya.4 Kata kritis memiliki sifat tidak lekas percaya, bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan sehingga dapat dikatakan tajam dalam penganalisisan, sebagaimana kritis digunakan dalam kata “berpikir kritis” pemikiran yang mengarah pada pernyataan, isu atau masalah secara reflektif sehingga mengetahui apa yang harus dipercaya dan apa yang harus dilakukan.
Seperti yang dikatakan oleh John Dewey, berpikir kritis disebut juga berpikir reflektif yaitu berpikir kritis sebagai proses aktif, persistent (terus-menerus) dan teliti terhadap gagasan-gagasan dan informasi dari orang lain dengan mempertimbangakan alasan-alasan yang mendukung.5
Menurut Peter A. Facione Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan berpikir yang tidak banyak mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, melainkan memikirkannya dengan baik yakni melihat dari berbagai sudut pandang, membandingkan suatu hal yang diperlukan, memberikan penilaian dan memberikan penjelasan dari apa yang sudah diungkapkan serta menyimpulkannya sehingga tercapailah tujuan yang dimaksud.6
Edward Glaser mengartikan berpikir kritis merupakan sikap mau berpikir mendalam tentang masalah dan hal-hal yang berada dalam pengalaman seseorang; pengetahuan tentang metode-metode penalaran yang logis; dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, berpikir kritis merupakan upaya dalam
3 Muhaimin, Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Sekolah/ Madrasah edisi pertama, (Jakarta: Prenada media Group, 2009), h.112.
4 Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), h. 12.
5 Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 2.
6 Peter A facione, 2015, Op., cit., “Critical Thinking: What It Is and Why It Counts”, Jurnal Measured Reasons LLC, Hermosa Beach, CA., ISBN 13: 978-1-891557-07-1
memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Sedangkan, menurut Ennis berpikir kritis merupakan pemikiran yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.7
Berpikir kritis merupakan berpikir jernih dan rasional atau berpikir secara tepat dan sistematis, serta mengikuti aturan penalaran yang logis dan ilmiah, sehingga memunculkan ide-ide.8 Berpikir kritis merupakan berpikir tinggi yang berpotensi meningkatkan analisis kritis peserta didik.
Tujuan dari pemberdayaan berpikir kritis dalam pendidikan sains dan lainnya yaitu untuk meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik dan untuk mempersiapkan peserta didik mandiri serta sukses di masa depan.
Berpikir kritis dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan dengan berdasarkan informasi yang cermat, sistematis, dan logis serta mempertimbangkan banyak hal, sehingga dalam mengambil keputusan meninjau dari banyak sudut pandang.9
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses melibatkan integrasi pengalaman pribadi, pelatihan dan skill yang disertai dengan alasan dalam mengambil keputusan, dapat dikatakan suatu aktivitas mengidentifikasi suatu permasalahan dengan menggunakan pengalaman sebelumnya dan mencari hubungannya antara permasalahan tersebut dan memecahkan pada situasi yang berbeda.10 Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan, berpikir kritis merupakan proses berpikir secara logis dan secara mendalam dengan memanfaatkan pengalaman, pemahaman atau kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau pengambilan keputusan yang tepat disertai alasan dan bukti. Berpikir kritis diartikan sesuatu yang penuh
7 Ibid., h. 3-4.
8 Joe Lau Y.F, An Introduction to critical thinking and creativity: Think more, thonk better, (Canada: WILEY, 2011), h.1.
9 Henny Setiawati, op.,cit., h. 3521.
10 Lilis Lismaya, “Berpikir Kritis dan PBL,” (Surabaya: Media Sahabat Cindekia, n.d., 2019), h. 9.
11
kesadaran dan terstruktur sehingga mengarah pada sebuah tujuan, yaitu mengambil suatu tindakan atau keputusan tentang apa yang harus dilakukan.
2. Indikator Berpikir Kritis
Beberapa komponen pemikiran kritis menurut Seifert dan Hoffnung, yaitu:
1) Basic operation of reasoning, yaitu seseorang yang berpikir kritis memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan serta merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.
2) Domain-spesifik knowledge untuk memecahkan suatu masalah, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya.
3) Metacognitive knowledge, pemikir kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika mencoba memahami suatu ide, menyadari kapan memerlukan informasi baru, dan mereka-reka bagaimana mendapatkan dan mempelajari informasi dengan mudah.
4) Values, beliefs and disposition berpikir kritis berarti melakukan suatu penilaian secara fail dan objektif.11
Seseorang yang berpikir kritis biasanya berpikir terbuka. terdapat empat strategi untuk menjadi pemikir kritis. Pertama, kesediaan untuk melihat pemikiran diri sendiri, yaitu tindakan untuk memfokuskan diri pada pemikiran sendiri. Kedua, evaluasi yang terus menerus, yaitu belajar untuk menguji dan mengakses informasi secara aktif. Ketiga, terus menerus tidak berprasangka, yakni berpikir terbuka dan menghargai pendapat orang lain.
Keempat, komitmen pada keputusan yang telah diambil.12
Menurut Beyer, seseorang yang berpikir kritis memiliki 10 kecakapan yang dapat digunakan untuk membuat pertimbangan yang absa (valid), yaitu:
11 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), h.. 154-155.
12 Daniel A. Feldman, Berpikir Kritis, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 26-32.
1) Kemampuan membedakan fakta-fakta (diuji kebenarannya)
2) Membedakan antara informasi, tuntutan atau alasan yang relevan dengan yang tidak relevan
3) Menentukan kecermatan faktual (kebenaran) dari suatu pernyataan 4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suatu sumber 5) Mengidentifikasi tuntutan atau argumen
6) Mengidentifikasi argumen yang tidak dinyatakan 7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan) 8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika
9) Mengenali ketidakkonsistenan logika dalam suatu penalaran 10) Menentukan suatu argumen atau tuntutan.13
Menurut Edward Glaser indikator seseorang yang berpikir kritis memiliki kemampuan berpikir kritis yaitu dapat diidentifikasi dari perilaku yang diperlihatkan, seperti: 14
1) Mengenal masalah;
2) Menemukan cara yang digunakan dalam mengatasi masalah;
3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan;
4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan;
5) Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas;
menganalisis data;
6) Menilai fakta dan mengevaluasi suatu pernyataan-pernyataan;
7) Mengenai adanya hubungan yang logis antara masalah; menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan;
8) Menguji kesimpulan dan kesamaan yang telah diambil;
9) Menyusun kembali pola-pola keyakinan berdasarkan pengalaman; dan 10) Membuat penilaian atau menarik kesimpulan.
Menurut Alec Fisher kemampuan berpikir kritis mencakup sembilan indikator, yaitu: 15
13 Desmita, op., cit., h. 155.
14 Alec Fisher, op., cit., h.7.
15 Alec Fisher,op., cit., h.8.
13
1) Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan;
2) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi;
3) Mengklasifikasikan dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan;
4) Menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim;
5) Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya;
6) Menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan-penjelasan;
7) Menganalisis, mengevaluasi
8) Membuat keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; dan 9) Menghasilkan argumen-argumen.”
Ennis juga menyatakan bahwa ada enam elemen dasar dalam berpikir kritis yaitu FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview), yaitu:16
1) Focus (fokus), langkah awal yang harus dilakukan dalam berpikir kritis adalah mengidentifikasi situasi atau masalah yang dihadapi dengan baik sehingga dapat menentukan konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah.
2) Reason (alasan), untuk mendapatkan suatu alasan yang mendukung, kita harus mencoba mencari gagasan yang baik. Selain itu, kita juga harus paham dengan alasan yang disampaikan untuk mendukung kesimpulan dan memutuskan suatu argumen.
3) Inference (menarik kesimpulan), membuat kesimpulan dengan memertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh orang lain.
4) Situation (situasi), situasi itu meliputi orang yang terlibat, dan juga tujuan, sejarah, pengetahuan, emosi, prasangka, keanggotaan kelompok dan kepentingan mereka, termasuk juga lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
16 Kholifah, Skripsi: ” Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP kelas IX”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), h. 16-17.
5) Clarity (kejelasan), merupakan suatu kemampuan untuk memeriksa atau memastikan bahwa pemikiran yang disampaikan tidak membuat interpretasi ganda atau memuat kejelasan dalam istilah yang digunakan sehingga tidak terjadi kesalahan saat membuat kesimpulan.
6) Overview (peninjauan), dilakukan sebagai bagian dari pengecekan secara keseluruhan.
Menurut Peter A. Facione indikator berpikir kritis antara lain yaitu:17
1) Interpretasi: menafsirkan dari apa yang telah dipahami dari yang dibaca atau diobservasi dengan memperlihatkan bukti. Menginterpretasi adalah proses menemukan, menentukan, atau menetapkan suatu makna dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian, penilaian, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria. Indikator interpretasi disini adalah dapat memahami makna atau maksud dari suatu pertanyaan.
2) Analisis : analisis digunakan untuk mengidentifikasi asumsi, alasan, tema, dan bukti yang digunakan dalam membuat argumen atau dalam menjelaskan. Kemampuan analisis untuk mempertimbangkan semua elemen kunci dalam situasi tertentu, dan untuk menentukan bagaimana elemen-elemen itu berhubungan satu sama lain. Memeriksa secara detail elemen yang terdiri dari pertanyaan ataupun pernyataan untuk menemukan maksud informasi atau data. Analisis merupakan kegiatan mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang dimaksud dan aktual diantara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan, penilaian, pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi atau opini-opini.
Indikator analysis disini adalah dapat mengidentifikasi dan menyimpulkan hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lain. sub-kemampuan analisis : memeriksa ide, mendeteksi argumen, dan menganalisis argumen.
17 Peter A. Facione, op., cit., hlm. 5-7.
15
3) Evaluasi : kemampuan dapat mengakses kredibilitas suatu pernyataan dan mendapatkan kejelasan akan suatu informasi, yang dibutuhkan untuk memutuskan dan dievaluasi. Dengan mempertimbangkan beberapa kesaksian, “apakah semua setuju atau kontradiksi?” “Yang mana yang mungkin dipercaya dan mengapa?” “Apakah terdapat bukti fakta yang menyebabkan hasilnya lebih akurat dan tepat?”. Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi-deskripsi dari pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan atau opini seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya. Evaluasi memungkinkan untuk menilai kredibilitas sumber informasi dan klaim yang telah dibuat. Kemampuan ini untuk menentukan kekuatan atau kelemahan argumen. Menerapkan kemampuan evaluasi dapat menilai kualitas analisis, interpretasi, penjelasan, kesimpulan, opsi, pendapat, keyakinan, ide, dan keputusan.
Kemampuan penjelasan yang kuat dapat mendukung evaluasi berkualitas tinggi dengan memberikan bukti, alasan, metode, kriteria, atau asumsi di balik klaim yang dibuat dan kesimpulan tercapai. Indikator evaluation disini adalah dapat mengecek atau memeriksa kredibilitas pernyataan yang telah disampaikan.
4) Inferensi : merupakan bagian dari proses berpikir kritis yang dimulai dengan menggabungkan pengetahuan yang dimiliki dengan yang ditemukan supaya terbentuk pemahaman yang baru. Sebagai hasil dari evaluasi dan analisis. Sehingga dapat menarik kesimpulan disertai alasan yang logis. Indikator inference disini adalah dapat memberikan bukti logis melalui langkah-langkah penyelesaian dalam menarik kesimpulan.
5) Penjelasan : penjelasan merupakan proses membenarkan apa yang telah diputuskan untuk dilakukan atau apa yang telah diputuskan untuk dipercaya. Penjelasan dapat mencakup asumsi, alasan, nilai, dan keyakinan kami. Penjelasan yang kuat memungkinkan orang lain untuk
memahami dan mengevaluasi keputusan kami. Indikator explanation disini adalah dapat memberikan alasan yang logis dari hasil yang diperoleh.
6) Regulasi Diri : berpikir kritis dapat menyebabkan kesadaran diri seseorang berkembang. Regulasi Diri yang berarti dapat memantau dan memperbaiki interpretasi yang ditawarkan. Anda dapat memeriksa dan mengoreksi kesimpulan yang telah Anda buat. Anda dapat meninjau dan merumuskan kembali salah satu penjelasan Anda sendiri.
Penelitian ini menggunakan aspek berpikir kritis menurut Facione.
Terdiri dari enam aspek, dan sub aspek yang digunakan yaitu mengkategorikan, pengkodean, mengklarifikasi makna, mendeteksi argumen, menilai kredibilitas wacana, menduga alternatif, menggambarkan kesimpulan, menghadirkan argumen, dan self-correction. Indikator-indikator berpikir kritis yang digunakan disesuaikan dengan materi biologi yang telah ditentukan.
3. Pengertian Kurikulum, KI dan KD
Depdiknas (2006) menyatakan kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan terkait dengan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sehingga tercapailah tujuan dari pendidikan.18 Menurut Zais (1976) kurikulum merupakan suatu perencanaan pengalaman belajar, sehingga semua sarana yang digunakan sekolah untuk menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang diinginkan. Sedangkan, Taba (1962) menjelaskan kurikulum sebagai satu rencana pelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut kurikulum merupakan kegiatan belajar yang direncanakan dan diprogramkan untuk peserta didik di sekolah.19
Berdasarkan penjelasan diatas, kurikulum merupakan dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan
18 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2009), h.3.
19 Nuryani Y. Rustaman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 21
17
bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Pengembangan kurikulum tidak berhenti dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pengembangan kurikulum yang sekarang digunakan dikembangakan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar ditetapkan untuk mencapai kualitas standar nasional atau diatasnya. Dalam hal ini standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah.
Terdapat dua jenis kompetensi dalam kurikulum, yaitu kompetensi inti dan kompetensi dasar. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2016 dalam pasal 2 menjelaskan bahwa
“kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Sedangkan, Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.”20
Kompetensi Inti merupakan pengikat dari kompetensi dasar yang dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan. Namun, diaplikasikan melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Sebagai rangkaian untuk mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi dasar. Sehingga
20 Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
kompetensi dasar digunakan untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan melalui kompetensi inti.21
Kompetensi Inti dan kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan rumusan Kompetensi Inti yang mendukung, yaitu: Kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan kompetensi dasar kemampuan. Uraian kompetensi dasar tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak hanya berhenti sampai pada pengetahuan saja, melainkan berlanjut ke kemampuan dan bermuara pada sikap.22
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Kemampuan terkait dengan materi sistem reproduksi dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 3.12.
Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun organ reproduksi dengan fungsinya dalam sistem reproduksi manusia; dan kompetensi kemampuannya yaitu 4.12. Menyajikan hasil analisis tentang dampak pergaulan bebas, penyakit dan kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia serta teknologi sistem reproduksi.23 4. Konsep Sistem reproduksi
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual. Berdasarkan pendapat para ahli, sistem reproduksi adalah suatu rangkaian interaksi zat dan organ reproduksi pada pria dan wanita melalui reproduksi seksual yang akan membentuk individu baru. Sistem reproduksi pada pria dan wanita memiliki perbedaan. Sistem reproduksi pada perempuan dan laki-laki berbeda, tanda kematangan alat reproduksi pada pria ditandai dengan keluarnya air mani (ejakulasi) yang pertama yaitu pada saat mimpi basah. Tanda kematangan alat reproduksi pada wanita ditandai dengan haid yang pertama (menarche).24
21 Trianto Ibnu Badar al-Taubany & Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah, (Depok: Kencana, 2017), h. 132-136.
22 Ibid, h. 136.
23 Op.,Cit., Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
24 Amrah Husna, Biologi: Dasar dan Kesehatan, (Makasar: Social Politic Genius, 2016), h. 149.
19
Anatomi reproduksi perempuan secara eksternal, perempuan memiliki labia mayor, labia minora dan klitoris yang membentuk vulva dan uterus.
Ovarium memiliki lapisan luar yang disertai dengan folikel yang terdiri dari satu oosit. uterus merupakan organ tebal dan berotor dan dapat menngembang pada masa kehamilan yang bertujuan untuk mengakomodasi fetus seberat 4 kg. Oviduk membentang dari uterus ke arah masing-masing ovarium. Labia mayor merupakan tepian tebal dan berlemak yang melindungi vulva. Lapisan minor merupakan lapisan tipis yang memisahkan bukaan vagina dengan bukaan uretra. Klitoris terdiri dari batang pendek yang mendukung glans atau kepala yang ditutup oleh tudung kulit kecil. Klitors sebagian besar terdiri dari jaringan erektil merupakan salah satu titik rangsangan yang paling sensitif.
Secara internal, vagina dihubungkan ke uterus, yang bersambung ke kedua oviduk. Vagina merupakan ruang yang berotot namun elastis yang merupakan tempat untuk menyisipkan penis dan sperma dan berperan sebagai saluran melahirkan.25
Anatomi reproduksi laki-laki bagian luar ada skrotum dan penis. Gonad laki-laki, atau testis. Organ reproduktif internal terdiri dari gonad yang menghasilkan sperma maupun hormon-hormon reproduktif, kelenjar-kelenjar aksesori mensekresikan produk esensial untuk pergerakan sperma, dan saluran pengangkut sperma serta hasil sekresi kelenjar. Alat reproduksi laki-laki terdiri atas : (1) Testis, gonad laki-laki-laki-laki, atau testis (jamak, testis), terdiri dari banyak saluran yang menggulung berkali-kali, dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran-saluran ini adalah tubulus seminiferus (seminiferous tubules), tempat sperma terbentuk. Sel-sel leydig (Leydig cells), tersebar di antara tubulus-tubulus seminiferus, menghasilkan testosteron dan androgen yang lain. (2) Duktus, dari tubulus seminiferus sebuah testis, sperma melewati saluran-saluran menggulung yang disebut epididimis (epididimis).26
25 Neil A Campbell, Biologi Jilid 3. (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 171-172
26 Ibid, h. 172-173.
Berdasarkan pemaparan teori mengenai anatomi dan fisiologi organ reproduksi pada manusia terdapat perbedaan yang signifikan antara organ reproduksi pria dan wanita. Pada sel kelamin wanita menghasilkan sel telur sedangkan pada sel kelamin pria menghasilkan sperma.
Gangguan sistem reproduksi wanita yaitu dismenore, penyakit radang panggul, kanker payudara, amenore, ovarium polikistik, kanker serviks, kanker ovarium, endometriosis, penyempitan tuba Fallopi, mola hidatidosa (hamil anggur), dan mioma uterus. Gangguan sistem reproduksi laki-laki yaitu, disfungsi ereksi (impotensi), ginekomastia, kanker penis, hipogonadisme, kriptorkidisme, uretritis (radang uretra), orkitis, dan prostatitis.27 Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh di usia remaja, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria dan wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena masalah gender. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sensitif
Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria dan wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena masalah gender. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sensitif