• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI TINGKAT SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI TINGKAT SMA"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI TINGKAT

SMA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Diajukan oleh Ika Indah Lestari

11160161000052

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2022

(2)

ii

FITK FORM (FR) No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Ika Indah Lestari Tempat/Tangal Lahir : Tegal, 11 Mei 1997

NIM : 11160161000052

Jurusan/Prodi : Tadris Biologi

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Konsep Sistem Reproduksi Tingkat SMA

Dosen Pembimbing : Meiry Fadilah Noor, M.Si.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis

pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 17 Februari 2022 Mahasiswa Ybs,

Ika Indah Lestari NIM. 11160161000052

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

(5)

v ABSTRAK

Ika Indah Lestari (NIM: 11160161000052). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Konsep Sistem Reproduksi Tingkat SMA. Skripsi Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik pada konsep sistem reproduksi tingkat SMA di wilayah kota Tangerang Selatan. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI di SMA negeri di kota Tangerang Selatan yang dipilih 3 sekolah -yang berdasarkan rata-rata nilai UN tahun 2019 kisaran antara >55-≤70 Jumlah sampel 107 peserta didik yang dipilih secara acak pada tiga sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan pedoman Facione dan angket respon peserta didik.

Instrumen berpikir kritis berbentuk essay berjumlah 6 nomor, masing-masing nomor nilai aspek berpikir kritis yang berbeda. Ada 6 aspek berpikir kritis yang diukur yaitu interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi, eksplanasi, dan regulasi diri.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap materi sistem reproduksi bervariasi, yaitu rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis pada SMA A yaitu 78,81% dengan kategori cukup (moderat). Rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis SMA B kategori lemah (weak) sebesar 64,75%, dan SMA C masuk ke dalam sebesar 68,05% dengan kategori lemah (weak). Indikator eksplanasi rata-rata 59,16% dengan kategori tidak berwujud (not manifested). Indikator analisis dikategorikan lemah dengan persentase sebesar 63,36%. Indikator inferensi dengan rata-rata persentase sebenar 65,41% dengan kategori lemah. Indikator evaluasi persentase 67,04% dengan kategori lemah. Indikator interpretasi rata-rata 78,03% dengan kategori cukup. Indikator regulasi persentase sebesar 79,46% kategori kuat. Dari ketiga hasil tersebut, kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep sistem reproduksi di SMAN Kota Tangerang Selatan masih tergolong rendah untuk mencapai kompetensi abad ke- 21.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Facione, Instrumen, sistem reproduksi.

(6)

vi ABSTRACT

Ika Indah Lestari (NIM: 11160161000052). Analysis of Students' Critical Thinking Skills at the High School Level Reproductive System Concept. Thesis of Biology Tadris Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2022.

This study aims to measure the level of critical thinking skills of students on the concept of the reproductive system at the high school level in the South Tangerang city area. The research subjects were students of class XI at a public high school in the city of South Tangerang which were selected by 3 schools- based onthe average value of the National Examination in 2019 rangesbetween

>55-≤70 A sample of 107 students were randomly selected from three schools.

Sampling was done by random sampling technique. This study uses a critical thinking ability test instrument based on Facione's guidelines and student response questionnaires. The critical thinking instrument in the form of an essay is 6 numbers, each number has a different value for critical thinking aspects.

There are 6 aspects of critical thinking that are measured, namely interpretation, analysis, inference, evaluation, explanation, and self-regulation. The critical thinking ability of students on the material of the reproductive system varies, namely the average percentage of critical thinking skills in SMA A is 78.81% with a sufficient (moderate) category. The average percentage of critical thinking skills for SMA B in the weak category (weak) is 64.75%, and SMA C is in the category of 68, 05% with weak category (weak). The explanation indicator is an average of 59.16% in the intangible category (not manifested). Indicator analysis is categorized as weak with a percentage of 63.36%. Inference indicator with an average percentage of 65.41% in the weak category. The percentage evaluation indicator is 67.04% with a weak category. Average interpretation indicator 78.03%with sufficient category. The percentage regulation indicator is 79.46% in the strong category. From these three results, students' critical thinking skills on the concept of the reproductive system at SMAN Tangerang South City are still relatively low to achieve 21st century competence.

Keywords: Critical Thinking Ability, Facione, Instrument, reproductive system.

.

(7)

vii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil„alamin segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam tempat bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul

“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Konsep Sistem Reproduksi Tingkat SMA”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada orang tua tercinta, Bapak Sanadi (Alm.) dan Ibu Darnaah, serta kakak dan adik yang tidak pernah lelah mendoakan, memberikan dukungan, dan melimpahkan kasih sayangnya. Semoga senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT.

2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.

4. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Sekretaris Program Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan selama masa perkuliahan.

6. Seluruh Dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak Kepala Sekolah SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, Bapak Achmad Alwan Fatwani, M.Pd., yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, dan Ibu Vivin Setiyowati, M.Pd., selaku guru biologi yang telah memberikan arahan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, serta semua staf yang telah membantu dalam proses penelitian.

8. Bapak Kepala Sekolah SMAN 6 Kota Tangerang Selatan, Bapak Dr. Hj. Neng Nurhemah, M.Pd. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, dan Diani Atikah, S.Si. M.Pd., selaku guru biologi yang telah memberikan arahan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, serta semua staf yang telah membantu dalam proses penelitian.

(8)

viii

9. Bapak Kepala Sekolah SMAN 4 Kota Tangerang Selatan, Bapak Dr. Agus Hendrawan, M.Pd. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, dan Ibu Yani, S.Pd., selaku guru biologi yang telah memberikan arahan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, serta semua staf yang telah membantu dalam proses penelitian.

10. Peserta didik kelas XI SMAN 4 Kota Tangerang Selatan, SMAN 6 Kota Tangerang dan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan, yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

11. Terima kasih kepada Ahmad Arifin, Mega Safira, Eva Fitriah, Jihan Qurrata Ain Fani dan Azizah Shalihah atas segala doa, dukungan dan materi yang diberikan.

12. Terima kasih kepada teman bimbingan skripsi Hanny Fitrianingrum dan Lulu Helmalia yang telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi.

13. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi 2016 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala pengalaman dan kenangan bersama kalian.

14. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah membagi rasa suka cita serta berbagai pengalaman yang berharga.

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang amat berharga. Penulis berdoa semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan balasan terhadap kebaikan agar dapat mengundang keberkahan dan keridhoan- Nya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, dapat memberikan kesadaran terhadap bahaya penyalahgunaan napza terutama remaja dan bermanfaat bagi dunia Pendidikan di Indonesia.

Wallahu‟alam bish-showab.

Jakarta, 5 Februari 2022 Penulis,

Ika Indah Lestari

(9)

ix

Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

Daftar Isi... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Definisi Berpikir Kritis ... 8

2. Indikator Berpikir Kritis ... 11

3. Pengertian Kurikulum, KI dan KD ... 16

4. Konsep Sistem reproduksi ... 18

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

D. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 23

B. Metode Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Variabel penelitian ... 24

E. Prosedur Penelitian ... 25

1. Analisis Kurikulum ... 25

2. Analisis Materi ... 25

(10)

x

3. Membuat Instrumen Tes ... 26

4. Tahap Pelaksanaan ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Lembar Validasi ... 27

2. Data test ... 27

3. Angket respon peserta didik ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 27

1. Instrumen Tes ... 27

1. Validitas Instrumen ... 30

2. Angket Respon Peserta Didik ... 31

G. Kalibrasi Instrumen ... 32

1. Validasi Ahli ... 32

2. Uji Validasi... 37

3. Uji Reliabilitas ... 38

4. Uji Tingkat Kesukaran ... 40

5. Daya Pembeda ... 40

H. Analisis Data ... 41

1. Analisis Respon Peserta Didik ... 41

2. Persentase kemampuan berpikir kritis peserta didik per-indikator ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 45

2. Hasil Angket Respon Peserta Didik ... 47

B. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan... 57

B. Saran ... 57

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis ... 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Uji Validasi ... 30

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Respon Peserta Didik... 31

Tabel 3.4 Indeks Aiken’s V ... 32

Tabel 3.5 Ketentuan Pemberian Skor ... 34

Tabel 3.6 Hasil Uji Aiken’s Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 35

Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Intrumen ... 37

Tabel 3.7 Kategori Reliabilitas... 37

Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaran ... 38

Tabel 3.9 Kategori Indeks Daya Beda ... 39

Tabel 3.10 Kriteria Penafsiran Persentase Angket Respon Peserta Didik ... 40

Tabel 3.11 Ketentuan Pemberian Skor Tes ... 41

Tabel 3.12 Persentase Kategori Kemampuan Berpikir Kritis ... 42

Tabel 4.1 Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis pada Konsep Sistem Reproduksi Tingkat SMA ... 43

Tabel 4.2 Hasil Analisis Angket Respon Peserta didik SMA A ... 45

Tabel 4.3 Hasil Analisis Angket Respon Peserta didik SMA B ... 46

Tabel 4.4 Hasil Analisis Angket Respon Peserta didik SMA C ... 48

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Konsep Sistem

Reproduksi ... 60

Lampiran 2 Analisis Buku ... 82

Lampiran 3 Rekapitulasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 85

Lampiran 4 Google Formulir Angket Respon Peserta Didik ... 88

Lampiran 5 Google Formulir Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kritis .. 90

Lampiran 6 Lembar Uji Validasi Ahli ... 91

Lampiran 7 Lembar Uji Referensi ... 116

Lampiran 8 Surat-Surat ... 120

Lampiran 9 Dokumen Penelitian ... 123

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan besar hampir pada semua bidang kehidupan masyarakat. Pandemi ini mengharuskan pemerintah menerapkan work from home atau bekerja di rumah serta diwajibkan melakukan social distancing. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran dan penularan virus corona. Dalam kondisi tersebut, pada sektor pendidikan pembelajaran dilakukan secara daring atau online. Sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), yaitu sekolah menengah atas dituntut untuk menyelenggarakan pembelajaran secara online.1

Penerapan kebijakan belajar online, kondisi ini berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis peserta didik.2 Pendidikan saat ini dituntut untuk menjawab abad 21, menurut US-based Partnership for 21st century Skills (P21) terdapat empat kompetensi yang diperlukan di abad ke-21, yaitu:

communication, collaboration, critical thinking, dan creativity.3 Kompetensi-kompetensi tersebut penting diajarkan pada peserta didik dalam konteks bidang studi inti dan tema abad ke-21 sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki empat kompetensi salah satunya adalah berpikir kritis, dimana tujuan penting dalam berpikir kritis yaitu meningkatkan analisis kritis untuk dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan dengan berdasarkan informasi yang cermat, sistematis, dan logis serta

1 Bernadetha Nadeak, dkk., “Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Penggunaan Media Sosial terhadap Capaian Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Konseling dan Pendidikan 8, 2020, h. 98-104.

2 Ibid., hlm. 99.

3Siti Zubaidah, 2017, “Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang Diajarkan melalui Pembelajaran” https://www.researchgate.net/publication/318013627

(14)

mempertimbangkan banyak hal, sehingga dalam mengambil keputusan meninjau dari banyak sudut pandang.4

Berpikir kritis sangat diperlukan mengingat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja dapat memperoleh informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber informasi. Hal ini mengakibatkan secara cepat perubahan global dalam kehidupan, dengan demikian kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.5 Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan mengeluarkan argumen dengan memahami tiap-tiap permasalahan. Menurut Peter A. Facione Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan berpikir yang tidak hanya mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, melainkan memikirkannya dengan baik yaitu berpikir hampir tidak logis, irrasional dan melihat dari berbagai sudut pandang, membandingkan suatu hal yang diperlukan, memberikan penilaian dan memberikan penjelasan dari apa yang sudah diungkapkan serta menyimpulkannya, sehingga memutuskan apa yang harus dipercaya dan apa yang harus dilakukan.6

Pembiasaan berpikir kritis telah diamanahkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum pada Bab 6 mengenai Mekanisme Penyusunan dan Pengelolaan yang menyebutkan “kebutuhan kompetensi masa depan yang diperlukan oleh peserta didik antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangan nilai

4Henny Setiawati dan Aloysius duran Corebima,“Empowering Critical Thinking Skills Of The Students Having Different Academic Ability in Biology Learning of Senior High School through PQ4R - TPS Strategy,” The International Journal of Social Sciences and Humanities Invention 4(5): 2017, h.3521-3526.

5 Asri Ode Samura, “Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Journal of Mathematics Education and Science (5): 2019, h.

2528-4363.

6 Peter A Facione, “Critical Thinking: What It Is and Why It Counts”, Jurnal Measured Reasons LLC, Hermosa Beach, CA., ISBN 13:2011, h. 5-7.

(15)

dan moral Pancasila”.7 Kemampuan berpikir kritis suatu hal penting dalam proses pembelajaran karena berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang berpotensi meningkatkan kemampuan analisis kritis peserta didik. Peningkatan kemampuan analisis kritis peserta didik terkait erat dengan peningkatan kemampuan intelektual peserta didik.8

Hasil pengukuran membaca maupun kemampuan berpikir kritis peserta didik Indonesia di kancah Internasional, Programme For International Student Assessment (PISA) yang merupakan program penilaian peserta didik secara Internasional, menunjukkan bahwa peserta didik masih rendah dalam membaca. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa posisi Indonesia berada pada peringkat ke-6 dari bawah dengan skor 371. Sebagaimana membaca tidak hanya tentang mengekstraksi informasi. Namun, tentang membangun dan mengasah pengetahuan, berpikir kritis, dan membuat penilaian yang beralasan.9 Hasil PISA yang rendah menjadi acuan dalam mengukur seberapa tingkat berpikir kritis peserta didik Indonesia berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Facione. Facione mengidentifikasi kemampuan berpikir kritis melalui 6 aspek yaitu;

kemampuan dalam menginterpretasi, menganalisis, membuat kesimpulan, mengevaluasi dan meregulasi diri.10

Kurikulum 2013 merupakan pedoman dalam mengarahkan peserta didik untuk mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi dan memecahkan masalah melalui teori dan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Pentingnya kemampuan berpikir kritis ini kemudian dituangkan dalam standar kompetensi lulusan pendidikan Indonesia yang menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan berpikir

7 “Peraturan Meteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum” (http://luk.staff.ugm.ac.id/permendikbud81A- 2013ImplementasiK13lengkap., n.d.).

8 Henny Setiawati dan Aloysius duran Corebima, op. cit., h. 3521.

9 Andreas Schleicher, PISA 2018: Insights and Interpretations, h., (PISA 2018 Insights and Interpretations FINAL PDF.pdf (oecd.org)) Diakses pada 14 Mei 2021 Pukul 11.15 WIB

10 Peter A facione, op.cit.,h. 5-7.

(16)

dan bertindak kritis melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.11

Kemampuan berpikir kritis yang diharapkan dalam kurikulum 2013, dapat diperoleh dari latihan dan pembiasaan. Dengan demikian sikap kritis yang dimiliki manusia sebagai hasil dari latihan dan pembiasaan, jika dikaitkan dengan ilmu sains dan teknologi yang semakin berkembang sehingga manusia dapat menentukan suatu tindakan yang harus diambil.

Penerapan ilmu sains khususnya biologi tentu akan menimbulkan manfaat dan masalah kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukannya pemahaman yang utuh. Banyak bidang kehidupan yang berhubungan dengan biologi seperti bidang kesehatan pertanian, peternakan, pangan dan lain sebagainya.

Diketahui bahwa nilai rerata ujian mata pelajaran biologi tingkat nasional masih di bawah passing grade 55.00 yaitu sebesar 48.24.

Berdasarkan analisis kemampuan menjawab soal UNBK mata pelajaran biologi peserta didik SMA berdasarkan kategori materi yang diujikan bahwa nilai rerata ujian materi sistem reproduksi tingkat nasional masih di bawah passing grade 55.00 yaitu sebesar 33,26.12 Konsep pada pembelajaran biologi yang berkaitan dengan permasalahan kesehatan, salah satunya adalah sistem reproduksi. Konsep sistem reproduksi penting untuk dipelajari dan cocok untuk digunakan dalam melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik, sistem reproduksi memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Sistem reproduksi, sebagai manusia cenderung memikirkan reproduksi adalah bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan serta penyatuan sperma dan sel telur. Dalam mempelajari hal tersebut diperlukan pemahaman yang utuh, sehingga dalam menerima materi tersebut dapat memilah mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak harus dilakukan. Namun, perilaku seks pranikah dikalangan remaja terus

11 Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar an Menengah, h.8, (https://bnspindonesia.org/wp content/uploads/2009/04/Pemendikbud_Tahun2016_Nomor020_Lampiran.pdf) Diakses pada 27 September 2020 Pukul 21.53 WIB

12 Maesaroh, dkk, Profil Kompetensi Biologi Peserta Didik SMA Berdasarkan Hasil Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Jurnal Pendidikan Biologi, 6 (1), 2021:h, 31.

(17)

meningkat dan beresiko tinggi terhadap peningkatan penyakit menular.

Kontrol diri merupakan pengendalian diri terhadap dorongan seksual, berdasarkan hasil penelitian Dewi Rahmawati menunjukkan 70% dari 277 responden memiliki kontrol diri yang buruk.13

Hasil penelitian Reni Dwi Parihat, menunjukkan bahwa dari 967 responden yang pernah berkontak fisik (memeluk atau mencium pipi) sebesar (58,3%), mencium bibir (22,4%), memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (5,8%), mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (5,6%), pernah bersetubuh (2,8%), pernah aborsi (0,4%) dan takut terinfeksi HIV atau penyakit seksual lainnya (18,3%). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa responden yang berusia 17-19 tahun pernah melakukan seks bebas sebesar 3,90% dari 74 responden. 14

Penyimpangan seksual yang dilakukan oleh remaja disebabkan oleh kurangnya tanggung jawab seorang remaja terhadap kesehatan reproduksinya.

Selain hal tersebut remaja seringkali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk media massa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu, remaja memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki kekritisan dalam bertanggung jawab mengenai organ dan sistem reproduksinya sendiri.

Berkaitan dengan pentingnya kemampuan berpikir kritis sebagai resolusi penyelesaian dalam menjaga sistem reproduksi, maka dinilai perlu dilakukan sebuah survei kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam memecahkan terkait dengan penerapan menjaga kesehatan sistem reproduksi, sehingga peneliti berkenan ingin menganalisis kemampuan berpikir kritis terhadap pembelajaran Biologi pada konsep sistem reproduksi.

13 Dewi Rahmawati, dkk., “Analisis Faktor`-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Mahasiswa Kos-Kosan Di Kelurahan Lalolara Tahun 2016,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2: 2017, h. 1–12.

14 Reni Dwi Parihat, SKRIPSI 2015: Perilaku Berisiko dan Faktor Risiko Kejadian Seks Pranikah pada Siswa/Siswi SMA Sederajat di Kota Tangerang Selatan, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015.

(18)

Dengan demikian mata pelajaran Biologi, yang merupakan membahas terkait dengan organ dan fungsi reproduksi diberikan kepada peserta didik sehingga diharapkan peserta didik dapat berpikir kritis terhadap organ dan fungsi sistem reproduksinya. Relevansi ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengembangkan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dengan harapan dapat menyelesaikan persoalan mengenai pertanggungjawaban atas kesehatan reproduksi diri, sehingga peserta didik dapat menjaga sistem reproduksinya.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI TINGKAT SMA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil suatu permasalahan yang dapat diidentifikasikan yaitu:

1. Pentingnya kemampuan berpikir kritis di abad 21.

2. Belum adanya pengukuran berpikir kritis sebagai tolak ukur peserta didik dalam menghindari pergaulan bebas yang berdampak pada kesehatan organ reproduksi.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik berdasarkan aspek berpikir kritis menurut Facione.

2. Kemampuan berpikir kritis yang diukur dibatasi pada konsep sistem reproduksi dengan hanya memfokuskan pada capaian Kompetensi Dasar 4.

3. Penelitian ini hanya dilakukan di tiga SMA Negeri dengan grade menengah di wilayah Tangerang Selatan yaitu di SMAN 4, SMAN 6 dan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan dan setiap sekolah diwakili oleh satu kelas yang dipilih secara acak.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(19)

Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik SMAN di Kota Tangerang Selatan (SMAN 4, SMAN 6 dan SMAN 9) berdasarkan aspek berpikir kritis menurut Facione?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kritisnya peserta didik terhadap konsep sistem reproduksi pada tingkat SMAN di Kota Tangerang Selatan (SMAN 4, SMAN 6 dan SMAN 9).

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Peserta didik

Sebagai latihan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik

2. Bagi Guru

Instrumen tes keterampilan berpikir kritis ini dapat dijadikan suatu alternatif alat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis peserta didik pada konsep sistem reproduksi.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengalaman serta memberi gambaran tentang keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep sistem reproduksi sebagai salah satu upaya dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran tentang kesehatan reproduksi bagi remaja.

4. Bagi Prodi Tadris Biologi

Memberi informasi kepada Program Studi Tadris Biologi mengenai database keterampilan berpikir kritis siswa terhadap konsep sistem reproduksi sehingga dapat diteliti selanjutnya metode apa yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada konsep sistem reproduks.

(20)

8 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritis

1. Definisi Berpikir Kritis

Belajar merupakan suatu kebutuhan mendasar setiap orang. Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakteristik intelektual setiap orang. Setiap orang memiliki kemampuan untuk memikirkan suatu hal sehingga meningkatkan suatu kemampuan berpikir yang selain memperbaiki diri, kemampuan ini dapat memperbaiki keadaan sekelilingnya. Berpikir sendiri merupakan suatu aktivitas menggunakan akal untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu melalui penyelidikan untuk menyimpulkan.1 Dalam proses terdapat kegiatan menafsirkan terhadap rangsangan-rangsangan, seperti tulisan, gambar, ataupun suara. Kemudian, membaca, mendengar dan selanjutnya memahami. Berpikir termuat juga kegiatan meragukan, memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, menggolongkan, memilah-milah dan membedakan.2

Secara garis besar berpikir dapat diartikan sebagai proses dalam penarikan kesimpulan. Dalam pengambilan keputusan sebaiknya didasarkan pada berpikir realistik yang terbagi menjadi tiga macam berpikir realistik, yaitu berpikir deduktif, berpikir induktif dan berpikir evaluatif. Berpikir deduktif merupakan proses pengambilan kesimpulan dari dua pernyataan atau dua premis. Pertama adalah pernyataan umum dan kedua adalah pernyataan khusus. Berdasarkan hal tersebut, berpikir deduktif berlangsung dari hal yang umum menuju ke hal yang khusus.

Berpikir induktif sebaliknya dari berpikir deduktif, yaitu dimulai dari hal-

1 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2020), h.1.

2 Maulana, Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Berpikir kritis Kreatif, (Sumedang: UPI Sumedang, 2017), h. 3.

(21)

9

hal khusus kemudian mengambil kesimpulan umum. Oleh karena itu, berpikir induktif adalah pengambilan kesimpulan berdasarkan data yang ada. Sedangkan, berpikir evaluatif disebut dengan berpikir kritis, yaitu menilai baik buruk, tepat atau tidak tepat suatu gagasan berdasarkan kriteria tertentu.3

Kritis berasal dari bahasa Yunani yang berarti memisahkan, menapis, mempertimbangkan, menilai dan sebagainya.4 Kata kritis memiliki sifat tidak lekas percaya, bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan sehingga dapat dikatakan tajam dalam penganalisisan, sebagaimana kritis digunakan dalam kata “berpikir kritis” pemikiran yang mengarah pada pernyataan, isu atau masalah secara reflektif sehingga mengetahui apa yang harus dipercaya dan apa yang harus dilakukan.

Seperti yang dikatakan oleh John Dewey, berpikir kritis disebut juga berpikir reflektif yaitu berpikir kritis sebagai proses aktif, persistent (terus- menerus) dan teliti terhadap gagasan-gagasan dan informasi dari orang lain dengan mempertimbangakan alasan-alasan yang mendukung.5

Menurut Peter A. Facione Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan berpikir yang tidak banyak mengungkapkan apa yang harus diungkapkan, melainkan memikirkannya dengan baik yakni melihat dari berbagai sudut pandang, membandingkan suatu hal yang diperlukan, memberikan penilaian dan memberikan penjelasan dari apa yang sudah diungkapkan serta menyimpulkannya sehingga tercapailah tujuan yang dimaksud.6

Edward Glaser mengartikan berpikir kritis merupakan sikap mau berpikir mendalam tentang masalah dan hal-hal yang berada dalam pengalaman seseorang; pengetahuan tentang metode-metode penalaran yang logis; dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, berpikir kritis merupakan upaya dalam

3 Muhaimin, Manajemen Pendidikan: Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pembelajaran Sekolah/ Madrasah edisi pertama, (Jakarta: Prenada media Group, 2009), h.112.

4 Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), h. 12.

5 Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 2.

6 Peter A facione, 2015, Op., cit., “Critical Thinking: What It Is and Why It Counts”, Jurnal Measured Reasons LLC, Hermosa Beach, CA., ISBN 13: 978-1-891557-07-1

(22)

memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Sedangkan, menurut Ennis berpikir kritis merupakan pemikiran yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.7

Berpikir kritis merupakan berpikir jernih dan rasional atau berpikir secara tepat dan sistematis, serta mengikuti aturan penalaran yang logis dan ilmiah, sehingga memunculkan ide-ide.8 Berpikir kritis merupakan berpikir tinggi yang berpotensi meningkatkan analisis kritis peserta didik.

Tujuan dari pemberdayaan berpikir kritis dalam pendidikan sains dan lainnya yaitu untuk meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik dan untuk mempersiapkan peserta didik mandiri serta sukses di masa depan.

Berpikir kritis dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan dengan berdasarkan informasi yang cermat, sistematis, dan logis serta mempertimbangkan banyak hal, sehingga dalam mengambil keputusan meninjau dari banyak sudut pandang.9

Berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses melibatkan integrasi pengalaman pribadi, pelatihan dan skill yang disertai dengan alasan dalam mengambil keputusan, dapat dikatakan suatu aktivitas mengidentifikasi suatu permasalahan dengan menggunakan pengalaman sebelumnya dan mencari hubungannya antara permasalahan tersebut dan memecahkan pada situasi yang berbeda.10 Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan, berpikir kritis merupakan proses berpikir secara logis dan secara mendalam dengan memanfaatkan pengalaman, pemahaman atau kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan suatu masalah atau pengambilan keputusan yang tepat disertai alasan dan bukti. Berpikir kritis diartikan sesuatu yang penuh

7 Ibid., h. 3-4.

8 Joe Lau Y.F, An Introduction to critical thinking and creativity: Think more, thonk better, (Canada: WILEY, 2011), h.1.

9 Henny Setiawati, op.,cit., h. 3521.

10 Lilis Lismaya, “Berpikir Kritis dan PBL,” (Surabaya: Media Sahabat Cindekia, n.d., 2019), h. 9.

(23)

11

kesadaran dan terstruktur sehingga mengarah pada sebuah tujuan, yaitu mengambil suatu tindakan atau keputusan tentang apa yang harus dilakukan.

2. Indikator Berpikir Kritis

Beberapa komponen pemikiran kritis menurut Seifert dan Hoffnung, yaitu:

1) Basic operation of reasoning, yaitu seseorang yang berpikir kritis memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan serta merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.

2) Domain-spesifik knowledge untuk memecahkan suatu masalah, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang topik atau kontennya.

3) Metacognitive knowledge, pemikir kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika mencoba memahami suatu ide, menyadari kapan memerlukan informasi baru, dan mereka-reka bagaimana mendapatkan dan mempelajari informasi dengan mudah.

4) Values, beliefs and disposition berpikir kritis berarti melakukan suatu penilaian secara fail dan objektif.11

Seseorang yang berpikir kritis biasanya berpikir terbuka. terdapat empat strategi untuk menjadi pemikir kritis. Pertama, kesediaan untuk melihat pemikiran diri sendiri, yaitu tindakan untuk memfokuskan diri pada pemikiran sendiri. Kedua, evaluasi yang terus menerus, yaitu belajar untuk menguji dan mengakses informasi secara aktif. Ketiga, terus menerus tidak berprasangka, yakni berpikir terbuka dan menghargai pendapat orang lain.

Keempat, komitmen pada keputusan yang telah diambil.12

Menurut Beyer, seseorang yang berpikir kritis memiliki 10 kecakapan yang dapat digunakan untuk membuat pertimbangan yang absa (valid), yaitu:

11 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), h.. 154-155.

12 Daniel A. Feldman, Berpikir Kritis, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 26-32.

(24)

1) Kemampuan membedakan fakta-fakta (diuji kebenarannya)

2) Membedakan antara informasi, tuntutan atau alasan yang relevan dengan yang tidak relevan

3) Menentukan kecermatan faktual (kebenaran) dari suatu pernyataan 4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suatu sumber 5) Mengidentifikasi tuntutan atau argumen

6) Mengidentifikasi argumen yang tidak dinyatakan 7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan) 8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika

9) Mengenali ketidakkonsistenan logika dalam suatu penalaran 10) Menentukan suatu argumen atau tuntutan.13

Menurut Edward Glaser indikator seseorang yang berpikir kritis memiliki kemampuan berpikir kritis yaitu dapat diidentifikasi dari perilaku yang diperlihatkan, seperti: 14

1) Mengenal masalah;

2) Menemukan cara yang digunakan dalam mengatasi masalah;

3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan;

4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan;

5) Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas;

menganalisis data;

6) Menilai fakta dan mengevaluasi suatu pernyataan-pernyataan;

7) Mengenai adanya hubungan yang logis antara masalah; menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan;

8) Menguji kesimpulan dan kesamaan yang telah diambil;

9) Menyusun kembali pola-pola keyakinan berdasarkan pengalaman; dan 10) Membuat penilaian atau menarik kesimpulan.

Menurut Alec Fisher kemampuan berpikir kritis mencakup sembilan indikator, yaitu: 15

13 Desmita, op., cit., h. 155.

14 Alec Fisher, op., cit., h.7.

15 Alec Fisher,op., cit., h.8.

(25)

13

1) Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan;

2) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi;

3) Mengklasifikasikan dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan;

4) Menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim;

5) Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya;

6) Menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan-penjelasan;

7) Menganalisis, mengevaluasi

8) Membuat keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; dan 9) Menghasilkan argumen-argumen.”

Ennis juga menyatakan bahwa ada enam elemen dasar dalam berpikir kritis yaitu FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview), yaitu:16

1) Focus (fokus), langkah awal yang harus dilakukan dalam berpikir kritis adalah mengidentifikasi situasi atau masalah yang dihadapi dengan baik sehingga dapat menentukan konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah.

2) Reason (alasan), untuk mendapatkan suatu alasan yang mendukung, kita harus mencoba mencari gagasan yang baik. Selain itu, kita juga harus paham dengan alasan yang disampaikan untuk mendukung kesimpulan dan memutuskan suatu argumen.

3) Inference (menarik kesimpulan), membuat kesimpulan dengan memertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh orang lain.

4) Situation (situasi), situasi itu meliputi orang yang terlibat, dan juga tujuan, sejarah, pengetahuan, emosi, prasangka, keanggotaan kelompok dan kepentingan mereka, termasuk juga lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

16 Kholifah, Skripsi: ” Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP kelas IX”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017), h. 16-17.

(26)

5) Clarity (kejelasan), merupakan suatu kemampuan untuk memeriksa atau memastikan bahwa pemikiran yang disampaikan tidak membuat interpretasi ganda atau memuat kejelasan dalam istilah yang digunakan sehingga tidak terjadi kesalahan saat membuat kesimpulan.

6) Overview (peninjauan), dilakukan sebagai bagian dari pengecekan secara keseluruhan.

Menurut Peter A. Facione indikator berpikir kritis antara lain yaitu:17

1) Interpretasi: menafsirkan dari apa yang telah dipahami dari yang dibaca atau diobservasi dengan memperlihatkan bukti. Menginterpretasi adalah proses menemukan, menentukan, atau menetapkan suatu makna dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian, penilaian, aturan-aturan, prosedur atau kriteria-kriteria. Indikator interpretasi disini adalah dapat memahami makna atau maksud dari suatu pertanyaan.

2) Analisis : analisis digunakan untuk mengidentifikasi asumsi, alasan, tema, dan bukti yang digunakan dalam membuat argumen atau dalam menjelaskan. Kemampuan analisis untuk mempertimbangkan semua elemen kunci dalam situasi tertentu, dan untuk menentukan bagaimana elemen-elemen itu berhubungan satu sama lain. Memeriksa secara detail elemen yang terdiri dari pertanyaan ataupun pernyataan untuk menemukan maksud informasi atau data. Analisis merupakan kegiatan mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang dimaksud dan aktual diantara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, konsep- konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan, penilaian, pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi atau opini-opini.

Indikator analysis disini adalah dapat mengidentifikasi dan menyimpulkan hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lain. sub-kemampuan analisis : memeriksa ide, mendeteksi argumen, dan menganalisis argumen.

17 Peter A. Facione, op., cit., hlm. 5-7.

(27)

15

3) Evaluasi : kemampuan dapat mengakses kredibilitas suatu pernyataan dan mendapatkan kejelasan akan suatu informasi, yang dibutuhkan untuk memutuskan dan dievaluasi. Dengan mempertimbangkan beberapa kesaksian, “apakah semua setuju atau kontradiksi?” “Yang mana yang mungkin dipercaya dan mengapa?” “Apakah terdapat bukti fakta yang menyebabkan hasilnya lebih akurat dan tepat?”. Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan yang merupakan laporan- laporan atau deskripsi-deskripsi dari pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan atau opini seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantara pernyataan- pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-pertanyaan, atau bentuk- bentuk representasi lainnya. Evaluasi memungkinkan untuk menilai kredibilitas sumber informasi dan klaim yang telah dibuat. Kemampuan ini untuk menentukan kekuatan atau kelemahan argumen. Menerapkan kemampuan evaluasi dapat menilai kualitas analisis, interpretasi, penjelasan, kesimpulan, opsi, pendapat, keyakinan, ide, dan keputusan.

Kemampuan penjelasan yang kuat dapat mendukung evaluasi berkualitas tinggi dengan memberikan bukti, alasan, metode, kriteria, atau asumsi di balik klaim yang dibuat dan kesimpulan tercapai. Indikator evaluation disini adalah dapat mengecek atau memeriksa kredibilitas pernyataan yang telah disampaikan.

4) Inferensi : merupakan bagian dari proses berpikir kritis yang dimulai dengan menggabungkan pengetahuan yang dimiliki dengan yang ditemukan supaya terbentuk pemahaman yang baru. Sebagai hasil dari evaluasi dan analisis. Sehingga dapat menarik kesimpulan disertai alasan yang logis. Indikator inference disini adalah dapat memberikan bukti logis melalui langkah-langkah penyelesaian dalam menarik kesimpulan.

5) Penjelasan : penjelasan merupakan proses membenarkan apa yang telah diputuskan untuk dilakukan atau apa yang telah diputuskan untuk dipercaya. Penjelasan dapat mencakup asumsi, alasan, nilai, dan keyakinan kami. Penjelasan yang kuat memungkinkan orang lain untuk

(28)

memahami dan mengevaluasi keputusan kami. Indikator explanation disini adalah dapat memberikan alasan yang logis dari hasil yang diperoleh.

6) Regulasi Diri : berpikir kritis dapat menyebabkan kesadaran diri seseorang berkembang. Regulasi Diri yang berarti dapat memantau dan memperbaiki interpretasi yang ditawarkan. Anda dapat memeriksa dan mengoreksi kesimpulan yang telah Anda buat. Anda dapat meninjau dan merumuskan kembali salah satu penjelasan Anda sendiri.

Penelitian ini menggunakan aspek berpikir kritis menurut Facione.

Terdiri dari enam aspek, dan sub aspek yang digunakan yaitu mengkategorikan, pengkodean, mengklarifikasi makna, mendeteksi argumen, menilai kredibilitas wacana, menduga alternatif, menggambarkan kesimpulan, menghadirkan argumen, dan self- correction. Indikator-indikator berpikir kritis yang digunakan disesuaikan dengan materi biologi yang telah ditentukan.

3. Pengertian Kurikulum, KI dan KD

Depdiknas (2006) menyatakan kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan terkait dengan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sehingga tercapailah tujuan dari pendidikan.18 Menurut Zais (1976) kurikulum merupakan suatu perencanaan pengalaman belajar, sehingga semua sarana yang digunakan sekolah untuk menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang diinginkan. Sedangkan, Taba (1962) menjelaskan kurikulum sebagai satu rencana pelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut kurikulum merupakan kegiatan belajar yang direncanakan dan diprogramkan untuk peserta didik di sekolah.19

Berdasarkan penjelasan diatas, kurikulum merupakan dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan

18 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2009), h.3.

19 Nuryani Y. Rustaman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h. 21

(29)

17

bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Pengembangan kurikulum tidak berhenti dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Pengembangan kurikulum yang sekarang digunakan dikembangakan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar ditetapkan untuk mencapai kualitas standar nasional atau diatasnya. Dalam hal ini standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah.

Terdapat dua jenis kompetensi dalam kurikulum, yaitu kompetensi inti dan kompetensi dasar. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2016 dalam pasal 2 menjelaskan bahwa

“kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Sedangkan, Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.”20

Kompetensi Inti merupakan pengikat dari kompetensi dasar yang dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan. Namun, diaplikasikan melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Sebagai rangkaian untuk mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi dasar. Sehingga

20 Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

(30)

kompetensi dasar digunakan untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan melalui kompetensi inti.21

Kompetensi Inti dan kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan rumusan Kompetensi Inti yang mendukung, yaitu: Kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan kompetensi dasar kemampuan. Uraian kompetensi dasar tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak hanya berhenti sampai pada pengetahuan saja, melainkan berlanjut ke kemampuan dan bermuara pada sikap.22

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Kemampuan terkait dengan materi sistem reproduksi dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 3.12.

Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun organ reproduksi dengan fungsinya dalam sistem reproduksi manusia; dan kompetensi kemampuannya yaitu 4.12. Menyajikan hasil analisis tentang dampak pergaulan bebas, penyakit dan kelainan pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem reproduksi manusia serta teknologi sistem reproduksi.23 4. Konsep Sistem reproduksi

Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual. Berdasarkan pendapat para ahli, sistem reproduksi adalah suatu rangkaian interaksi zat dan organ reproduksi pada pria dan wanita melalui reproduksi seksual yang akan membentuk individu baru. Sistem reproduksi pada pria dan wanita memiliki perbedaan. Sistem reproduksi pada perempuan dan laki-laki berbeda, tanda kematangan alat reproduksi pada pria ditandai dengan keluarnya air mani (ejakulasi) yang pertama yaitu pada saat mimpi basah. Tanda kematangan alat reproduksi pada wanita ditandai dengan haid yang pertama (menarche).24

21 Trianto Ibnu Badar al-Taubany & Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Di Madrasah, (Depok: Kencana, 2017), h. 132-136.

22 Ibid, h. 136.

23 Op.,Cit., Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

24 Amrah Husna, Biologi: Dasar dan Kesehatan, (Makasar: Social Politic Genius, 2016), h. 149.

(31)

19

Anatomi reproduksi perempuan secara eksternal, perempuan memiliki labia mayor, labia minora dan klitoris yang membentuk vulva dan uterus.

Ovarium memiliki lapisan luar yang disertai dengan folikel yang terdiri dari satu oosit. uterus merupakan organ tebal dan berotor dan dapat menngembang pada masa kehamilan yang bertujuan untuk mengakomodasi fetus seberat 4 kg. Oviduk membentang dari uterus ke arah masing-masing ovarium. Labia mayor merupakan tepian tebal dan berlemak yang melindungi vulva. Lapisan minor merupakan lapisan tipis yang memisahkan bukaan vagina dengan bukaan uretra. Klitoris terdiri dari batang pendek yang mendukung glans atau kepala yang ditutup oleh tudung kulit kecil. Klitors sebagian besar terdiri dari jaringan erektil merupakan salah satu titik rangsangan yang paling sensitif.

Secara internal, vagina dihubungkan ke uterus, yang bersambung ke kedua oviduk. Vagina merupakan ruang yang berotot namun elastis yang merupakan tempat untuk menyisipkan penis dan sperma dan berperan sebagai saluran melahirkan.25

Anatomi reproduksi laki-laki bagian luar ada skrotum dan penis. Gonad laki-laki, atau testis. Organ reproduktif internal terdiri dari gonad yang menghasilkan sperma maupun hormon-hormon reproduktif, kelenjar-kelenjar aksesori mensekresikan produk esensial untuk pergerakan sperma, dan saluran pengangkut sperma serta hasil sekresi kelenjar. Alat reproduksi laki- laki terdiri atas : (1) Testis, gonad laki-laki, atau testis (jamak, testis), terdiri dari banyak saluran yang menggulung berkali-kali, dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran-saluran ini adalah tubulus seminiferus (seminiferous tubules), tempat sperma terbentuk. Sel-sel leydig (Leydig cells), tersebar di antara tubulus-tubulus seminiferus, menghasilkan testosteron dan androgen yang lain. (2) Duktus, dari tubulus seminiferus sebuah testis, sperma melewati saluran-saluran menggulung yang disebut epididimis (epididimis).26

25 Neil A Campbell, Biologi Jilid 3. (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 171-172

26 Ibid, h. 172-173.

(32)

Berdasarkan pemaparan teori mengenai anatomi dan fisiologi organ reproduksi pada manusia terdapat perbedaan yang signifikan antara organ reproduksi pria dan wanita. Pada sel kelamin wanita menghasilkan sel telur sedangkan pada sel kelamin pria menghasilkan sperma.

Gangguan sistem reproduksi wanita yaitu dismenore, penyakit radang panggul, kanker payudara, amenore, ovarium polikistik, kanker serviks, kanker ovarium, endometriosis, penyempitan tuba Fallopi, mola hidatidosa (hamil anggur), dan mioma uterus. Gangguan sistem reproduksi laki-laki yaitu, disfungsi ereksi (impotensi), ginekomastia, kanker penis, hipogonadisme, kriptorkidisme, uretritis (radang uretra), orkitis, dan prostatitis.27 Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh di usia remaja, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria dan wanita, tetapi lebih dititik beratkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena masalah gender. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sensitif terhadap kerusakan yang dapat terjadi disfungsi atau penyakit. Wanita adalah subjek dari beberapa penyakit terhadap fungsi tubuh oleh karena pengaruh laki-laki, pola penyakit pun berbeda dengan laki-laki karena adanya perbedaan bentuk genetik, hormonal, ataupun perilaku gaya hidup.28

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

27 Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 445.

28Zahrotun Uyun, Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013, https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3963/B3.pdf;sequence=1

(33)

21

1. Penelitian yang dilakukan oleh Afriyani, dkk (2018) mengenai Analisis Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Terinfeksi HIV Dan AIDS.

Kurangnya kemampuan remaja dalam mengidentifikasi peran seksualnya menyebabkan remaja mengalami permasalahan dalam perilaku seksualnya.

Sehingga, dari data yang didapatkan 60% permasalah yang dialami oleh remaja terkait dengan seksualnya adalah penyakit HIV AIDS.

2. Penelitian Reni Dwi Parihat, mengenai Perilaku Berisiko dan Risiko Kejadian Seks Pranikah pada Siswa/ Siswi SMA sederajat di Kota Tangerang Selatan Tahun 2015. Menunjukkan bahwa dari 967 responden yang pernah berkontak fisik (memeluk atau mencium pipi) sebesar (58,3%), mencium bibir (22,4%), memegang alat kelamin kekasih dengan tangan (5,8%), mengelus kelamin kekasih sehingga terangsang (5,6%), pernah bersetubuh (2,8%), pernah aborsi (0,4%) dan takut terinfeksi HIV atau penyakit seksual lainnya (18,3%). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa responden yang berusia 17-19 tahun pernah melakukan seks bebas sebesar 3,90% dari 74 responden.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Khalifah, mengenai Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika pada Siswa SMP Kelas IX. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa SMP kelas IX. penelitian menunjukkan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas IX di Mts. Annida Al-Islamy secara keseluruhan hasil rata-rata tes kemampuan berpikir kritisnya masuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 63,3. Namun secara kuantitatif sebanyak 53,7% siswa berkemampuan rendah (kurang dari 60), 20% siswa berkemampuan sedang (60<75), dan 26,3% siswa berkemampuan tinggi (lebih dari 75).

D. Kerangka Berpikir

Berdasarkan data yang telah dikaji tingkat kemampuan berpikir kritis di Indonesia termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan, kemampuan ini diperlukan setiap peserta didik. Dewasa ini, pergaulan bebas pada usia remaja semakin meningkat, hal tersebut mengkhawatirkan dikarenakan usia tersebut merupakan usia yang mempunyai perilaku ingin

(34)

mencoba-coba hal yang baru termasuk mencoba-coba melakukan hubungan seks pranikah yang pada akhirnya mengarahkan ke perilaku seksual berisiko yangberakibat pada kesehatan reproduksi. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan peranan penting dalam memberikan informasi dan membentuk karakter peserta didik. Dalam pendidikan peserta didik diberikan pengetahuan dan informasi terkait dengan sistem reproduksi, sehingga diharapkan peserta didik mampu dalam bertangungjawab atas kesehatan sistem reproduksi.

Berikut merupakan kerangka berpikir yang ditetapkan oleh peneliti:

Kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah

Pentingnya kemampuan berpikir kritis pada peserta didk dalam konsep menjaga kesehatan reproduksi

Berpikir kritis sebagai tolak ukur meminimalisir pergaulan bebas yang beresiko penyakit menular seksual

upaya untuk menggali kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam konsep reproduksi

Angkat penyakit menular seksual yang masih tinggi

(35)

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan 3 SMA Kota Tangerang Selatan, yaitu: SMAN 4 Kota Tangerang Selatan dilakukan pada 21 April 2021, SMAN 6 Kota Tangerang Selatan dilakukan pada 14 April 2021 dan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan dilakukan pada 22 April 2021.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan dan fenomena yang terjadi secara sistematis, faktual dan akurat. Penelitian ini tidak memerlukan hipotesis, sedangkan hasil penelitian didapatkan setelah menyelidiki hasil temuan kemampuan berpikir kritis yang telah diujikan. Dengan metode penelitian deskriptif diharapkan dapat menggambarkan keadaan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.1 Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu peserta didik kelas XI dari 12 SMA negeri di kota Tangerang Selatan dipilih 3 sekolah secara Purposive Sampling dengan ketentuan sampel memiliki rata-rata nilai UNBK tahun 2019 berdekatan (kisaran nilai >55-≤70). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu peserta didik kelas XI IPA di tiga sekolah Kota Tangerang Selatan, yaitu sebanyak 4 kelas dengan jumlah 139 peserta didik di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan, 5 kelas dengan jumlah 175 peserta didik di SMAN 6 Kota

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2019), h. 80.

(36)

Tangerang Selatan, dan 4 kelas dengan jumlah 154 peserta didik di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan. Dengan total populasi sebanyak 468 peserta didik.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi atau dapat dikatakan sebagai wakil dari anggota populasi.

Teknik penentuan sampel yang digunakan yaitu sampel probabilitas dengan teknik random sampling. Teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi.2 Dengan kata lain, teknik random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dipilih dengan tidak menggunakan panduan tertentu. Sampel dipilih menggunakan teknik pengocokan untuk dipilih 1 kelas dari masing-masing sekolah, yaitu kelas XI MIPA 4 sebanyak 34 peserta didik di SMAN 4, kelas XI MIPA 2 sebanyak 36 peserta didik di SMAN 6 dan kelas XI MIPA 4 sebanyak 37 peserta didik di SMAN 9. Dengan total keseluruhan sampel sebanyak 107 peserta didik.

SMAN 4 dikodekan dengan SMA A, SMAN 6 dikodekan dengan SMA B, dan SMAN 9 dikodekan SMA C.

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka peneliti menetapkan variabel penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini peneliti mempunyai 2 variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas (X) adalah kemampuan berpikir kritis sedangkan variabel terikat (Y) adalah pemahaman konsep sistem reproduksi.

2 Ibid., h. 82.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Uji Validasi
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Respon Peserta Didik
Tabel 3.4 Indeks Aiken’s V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objek penelitian ini adalah strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB), yang diterapkan untuk mempengaruhi kemampuan berpikir kritis biologi peserta

mereka miliki, (4) Peserta didik aktif mencari informasi dan data yang berhubungan dengan masalah yang telah dirumuskan, (5) Peserta didik rajin berdiskusi dengan

menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “Implementasi Asesmen Portofolio untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Metakognitif Peserta Didik

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Semua indikator kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan yang lebih tinggi pada

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan di kelas XII MIPA SMA Negeri 2 Unggul Sekayu, diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta

Kesimpulan penelitian ini adalah secara keseluruhan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol nilai sig0,05, kemampuan berpikir kritis siswa FD

Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik SMAN 1 Kampar dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan

Kemampuan berpikir matematis yang dimiliki siswa adalah kemampuan menuntut siswa untuk berpikir secara mendalam dalam melakukan analisis atau evaluasi, menyeleksi, memperhatikan,