BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik tingkat SMA di tangerang selatan pada konsep sistem reproduksi, peserta didik diberikan tes sebanyak 6 butir soal dengan bentuk permasalahan berdasarkan realita yang terjadi mengenai kasus penyakit menular seksual yang diakibatkan dari pergaulan bebas. Soal yang disajikan dalam bentuk gambar dan artikel dengan ketentuan soal sesuai indikator berpikir kritis menurut Peter A. Facione yang memiliki 6 indikator yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam masa pandemik Covid-19, sehingga penelitian dilaksanakan secara online melalui google form, sebelumnya peserta didik diarahkan untuk bergabung kedalam forum google meet yang telah disediakan. Hal ini digunakan sebagai bentuk pengawasan peneliti selama peserta didik mengerjakan instrumen tes. Kemudian peserta didik diarahkan untuk mengerjakan tes melalui google form. Setelah mengerjakan tes, peserta didik diarahkan untuk mengisi angket respon peserta didik terhadap instrumen tes tersebut.
Hasil analisis angket respon peserta didik menunjukkan respon positif dengan kategori hampir seluruhnya. Walaupun demikian, ada beberapa kritik dan saran yang diberikan dalam penyajian soal tersebut, yaitu secara keseluruhan peserta didik menyarankan penambahan waktu dalam pengerjaan, sajian artikel kurang rapi dan ukuran artikel terlalu kecil sehingga artikel sedikit sulit terbaca.
Hasil analisis data kemampuan berpikir kritis menunjukkan indikator terendah yaitu pada indikator eksplanasi yakni sub kemampuan untuk menyajikan argumen dengan alasan yang cukup meyakinkan berdasarkan fakta
53
dan bukti yang didapatkan. Hal ini terlihat dari bagaimana cara peserta didik menjawab pertanyaan yaitu peserta didik belum begitu mampu untuk memberikan penjelasan soal yang diberikan untuk menyatakan argumen terkait dengan pembuatan kesimpulan yang telah dibuat. Peserta didik hanya menjelaskan penyebab penyakit menular seksual berdasarkan pengetahuan dengan tidak menjelaskan alasan dan tidak mengaitkan artikel yang telah disajikan. Peserta memahami bahwa penyakit HIV dan AIDS merupakan penyakit yang merugikan diri sendiri dengan penjelasan demikian terlihat hanya pendapat yang tidak disertai dengan alasan. Namun, terdapat pula jawaban peserta didik dengan mengkaitkan artikel yang disajikan, yang menjelaskan bahwa edukasi seks sangat diperlukan mengingat penyakit yang ditimbulkan sangat disepelekan dan memandangkan bahwa masyarakat telah melumrahkan perilaku seks bebas seperti berpacaran dengan berpegangan tangan dan berciuman yang dapat berpotensi terhadap perilaku lainnya.
Sehingga mengganggap bahwa edukasi seks ini merupakan tujuan untuk meminimalisir penyakit menular seksual.
Hal ini senada diungkap oleh Heni, bahwa rendahnya indikator eksplanasi dikarenakan peserta didik tidak berani serta ragu dalam menyajikan argumen terkait dengan permasalahan yang diberikan dan kurangnya tingkat kepercayaan diri yang dimiliki.1 Sesuai dengan hasil penelitian Susilowati, kemampuan eksplanasi peserta didik rendah dalam menjelaskan dikarenakan peserta didik kurang mampu mempertimbangkan bukti, konsep, kriteria dan konteks dan menyajikan penalaran dalam bentuk argumen yang meyakinkan.2 Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, kemungkinan besar rendahnya indikator eksplanasi disebabkan peserta didik kurang mampu mengeksplorasi dan mengaitkan wawasannya dengan pengetahuan yang telah didapatkan.
Indikator analisis yaitu memeriksa gagasan, memberikan seperangkat pernyataan yang mengungkapkan alasan mendukung atau memberikan ide,
1 Heni, dkk, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA di kecamatan Sako an Alang-alang Lebah, Jurnal Biologi, 4: 2019, h 9.
2 Susilowati, dkk., Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan. Seminar Nasional Pendidikan Sains
pendapat atau sudut pandang lain yang bertujuan mengidentifikasi hubungan dari informasi yang telah didapatkan untuk diekspresikan sesuai dengan pemikiran atau pendapat. Hal ini berguna membiasakan peserta didik memahami antar konsep dan materi. Indikator analisis dikategorikan lemah dengan persentase sebesar 63,36%, merupakan indikator terendah urutan nomor 2. Sejalan dengan penelitian Heni, indikator analisis termasuk kedalam kategori rendah, hal ini disebabkan peserta didik kurang mampu untuk merealisasikan hal-hal yang mereka pelajari ke pemahaman mereka sendiri sehingga mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan menemukan strategi pemecahan soal.3 Berdasarkan analisis jawaban peserta didik, peserta didik hanya mengungkapkan pernyataan tentang penyebab penyakit menular seksual tanpa memberikan ide atau pendapat lain dengan tujuan menghubungkan pernyataan dengan pengetahuan yang telah didapatkan.
Indikator kemampaun berpikir kritis selanjutnya adalah indikator inferensi dengan rata-rata persentase sebenar 65,41% dengan kategori lemah.
Indikator inferensi memiliki subindikator menarik kesimpulan, dengan menjelaskan sejauh apa yang peserta didik ketahui kemudian kesimpulan apa yang akan peserta didik berikan. Indikator keterampilan berpikir kritis yang lemah selanjutnya adalah indikator evaluasi dengan sub indikator menilai klaim. Evaluasi yaitu kemampuan untuk menguji suatu kebenaran, dengan persentase 67,04% dengan kategori lemah. Lemahnya indikator evaluasi dikarenakan peserta didik kurang mampu dalam memberikan alasan yang logis dari artikel yang mereka pilih. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tanti dengan kategori rendah sebesar 25,82%, menurut Tanti hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan peserta didik dalam menilai kualitas argumen dari suatu permasalahan, dan tidak terbiasa menyalahkan atau membenarkan hasil
3 Op., Cit., Heni, h. 7.
55
pemecahan masalah sehingga peserta didik masih canggung dan kurang percaya diri.4
Indikator kemampuan berpikir kritis selanjutnya adalah interpretasi dengan rata-rata 78,03% dengan kategori cukup. Interpretasi adalah memahami, menjelaskan, memberikan makna dari suatu data atau informasi.
indikator menginterpretasikan pertanyaan diukur dengan menampilkan grafik, peserta didik diminta menginterpretasikan grafik tersebut. Indikator interpretasi merupakan indikator dengan persentase tinggi, hal ini mengungkapkan bahwa peserta didik sudah mampu menginterpretasikan atau mengungkapkan makna dari suatu informasi.
Hasil analisis indikator regulasi diri menunjukkan bahwa indikator ini memberikan persentase paling tinggi sebesar 79,46% dibandingkan dengan indikator yang lainnya dengan kategori kuat. Hal ini menunjukkan peserta dalam mengambil keputusan atas dirinya sudah terlaksana dengan baik, dimana peserta didik mampu memberikan solusi ataupun pilihan terbaik untuk dirinya.
Hal tersebut terlihat pada rata-rata dari ketiga sekolah memiliki jawaban yang merupakan pengambilan keputusan untuk menjauhi pergaulan bebas untuk menghindari penyakit menular seksual dan menyadari pentingnya kesehatan organ reproduksi.
Sejalan dengan penelitian Friskilia dan Winata bahwa regulasi diri merupakan proses peserta didik yang mampu mengatur dan mengelola pikiran, perasaan, keinginan dan penetapan perencanaan serta tindakan yang dilakukan.5 Menurut Dewi, regulasi diri bentuk motivasi dari individu untuk mengolah dan memodifikasi pikiran, perasaan, keinginan, dan tindakan dalam menetapkan, mengembangkan, menilai, merevisi, dan menerapkan strategi pencapaian tujuan hidup, termasuk pengelolaan respon emosional terhadap
4 Tanti, dkk, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA di Kecamatan Kalidoni dan Ilir Timur II, Jurnal Bioma, 7, 2018, h. 1-15
5 Friskilia, Octheria dan Winata, Hendri. Regulasi Diri (Pengembangan Diri) sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, (1). 2018, Regulasi Diri (Pengembangan Diri) sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, (1).,2018, h.
37-44.
rangsangan.6 Berdasarkan analisis jawaban peserta didik, kebanyakan peserta didik menjawab bahwa untuk dapat terhindar dari penyakit menular seksual yaitu dengan memilah pergaulan baik dan buruk. Terdapat jawaban bahwa bukan memilih pergaulan, namun menjaga kebersihan organ intim, tidak melakukan seks bebas, dan memberikan pendidikan mengenai pendidikan seks terhadap diri sendiri merupakan keputusan yang tepat untuk membentengkan diri dari penyakit menular seksual. Selain itu peserta didik juga memahami bahwa harus selalu ingat kepada Allah SWT. dengan menjaga sikap, tidak melakukan perbuatan yang mendekati zina, dan memahami perbuatan zina adalah perbuatan dosa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di tiga SMA dengan menganalisis kemampuan berpikir kritis peserta didik. Masing-masing memiliki nilai persentase dalam kategori cukup. Namun, hal ini masih terbilang kurang untuk menjawab tantangan di abad ke-21. Pada abad ke-21 kemampuan berpikir kritis harus mencapai kategori tinggi untuk bisa menyelesaikan tantangan di abad ke-21. Kemampuan berpikir kritis dapat tergambar ketika membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini cukup berpengaruh dalam menyikapi permasalahan sehari-hari tidak kecuali dengan permasalahan penyakit menular seksual yang mana dalam dekade semakin meningkat kasusnya.
6 Dewi Satria Ahmar, Hubungan Antara Regulasi Diri dengan Kemampuan berpikir Kreatif Dalam Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA Se-Kabupaten Takalar, Jurnal Sainsmat (V), 2016, h. 7-23.
57 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Hasil analisis tiap indikator kemampuan berpikir kritis pada 6 indikator berada pada kategori cukup (moderat). Rata-rata terendah pada indikator eksplanasi dengan kategori tidak terwujud (not manifested) dan rata-rata tertinggi pada indikator regulasi diri dengan kategori kuat (strong).Kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap materi sistem reproduksi bervariasi, yaitu rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis pada SMA A yaitu 78,81% dengan kategori cukup (moderat). Rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis SMA B sebesar 64,75% dengan kategori lemah (weak) dan SMA C masuk ke dalam kategori lemah (weak) sebesar 68,05%. Dari ketiga hasil tersebut, kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep sistem reproduksi di SMAN Kota Tangerang Selatan masih tergolong rendah untuk mencapai kompetensi abad ke-21.
B. Saran
Peneliti mengajukan beberapa saran berdasarkan kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:
1. Peneliti menyarankan kepada pengajar hendaknya melatih peserta didik untuk berpikir kritis dengan memberikan soal-soal yang meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Peneliti menyarankan kepada pengajar hendaknya mengemas proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis 3. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian menggunakan indikator yang lain dengan mempertimbangkan tetap pada konsep sistem reproduksi.
58
DAFTAR PUSTAKA
“Peraturan Meteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A
Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum”
(http://luk.staff.ugm.ac.id/permendikbud81A-2013ImplementasiK13lengkap., n.d.).
Campbell, A Neil. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga. 2008.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2017.
Dewi Satria Ahmar, Hubungan Antara Regulasi Diri dengan Kemampuan berpikir Kreatif Dalam Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA Se-Kabupaten Takalar.
Jurnal Sainsmat (V). 2016.
Facione, A Peter. 2011. “Critical Thinking: What It Is and Why It Counts”, Jurnal Measured Reasons LLC, Hermosa Beach, CA., ISBN 13: 978-1-891557-07-1.
Feldman, A. Daniel. Berpikir Kritis. Jakarta: Indeks. 2010.
Fisher, Alec. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. 2008.
Friskilia, Octheria dan Winata, Hendri. Regulasi Diri (Pengembangan Diri) sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan.
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, (1). 2018.
Heni, dkk, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA di kecamatan Sako an Alang-alang Lebah, Jurnal Biologi, 4: 2019.
Husna, Amrah. Biologi: Dasar dan Kesehatan. Makasar: Social Politic Genius.
2016.
Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. 2016.
59
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di https://www.kbbi.web.id/instrumen. Diakses 18 Agustus 2021, pukul 13.20.
Kholifah. Skripsi: Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP kelas IX. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2017.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2020.
Lau, Joe Y.F,. An Introduction to critical thinking and creativity: Think more, thonk better. Canada: WILEY. 2011.
Lismaya, Lilis. Berpikir Kritis dan PBL. Surabaya: Media Sahabat Cindekia, n.d.
2019.
Maulana. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Berpikir kritis Kreatif.
Sumedang: UPI Sumedang. 2017.
Muhaimin, dkk. Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Sekolah/ Madrasah edisi pertama. Jakarta: Prenada media Group. 2019.
Nadeak, Bernadetha, dkk. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Penggunaan Media Sosial terhadap Capaian Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Konseling dan Pendidikan 8. 2020.
Niftrik dan Boland. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: Gunung Mulia. 2008.
Maesaroh, dkk. Profil Kompetensi Biologi Peserta Didik SMA Berdasarkan Hasil Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Jurnal Pendidikan Biologi
6 (1). 2021.
60
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Rahmawati, Dewi., dkk. “Analisis Faktor`-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Mahasiswa Kos-Kosan Di Kelurahan Lalolara Tahun 2016,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2: 2017.
Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk Penelitian:
Administrasi Pendidikan-Bisnis_pemerintahan-Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan. Bandung: Alfabeta. 2020.
Rustaman, Y. Nuryani, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:
Universitas Negeri Malang, 2005.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan PendidikanA Dasar an Menengah, h.8,
(https://bnspindonesia.org/wpcontent/uploads/2009/04/Pemendikbud_Ta hun2016_Nomor020_Lampiran.pdf) Diakses pada 27 September 2020 Pukul 21.53 WIB
Salmina, Mik dan Adyansyah Fadlillah. Analisis Kualitas Soal Ujian Matematika Semester Genap Kelas XI SMA INSHAFUDDIN Kota Banda Aceh, ISSN 2355-0074, Vol. 8: (2).
Samura, Asri Ode. “Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal of Mathematics Education and Science (5): 2019.
Schleicher, Andreas. PISA 2018: Insights and Interpretations, h., (PISA 2018 Insights and Interpretations FINAL PDF.pdf (oecd.org)) Diakses pada 14 Mei 2021 Pukul 11.15 WIB
61
Setiawati, Henny., dan Aloysius duran Corebima. “Empowering Critical Thinking Skills Of The Students Having Different Academic Ability in Biology Learning of Senior High School through PQ4R - TPS Strategy,” The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention 4(5).
2017.
Sofyan, Ahmad Tonih, dkk. Feronika. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta : UIN Jakarta. 2006.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali. 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2019.
Susilowati, dkk,. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan. Seminar Nasional Pendidikan Sains Tanti, dkk,. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA di Kecamatan
Kalidoni dan Ilir Timur II, Jurnal Bioma, 7, 2018.
Trianto Ibnu Badar al-Taubany & Hadi Suseno. Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah. Depok: Kencana. 2017.
Uyun, Zahrotun Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013, https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3963/B3.pdf;se quence=1
Widiantika, Intan dan Rahman, Dadang. Analisis Minat Belajar Daring Matematika Siswa Komunitas Studygram Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif (4), 2021.
Zubaidah, Siti.“Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang Diajarkan melalui
Pembelajaran”. 2017.
https://www.researchgate.net/publication/318013627
62
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: UIN Jakarta. 2009.
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Konsep Sistem Reproduksi
INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA SISTEM REPRODUKSI
Sasaran penelitian ini yaitu mengukur Kemampuan Berpikir Kritis pada capaian Kompetensi Dasar (KD) 4 yaitu menyajikan hasil analisis tentang dampak pergaulan bebas, penyakit dan kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia serta teknologi sistem reproduksi.
Tipe soal pada penelitian ini yaitu isian yang mengacu pada permasalahan pergaulan bebas yang dapat menyebabkan penyakit menular seksual (PMS) dengan capaian akhir partisipan diarahkan meregulasi diri pada permasalahan tersebut.
Penyajian soal pada penelitian yaitu dalam bentuk google formulir dengan link https://forms.gle/k24CDkgx4jgLp3aj8
Kompetensi Dasar : 3.12 Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun organ reproduksi dengan fungsinya dalam sistem reproduksi manusia
4.12 Menyajikan hasil analisis tentang dampak pergaulan bebas, penyakit dan kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia serta teknologi sistem reproduksi
4.12. 1 Menyajikan hasil analisis data kasus HIV AIDS
4.12.2 Menganalisis hubungan HIV-AIDS terhadap penyakit menular seksual.
4.12..3 Menilai kredibilitas pernyataan dari suatu sumber informasi atau opini terkait dengan akibat pergaulan bebas.
4.12.4 Membuat kesimpulan yang paling tepat dari beberapa informasi denganyang telah
64
4.12.6 Memutuskan hal yang harus dilakukan berdasarkan informasi yang didapat.
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tindakan yang akan Anda lakukan jika diberikan permasalahan yang berkaitan dengan sistem reproduksi (yang telah dipelajari)
Petunjuk mengerjakan soal :
1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
2. Bacalah soal-soal dengan teliti.
3. Jawaban ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami.
4. Jika ingin memperbaiki jawaban, maka jawaban sebelumnya tidak boleh dihapus, tapi silakan Anda langsung tulis jawaban yang ingin diperbaiki dan berikan alasannya dan berikan tanda jawaban Anda yang benar.
5. Dilarang berbuat curang dalam bentuk apapun.
Tabel kisi-kisi intrumen
No.
Soal
Aspek/Sub Aspek KBK/Indikator Pembelajaran/Indikator
Soal
Bentuk Soal Kunci jawaban Standar Penilaian (Poin)
1. Interpretasi
Mengklarifikasi makna - Menguraikan atau
membuat makna eksplisit melalui deskripsi, dari
Perhatikan grafik dibawah ini! Menguraikan hubungan antara penderita HIV dan penderita aids dari grafik mengacu pada jumlah penderita dari tahun ke
4= Kuat, Secara akurat melakukan semua atau hampir semua hal berikut:
● menafsirkan bukti, pernyataan, grafik,
65
Menyajikan hasil analisis data kasus HIV AIDS Menganalisis informasi
Informasi apa yang dapat Anda temukan dalam grafik ini?
tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengidap HIV terus meningkat setiap tahun sementara jumlah AIDS relatif stabil. Kenaikan penderita hiv lebih cepat dibandingkan penderita aids selama 8 tahun.
pertanyaan, dll.
● menganalisis dan mengevaluasi berbagai
sudut pandang
alternatif utama.
● Membenarkan hasil dan prosedur utama, menjelaskan asumsi dan alasan.
● Berpikir adil mengikuti ke mana bukti dan alasan mengarah.
3= Dapat diterima, melakukan Sebagian atau banyak dari berikut ini
● Secara akurat menafsirkan bukti, pernyataan, grafik, pertanyaan, dll.
● Memberikan analisis dan evaluasi terhadap
sudut pandang
alternatif yang jelas.
● Membenarkan
beberapa hasil atau prosedur, menjelaskan alasannya.
● Berpikir adil mengikuti ke mana bukti dan alasan mengarah.
2 = Tidak Dapat Diterima, Melakukan sebagian atau banyak dari berikut ini:
66
● Mengabaikan atau mengevaluasi secara dangkal berbagai sudut pandang alternatif yang jelas.
● Membenarkan
beberapa hasil atau prosedur, jarang menjelaskan alasan.
● Terlepas dari bukti atau alasannya,
mempertahankan atau mempertahankan pandangan berdasarkan pada kepentingan atau prakonsepsi pribadi.
1=Sangat lemah, ): Secara konsisten melakukan semua atau hampir semua hal berikut:
● Memberikan
interpretasi yang bias atas bukti, pernyataan, grafik, pertanyaan, informasi, atau sudut pandang orang lain.
● Mengabaikan atau mengevaluasi secara dangkal berbagai sudut pandang alternatif yang jelas.
67
● Tidak membenarkan hasil atau prosedur, pada kepentingan atau prakonsepsi pribadi.
● Menunjukkan pikiran yang tertutup atau permusuhan terhadap alasan.
2. Analisis
Memeriksa gagasan
- Memberikan seperangkat pernyataan yang
Bacalah cuplikan artikel di bawah ini!
Artikel 1
HIV dan AIDS merupakan dua hal yang berbeda. HIV adalah virus, sedangkan AIDS merupakan penyakit yang ditimbulkan dari infeksi virus HIV. Kondisi serius seseorang yang terinfeksi HIV akan mengalami berbagai penyakit infeksi lain. Bila penderita HIV tidak menjalani pengobatan, infeksi virus HIV dapat berkembang menjadi AIDS (acquired immunodeficienty syndrome) dalam waktu 10-15 tahun.
Sumber: https://www.halodoc.com/artikel/harus-tahu-hiv-dan-aids-itu-berbeda
Artikel 2
HIV termasuk dalam penyakit menular seksual (PMS).
● Berdasarkan informasi yang didapatkan, terdapat hubungan antara HIV karena yang menderita HIV dapat sembuh dan
4 = Kuat, Secara akurat melakukan semua atau hampir semua hal berikut:
● Secara akurat
● Penarikan kesimpulan yang dijamin, bijaksana, dan tidak
68 Mengidentifikasi masalah
utama yang terdapat pada artikel mengenai dampak terjadinya HIV-AIDS terhadap penyakit menular seksual
bakterial. Semua PMS yang disebutkan dapat meningkatkan resiko terinfeksi HIV. Selain itu, banyak orang tidak menyadari dirinya terinfeksi, penyebabnya adalah virus HIV seringkali tidak menimbulkan gejala untuk beberapa tahun pertama. Kelompok yang paling beresiko untuk terjangkit PMS adalah remaja dan orang dewasa yang sudah aktif secara sexual dikarenakan pergaulannya.
Sumber:
https://hafidzf.wordpress.com/2009/11/18/penyakit-menular-seksual/
Berdasarkan jawaban Anda pada nomor 1, mengapa Anda menjawab demikian (berikan alasannya yang mengacu pada artikel di atas)!
● Terdapat banyak penyakit menular seksual yang dapat meningkatkan resiko terinfeksi HIV.
Selain itu, banyak orang tidak menyadari dirinya terinfeksi, penyebabnya
● Berpikir adil mengikuti ke mana bukti dan alasan mengarah.
3 = Dapat diterima, Melakukan sebagian atau banyak dari berikut ini:
● Secara akurat menafsirkan bukti, pernyataan, grafik, pertanyaan, dll.
● Mengidentifikasi argumen yang relevan (alasan dan klaim) pro dan kontra.
● Memberikan analisis dan evaluasi terhadap sudut pandang alternatif yang jelas.
● Menarik kesimpulan,
● Berpikir adil mengikuti
69
ke mana bukti dan alasan mengarah.
2 = tidak dapat diterima, Melakukan sebagian atau banyak dari berikut ini:
● Salah mengartikan bukti, pernyataan, grafik, pertanyaan, dll.
● Gagal mengidentifikasi argumen-argumen balasan yang kuat dan relevan.
● Mengabaikan atau mengevaluasi secara dangkal berbagai sudut pandang alternatif yang jelas.
● Menarik kesimpulan yang tidak beralasan atau salah.
● Membenarkan beberapa hasil atau prosedur, jarang menjelaskan alasan.
● Terlepas dari bukti atau alasannya, mempertahankan atau mempertahankan pandangan
70
1=Sangat lemah, Secara konsisten melakukan semua atau hampir semua hal berikut:
● Memberikan
interpretasi yang bias
atas bukti,
pernyataan, grafik, pertanyaan, informasi, atau sudut pandang orang lain.
● Gagal mengidentifikasi atau dengan cepat menolak pertentangan yang kuat dan relevan.
● Mengabaikan atau mengevaluasi secara dangkal berbagai sudut pandang alternatif yang jelas.
● Berargumen
menggunakan alasan yang keliru atau tidak relevan, dan klaim yang tidak beralasan.
● Tidak membenarkan hasil atau prosedur,
71
● Menunjukkan pikiran yang tertutup atau pernyataan dari suatu sumber informasi atau opini berdasarkan kelogisan atau ketepatan
hubungan dari
pernyataan tersebut.
How credible is that claim ? (Seberapa kredible klaim itu?)
Menilai kredibilitas
Bacalah cuplikan artikel di bawah ini!
Artikel 1
Kabupaten Malang terus berupaya menekan angka penyakit menular seksual (PMS) atau juga dikenal dengan istilah infeksi menular seksual (IMS) yang sampai saat ini menjadi bagian perhatian pemerintah. Penyakit tersebut
Kabupaten Malang terus berupaya menekan angka penyakit menular seksual (PMS) atau juga dikenal dengan istilah infeksi menular seksual (IMS) yang sampai saat ini menjadi bagian perhatian pemerintah. Penyakit tersebut